Anda di halaman 1dari 37

PERANCANGAN AWAL SISTEM INFORMASI

JARINGAN JALAN DAN PERLINTASAN KERETAPI


API DI KOTA BANDUNG

BASIC DESIGN OF HIGHWAY NETWORK AND RAILWAY CROSSING


INFORMATION SYSTEM IN BANDUNG

Proposal Tugas Akhir Mahasiswa Diploma IV

Diajukan Oleh
Febri Adi Nugraha
131134008

DIV TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017

PERANCANGAN AWAL SISTEM INFORMASI


JARINGAN JALAN DAN PERLINTASAN KERETA
API DI KOTA BANDUNG
Proposal Tugas Akhir

BASIC DESIGN OF HIGHWAY NETWORK AND RAILWAY CROSSING


INFORMATION SYSTEM IN BANDUNG

Diajukan Oleh:
Febri Adi Nugraha 131134008

Telah disetujui oleh:

Calon Pembimbing I,

R. Desutama Rachmat Bugi Prayogo, ST., MT.


NIP: 19731226 200112 1 002 Tanggal:

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 1


Proposal Tugas Akhir

1. Latar Belakang
Kota Bandung merupakan salah satu ibukota provinsi yang ada di
Indonesia. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung pada tahun
2014, Kota Bandung memiliki jumlah penduduk dengan total 2.407.802 jiwa.
Kota Bandung memiliki peran penting karena termasuk wilayah Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) yang menjadi kawasan perkotaan inti dari beberapa kawasan di
sekitarnya seperti Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi,
Kabupaten Subang dan Kabupaten Sumedang. Keberhasilan pembangunan di
Kota Bandung sangat dipengaruhi oleh peran transportasi. Pembangungan sektor
transportasi diarahkan pada terwujudnya sistem transportasi nasional yang handal
dan berkemampuan tinggi serta mendukung pengembangan wilayah. Sistem
transportasi yang dominan digunakan oleh masyarakat umum Kota Bandung
adalah transportasi darat. Sistem prasarana yang menunjang transportasi darat
adalah jaringan jalan raya dan jaringan jalan rel.
Berdasarkan Dinas Bina Marga & Pengairan Kota Bandung (2014),
panjang jalan menurut wewenang jalan terdapat tiga bagian yaitu jalan nasional
dengan panjang 43,63 km, jalan propinsi dengan panjang 32,05 km dan jalan kota
dengan panjang 1.160,80 km dengan total panjang kesuluruhan yaitu 1.236,48
km. Pada prasarana jalan raya dan jalan rel dapat terjadi suatu perpotongan jalur.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 36 Tahun 2011 tentang
Perpotongan dan/atau Persinggunan antara Jalur Kereta Api dengan Bangunan
Lain, perpotongan jalur kereta api dengan jalan disebut perlintasan. Perlintasan
harus dibuat tak sebidang, namun perlintasan dapat dibuat sebidang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Berdasarkan hasil pemetaan perlintasan dengan
menggunakan Google Maps, jumlah perlintasan yang terdapat di Kota Bandung
yaitu berjumlah 22 perlintasan, terdiri dari 18 pelintasan sebidang dan 4
perlintasan tak sebidang.
Adanya pertemuan jalan raya dengan jalan rel tentunya terdapat
permasalahan, berupa antrian kendaraan diruas jalan raya lalu kondisi lingkungan
yang menurun di sekitar koridor perlintasan dan sebagainya. Permasalahan
tersebut masih terjadi hingga saat ini, karena penanganan terhadap permasalahan

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 1


Proposal Tugas Akhir

tersebut masih kurang dan ketersediaan informasi yang dibutuhkan masih sangat
minim.
Maka hasil dari penyusunan tugas akhir ini, data yang telah didapatkan
akan disajikan berupa sistem informasi yang diharapkan dapat digunakan sebagai
sumber data untuk pemecahan masalah terkait jaringan jalan raya dan perlintasan
kereta api dalam ruang lingkup transportasi di Kota Bandung dalam dan/atau dari
dan ke kota sekitarnya. Tugas akhir ini merupakan bagian dari road map
penelitian KBK Transportasi Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung.

2. Tujuan
Tujuan dari penyusunan tugas akhir ini adalah melakukan perancangan
awal sistem informasi jaringan jalan dan perlintasan kereta api di Kota Bandung.

3. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah pada penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:
a. Standards and Codes yang digunakan pada penyusunan tugas akhir ini adalah
yang berlaku di Negara Republik Indonesia
b. Cakupan data yang disajikan meliputi:

Data jaringan jalan di sekitar koridor perlintasan

Data tata guna lahan di sekitar koridor perlintasan

Data geometri di sekitar kawasan perlintasan

Kinerja lalu lintas pada saat jam sibuk di hari kerja

Data perlintasan kereta api di Kota Bandung meliputi jumlah perlintasan,


tipe perlintasan dan jumlah jalur rel kereta api.

Kinerja lingkungan (tingkat kebisingan) pada saat ini akibat lalu lintas dan
frekuensi kereta api pada koridor perlintasan

c. Penggunaan sistem informasi ditujukan untuk keperluan akademik

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 2


Proposal Tugas Akhir

4. Tinjauan Pustaka dan Dasar Teori


Pada penyusunan tugas akhir ini tinjauan pustaka dan dasar teori yang
akan digunakan berdasarkan dari literatur yang berhubungan dengan topik
bahasan dan NSPM yang dibutuhkan dan berlaku di Indonesia.

4.1 Tinjauan Pustaka


Tinjauan pustaka adalah pengkajian kembali literatur-literatur yang
berkaitan dengan penelitian yang sedang dikerjakan. Fungsi dari tinjauan
pustaka yaitu:
1. Mengetahui sejarah masalah penelitian;
2. Membantu memilih prosedur penyelesaian masalah penelitian;
3. Memahami latar belakang teori masalah penelitian;
4. Mengetahui manfaat penelitian sebelumnya;
5. Menghindari terjadinya plagiasi penelitian;
6. Memberikan pembenaran alasan pemilihan masalah penelitian.
Tinjauan pustaka yang digunakan pada penyusunan tugas akhir ini yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Wartika dan Mahfud Abdul Ghoni (2014)
dengan judul Sistem Informasi Geografis Jaringan Jalan Kabupaten Siak
Provinsi Riau.
Penelitian yang dilakukan oleh Wartika dan Mahfud Abdul Ghoni (2014),
mengangkat permasalahan berdasarkan kebutuhan sebuah sistem informasi
yang dapat digunakan untuk mengelola data jaringan jalan yang ada di wilayah
Kabupaten Siak. Penulis melakukan analisa serta mengevaluasi terhadap sistem
yang sedang berjalan. Setelah dilakukan analisa dan evaluasi, penulis
memberikan usulan yaitu sistem yang akan dibuat mampu mengolah data jalan,
jembatan, pekerjaan serta pengelolaan peta. Selain itu, dapat digunakan untuk
pembuatan laporan-laporan data jaringan jalan secara otomatis dan terintegrasi
serta menggunakan basis data untuk penyimpanan data dengan jumlah yang
banyak. Sehingga dapat mempermudah dalam penyimpanan, pencarian,
pengubahan serta penghapusan data.

4.2 Dasar Teori

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 3


Proposal Tugas Akhir

Menurut Neumen dalam Sugiyono (2010), teori adalah seperangkat


konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat
fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antara variable,
sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Teori
berfungsi untuk memperjelas masalah yang akan diteliti, sebagai dasar untuk
merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk menyusun instrumen
penelitian. Dasar teori yang digunakan pada penyusunan tugas akhir
dipaparkan seperti berikut.

4.2.1 Sistem Transportasi Nasional


Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 49 Tahun 2005
tentang Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS), sistem transportasi
nasional (sistranas) adalah tatanan transportasi yang terorganisasi secara
kesisteman terdiri terdiri dari transportasi jalan, transportasi kereta api,
transportasi sungai dan danau, transportasi penyeberangan, transportasi laut,
transportasi udara, serta transportasi pipa, yang masing-masing terdiri dari
sarana dan prasarana, kecuali pipa, yang saling berinteraksi dengan dukungan
perangkat lunak dan perangkat piker membentuk suatu sistem pelayanan jasa
transportasi yang efektif dan efisien, berfungsi melayani perpindahan orang
dana tau barag, yang harus berkembang secara dinamis.
Tujuan sistranas adalah terwujudnya transportasi yang efektif dan
efisien dalam menunjang dan sekaligus menggerakan dinamika
pembangunan, meningkatkan mobilitas manusia, barang dan jasa, membantu
terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis, serta
mendukung pengembangan wilayah, dan lebih memantapkan perkembangan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam rangka
perwujudan wawasan nusatara dan peningkatan hubungan internasional.
Sesuai dengan perannya sebagai urat nadi kehidupan politik, ekonomi,
social budaya, dan pertahanan-keamanan, sistranas mempunyai fungsi ganda,
yaitu:
a. Sebagai unsur penunjang, sistranas berfungsi menyediakan jasa
transportasi yang efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan sector

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 4


Proposal Tugas Akhir

lain, sekaligus juga berfungsi ikut menggerakkan dinamika pembangunan


nasional serta sebagai industry jasa ya dapat memberikan nilai tambah.
b. Sebagai unsur pendorong, sistranas berfungsi menyediakan jasa
transportasi yang efektif untuk menghubungkan daerah terisolasi dengan
daerah berkembang yang berada di luar wilayahnya, sehinga terjadi
pertumbuhan perekonomian yang sinergis.

4.2.2 Moda Transportasi


Jaringan transportasi dapat dibentuk oleh moda transportasi jalan,
kereta api, sungai dan danau, penyeberangan laut, udara dan pipa. Masing-
masing moda memiliki karakteristik teknik yang berbeda, pemanfaatanya
disesuaikan dengan kondisi geografis daerah layanan. Moda transportasi yang
paling umum terdapat di Kota Bandung adalah moda transportasi jalan dan
moda transportasi kereta api.
4.2.2.1 Moda Transportasi Jalan
Moda transportasi jalan mempunyai karakteristik utama yaitu
fleksibel, dan mampu memberikan pelayana dari pintu ke pintu.
Berdasarkan RSNI T-14-2004 tentang Geometri Jalan Perkotaan,
kendaraan rencana yang diperlukan untuk perencanaan geometri jalan
perkotaan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Dimensi Kendaraan Rencana (m)

Dimensi Kendaraan Dimensi Tonjolan Raidus Radius


Jenis Kendaraan Simbo Putar Tonjolan
Tingg Leba Panjan Depan Belakan
Rencana l Minimu Minimu
i r g g g
m m
Mobil Penumpang P 1,3 2,1 5,8 0,9 1,5 7,3 4,4
Truck As Tunggal SU 4,1 2,4 9,0 1,1 1,7 12,8 8,6
A-
Bis Gandengan 3,4 2,5 18,0 2,5 2,9 12,1 6,5
BUS
Truk Semitrailer
Kombinasi WB-12 4,1 2,4 13,9 0,9 0,8 12,2 5,9
Sedang
Truk Semitrailer
WB-15 4,1 2,5 16,8 0,9 0,6 13,7 5,2
Kombinasi Besar
Convensional SB 3,2 2,4 10,9 0,8 3,7 11,9 7,3

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 5


Proposal Tugas Akhir

School Bus
City Transit Bus CB 3,2 2,5 12,0 2,0 2,3 12,8 7,5
Sumber: RSNI T-14-2004 tentang Geometri Jalan Perkotaan

Berikut berupa gambar dimensi kendaraan dari setiap jenis


kendaraan rencana yang dapat dilihat dibawah ini.

Gambar 1. Kendaraan Penumpang (P)


Sumber: RSNI T-14-2004 Geometri Jalan Perkotaan

Gambar 2. Kendaraan Truk As Tunggal (SU)


Sumber: RSNI T-14-2004 Geometri Jalan Perkotaan

Gambar 3. Kendaraan Bus Sekolah (SB)


Sumber: RSNI T-14-2004 Geometri Jalan Perkotaan

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 6


Proposal Tugas Akhir

Gambar 4. Kendaraan City Transit Bus (CTB)


Sumber: RSNI T-14-2004 Geometri Jalan Perkotaan

Gambar 5. Kendaraan Bus Tempel/Gandengan (A-BUS)


Sumber: RSNI T-14-2004 Geometri Jalan Perkotaan

Gambar 6. Kendaraan Semitrailler Kombinasi Sedang (WB-12)


Sumber: RSNI T-14-2004 Geometri Jalan Perkotaan

Gambar 7. Kendaraan Semitrailler Kombinasi Besar (WB-15)


Sumber: RSNI T-14-2004 Geometri Jalan Perkotaan

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 7


Proposal Tugas Akhir

4.2.2.2 Moda Transportasi Kereta Api


Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian, kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga
gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana
perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel
yang terkait dengan perjalan kereta api. Moda transportasi kereta api
memiliki keunggulan yaitu daya angkut tinggi, polusi rendah, keselamatan
tinggi, dan hemat bahan bakar.
4.2.3 Prasarana Transportasi
Jaringan jalan merupakan prasana transportasi yang mempunyai daya
tarik terhadap pertumbuhan disekitarnya. Ciri utama prasarana transportasi
adalah melayani pengguna. Pada dasarnya, prasarana transportasi memiliki
dua peranan utama yaitu:
1. Sebagai alat bantu untuk mengarahkan pembangunan di perkotaan;
2. Sebagai prasarana pergerakan manusia dan/atau barang akibat dari adanya
kegiatan di suatu wilayah.
4.2.3.1 Jalan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan,
jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan
tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
4.2.3.1.1 Klasifikasi
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang
Jalan, jalan diklasifikasikan menjadi sistem jaringan jalan, fungsi jalan,
status jalan, dan kelas jalan.
A. Sistem Jaringan Jalan
Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan
yang terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan
jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hierarki.
Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata
ruang dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
pengembangan semua wilayah di tingkat nasional.

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 8


Proposal Tugas Akhir

Sistem jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan rencana


tata ruang wilayah kabupaten/kota dan pelayanan distribusi barang
dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan yang
menghubungkan secara menerus kawasan yang mempunyai fungsi
primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi
sekunder ketiga, dan seterusnya sampai ke persil.
B. Fungsi Jalan
Berdasarkan Pd. T-18-2004-B tentang Penentuan Klasifikasi
Fungsi Jalan di Kawasan Perkotaan, sifat dan pergerakan pada lalu
lintas dan angkutan jalan, fungsi jalan dibedakan menjadi arteri,
kolektor, lokal, dan lingkungan.
1. Jalan Arteri
Terdapat dua fungsi jalan arteri yaitu jalan arteri primer dan
jalan arteri sekunder.
a) Arteri primer
Untuk penentukan klasifikasi fungsi jalan arteri primer harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Kriteria-kriteria jalan arteri primer terdiri atas:
Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 60 km/jam;
Lebar badan jalan arteri primer paling rendah 11 meter;
Jumlah jalan masuk ke jala arteri primer dibatasi secara
efisien; jarak antar jalan masuk/akses langsung tidak
boleh pendek dari 500 meter;
Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan
pengaturan tertentu yang sesuai dengan volume lalu
lintasnya;
Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih
besar dari volume lalu lintas rata-rata;
Besarnya volume lalu lintas harian rata-rata pada
umumnya lebih besar dari fungsi jalan yang lain;
Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup
seperti rambu, marka, lampu pengaturan lalu lintas,
lampu penerangan jalan dan lain-lain;
Jalur khusus seharusnya disediakan, yang dapat
digunakan untuk sepeda dan kendaraan lambat lainnya;

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 9


Proposal Tugas Akhir

Jalan arteri primer seharusnya dilengkapi dengan


median jalan.
2) Ciri-ciri jalan arteri primer terdiri atas:
Jalan arteri primer dalam kota merupakan terusan jalan
arter primer luar kota;
Jalan arteri primer melalui atau menuju kawasan
primer;
Lalu lintas jarak jauh pada jalan arteri primer adalah
lalu lintas regional; untuk itu, lalu lintas tersebut tidak
boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, dan lalu
lintas lokal, dari kegiatan lokal;
Kendaraan angkutan barang berat dan kendaraan umum
bus dapat diijinkan melalui jalan ini;
Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan tidak
diijinkan;
Jalan arteri primer dilengkapi dengan tempat istirahat
pada setiap jarak 25 km.

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 10


Proposal Tugas Akhir

Gambar 8. Tipikal Penampang Melintang Jalan Arteri Primer


Sumber: Pd T-18-2004 B Penentuan Klasifikasi Jalan di Perkotaan
b) Arteri sekunder
Untuk penentuan klasifikasi fungsi jalan arteri sekunder harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Kriteria-kriteria jalan arteri sekunder terdiri atas:
Jalan arteri sekunder didesain berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 30 km/jam;
Lebar badan jalan paling rendah 11 meter;
Akses langsung dibatasi tidak boleh lebih pendek dari
250 meter;
Persimpangan pada jalan arteri sekunder diatur dengan
pengaturan tertentu yang sesuai dengan volume lalu
lintasnya;
Jalan arteri skekunder mempunyai kapasitas yang lebih
besar dari volume lalu lintas rata-rata;

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 11


Proposal Tugas Akhir

Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup


seperti rambu, marka, lampu pengatur lalu linras, lampu
jalan dan lain-lain;
Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya
paling besar dari sistem sekunder yang lain;
Dianjurkan tersedianya jalur khusus yang dapat
digunakan untuk sepeda dan kendaraan lambat lainnya;
Jarak selang dengan kelas jalan yang sejenis lebih besar
dari jarak selang dengan kelas jalan yang lebih rendah.
2) Ciri-ciri jalan arteri sekunder terdiri atas:
Jalan arteri sekunder menghubungkan:
i. Kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu;
ii. Antar kawasan sekunder kesatu;
iii. Kawasan sekunder kesatu dengan kawasan
sekunder kedua;
iv. Jalan arteri/kolektor primder dengan kawasan
sekunder kesatu;
Lalu lintas cepat pada jalan arteri sekunder tidak boleh
terganggu oleh lalu lintas lambat;
Kendaraan angkutan barang ringan dan bus untuk
pelayanan kota dapat diijinkan melalui jalan ini;
Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan sangat
dibatasi dan seharusnya tidak diijinkan pada jam sibuk.

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 12


Proposal Tugas Akhir

Gambar 9. Tipikal Penampang Melintang Jalan Arteri Sekunder


Sumber: Pd T-18-2004 B Penentuan Klasifikasi Jalan di Perkotaan
2. Kolektor
Terdapat dua fungsi jalan kolektor yaitu jalan kolektor primer
dan jalan kolektor sekunder.
a) Kolektor primer
Untuk penentuan klasifikasi fungsi jalan kolektor primer
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Kriteria-kriteria jalan kolektor terdiri atas:
Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 40 km/jam
Lebar badan jalan kolektor primer paling rendah 9
meter;
Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer dibatasi
secara efisien; jarak antar jalan masuk/akses langsung
tidak boleh lebih pendek dari 400 meter;

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 13


Proposal Tugas Akhir

Persimpangan pada jalan kolektor primer diatur dengan


pengaturan tertentu yang sesuai dengan volume lalu
lintasnya;
Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang sama
atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata;
Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup
sepeti rambu, marka, lampu pengatur lalu lintas dan
lampu penerangan jalan;
Besarnya lal lintas harian rata-rata pada umumnya lebih
rendah dari jalan arteri primer;
Dianjurkan tersedianya jalur khusus yan dapat
digunakan untuk sepeda dan kendaraan lambat lainnya.
2) Ciri-ciri jalan kolektor primer terdiri atas:
Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan
jalan kolektor primer luar kota;
Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan
primer atau jalan arteri primer;
Kendaraan angkutan baran berat dan bus dapat dijinkan
melalui jalan ini;
Lokasi parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan
seharusnya tidak diijinkan pada jam sibuk.

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 14


Proposal Tugas Akhir

Gambar 10. Tipikal Penampang Melintang Jalan Kolektor Primer


Sumber: Pd T-18-2004 B Penentuan Klasifikasi Jalan di Perkotaan
b) Kolektor sekunder
Untuk penentuan klasifikasi fungsi jalan kolektor sekunder
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Kriteria-kriteria jalan kolektor sekunder terdiri atas:
Jalan kolektor sekunder didesain berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 20 km/jam
Lebar badan jalan kolektor sekunder paling rendah 9
meter;
Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup;
Besarnya lal lintas harian rata-rata pada umumnya lebih
rendah dari sistem primer dan arteri sekunder.
2) Ciri-ciri jlan kolektor sekunder terdiri atas:
Jalan kolektor sekunder menghubungkan:
i. Antar kawasan sekunder kedua;

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 15


Proposal Tugas Akhir

ii. Kawasan sekunder kedua dengan kawasan


sekunder ketiga;
Kendaraan angkutan barang berat tidak diijinkan
melalui fungsi jalan ini di daerah pemukiman;
Lokasi parkir pada badan jalan dibatasi.

Gambar 11. Tipikal Penampang Melintang Jalan Kolektor


Sekunder
Sumber: Pd T-18-2004 B Penentuan Klasifikasi Jalan di Perkotaan

3. Lokal
Terdapat dua fungsi jalan lokal yaitu jalan lokal primer dan jalan
lokal sekunder.

a) Lokal primer
Untuk penentuan klasifikasi fungsi jalan lokal primer harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Kriteria-kriteria jalan lokal primer terdiri atas:
Jalan lokal primer didesain berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 20 km/jam;

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 16


Proposal Tugas Akhir

Lebar badan jalan lokal primer paling rendah 6,5 meter;


Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya
paling rendah pada sistem primer.
2) Ciri-ciri jalan lokal primer terdiri atas:
Jalan lokal primer dalam kota merupakan terusan jalan
lokal primer luar kota;
Jalan lokal primer melalui atau menuju kawasan primer
atau jalan primer lainnya;
Kendaraan angkutan barang dan bus dapat diijinkan
melaui jalan ini.

Gambar 12. Tipikal Penampang Melintang Jalan Lokal Primer


Sumber: Pd T-18-2004 B Penentuan Klasifikasi Jalan di Perkotaan
b) Lokal sekunder
Untuk penentuan klasifikasi fungsi jalan lokal sekunder harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Kriteria-kriteria jalan lokal sekunder terdiri atas:
Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 10 km/jam;
Lebar badan jalan lokal sekunder paling rendah 6,5
meter;
Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya
paling rendah dibandingkan dengan fungsi jalan lain.
2) Ciri-ciri jalan lokal sekunder terdiri atas:
1) Jalan lokal sekunder menghubungkan:
i. Antar kawsan sekunder ketiga atau di bawahnya;
ii. Kawasan sekunder dengan perumahan;

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 17


Proposal Tugas Akhir

2) Kendaraan angkutan barang berat dan bus tidak


diijinkan melalui fungsi jalan ini di daerah
permukiman.

Gambar 13. Tipikal Penampang Melintang Jalan Lokal Sekunder


Sumber: Pd T-18-2004 B Penentuan Klasifikasi Jalan di Perkotaan

C. Status Jalan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang
Jalan, jalan umum menurut statusnya dikelompokkan atas:
1. Jalan nasional
Jalan nasional terdiri atas:
a. Jalan arteri primer;
b. Jalan kolektor primer yang menghubungkan antaribukota
provinsi;
c. Jalan tol;
d. Jalan strategis nasional.
2. Jalan provinsi
Jalan provinsi terdiri atas:
a. Jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota provinsi
dengan bukota kabupaten atau kota;

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 18


Proposal Tugas Akhir

b. Jalan kolektor primer yang menghubungkan antaribukota


kabupaten atau kota;
c. Jalan strategis provinsi;
3. Jalan kabupaten
Jalan kabupaten terdiri atas:
a. Jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan
jalan provinsi;
b. Jalan lokal primer yang menghubungkan iukota kabupaten
dengan ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat
desa, antaribukota kecamatan, ibukota kecamatan dengan
desan, dan antardesa;
c. Jalan sekunder yang tidak termasuk jalan provinsi dan jalan
sekunder dalam kota;
d. Jalan strategis kabupaten.
4. Jalan kota
Jalan kota adalah jalan umum pada jaringan jalan sekunder di
dalam kota.

5. Jalan desa
Jalan desa adalah jalan lingkungan primer dan jalan lokal primer
yang tidak termasuk jalan kabupaten di dalam kawasan
perdesaan, dan merupakan jalan umum yang menghubungkan
kawasan dan/atau antarpermukiman di dalam desa.
D. Kelas Jalan
Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, kelas jalan dikelompokkan menjadi:
a. Jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui
kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter,
ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu
terberat 10 ton;
b. Jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan
yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar
tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi
12.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan
muatan sumbu terberat 8 ton;

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 19


Proposal Tugas Akhir

c. Jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan
yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar
tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi
9.000 ilimeter, ukuran palin tinggi 3.500 milimeter, dan muatan
sumbu terberat 8 ton;
d. Jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui
kendaraan bermotor dengan ukuran lebar melibihi 2.500
milimeter, ukuran panjang melebihi 18.000 milimeter, ukuran
paling tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu terberat lebih
dari 10 ton.
4.2.3.1.2 Bagian-Bagian Jalan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 19 Tahun
2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis
Jalan, bagian-bagian jalan terdiri atas:

1. Ruang manfaat jalan, selanjutnya disebut rumaja


Rumaja sebagaimana yang dimaksud meliputi badan jalan, saluran
tepi jalan untuk drainase permukaan, talud timbunan atau talud
galian dan ambang pengaman jalan yang dibatasi oleh tinggi dan
kedalaman tertentu dari muka perkerasan. Rumaja diperuntukan
bagi perkerasan jalan, median, jalur pemisah jalan, bahu jalan,
trotoar, saluran tepi dan gorong-gorong, lereng tepi badan Jalan,
bangunan pelengkap jalan, dan perlengkapan jalan, yang tidak
boleh dimanfaatkan untuk prasarana perkotaan atau keperluan
utilitas atau yang lainnya tanpa izin tertulis dari penyelenggara
jalan.
2. Ruang milik jalan, selanjutnya disebut rumija
Rumija sebagaimana dimaksud merupakan ruang sepanjang jalan,
dibatasi oleh lebar yang ditetapkan oleh penyelenggara jalan dan
menjadi milik negara. Rumija harus memiliki lebar minimal sesuai
kelas penyediaan prasarana, dikuasai oleh penyelenggara jalan
dengan suatu hak tertentu sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, diberi tanda patok Rumija sebagai batas yang ditetapkan
oleh penyelenggara jalan.

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 20


Proposal Tugas Akhir

3. Ruang pengawasan jalan, selanjutnya disebut ruwasja


Ruwasja sebagaimana dimaksud merupakan ruang tertentu di luar
Rumija, dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu, penggunaannya ada
di bawah pengawasan penyelenggara jalan. Ruwasja diperuntukkan
bagi pemenuhan pandangan bebas pengemudi, ruang bebas bagi
kendaraan yang mengalami hilang kendali, dan pengamanan
konstruksi jalan serta pengamanan fungsi jalan.
4.2.3.2 Jalan Rel
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1998 tentang
Prasarana dan Sarana Kereta Api, jalan rel adalah satu kesatuan konstruksi
yang terbuat dari baja, beton, atau konstruksi lain yang terletak di
permukaan, di bawah, di atas tanah atau bergantung beserta perangkatnya
yang mengarahkan jalannya kereta api. Jalan rel harus memenuhi
persyaratan yang terdiri atas:

a. Ukuran lebar;
b. Jenis tanah dan/atau konstruksi tempat jalan rel terletak;
c. Penggunaan balas;
d. Jenis bantalan;
e. Jenis rel;
f. Jenis alat penambat;
g. Jenis wesel;
h. Kelengkungan;
i. Kelandaian;
4.2.3.3 Perlintasan
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 36 Tahun 2011
tentang Perpotongan dan/atau Persinggunan antara Jalur Kereta Api
dengan Bangunan Lain, perlintasan adalah perpotongan antara jalur kereta
api dengan jalan. Perlintasan harus dibuat tidak sebidang, kecuali bersifat
sementara dalam hal:
a. Letak geografis yang tidak memungkinkan membangun perlintasan
tidak sebidang;
b. Tidak membahayakan dan mengganggu kelancaran operasi kereta api
dan lalu lintas di jalan;
c. Pada jalur tunggal dengan frekuensi dan kecepatan kereta api rendah.
Pada pembangunan perlintasan sebidang, persyaratan yang harus dipenuhi
adalah:

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 21


Proposal Tugas Akhir

a. Permukaan jalan harus satu level dengan kepala rel dengan toleransi 0,5
cm;
b. Terdapat permukaan datar sepanjang 60 cm diukur dari sisi terluar jalan
rel;
c. Maksimum gradien untuk dilewati kendaraan dihitung dari titik
tertinggi di kepala rel;
d. Lebar perlintasan untuk satu jalur jalan maksimum 7 meter;
e. Sudut perpotongan antara jalan rel dengan jalan harus 90 dan panjang
jalan yang lurus minimal harus 150 meter dari as jalan rel.
Pada perlintasan sebidang, kereta api mendapat prioritas berlalu lintas.
Pada perlintasan sebidang harus dilengkapi dengan rambu, marka, alat
pemberi isyarat lalu lintas, dan petugas penjaga pintu perlintasan.
Perlintasan tidak sebidang dapat dibangun dengan jalan diatas jalur
kereta api (overpass) dan jalan dibawah jalur kereta api (underpass).
Berdasarkan Pedoman No. 08/PW/2004 tentang Perencanaan Perlintasan
Jalan dengan Jalur Kereta Api, beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam membangunan perlintasan tidak sebidang yaitu:
1. Perlintasan tidak sebidang overpass
a. ruang bebas pada overpass 6,5 meter dari kepala rel. Sedangkan
ruang bebas minimum merupakan ruangan yang dibutuhkan kereta
untuk saran dan prasaran yang dibutuhkan dalam melintas;
b. Konstruksi jalan harus mengikuti ketentuan teknis jalan;
c. Saluran air harus dibuat tertutup dan tidak boleh mengalir pada jalur
kereta api;
d. Jarak pondasi pilar dari as rel jalur tunggal minimal 10 meter dan
untuk jalur ganda 10 meter dihitung dari as rel paling luar;
e. Penggunaan utilitas minimal dengan ketinggian sebesar 2 meter dari
permukaan rel yang ada;
f. Pemasangan pilar jalan laying (overpass) mengantisipasi rencana
jalur ganda kereta api dan rencana elektrifikasi;

g. Jalan layang (overpass) harus dipasang pagar pengaman minimal


didaerah manfaat jalan (damaja);

h. Alinyemen vertical di dalam pembangunan jalan laying mempunyai


kelandaian maksimum 5%

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 22


Proposal Tugas Akhir

i. Panjang jari-jari minimum yang disyaratkan untuk alinyemen


horizontal pada pembangunan jalan layang adalah sebesar 110.
2. Perlintasan tidak sebidang underpass:
a. Konstruksi jalan harus memenuhi ketentuan teknis jalan;
b. Jarak permukaan jalan dibawah jalur kereta api, minimal 5,10 meter
dihitung dari permukaan jalan sampai gelagar kereta api paling
bawah;
c. Letak sisi teratas konstruksi underpass minimal 1 meter dibawah
kepala rel;
d. Drainase harus dibuat sedemikian sehingga jalan tidak tergenang dan
terendam air.
e. Memperhatikan beban rankaian kereta api terbesar yang melewati
jalur rel yang terletak di atas jalan underpass;
f. Penempatan portal sebagai rambu pengaman dengan ruang bebas
setinggi 5,10 meter atau disesuaikan dengan tinggi ruang bebas
kereta api yang ada, jarak 10 meter dari damija terluar kereta api.
4.2.4 Sistem Informasi
Menurut berbagai para ahli, pengertian sistem informasi diartikan
seperti berikut:
Sistem informasi merupakan kumpulan dari perangkat keras dan
perangkat lunak computer serta perangkat manusia yang akan mengolah
data menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak tersebut
(Kristanto, 2008).
Sistem informasi merupakan suatu komponen yang terdiri dari manusia,
teknologi informasi, dan prosedur kerja yang memproses, menyimpan,
menganalisi, dan menyebarkan informasi untuk mencapai suatu tujuan
(Mulyanto, 2009)
Sistem informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna
bagi pemakainya (Mustakini, 2008)
Menurut Mustakini (2008), sistem informasi mempunyai enam buah
komponen yaitu komponen masukan (input), komponen model, komponen
keluaran (output), komponen teknologi, komponen basis data dan komponen
control atau pengendalian. Sebagai suatu sistem, ke enam komponen tersebut
harus ada dan membentuk satu kesatuan. Apabila satu atau lebih komponen

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 23


Proposal Tugas Akhir

tersebut tidak ada, maka sistem informasi tidak dapat melaksanakan


fungsinya. Berikut adalah penjelasan dari ke enam komponen sistem
informasi, yaitu:
1. Komponen Masukan (input)
Input merupakan data yang masuk kedalam sistem informasi. Komponen
ini perlu ada karena merupakan bahan dasar dalam pengolahaan informasi.
2. Komponen Model
Informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi berasal dari data yang
diambil dari basis data yang diolah lewat suatu model-model tertentu.
3. Komponen Keluaran (output)
Produk dari sistem informasi adalah output berupa informasi yang berguna
bagi para pemakainya. Output merupakan komponen yang harus ada di
sistem informasi.
4. Komponen Teknologi
Teknologi merupakan komponen sistem yang penting di sistem informasi.
Tanpa adanya teknologi yang mendukung, maka sistem informasi tdak
dapat menghasilkan informasi tepat pada waktunya.
5. Komponen Basis Data
Basis data (database) merupakan kumpulan dari data yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan diperangkat keras
computer, dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Data
perlu disimpan didalam basis data untuk keperluan penyediaan informasi.
6. Komponen Kontrol atau Pengendalian
Komponen control merupakan komponen yang penting dan harus ada di
sistem informasi. Komponen control ini digunakan untuk menjamin bahwa
informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi merupakan informasi
yang kuat.
Tujuan sistem informasi adalah menghasilkan informasi, yaitu data
diolah menjadi bentuk yang berguna bagi para pemakainya yang terdiri dari
kegunaan, ekonomi, keandalan, pelayanan langganan, kesederhanaan dan
flesibilitas (Mustakini, 2009).
1. Kegunaan
Sistem harus menghasilkan informasi yang tepat waktu dan relevan untuk
mengambil keputusan manajamen dan personil didalam organisasi.
2. Ekonomi

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 24


Proposal Tugas Akhir

Semua bagian komponen sistem termasuk laporan-laporan, pengendalian-


pengendalian, mesin-mesin harus menyumbang suatu nilai manfaat
setidak-tidaknya sebesar biaya yang dibutuhkan.
3. Keandalan
Keluaran sistem harus mempunyai tingkatan ketelitian yang tinggi dan
sistem itu sendiri harus mampu beroperasi secara efektif bahkan pada
waktu komponen manusia tidak hadir atau saat komponen mesin tidak
beroperasi secara temporer.
4. Pelayanan Langganan
Sistem harus memberikan pelayanan dengan baik atau rama kepada
pelanggan.
5. Kesederhanaan
Sistem harus cukup sederhana, sehingga terstruktur dan operasinya dapat
dengan mudah dimengerti dan prosedurnya mudah diikuti.
6. Fleksibilitas
Sistem harus cukup fleksibel, untuk menangani perubahan-perubahan yang
terjadi, kepentingannya cukup beralasan dalam kondisi dimana sistem
beroperasi atau dalam kebutuhan yang diwajibkan oleh organisasi.

5. Metodologi
Penyusunan alur kerja untuk tugas akhir ini dilakukan secara sistematis
agar dapat diselesaikan dengan baik. Alur kerja penyusunan tugas akhir ini dapat
dilihat pada Gambar 14 berikut.

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 25


Proposal Tugas Akhir

Gambar 14. Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir


Diagram alir di atas merupakan tahapan penyusunan tugas akhir. Pemaparan
setiap tahapan akan dijelaskan seperti berikut.
A. Pemetaan Perlintasan Jalan dengan Jalur KA di Kota Bandung
Pemetaan yang dimaksud yaitu melakukan survei digitasi
menggunakan Google Maps untuk mengetahui jumlah perlintasan yang
terdapat di Kota Bandung dan kondisinya. Tahapan yang dilakukan pada
proses pemetaan ini dapat dilihat pada Gambar 15 berikut.

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 26


Proposal Tugas Akhir

Gambar 15. Tahapan Pemetaan


B. Inventarisasi Geometri dan Tata Guna Lahan di Perlintasan
dengan Jalur KA di Kota Bandung
Inventarisasi Geometri dan Tata Guna Lahan yang dimaksud yaitu
dilakukan survei digitasi menggunakan Google Maps untuk mendapatkan
informasi mengenai geometrik dan tata guna lahan di sekitar koridor
perlintasan. Tahapan yang dilakukan pada proses inventarisasi ini dapat
dilihat pada Gambar 16 berikut.

Gambar 16. Tahapan Inventarisasi


C. Identifikasi Masalah

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 27


Proposal Tugas Akhir

Untuk memenuhi kebutuhan informasi yang terkait dengan


permasalahan transportasi di Kota Bandung, maka diperlukan sistem
informasi yang dapat mewadahi informasi tersebut. Informasi yang
diperlukan untuk pemecahan masalah tersebut yaitu:
a. Sistem transportasi;
b. Jaringan jalan raya;
c. Jaringan jalan rel kereta api;
d. Kondisi jaringan jalan raya dan jalan rel kereta api;
e. Perilaku lalu lintas pada perlintasan kereta api:

Arus kendaraan bermotor pada jam puncak;

Panjang antrian kendaraan bermotor;

Tundaan kendaraan bermotor;

f. Pertumbuhan tiap jenis kendaraan bermotor;


g. Frekuensi kereta api;
h. Tata guna lahan di Kota Bandung;
i. Perlintasan kereta api di Kota Bandung:

Jumlah perlintasan;

Tipe perlintasan;

Jumlah jalur rel kereta api;

j. Kinerja lingkungan.

D. Main Survei
Main survei bertujuan untuk pengumpulan data primer dan data
sekunder yang dibutuhkan untuk input pada perancangan sistem informasi.
Tahapan main survei dapat dilihat pada Gambar 17 berikut.

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 28


Proposal Tugas Akhir

Gambar 17. Tahapan Survei


Untuk kebutuhan data yang diperlukan dapat dilihat pada Tabel 3
berikut.
Tabel 2. Kebutuhan Data
Cara Memperoleh
Nama Data Jenis Data
Data
Data Geometri Data Primer Survei Lapangan
Data Panjang Antrian Data Primer Survei Lapangan
Data Tundaan Data Primer Survei Lapangan
Data Traffic Counting Data Primer Survei Lapangan
Data Tingkat
Data Primer Survei Lapangan
Kebisingan
Jumlah Trainset Data Primer Survei Lapangan
Data Jadwal
Data dari Instansi
Keberangkatan Kereta Data Sekunder
terkait
Api
Cara Memperoleh
Nama Data Jenis Data
Data
Pertumbuhan Tiap Data dari Instansi
Data Sekunder
Jenis Kendaraan terkait

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 29


Proposal Tugas Akhir

Data dari Instansi


Peta Jalur Kereta Api Data Sekunder
terkait

E. Analisa Pemilihan Metode Pendekatan Sistem Informasi


Analisa yang dilakukan menggunakan sistem pendukung keputusan
dengan metode kualitatif untuk dapat memutuskan metode sistem
informasi mana yang akan digunakan. Pada sistem pendukung keputusan
dengan metode kualitatif terdapat beberapa pilihan seperti metode TOPSIS
(Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution), metode
SAW (Simple Additive Weighting), metode SWOT (Strength Weakness
Opportunities Threats) dan lain-lain. Penilaian metode sistem informasi
yang ditawarkan berdasarkan dari parameter-parameter yang ditentukan
seperti, kemampuan penyampaian informasi yang diperoleh dan
sebagainya. Dari hasil penilaian yang telah diberikan pada metode sistem
informasi yang ditawarkan, dilakukan analisa menggunakan sistem
pendukung keputusan untuk mendapatkan metode pendekatan sistem
informasi mana yang paling tepat untuk digunakan. Metode pendekatan
sistem informasi yang ditawarkan yaitu sistem informasi dengan metode
pendekatan terstruktur dan sistem informasi dengan metode pendekatan
berorientasi objek.

F. Perancangan Awal Sistem Informasi


Pada tahap ini dilakukan perancangan awal sistem informasi dengan
metode yang terpilih dari hasil analisa pemilihan metode dengan berbagai
tahapan hingga hasil akhirnya berupa produk. Rencana informasi yang
akan diberikan pada basis sistem informasi yang terpilih yaitu menyajikan
data hasil survei lapangan yang dilakukan untuk mengetahui kondisi saat
ini pada jaringan jalan disekitar koridor perlintasan kereta api. Tahapan
perancangan sistem informasi secara umum dapat dilihat pada Gambar 18
berikut.

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 30


Proposal Tugas Akhir

Gambar 18. Tahapan Perancangan Sistem Informasi Secara Umum


1. Analisa Kebutuhan
Langkah ini merupakan analisa terhadap kebutuhan sistem.
Pengumpulan data pada tahap ini bisa didapatkan dengan melakukan
sebuah penelitian, wawancara atau studi literatur. Tahapan ini akan
menghasilkan dokumen user requirement atau data yang berhubungan
dengan keinginan user dalam pembuatan sistem. Dokumen ini akan
menjadi acuan sistem analis untuk menerjemakan ke dalam bahasa
pemrograman.
2. Design Sistem
Proses desain akan menerjemahkan syarat kebutuhan ke sebuah
perancangan perangkat lunak yang dapat diperkirakan sebelum
melakukan coding. Proses ini berfokus pada struktur data, arsitektur
perangkat lunak, representasi interface, dan detail procedural. Tahapan
ini akan menghasilkan dokumen software requirement. Dokumen
tersebut yang akan digunakan programmer untuk pembuatan sistem.
3. Coding
Coding merupakan penerjemahan desain dalam bahasa yang dikenali
oleh computer. Dilakukan oleh programmer yang akan menerjemahkan

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 31


Proposal Tugas Akhir

yang diminta oleh user. Tahapan ini merupakan tahapan secara nyata
dalam mengerjakan suatu sistem.
4. Testing
Testing bertujuan untuk menemukan kesalahan-kesalahan terhadap
sistem yang telah dibuat dan kemudian kesalahan tersebut diperbaiki.
5. Penerapan
Tahapan ini adalah final dalam pembuatan sebuah sistem. Setelah
dilakukan analisa, desain dan coding maka sistem dapat digunakan oleh
user.
6. Pemeliharaan
Perangkat lunak yang sudah disampaikan kepada pelanggan dapat
mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat mengalami kesalahan
karena perangkat lunak harus menyesuaikan dengan sistem operasi
baru, atau karena pelanggan membutuhkan perkembangan fungsional.

6. Jadwal Penyusunan Tugas Akhir


Dalam pelaksanaan penyusunan tugas akhir, agar penyusunan tersebut
sesuai dengan target waktu yang telah ditentukan maka dibentuk penjadwalan
untuk penyusunan tugas akhir. Jadwal penyusunan tugas akhir dapat dilihat pada
Tabel 4 berikut.

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 32


Proposal Tugas Akhir

Tabel 4. Jadwal Penyusunan Tugas Akhir

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 33


Proposal Tugas Akhir

7.

Rencana Anggaran Biaya (RAB)


Pada penyusunan tugas akhir ini diperlukan RAB guna mempersiapkan
dana yang diperlukan untuk kebutuhan pada saat kegiatan penyusunan
berlangsung. Anggaran yang dibutuhkan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Rencana Anggaran Biaya (RAB)

A. Survey Lapangan

Harga Jumlah
Perkiraan
No Uraian Satuan Satuan Harga
Kuantitas
(Rupiah) (Rupiah)
a b c d e f = (d x e)
1 Konsumsi buah 50 15000 750000
2 Bahan Bakar (Pertamax) liter 5 8030 40150
3 Kertas 70 gram rim 0.1 30000 3000
4 Pita Ukur buah 2 - Pinjaman
5 Odo Meter buah 1 - Pinjaman

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 34


Proposal Tugas Akhir

6 Alat Tulis Kantor ls 1 10000 10000


7 Stopwatch buah 3 - Milik Sendiri
8 Handy Talk buah 3 50000 150000
9 Payung buah 3 - Milik Sendiri
Total Biaya Survey Lapangan 953150

B. Penyusunan Proposal dan Laporan

Harga Jumlah
Perkiraan
No Uraian Satuan Satuan Harga
Kuantitas
(Rupiah) (Rupiah)
a b c d e f = (d x e)
1 Kertas 70 gram rim 2 30000 60000
2 Kertas 80 gram rim 2 35000 70000
2 Tinta (Hitam + Berwarna) buah 4 95000 380000
Total Biaya Penyusunan Proposal dan Laporan 510000
Total Biaya A + B 1463150

DIV Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan 35

Anda mungkin juga menyukai