au t h o r n a m e
This template is designed by Otto Coster and provided to you by Smashing Magazine
No. ISBN:977-602-8256-57-5
Kode Kegiatan:PPK2-01-112-11
Kode Publikasi:
Koordinator Penelitian
Ir. Pantja Dharma Oetojo, M.Eng.Sc.
PUSLITBANG JALAN DAN JEMBATAN
Editor
Ir. Sri Hendarto, M.Sc
.
Desain & Tata Letak
Andrian Roult, SE.
Diterbitkan oleh:
Kementerian Pekerjaan Umum
Badan Penelitian dan Pengembangan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan
Jl. A.H. Nasution No. 264 Ujungberung – Bandung 40294
Pemesanan melalui:
Perpustakaan Puslitbang Jalan dan Jembatan
info@pusjatan.pu.go.id
Sekretaris:
Ir. Nanny Kusminingrum
Anggota:
Ir. Gandhi Harahap, M.Eng.
Dr. Ir. IF Poernomosidhi, M.Sc.
Dr. Ir. Hikmat Iskandar, M.Sc.
Ir. Sri Hendarto, M.Sc.
Dr. Ir. Tri Basuki Juwono, M.Sc.
Nara Sumber:
Dr.Ir. Anastasia Caroline, M. Sc
Dr. Eng. Fergyanto E. Gunawan, MS.BS
.
i I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
© PUSJATAN 2011
Naskah ini disusun dengan sumber dana APBN Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2011, pada paket pekerjaan
Penyusunan Naskah Ilmiah Litbang Intelegent Transportation System DIPA Puslitbang Jalan dan Jembatan.. Pandangan-
pandangan yang disampaikan di dalam publikasi ini merupakan pandangan penulis dan tidak selalu menggambarkan
pandangan dan kebijakan Kementerian Pekerjaan Umum maupun institusi pemerintah lainnya. Penggunaan data dan
informasi yang dimuat di dalam publikasi ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis..
Kementerian Pekerjaan Umum mendorong percetakan dan memperbanyak informasi secara eklusif untuk perorangan
dan pemanfaatan nonkomersil dengan pemberitahuan yang memadai kepada Kementerian Pekerjaan Umum. Tulisan
ini dapat digunakan secara bebas sebagai bahan referensi, pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seijin
pemegang HAKI dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebut sumbernya.
Buku ini dibuat juga dalam versi e-book dapat diunduh dari website pusjatan.pu.go.id serta untuk keperluan pencetakan
bagi perorangan dan pemanfaatan non-komersial dapat dilakukan melalui pemberitahuan yang memadai kepada
Kementerian Pekerjaan Umum.
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
ii
Pusat Litbang Jalan dan Jembatan (Pusjatan) adalah lembaga riset yang berada di bawah Badan Litbang Kementerian
Pekerjaan Umum Republik Indonesia. Lembaga ini memiliki peranan yang sangat strategis di dalam mendukung tugas
dan fungsi Kementerian Pekerjaan Umum dalam menyelenggarakan jalan di Indonesia. Sebagai lembaga riset, Pusjatan
memiliki visi sebagai lembaga penelitian dan pengembangan yang terkemuka dan terpercaya, dalam menyediakan jasa
keahlian dan teknologi bidang jalan dan jembatan yang berkelanjutan, dan dengan misi sebagai berikut :
• Meneliti dan mengembangkan teknologi bidang jalan dan jembatan yang inovatif, aplikatif, dan berdaya saing;
• Memberikan pelayanan teknologi dalam rangka mewujudkan jalan dan jembatan yang handal; dan
• Menyebarluaskan dan mendorong penerapan hasil litbang bidang jalan dan jembatan.
Pusjatan memfokuskan dukungan kepada penyelenggara jalan di Indonesia, melalui penyelenggaraan litbang terapan
untuk menghasilkan inovasi teknologi bidang jalan dan jembatan yang bermuara pada standar, pedoman, dan manual.
Selain itu, Pusjatan mengemban misi untuk melakukan advis teknik, pendampingan teknologi, dan alih teknologi
yang memungkinkan infrastruktur Indonesia menggunakan teknologi yang tepat guna. Kemudian Pusjatan memilliki
fungsi untuk memastikan keberlanjutan keahlian, pengembangan inovasi, dan nilai-nilai baru dalam pengembangan
infrastruktur.
iii I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
Pengantar
N
Sistem transportasi cerdas atau biasa disebut dengan intelligent transportation
system (ITS), adalah salah satu cara pengaturan lalu lintas yang bisa mengefisienkan
sistem transportasi jalan, seperti yang dilakukan di negara-negara maju. Untuk
memahami dan mengetahui bagai mana penerapan ITS pada jaringan jalan bebas
hambatan, telah dilakukan studi literatur. Studi literatur tersebut didapat dari buku-buku
yang merupakan substansi penyusunan buku ini.
Bahan substansi penyusunan buku ini, dengan mengadop sebagian besar dari buku
“Robert Gordon, 2009, Intelligent Freeway Transportation Systems, Functional Design,
Springer Dordrecht Heidelberg London New York’’, substansi lainnya dikembangkan dari
referensi lain, peraturan, dan landasan teori, serta fotret kondisi permasalahan eksisting
yang sering ditemui di lapangan.
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
iv
Ringkasan
T
eknologi informasi (TI) telah mengubah banyak proses dalam segala kegiatan sekarang
ini, pada tahap awal mulai masuk pada bidang transformasi sistem transportasi.
Masa depan permasalahan transportasi jalan tidak selalu dijawab dengan
pembangunan fisik atau penambahan kapasitas saja, tetapi semakin membutuhkan TI. TI
memungkinkan elemen dalam sistem transportasi jalan seperti, jalan, lampu lalu lintas,
tanda-tanda pesan, dll, untuk menjadi cerdas dengan dukungan teknologi computer
(microchip dan sensor) untuk saling berkomunikasi satu dengan lainnya melalui teknologi
nirkabel. Di negara-negara terkemuka, penerapan TI dengan Intelligent Transportation
System (ITS) membawa perbaikan yang signifikan pada kinerja sistem transportasi jalan,
termasuk kemacetan bisa berkurang, keamanan meningkat, dan kenyamanan, serta
ramah terhadap lingkungan.
Keberhasilan setiap lingkupm layanan informasi dalam sistem ITS, sangat tergantung
kondisi wilayah, seperti perkotaan, jalan bebas hambatan, dan jalan antara kota/nasional,
yang mempunyai ciri-ciri yang berbeda, baik infrastruktur maupun lalu litas. Jalan bebas
hambatan, mempunya ciri persyaratan teknis lebih tinggi dan pengggunanya diharuskan
membayar sejumlah uang tertentu, jalan tersebut seyogyanya harus memberikan tingkat
pelayanan lebih tinggi disbanding dengan jalan lainnya. Namun demikian tidak bisa
dipungkiri bahwa kejadian kemacetan/hambatan, dan kecelakaan bisa terjadi dimana
saja dan kapan saja di jalan bebas hambatan. ITS pada dasarnya memberikan informasi
tentang kondisi infrastruktur dan lalu lintas lebih awal kepada pengguna jalan, sehingga
pengguna jalan bisa mengantisifasi hal-hal yang perlu dilakukan. Dari proses tersebut
bisa berdampak pada perbaikan kinerja lalu lintas jalan.
Atas dasar persoalan tersebut buku Naskah Ilmiah ITS Untuk Jalan Bebas hambatan ini,
difokuskan pada penerapan sistem ITS pada jaringan jalan bebas hambatan. Buku ini,
menguraikan mengenai sitem ITS secara umum, permasalahan lingkup ITS dijalan bebas
hambatan, konsep dasar aplikasi ITS di jalan bebas hambatan.
v I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan 3
1.1. Latar Belakang 3
1.2. Tujuan Pembahasan 4
1.3. Metoda Pembahasan 4
Bab II Prasarana Transportasi Jalan 5
2.1. Jalan Secara Umum 5
2.2. Manajemen Lalu Lintas 6
2.3. Hubungan Arus LaluLintas Dengan Sistem ITS 7
2.3.1. Hubungan Volume Kecepatan dan Kepadatan lalu Lintas 7
2.3.2. Kapasitas Jalan 8
2.3.3. Tingkat Pelayanan Jalan 8
2.3.4. Gelombang Kejut 10
2.3.5. enis Fasilitas 11
2.4. Kondisi Sarana dan Prasarana Transportasi 11
Bab III Intelligent Transportation Systems 20
3.1. Manfaat Sistem ITS 20
3.2. Lingkup Layanan Teknologi Informasi ITS 21
Bab IV ITS di Jalan Bebas Hambatan 23
4.1. Jalan Bebas Hambatan 23
4.2. Isu Desain Sistem ITS 24
4.2.1. Proses Sistem Informasi 24
4.2.2. Proses Desain 24
4.2.3. Pengembangan Proyek ITS 26
4.3. Alternatif Desain Fungsional 28
4.3.1. Hambatan Desain 28
4.3.2. Hubungan Konsep Manajemen ITS dengan Kinerja Lalu Lintas 28
4.4. Variabel Hambatan Lalu Lintas 32
4.4.1. Kemacetan Lalu Lintas 32
4.4.2. Pengalihan Kemacetan 32
4.5. Gambaran Kecelakaan Untuk Tujuan Rancangan ITS 32
4.5.1. Pengaruh Insiden Terhadap Kapasitas 33
4.5.2. Kecelakaan Sekunder 33
4.6. Ramp Metering 33
4.6.1. Pengenalan 33
4.6.2. Persyaratan Remp Metering 35
4.6.3. Strategi Remp Metering 35
4.8. Informasi Lalu Lintas Kepada Pengguna Jalan 37
4.8.1. Penentuan dan Pengelolaan Rute Tanggap Utama 37
4.8.2. Ekor Dari Deteksi Antrian 38
4.8.3. Model Evaluasi Efektifitas Penanggulangan Insiden 39
4.9. Pengalihan Pengguna Jalan 39
4.9.1. Teknik Pesan Untuk Pengguna jalan 39
4.9.2. Pesan Pengalihan 41
4.9.2.1. Kebijakan dan Strategi Operasi Pengalihan 41
4.9.3. Pertimbangan Lokasi VMS 41
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
1
4.11. Standar Komunikasi 42
4.12. Pertimbangan Desain Sistem Komunikasi Umum 43
4.13.Sistem Komunikasi Pusat dan Lapangan 44
4.13.1. Kumunikasi Berbasis Kabel 44
4.13.2. Komunikasi Berbasis Jaringan Publik 44
4.14. Koleksi Informasi 44
4.15. Traffic Management Center 45
4.15.1. Pusat Manajemen Transportasi Jalan 45
4.16. Data Lalu Lintas 46
Bab V Kesimpulan 47
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Kecepatan vs. Arus lalu Lintas 8
Gambar 22 Situasi aliran lalu lintas pada kondisi LOS A 9
Gambar 23 Situasi aliran lalulintas pada kondisi LOS B 9
Gambar 24 Situasi aliran lalu intas pada kondisi LOS C 9
Gambar 25 Situasi aliran lalu lintas pada kondisi LOS D 9
Gambar 26 Situasi aliran lalu lintas pada kondisi LOS E 10
Gambar 27 Situasi aliran lalu lintas pada kondisi LOS E 10
Gambar 28 Penggabungan arus lalu lintas (weaving segment & ramp joint) 11
Gambar 31 Sistem informasi ITS dalam lingkup unsur lalu lintas 22
Gambar 41 Proses Informasi dari Sistem ITS Jalan Bebas Hambatan 24
Gambar 42 Model pengembangan teknis Vee 25
Gambar 44 Manfaat dan biaya perluasan ITS 31
Gambar 45 Tahap penanggulangan insiden 33
Gambar 46 Tampilan rambu ramp metering 34
Gambar 47 Bentuk lain dari tampilan ramp metering 34
Gambar 48 Layout sistem ramp metering masuk lajur tunggal 35
Gambar 49 Kemacetan lalu lintas di pintu tol 36
Gambar 410 Kemacetan lalu lintas di pintu tol 36
Gambar 411 Sistem pembayaran dengan smart card 37
Gambar 412 System ETC On Board Equipment (OBQ) 37
Gambar 413 Pengalihan arus selama jam senggang 41
Gambar 414 (a) Changeable message sign yang menampilkan informasi konstruksi , (b) Changeable message sign
kecil yang menampilkan informasi insiden , (c) Changeable message sign yang menampilkan informasi cuaca dan
pengendalian kecepatan 42
Gambar 415 Alat sensor data lalu lintas (AVDS dan CCTV) 45
2 I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
Pendahuluan
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang yang lebih baik. Permasalahan tersebut menjadi
Belum efisiennya sistem transportasi jalan yang semakin komplek terutama dihadapi kawasan
ditunjukkan dengan masih banyaknya lokasi ruas perkotaan di negara-negara berkembang seperti
jalan dan persimpangan dalam kondisi lalu lintas Indonesia, dimana perkembangan kota yang pesat,
macet dan atau disertai dengan kejadian kecelakaan. seperti penduduk semakin banyak, terbatasnya
Dampak kemacetan lalu lintas bagi pengguna jalan lahan, terbatasnya dana, dan kondisi infrastruktur
merupakan kerugian besar baik dalam bentuk jalan dan lalu lintas yang spesifik (Sutandi, 2007,
materi maupun social, yang diperkirakan sudah Dia, 2000).
melebihi 17,2 triliun rupiah setiap tahunnya, Kecelakaan lalu lintas di Indonesia, sudah menjadi
sebagai akibat dari biaya pemborosan nilai waktu masalah serius, dengan jatuhnya korban mencapai
produktif yang hilang dan biaya operasi kendaraan 40.000 jiwa pertahun akibat tabrakan. Salah satu
terutama bahan bakar, dan belum lagi dari hasil studi, menyatakan bahwa diperkirakan total
aspek emisi gas buang yang diperkirakan sudah biaya yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas
mencapai 25 ribu ton pertahun (Teddy L, 2007). sudah mencapai 2,9% dari PDB Indonesia (IndII,
Kondisi tersebut secara neraca keuangan nasional, 2010).
negara juga merugi. Alangkah lebih bijak jika biaya Kemacetan dan kecelakaan juga terjadi pada
tersebut bisa dimanfaatkan untuk pembangunan jalan bebas hambatan yang ditolkan, jalan bebas
infrastruktur dan/atau manajemen lalu lintas hambatan pada awalnya dipahami dan dirancang
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
3
Bab V Kesimpulan 47
dengan spesifikasi teknis lebih tinggi karena untuk transportasi jalan di Indonesia, sehingga dalam
pengguna jalan tertentu dan bisa memberikan penerapan nanti akan didapat sistem ITS yang
kelancaran lalu lintas. Namun, karena daerah dudah sesuai dengan kondisi sistem transportasi
perkotaan terus tumbuh, akibatnya jaringan jalan di Indonesia.
jalan bebas hambatan kena imbasnya mendapat Penyelenggara jalan menyadari bahwa penerapan
pembebanan lalu lintas yang tinggi. sistem ITS diperlukan, karena teknologi informasi
Kondisi lalu lintas sperti diuraikan tersebut, akan sebagai dasar dari sistem ITS merupakan kebutuhan
berdampak pada mobilitas pergerakan orang dan masa depan, termasuk dalam sistem transportasi
barang, yang pada akhirnya berdampak pula pada jalan.
penurunan tingkat pertumbuhan perekonomian Dengan melihat spesifikasi teknis jalan bebas
nasional. Otoritas penyelenggara jalan menyadari, hambatan lebih tinggi dibanding kelas jalan
bahwa masalah kemacetan, kecelakaan, lainnya, dan jalan bebas hambatan untuk sekarang
lingkungan, dan isu-isu produktivitas, tidak selalu ini masih di-tol-kan, yang tentunya jalan tol harus
harus ditangani dengan cara konvensional saja, bisa memberikan layanan lebih baik kepada
yaitu melalui penambahan kapasitas dengan cara penggunanya. Atas dasar tersebut, penulis
melebarkan atau penambahan panjang jalan. mencoba merumuskan naskah ilmiah tentan ITS
Cara tersebut akan semakin sulit terutama untuk dengan judul “Transportasi Jalan Cerdas di Jalan
kawasan perkotaan, karena akan terbentur dengan Bebas Hambatan”.
aspek ekonomi, social, dan politik menjadi tinggi
dan sulit. 1.2. Tujuan Pembahasan
Salah satu solusi untuk mengatasi masalah Buku transportasi jalan cerdas di jalan bebas
sistem transportasi jalan seperti diuraikan di hambatan ini, bertujuan untuk memperkenalkan
atas, seperti apa yang dilakukan di Negara- Sistem Transportasi Jalan Cerdas (ITS), dalam
negara maju, yaitu dengan menerapkan sistem upaya meningkatkan kinerja pelayanan jalan bebas
transportasi yang cerdas, yang disebut dengan hambatan, agar terbebas dari adanya kemacetan
“Intelligent Transportation Systems” (ITS). ITS dan/atau kecelakaan, serta ramah terhadap
adalah teknologi informasi dan telekuminasi yang lingkungan.
mengintegrasikan unsur lalu lintas, yaitu pengguna Buku ini juga bisa digunakan sebagai bahan
jalan/orang, infrastruktur jalan, dan kendaraan pertimbangan para prakstis jalan dalam mengambil
yang saling berkomunikasi. Implementasi ITS di keputusan untuk penanganan, perancangan, dan
Negara maju tersebut, terbukti bisa memberikan juga untuk meningkatkan kesadaran pengguna
hasil yang cukup signifikan terhadap peningkatan jalan berkaitan dengan manfaat layanan yang
kinrja sistem jaringan transportasi jalan, seperti disediakan sistem ITS.
peningkatan akan hal; mobilitas, aksesibilitas, dan
pengurangan kecelakaan, serta ramah terhadap
lingkungan (Vanderschuren, 2006).
1.3. Metoda Pembahasan
Untuk mencapai tujuan dari penulisan naskah
Keberhasilan penerapan sistem ITS di negara-negara
ilmiah ini, metoda yang digunakan meliputi
maju, tentunya dengan dukungan infrastruktur,
langkah-langkah seperti; me-review dari beberapa
manajemen, dan dana, serta perilaku pengguna
literatur terkait, mengidentifikasi permaslahan
jalan yang relatif lebih bagus dibanding dengan
kondisi eksisting sistem transportasi jalan bebas
negara-negara berkembang, seperti mIndonesia.
hambatan yang ada di Indonesia, dan melakukan
Untuk itu penerapan sistem ITS di Indonesia,
diskusi dengan pihak lain (nara sumber) dari dalam
perlunya adanya kajian awal berkaitan dengan
dan luar negeri.
pemahaman akan peran dan fungsi yang ada pada
sistem ITS, serta pemahaman akan kondisi sistem
4 I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
Prasarana Transportasi Jalan
BAB II
Prasarana Transportasi
Jalan
2.1. Jalan Secara Umum tersebut harus dilayani dengan klasifikasi fungsi
Jalan sebagai prasarana transportasi orang dan arteri primer, artinya jalan dengan ciri-ciri lalu
barang di daratan dalam menghubungkan simpul- lintas berkecepatan tinggi dan perjalanan berjarak
simpul kegiatan, simpul tersebut bisa berupa pusat jauh. Untuk itu persyaratan teknis jalan harus
kegiatan kota atau desa, jadi jalan mempumnyai disesuaikan dengan klasifikasi fungsi jalan, seperti
peran yang sangat strategis dalam berkembang jalan dengan klasifikasi tinggi, maka jalan tersebut
tingkat sosial ekonomi pada simpul tersebut. Selain dengan spesifikasi teknis semua elemen jalan lebih
itu jalan berperan juga dalam menjaga stabiltas tinggi dibanding dengan di bawahnya.
keamanan dan ketahanan pertahanan nasional.
Untuk itu layanan prasarana transportasi jalan Jalan bebas hambatan yang di-tol-kan sesuai
yang diberikan harus sesuai dengan peran jalan peran, fungsi, dan status harus bisa memberikan
tersebut sesuai simpul yang dihubungkannya. pelayanan yang lebih baik terhadap pengguna jalan,
Sebagai contoh, jalan yang menghubungkan yaitu meliputi aspek; keselamatan, ketertiban,
simpul utama, seperti ibu kota provinsi, maka jalan dan kelancaran lalu lintas dengan mobilitas tinggi.
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
5
Prasarana Transportasi Jalan
Untuk itu, persyaratan teknis dan spesifikasi jalan pertolongan dengan segera sampai ke tempat
tol baik infrastruktur dan pengoperasian harus kejadian serta upaya pengamanan terhadap
lebih tinggi dibanding kelas jalan lainnya. pelanggaran, kecelakaan dan gangguan
Berikut ini, dalam penyelenggaraan jalan tol keamanan lainnya;
persyaratan berkaitan dengan keselamatan, 12) Pada jalan tol antar kota harus tersedia tempat
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas mengacu istirahat dan pelayanan untuk kepentingan
pada: pengguna jalan tol;
• Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, 13) Tempat istirahat dan pelayanan disediakan
tentang Jalan. paling sedikit satu untuk setiap jarak 50
• Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2009, kilometer pada setiap jurusan;
tentang Jalan Tol. 14) Setiap tempat istirahat dan pelayanan dilarang
Diantaranya adalah sebagai berikut, dihubungkan dengan akses apapun dari luar
1) Jalan tol yang digunakan untuk lalu lintas antar jalan tol.
kota didesain berdasarkan kecepatan rencana 15) Persyaratan fisik elemen-elemen infrastruktur
paling rendah 80 km/jam dan untuk jalan tol jalan dan bangunan pelengkap jalan, dapat
di area perkotaan didesain dengan kecepatan dilihat dalam persyaratan teknis jalan.
rencana paling rendah 60 km/jam;
2) Jalan tol didesain untuk mampu menahan 2.2. Manajemen Lalu Lintas
muatan sumbu terberat (MST) paling rendah Manajemen lalu lintas adalah pengelolaan dan
8 ton; pengendalian arus lalu lintas dengan melakukan
3) Setiap ruas jalan tol harus dilakukan pemagaran optimasi penggunaan prasarana yang ada, untuk
dan dilengkapi dengan fasilitas penyeberangan membeirkan kemudahan kepada unsur lalu lintas
jalan dalam bentuk jembatan atau terowongan; (kendaraan dan pejalan kaki) yang efisien dalam
4) Pada tempat-tempat yang dapat penggunaan ruang jalan serta memperlancar
membahayakan pengguna jalan tol, harus sistem pergerakan lalu lintas.
diberi bangunan pengaman yang mempunyai Manajemen lalu lintas berdasarkan Undang-
kekuatan dan struktur yang dapat menyerap undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
energi benturan kendaraan; Angkutan Jalan didefinisikan sebagai serangkaian
5) Setiap jalan tol wajib dilengkapi dengan aturan usaha dan kegiatan yang meliputi perencanaan,
perintah dan larangan yang dinyatakan dengan pengadaan, pemasangan, pengaturan, dan
rambu lalu lintas, marka jalan dan/atau alat pemeliharaan fasilitas perlengkapan jalan dalam
pemberi isyarat lalu lintas lainnya; rangka mewujudkan, mendukung dan memelihara
6) Tidak ada persimpangan sebidang dengan ruas keamanan, keselamatan, ketertiban, dan
jalan lain atau dengan prasarana transportasi kelancaran Lalu Lintas. Usaha-usaha yang dilakukan
lainnya; dalam manajemen lalu lintas meliputi:
7) Jumlah jalan masuk dan jalan keluar ke dan • Usaha dalam meningkatkan kapasitas
dari jalan tol dibatasi secara efisien dan semua infrastruktur jalan secara fisik, baik ruas jalan
jalan masuk dan jalan keluar harus terkendali maupun persimpangan;
secara penuh; • Pemberian prioritas bagi jenis kendaraan atau
8) Jarak antar simpang susun, paling rendah 5 pemakai jalan tertentu dalam menggunakan
kilometer untuk jalan tol luar perkotaan dan lajur, jalur dan/atau akses jalan;
paling rendah 2 kilometer untuk jalan tol • Penyesuaian antara permintaan perjalanan
dalam perkotaan; dengan tingkat pelayanan tertentu dengan
9) Jumlah lajur sekurang-kurangnya dua lajur mempertimbangkan keterpaduan intra dan
per arah, menggunakan pemisah tengah atau antar moda;
median; • Penetapan sirkulasi pola lalu lintas, larangan
10) Lebar bahu jalan sebelah luar harus dapat dan/atau perintah bagi pemakai jalan.
dipergunakan sebagai jalur lalu lintas Maka tujuan dari diadakannya manajemen lalu
sementara dalam keadaan darurat; lintas dengan perangkat pengaturannya adalah
11) Sarana komunikasi, sarana deteksi untuk:
pengamanan lainnya yang memungkinkan • Mendapatkan tingkat efisiensi dari pergerakan
6 I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
Prasarana Transportasi Jalan
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
7
Prasarana Transportasi Jalan
lagi dan arus juga akan semakin mengecil. melebihi kapasitas dasar, karena pada volume
• Hubungan antara arus dengan kepadatan juga tersebut sulit untuk mempertahankan kondisi yang
parabolik semakin tinggi kepadatan arus akan stabil selama satu jam. Arus melebihi arus jenuh
semakin tinggi sampai suatu titik di mana dipengaruhi oleh kemacetan ke arah hilir (arus
kapasitas terjadi, setelah itu semakin padat yang menuju kondisi macet). Kecepatan rendah
maka arus akan semakin kecil. dan nilai kepadatan tinggi adalah karakteristik
kemacetan dalam rejim ini.
2.3.2. Kapasitas Jalan Referensi memberikan hubungan antara arus dan
Kapasitas (c), adalah laju arus dalam satuan waktu, kecepatan yang disarankan, seperti ditunjukan
biasanya maksimal per-15-menit, yang dinyatakan dalam Gambar 4-4. Gambar tersebut menunjukkan
dalam satuan mobil penumpang (smp) per jam adanya tiga rejim arus untuk segmen jalan dan
per lajur (smp/jam), yang dapat ditampung oleh kendaraan dasar. Dengan kondisi rejim jenuh, pada
segmen jalan yang seragam dengan kondisi jalan saat volume lalu lintas meningkat, kecepatan akan
dan lalu lintas dalam satu arah aliran. Kapasitas sedikit berkurang sampai mencapai kapasitasnya.
jalan terdiri atas dua kondisi, yaitu kapasitas dasar Untuk jalan empat lajur terbagi kapasitas per
(co) dan kapasitas actual (c), secara teoritis untuk lajur 1650 (smp/jam), kondisi ini tergantung pada
keamanan suatu lajur disarankan tidak dibebani kecepatan arus bebas.
2.3.3. Tingkat Pelayanan Jalan Derajat kejenuhan, merupakan rasio dari volume
Tingkat pelayanan (level of service/los) merupakan (v) lalu lintas actual dan kapasitas (c) jalan (V/C).
ukuran kualitatif dari persepsi pengemudi Kondisi rasio V/C mecapai nilai satu (1) sudah
terhadap situasi lalu lintas yang terjadi yang bisa mencapai melebihi kapasitasnya, sedangkan saat
mempengaruhi kualitas dalam mengemudi, dan mencapai kondisi rasio V/C melebihi nilai 0,8
itu merupakan indicator tingkat kinerja lalu lintas kondisi mendekati macet (saturated).
suatu prasarana jalan. Dalam buku Indonesia Highway capacity manual (HCM 2000), Transport
Higway Capacity Manual (IHCM), Ditjen Bina Marga Research Board-US, untuk menyatakan LOS suatu
1997, bahwa di Indonesia tidak secara langsung fasilitas jalan, membagi dalam enam tingkatan
menggunakan tingkat pelayanan, di Indonesia yaitu A, B, C, D, E, dan F.
untuk menilai kinerja lalu lintas dinyatakan dalam Dimana dimulai dari kondisi LOS-A, yang
indicator kecepatan dan derajat kejenuhan (degree menyatakan situasi lalu lintas hampir tidak
of saturation). ada hambatan yang diakibat oleh pergerakan
8 I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
Prasarana Transportasi Jalan
kendaraan lain, sedangkang sampai pada kondisi LOS C, menggambarkan situasi aliran lalu lintas
LOS F yang sudah menyatakan situasi lalu lintas yang masih bisa mendekati aliran bebas (free flow
secara keseluruhan sudah dalam buruk/kritis. speed), kebebasan untuk bermanuver dalam aliran
lalu lintas terasa mulai dibatasi, dan perubahan jalur
LOS A, menggambarkan situasi aliran lalu lintas memerlukan perawatan lebih serta kewaspadaan
hampir tidak ada, hambatan yang diakibatkan bagi pengemudi. Kecelakaan kecil masih dapat
oleh pergerakan kendaraan lain, efek terhadap terjadi, tetapi kejadian kemacetan akan sangat
kejadian kecelakaan atau kemacetan mudah untuk besar. Antrian dapat terjadi di belakangnya
direndam. manakala ada penyumbatan.
Gambar 22 Situasi aliran lalu lintas pada kondisi LOS A Gambar 24 Situasi aliran lalu intas pada kondisi LOS C
Sumber: HCM 2000, Transport Research Board-US Sumber: HCM 2000, Transport Research Board-US
LOS B, menggambarkan situasi aliran lalu litas cukup LOS D, menggambarkan situasi aliran lalu lintas,
bebas dan kecepatan aliran bisa dipertahankan, dimana kecepatan mulai menurun sedikit dengan
dalam kebebasan bermanuver dalam aliran lalu volume lalu lintas mulai meningkat dan kepadatan
lintas hanya sedikit dibatasi dan secara psikologis mulai meningkat agak lebih cepat. Kebebasan
yang dirasakan oleh pengemudi masih tinggi. Efek untuk bermanuver dalam aliran lalu lintas lebih
terhadap kecelakaan kecil dan kejadian terhadap terasa terbatas, dan kenyamanan yang diberikan
kemacetan masih mudah direndam. pengemudi secara fisik dan psikologis mulai
berkurang. Bahkan kejadian kecelakaan kecil
dapat terjadi serta dapat menciptakan antrian,
karena aliran lalu lintas tersebut memiliki sedikit
ruang untuk meredam gangguan.
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
9
Prasarana Transportasi Jalan
10 I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
Prasarana Transportasi Jalan
Gambar 28 Penggabungan arus lalu lintas (weaving segment & ramp joint)
2.4. Kondisi Sarana dan Prasarana dimensi lebar jalur/lajur mengecil atau jumlah
Transportasi berkurang.
Dengan berjalannya waktu, permasalahan lalu • Akibat adanya kecelakaan pada titik-titik
lintas biasanya tumbuh lebih cepat dari upaya tertentu, dimana frekwensi kejadian sering
untuk melakukan peningkatan atau pemecahan terjadi, sperti lokasi yang sudah dikatagorikan
permasalahan transportasi jalan (umur rencana sebagai blackspot.
yang premature), sehingga mengakibatkan • Akibta adanya bencana alam seperti banjir
permasalahan menjadi bertambah parah. atau longsor.
Kemacetan lalu lintas sekarang ini, hampir sering • Akibat adanya pekerjaan jalan.
kita jumpai begitu juga kecelakaan. • Yang khas dijalan tol adalah saat transaaksi
Kejadian kemacetan dan kecelakaan tidak terbatas pembayaran tol, yaitu di pintu gerbang tol.
pada jalan tertentu pada waktu tertentu, tetapi Hal tersebut, sifatnya bisa sangat lokal, atau bisa
dapat terjadi pada setiap saat sepanjang hari. juga melibatkan jaringan jalan lebih luas yang
Namun pada beberapa tempat pada bagian jaringan strategis, dengan konteks yang berbeda serta
jalan tertentu, potensi yang bisa mengkakibatkan memerlukan strategi yang berbeda.
terjadinya kemacetan bisa diprediksi lebih awal, Fanomena dan tipikel penyebab permasalahan
seperti pada titik-titik sebagai berikut: sistem transportasi jalan di Indonesia (kemacetan
• Pertemuan dua ruas jalan yang sebidang dan kecelakaan, dan seperti umumnya juga terjadi
(persimpangan). di negara-negara berkembang, yaitu menyangkut:
• Penggabungan dua lajur (Merging), seperti • Kurangnya koordinasi diantara pemangku
pada bagian ramp (Rampmetering). kepentingan (Stakeholders) berkaitan dengan
• Badan jalan yang tiba-tiba menjadi lebih lalu lintas;
kecil (Bottleneck), hal tersebut bisa karena • Keterbatasan sumber daya yang ada, baik
aspek manusia maupun aspek biaya;
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
11
Prasarana Transportasi Jalan
12 I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
Prasarana Transportasi Jalan
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
13
Prasarana Transportasi Jalan
14 I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
Prasarana Transportasi Jalan
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
15
Prasarana Transportasi Jalan
16 I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
Prasarana Transportasi Jalan
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
17
Prasarana Transportasi Jalan
18 I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
Prasarana Transportasi Jalan
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
19
Intelligent Transportation Systems
BAB III
Intelligent
Transportation Systems
3.1. Manfaat Sistem ITS digunakan seperti pada:
Intelligent Transportation Systems (ITS), adalah 1) Jalur informasi radio, yang dapat diakses dari
sistem yang menerapkan teknologi informasi rumah, kantor, atau dalam kendaraan selama
dan komunikasi secara elektronik melalui perjalanan.
software dan hardware computer. Informasi 2) Jalur informasi telepon, yang juga dapat
tersebut sebagai hasil integrasi dari unsur lalu diakses dari berbagai lokasi.
lintas seperti, infrastruktur jalan, kendaraan, dan 3) Jalur informasi sistem navigasi (GPS atau
orang/pengemudi. Dengan berbagi informasi panduan rute dinamik) di dalam kendaraan.
tersebut, memungkinkan pengguna jalan untuk 4) Dynamic message signs (VMS) yang
mendapatkan lebih banyak tentang permasalahan diinformasikan kepada pengguna selama
transportasi jalan lebih luas dengan dampak yang perjalanan.
ditimbulkan terhadap lingkungan lebih kecil. 5) Jalur informasi internet, yang dapat diakses
Penerapan teknologi informasi (Traveler dari berbagai lokasi. Informasi melalui internet
Information Systems) yang umum sekarang banyak yang dapat disajikan lebih luas lagi, yang antara
20 I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
Intelligent Transportation Systems
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
21
Intelligent Transportation Systems
Tabel 31 Manfaat potensial pada setiap lingkup teknologi informasi sistem ITS
Better Utilisation of Infra-
Reduced Environmental
Better Public Transport
Improved Traffic Flow
Impact
Benefit
Technology
22 I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
ITS di Jalan Bebas Hambatan
BAB IV
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
23
ITS di Jalan Bebas Hambatan
• Mendukung cepat tanggap bagi para petugas, (Information Management dan Process). Peralatan
dalam mengurangi terjadinya antrian TMC umumnya dipasang di kantor.
kendaraan yang berdampak pada penurunan • Ketiga; Sub-sistem ITS, yang disebut dengan
waktu tunda lebih lama. penyebaran/penyampaian informasi kepada
• Mengelola lajur utama dan gerbang tol dengan pengguna jalan (Information Dissemination).
okupansi tinggi. Banyak media untuk menyampaikan informasi
• Pengendalian akses jalan atau pemakaian lajur, tersebut, seperti variable massage sign (VMS)
seperti kemampuan kapasitas ramp (Ramp dan broadcast serta internet.
Metering). Proses penyampaian informasi dari ketiga sub-
• Meningkatkan fungsi rambu rambu kendali sistem ITS tersebut, disampaikan secara real-tuime
utama dan sementara. melalui kabel atau nirkabel (wireless), dan juga
• Menyediakan layanan darurat. bisa menggunakan media lain seperti, website
atau hotline. Untuk jelasnya proses mekanisme
penyampaian informasi tersebut, lihat pada
Gambar 4-1 di bawah ini.
4.2. Isu Desain Sistem ITS
INFORMATION
4.2.1. Proses Sistem Informasi INFORMATION DISSEMINATION
COLLECTION
24 I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
ITS di Jalan Bebas Hambatan
Panduan Teknis Aplikasi Sistem ITS, menyediakan Konsep” hingga “Kebutuhan Sistem” dipengaruhi
panduan kegiatan untuk implementasi dengan oleh arsitektur ITS regional. Elemen kunci pada
mengaplikasikan model pengembangan teknis diagram Vee adalah Konsep Operasi (the Concept
Vee (Gambar 4-2). Panduan tersebut banyak of Operations/CONOPS). Tujuan CONOPS adalah
digunakan oleh para pengguna, cara metoda untuk mendokumentasikan total lingkungan dan
Vee tersebut mengindikasikan bahwa bagian- penggunaan sistem dari sudut pandang pemegang
bagian dalam diagram, mulai dari “Eksplorasi kepentingan
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
25
ITS di Jalan Bebas Hambatan
Pengembangan sistem ITS dengan Model Vee yang diringkan seperti diilustrasikan pada Gambar 4-3 dan
berkorespondensi dengan Tabel 4.1 menunjukkan hubungan tahap-tahap operasi.
26 I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
ITS di Jalan Bebas Hambatan
Tabel 41 Hubungan pengembangan dan operasi proyek NYSDOT dengan siklus hidup teknis
sistem
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
27
ITS di Jalan Bebas Hambatan
28 I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
Konsep Manajemen
Jalan
Kinerja
Insiden
etan Berulang
Ramp Metering
Informasi Traveler
Kinerja Lalu Lintas Yang Terjadi
Bantuan Pengendara
Monitoring Peralatan
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
3. Mengurangi emisi dan konsumsi bahan bakar √ √ √ √ √ √
4. Berfungsi sebagai link koridor dalam sistem jalan √ √ √ √ √
raya area luas
5. Berfungsi sebagai rute pengalihan di koridor lokal √ √ √ √ √
6. Fungsi manajement lalu-lintas khusus
a. Rekonstruksi jalan utama √ √ √ √ √ √
b. Konstruksi jalan minor √ √ √ √ √
29
c. Kendaraan okupansi tinggi √ √ √ √ √ √
f. Informasi lalu-lintas mengenai konstruksi √
jalan √ √ √ √
g. Informasi mengenai kondisi cuaca, parkir,
peristiwa khusus, cuaca jalan √ √ √ √
j. Manajemen lalu-lintas untuk konstruksi jalan
Tabel 42 Hubungan konsep manajemen ITS dengan kinerja lalu lintas yang terjadi
Jalan
Kinerja
Insiden
etan Berulang
Ramp Metering
Informasi Traveler
Kinerja Lalu Lintas Yang Terjadi
ITS dan Manajemen
Bantuan Pengendara
Monitoring Peralatan
30
7. Interoperability ITS √ √ √ √
a. Efisiensi operator √ √ √ √ √ √ √
√
b. Keterlibatan stakeholder
8. Peningkatan pengoperasian NYSDOT
a. Perencanaan dan/atau pengumpulan data √ √ √ √ √
evaluasi √ √ √
b. Monitoring peralatan ITS √
c. Efisiensi pengoperasian √ √
d. Penurunan biaya operasional dan/atau peme-
liharaan
9. Menyediakan bantuan kepada pengendara yang √ √
mogok
10. Memberikan informasi travel terkait pariwisata √ √
11. Meningkatkan keamanan
a. Keamanan sistem transportasi √ √ √ √
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
b. Operasi darurat √
c. Keamanan sistem informasi √
12. Meningkatkan operasi kendaraan komersial √ √ √ √
ITS di Jalan Bebas Hambatan
Rasio manfaat – kapasitas = AB/OA Pada Tabel 4-3, menguraikan suatu hubungan dari
Manfaat fasilitas layanan dengan kondisi lalu lintas di jalan
Biaya bebas ahambatan.
Volume/kapasitas jam puncak tinggi
Volume/kapasitas jam puncak rendah.
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
31
ITS di Jalan Bebas Hambatan
4.4. Variabel Hambatan Lalu Lintas dalam sistem ITS, dengan kejadian seperti itu,
harus menurunkan pengaruh kemacetan tak-
4.4.1. Kemacetan Lalu Lintas
berulang tersebut, yaitu meliputi penurunan
Kemacetan lalu lintas adalah, suatu kejadian waktu pembersihan kejadian/insiden dan
pergerakan lalu lintas dengan adanya waktu tunda pengalihan penggunaan jalur lain bagi
perjalanan yang berlebih daripada biasanya yang pengendara.
terjadi, dengan kondisi travel ringan atau arus-
bebas. Kemacetan yang tidak diterima, jika waktu 4.4.2. Pengalihan Kemacetan
atau penundaan perjalanan yang berlebih dari
keadaan norma yang telah ditetapkan. Normal 1.1.1.1 Keputusan Pengalihan Oleh Pengendara
yang telah ditetapkan bisa berbeda-beda, itu Pengendara biasanya memilih rute berdasarkan
sangat tergantung pada tipe fasilitas transportasi kegunaan komparatif (waktu travel dan faktor
jalan, moda travel, lokasi geografis, dan waktu/ lainnya) atau rute alternatif. Pada jalan bebas
hari, dan harus mempertimbangkan ekspektasi hambatan dipilih oleh kebanyakan pengguna
tiap bagian sistem transportasi yang dipengaruhi berdasarkan kondisi normal.
oleh input komunitas dan pertimbangan Ketika suatu insiden terjadi di jalan bebas hambatan
teknis. Banyak lembaga transportasi jalan yang dan para pengendara mengetahui permasalahan
mempertimbangkan dengan ukuran tingkat tersebut, sebagian pengendara yang menggunakan
layanan (level service), seperti level D sebagai yang jalan akan memilih untuk beralih ke rute alternatif.
bisa diterima, dan level tersebut menggunakannya
sebagai baseline dalam menentukan waktu tunda 1.1.1.2 Dampak Pengalihan
yang tidak layak. Jika informasi lalu lintas mengenai kecelakaan/
Kemacetan lalu lintas seringkali diklasifikasikan insiden diberikan sebelum mulai perjalanan
sebagai kejadian berulang atau tak-berulang. Jenis atau awal perjalanan, pengendara mungkin akan
kemacetan tergantung pada apakah kapasitas atau memilih:
faktor permintaan tidak bisa dimbangi. • Rute alternative.
Beberapa klasifikasi bentuk untuk menyatakan • Waktu alternatif melakukan perjalanan.
kemacetan lalu lintas, dengan melihat fluktuasi • Memilih jenis moda lainnya.
kejadian dan volume lalu lintas, seperti: Dalam hal terjadi kecelakaan, informasi yang
• Kemacetan berulang, kejadian ini terjadi sampai pada pengguna selama dalam perjalanan
ketika permintaan meningkat diluar kapasitas di jalan bebas hambatan, akan mendorong mereka
yang ada. Biasanya berhubungan dengan beralih sesuai jaringan jalan yang ada.
pergantian jam kerja pagi dan sore, ketika
permintaan mencapai puncaknya dan arus 4.5. Gambaran Kecelakaan Untuk
lalu-lintas semakin buruk hingga mencapai Tujuan Rancangan ITS
kondisi stop-and-go yang tak stabil. Insiden/kecelakaan lalu lintas termasuk dalam
• Kemacetan tak-berulang, kejadian ini aktifitas tak berulang, yang tidak direncanakan
diakibatkan oleh penurunan kapasitas yang menimbulkan penurunan kapasitas jalan atau
sementara pada saat permintaan tetap tidak peningkatan kondisi lalu lintas yang tidak normal.
berubah. Jenis kemacetan ini biasanya terjadi Kejadian tersebut meliputi kecelakaan lalu lintas,
ketika kapasitas jalan dibatasi oleh sesuatu kendaraan mogok, dan bahkan adanya barang
keadaan dan untuk semetara. Kendaraan yang muatan yang tumpah. Keadaan darurat lainnya,
dihentikan, misalnya bisa mengambil lajur yang seperti bencana alam dan serangan teroris juga
tidak dipakai, akan tetapi jumlah kendaraan yang tidak direncanakan, bisa mengakibatkan
yang sama memerlukan lintasan. Kecepatan penurunan kapasitas atau peningkatan kondisi lalu
dan volume turun hingga lajur dibuka kembali, lintas yang tidak normal.
dan jalan kembali ke kapasitasnya. Kapasitas Tahap penting yang harus dilakukan dalam
bisa juga berkurang dikarenakan cuaca dan penanggulangan kondisi / kejadian tersebut, antara
peristiwa di dekat jalan (rubber necking), lain:
sehingga mengakibatkan kemacetan tak- • Deteksi: Memastikan bahwa kejadian/insiden
berulang dan menurunnya reliabilitas sistem lalu-lintas telah terjadi.
transportasi secara menyeluruh. Teknik
32 I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
ITS di Jalan Bebas Hambatan
Jumlah lajur jalan bebas hambatan Kemacetan Kecelakaan bahu Jalur yang diblokade
di tiap arah bahu jalan jalan Satu Dua Tiga
2 0,95 0,81 0,35 0 N/A
3 0,99 0,83 0,49 0,17 0
4 0,99 0,85 0,58 0,25 0,13
5 0,99 0,87 0,65 0,40 0,20
6 0,99 0,89 0,71 0,50 0,25
7 0,99 0,91 0,75 0,57 0,36
8 0,99 0,93 0,78 0,63 0,41
Sumber: Dari Transportation Research Record 1132, Transportation Research Board, National Research Council, Washington, DC,
1987, Tabel 4-12 P.6. Diproduksi atas ijin Transportation Research Board.
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
33
ITS di Jalan Bebas Hambatan
34 I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
ITS di Jalan Bebas Hambatan
4.6.2. Persyaratan Remp Metering pole-mounted. Rambu atau suar sering dipakai
untuk mengindikasikan bahwa metering sedang
Beberapa jenis instalasi metering yang dipakai bekerja.
tergantung pada metering rate dan konfigurasi Untuk meter kendaraan tunggal, laju metering
daya tampung kendaraan pada rampa. Sebagai ditetapkan dengan menentukan siklus metering
contoh, lajur tunggal atau beberapa lajur dapat sama dengan timbal balik laju metering yang
diukur. Metering mengijinkan hanya satu mobil diperlukan. Jika siklus sebelumnya waktunya
untuk melalui stop line per siklus rambu-rambu habis (mengubah rambu-rambu ke merah),
atau memperbolehkan beberapa kendaraan untuk rambu-rambu akan berubah menjadi hijau ketika
lewat (platoon metering). kendaraan terdeteksi oleh detektor check-in
Gambar 4-8 mengilustrasikan penyebaran umum (atau permintaan). Ketika kendaraan dideteksi
lajur tunggal, meter kendaraan tunggal. Tampilan oleh detektor check-out atau jalur, interval hijau
rambu-rambu 3-bagian (merah-kuning-hijau), atau kemudian berhenti. Rambu-rambu akan tetap
rambu-rambu 2-bagian (merah-hijau) disajikan. merah hingga siklus lalu-lintas berakhir dimana ini
Rambu-rambu bisa berupa mast-arm maupun akan merespon kendaraan yang tiba berikutnya
yang dideteksi oleh detektor check-in.
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
35
ITS di Jalan Bebas Hambatan
Berikut pada Tabel 4-5 beberapa petunjuk dalam penggunaan ramp metering di jalan bebas hambatan.
• Pertimbangkan lokasi dimana kemacetan berulang sering terjadi atau dimana pengalihan rute dilakukan.
• Pertimbangkan pengalihan hanya jika terdapat rute alternatif yang tepat.
• Hindari dua kali metering dalam jarak terlalu pendek.
• Hindari rampa jalan bebas hambatan-ke-jalan bebas hambatan lajur tunggal metering yang mengumpan lalu
lintas ke lajur tambahan.
• Jangan menginstal meter di rampa jalan bebas hambatan-ke-jalan bebas hambatan, kecuali jika analisa memas-
tikan bahwa arus arus utama akan ditingkatkan sehingga pengguna rampa jalan bebas hambatan-ke-jalan bebas
hambatan bisa mendapatkan manfaatnya.
• Instal meter di rampa jalan bebas hambatan-ke-jalan bebas hambatan dimana lebih dari satu rampa bersatu
sebelum masuk ke arus utama dan kemacetan di rampa biasa terjadi (empat kali atau lebih selama seminggu
selama periode puncak).
• Jika antrian lalu lintas menghambat berkembangnya lalu lintas arus-utama di arus-utama kehulu dikarenakan
ramp meter jalan bebas hambatan-ke-jalan bebas hambatan, maka nilai metering harus ditingkatkan untuk me-
minimalisir antrian di arus-utama kehulu, atau kapasitas pengumpulan tambahan harus disediakan.
• Ramp meter jalan bebas hambatan-ke-jalan bebas hambatan harus dimonitor dan dikendalikan oleh pusat pen-
gendalian lalu-lintas yang tepat.
• Jika dimungkinkan, instal meter di lokasi jalan yang sama atau yang memiliki sedikit penurunan peringkat, se-
hingga kendaraan berat bisa dengan mudah berakselerasi. Sebagai tambahan, instal meter dimana jarak pan-
dang mencukupi bagi pengemudi yang mendekati meter agar bisa melihat antrian tepat waktu untuk berhenti
dengan selamat.
Gambar 49 Kemacetan lalu lintas di pintu tol Gambar 410 Kemacetan lalu lintas di pintu tol
Sumber: Traffic Technology Today.com (2007) Sumber: The Jakarta Post (2012)
36 I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
ITS di Jalan Bebas Hambatan
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
37
ITS di Jalan Bebas Hambatan
darurat dapat meningkatkan waktu tempuh konstruksi sehingga rute alternatif yang dipakai
di rute tersebut. Akses kendaraan darurat oleh kendaraan darurat tidak terkena dampak
yang baik dipermudah dengan merencanakan secara bersamaan.
kegiatan pemeliharaan sehingga waktu
penutupan lajur dapat diminimalisir, dan
dengan mengkoordinasi pemeliharaan dan
38 I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
ITS di Jalan Bebas Hambatan
setelah insiden dibersihkan, fungsi ini berlanjut, 4.8.3. Model Evaluasi Efektifitas
bahkan setelah komando tanggap darurat Penanggulangan Insiden
telah meninggalkan lokasi kejadian. Bagian berikut membahas model evaluasi konsep
• Pengakhiran antrian, adalah penting rancangan sistem ITS, yang bisa diterapkan untuk
untuk mendeteksi peristiwa ini sehingga penanggulangan kejadian/insiden. Model ini
pesan informasi pengendara mobil tidak mengkomputasi parameter (H) yang berkisar
mengindikasikan adanya insiden setelah antara 0,0 sampai dengan 1,0 yang menunjukkan
antrian dibersihkan. Dalam hal ini detektor titik kemampuan potensial ITS untuk dapat secara
dan/atau CCTV bisa digunakan. efektif memberikan dukungan penanggulangan
insiden. Model ini diimplementasikan dalam model
peranti lunak Design ITS.
4.9. Pengalihan Pengguna Jalan Informasi lalu lintas bisa juga disajikan oleh jasa
swasta meliputi siaran lalu lintas stasiun radio
4.9.1. Teknik Pesan Untuk Pengguna jalan
komersial, radio satelit, laporan kondisi lalu lintas
Informasi lalu lintas seringkali dikembangkan oleh televisi, sistem navigasi berbasis GPS di dalam
lembaga yang bergerak dibidang fasilitas jalan. kendaraan yang memberikan informasi rute secara
Dalam beberapa kasus, lembaga melakukan kontrak real-time. Update informasi lalu lintas untuk sistem
dengan jasa swasta untuk menyediakan informasi navigasi disediakan oleh telepon selular atau radio
ini. Jasa swasta juga menyediakan informasi ini satelit.
langsung kepada para pengguna jalamn. Tabel 4-8 Komunikasi informasi lalu lintas dapat
menunjukkan beberapa teknologi yang menyajikan mengakibatkan pengguna jalan/pengendara
komunikasi dengan para pengguna jalan. merubah lajur, rute, moda atau waktu dimana dia
Teknik diseminasi informasi diberikan oleh lembaga memulai suatu perjalanan. Kebanyakan perubahan
yang beroperasi langsung kepada pengguna jalan, moda dan waktu permulaan perjalaan terjadi
melalui Changeable/variable message signs (VMS). sebelum memulai perjalanan.
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
39
Tabel 48 Teknik memberikan informasi kepada pengguna jalan
40
untuk perancanaan pra-perjalanan.
Kelengkapan jangkauan insiden radio
konvensional seringkali ditentukan
Radio komersial (radio konven- Area luas. Bisa dipakai untuk perenca-
oleh alokasi waktu siaran. (Radio satelit Cukup Tidak ada
sional dan radio satelit naan pra-perjalanan
biasanya memberikan jangkauan yang
lebih baik)
Sistem navigasi GPS dalam-
kendaraan (informasi real-time Berbeda-beda tergan-
Biaya peralatan awal
diberikan oleh radio satelit Area luas Tidak ada batasan panjang pesan tung sumber informasi
plus biaya jasa
atau jasa berbasis telepon lalu-lintas
selular)
Area luas. Banyak negara yang mem-
berikan informasi yang diorganisir oleh
Pemilihan informasi yang diinginkan Berbeda-beda tergan-
bagian jalan kendaraan atau cara lainnya Biaya jasa telepon
Jasa telepon E 511 bisa mengakibatkan pengendara bin- tung sumber informasi
untuk mendapatkan informasi tertentu. selular
gung. lalu-lintas.
Bisa dipakai untuk perencanaan pra-
perjalanan.
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
Peralatan dalam-
Lokasi dimana peralatan infrastruktur
IntelliDrivea Baik kendaraan plus biaya
dikembangkan
jasa
Berbeda-beda tergan-
Terutama berguna untuk perencanaan
Situs web Jasa 511 dan jasa lainnya tung sumber informasi Tidak ada
pra-perjalanan
lalu-lintas.
ITS di Jalan Bebas Hambatan
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
41
ITS di Jalan Bebas Hambatan
42 I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
ITS di Jalan Bebas Hambatan
Layer Sifat
7 Aplikasi Menyediakan layanan langsung ke aplikasi pengguna. Dikarenakan banyaknya
aplikasi, layer ini harus memberikan banyak layanan. Diantaranya adalah layanan
menentukan mekanisma privasi, otentifikasi mitra komunikasi yang dikehendaki, dan
menentukan apakah sumbernya cukup
6 Presentasi Melakukan transformasi data untuk memberikan antarmuka umum untuk aplikasi
pengguna, termasuk layanan seperti reformatting, kompresi data, and enskripsi.
5 Sesi Membuat, mengelola, dan mengakhiri koneksi pengguna, dan mengelola interaksi
antara sistem akhir. Layanan meliputi hal-hal yang berkaitan dengan membangun
komunikasi seperti dupleks penuh atau sebagian dan pengelompokan data.
4 Transport Memisahkan tiga lapisan atas, 5 sampai 7, dari yang berkaitan dengan kompleksitas
Layer 1 sampai 3 dengan memberikan fungsi yang diperlukan untuk menjamin link
jaringan yang baik. Fungsi tersebut antara lain, layer ini dapat memperbaiki kesala-
han dan kendali arus antara dua titik ujung koneksi jaringan.
3 Jaringan Membuat, menjaga, dan mengakhiri koneksi jaringan. Fungsinya antara lain, standar
akan menentukan bagaimana perutenan dan relay data dihandel.
2 Data-Link Memastikan reliabilitas link fisik yang dibuat pada Layer 1. Standarnya menentukan
bagaimana bingkai data direkognisi dan memberikan kendali aliran yang diperlukan
dan penanganan kesalahan di level frame
1 Fisik Mengendalikan transmisi bitstream media transmisi. Standar layer ini menentukan
parameter seperti jumlah ayun tegangan sinyal, durasi tegangan (bits), dan sebagain-
ya.
Dengan sedikit pengecualian, NTCIP Layer 1 kendaraan transit, antara kendaraan transit
hingga 4 dan Layer 7 menggunakan standar yang dan lokasi tetap dan di fasilitas lokasi tetap.
biasa dipakai untuk komunikasi data. Kontribusi
khusus NTCIP adalah menentukan standar level 4.12. Pertimbangan Desain Sistem
informasi yang berada diatas level aplikasi. Level Komunikasi Umum
ini memberikan kamus data (definisi format data) Saluran komunikasi adalah jalur, media, atau
dan sejumlah pesan (yang terdiri dari unsur kamus teknologi yang memungkinkan informasi ditransfer
data) yang membedakan aplikasi ITS dengan dari pengirim ke penerima. Jenis saluran komunikasi
aplikasi lainnya. Kamus data dan sejumlah pesan yang dipakai dalam aplikasi ITS antara lain:
mendukung komunikasi perangkat pusat-dengan- • Saluran milik atau yang dioperasikan oleh
pusat dan pusat-dengan-lapangan. lembaga yang beroperasi termasuk jalur kabel
Tergantung pada fungsi TMC dan lembaga dengan dan teknologi nirkabel.
mana TMC melakukan komunikasi, standar lainnya • Jasa komunikasi berbasis jaringan publik. Jasa
juga bisa dipakai. Standar yang umum diterapkan ini menggunakan:
antara lain: Teknologi nirkabel (biasanya disewakan
• Standar IEEE 1512. Kelompok standar ini berdasarkan skedul pembayaran per bulan).
seringkali dipakai oleh pusat penanggulangan Implementasi jasa ini mengharuskan
insiden dan TMC yang berkomunikasi dengan lembaga yang beroperasi menyediakan kabel
mereka. Standar ini menyajikan sejumlah penghubung dari titik terminasi penyedia jasa
pesan terkait dengan pengendalian lalu-lintas, ke perangkat lapangan.
keselamatan publik, bahan-bahan berbahaya, Layanan data berbasis telepon selular (biasanya
dan tanggap insiden. dibebankan berdasarkan kuantitas basis data).
• Standar Transit Communications Interface Jenis layanan ini lebih murah untuk akses fisik
Profiles (TCIP). Kelompok standar ini dibandingkan dengan layanan jalur kabel.
menekankan persyaratan komunikasi
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
43
ITS di Jalan Bebas Hambatan
• Komunikasi pusat-dengan-pusat biasanya hemat biaya jika dipakai untuk ITS yang dilengkapi
disediakan oleh jaringan berbasis publik. Dalam dengan perluasan peralatan padat (sejumlah
beberapa kasus, jaringan milik pemerintah besar perangkat per mil). Karena biayanya instalasi
dapat dipakai. kabel optik fiber ketika jalan kendaraan sedang
dikonstruksi tidak terlalu, atau rekonstruksi utama
4.13.Sistem Komunikasi Pusat dan sedang dilakukan, penyediaan sistem konduit
untuk kabel optik fiber seringkali dimasukkan
Lapangan dalam proyek-proyek ini.
Bagian ini menghadirkan overview teknologi yang
banyak dipakai dalam komunikasi pusat-dengan-
4.13.2. Komunikasi Berbasis Jaringan Publik
lapangan di jalan bebas hambatan.
Jasa komunikasi jaringan publik yang paling umum
dipakai adalah layanan data telepon selular dan
4.13.1. Kumunikasi Berbasis Kabel kabel telepon sewa. Layanan pager kadang-kadang
Kabel optik fiber adalah teknologi kebal utama
dipakai untuk komunikasi dengan suar HAR.
yang saat ini diinstal untuk menerapkan ITS di jalan
Pembawa telepon selular biasanya menyediakan
bebas hambatan. Kadang-kadang kabel tembaga
layanan data berbasis CDMA (code division
dipakai. Kabel koaksial telah dipakai di masa lalu
multiple access) atau GSM (global system for
dan masih dipakai hingga saat ini untuk beberapa
mobile communication). Teknologi ini memiliki
ITS sederhana.
kemampuan layanan pesan pendek (pesan teks).
Optik fiber (atau “fiber optik”) adalah media dan
Layanan data telepon selular terutama dipakai
teknologi yang berhubungan dengan transmisi dan
untuk berkomunikasi dengan perangkat ITS
informasi dalam bentuk impuls cahaya sepanjang
kecepatan rendah seperti VMS, HAR, dan detektor
unting kaca. Seunting optik fiber membawa
lalu-lintas. Keefektifan biayanya meningkat ketika
lebih banyak informasi dibandingkan dengan
perangkat ini diletakkan sangat jauh (misalnya
kabel tembaga konvensional dan tidak mudah
beberapa mil) dari sistem komunikasi backbone
terganggu oleh gangguan elektromagnetik (EMI).
atau dari TMC. Beban layanan ini berdasarkan
Pemancaran melalui unting optik fiber memerlukan
kuantitas data yang dipancarkan. Biaya biasanya
pengulangan (atau regenerasi) dengan interval
meliputi biaya bulanan tetap untuk kuantitas data
yang berbeda-beda.
yang telah ditentukan dan biaya tambahan untuk
ITS jalan bebas hambatan biasanya menggunakan
kelebihan kuantitas data. Sementara dari segi
fiber optik moda-tunggal. Contoh fiber moda-
kuantitas biasanya cukup untuk melayani perangkat
tunggal ditunjukkan dalam Gambar 4.10. Fiber
kecepatan data rendah, komunikasi sinyal CCTV
ini sangat tipis (yakni, 8 mm). Dengan kabel optik
biasanya memerlukan kecepatan pemancaran data
fiber moda-tunggal, kombinasi panjang gelombang
yang lebih tinggi. Oleh karena itu, jumlah total data
pemancar, sifat optik core kabel fiber, dan diameter
yang diperlukan untuk memberikan gambar dengan
kecil core fiber menghasilkan perambatan cahaya
kualitas baik ke operator sistem akan memerlukan
sejajar dengan sumbu kabel. Dalam kabel fiber
biaya yang besar. Kadang-kadang, operator sistem
multi-moda, cahaya dipantulkan dari selubung
akan menggunakan kecepatan data rendah (yang
pada saat menuruni fiber sehingga mengakibatkan
memberikan kecepatan pengulangan dan resolusi
kerugian atau atenuasi yang lebih besar. Meskipun
rendah) tapi akan beralih ke kecepatan data tinggi
agak mahal dibandingkan dengan fiber multimoda,
ketika kondisi seperti insiden terjadi. Biaya pokok
fiber multimoda dapat memancarkan sinyal pada
instalasi di lapangan dan di TMC tidak terlalu mahal.
jarak yang lebih jauh dan kecepatan data yang lebih
Selama periode pemakaian tinggi oleh pelanggan
tinggi. Sejumlah unting fiber biasanya disatukan
lainnya, layanan telepon selular publik mengalami
menjadi sebuah kabel optik fiber.
kesulitan untuk dihubungkan dengan sistem dan
Biaya instalasi kabel optik fiber relatif tinggi dengan
menyediakan layanan kecapatan data penuh.
basis per mil. Karena biaya instalasi utama berasal
Reliabilitas layanan adalah suatu persoalan yang
dari perpartian dan penimbunan konduit, biaya
perlu dipertimbangkan dalam desain sistem.
tambahan lebih banyak fiber akan lebih murah.
Dengan penggabungan reliabilitas tinggi, kapasitas
pembawa data dan tanpa gangguan, akan lebih 4.14. Koleksi Informasi
Seperti telah diuraikan pada sub-bab sebelumnya,
44 I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
ITS di Jalan Bebas Hambatan
berkaitan dengan kondisi fasilitas jalan dengan pengoperasian (CONOPS) yang dikembangkan
karakteristik lalu lintas yang terjadi yang bisa dari proses rekayasa sistem kegiatan proyek. TMC
berpotensi atau sedang terjadi kecelakaan atau sering menampung pengoperasian sejumlah
kemacetan di jalan. Kondisi itu semua bisa diditeksi lembaga terkait transportasi jalan dan penyedia
lewat besaran farameter karakteristik lalu lintas layanan darurat.
menggunakan sensor-sensor peralatan traffic data TMC menyediakan layanan manajemen
collecting devices yang di pasang di sisi jalan. umum untuk membantu fungsi yang terkait
Data variable karakteristik lalu lintas tersebut transportasi jalan yang disediakan oleh lembaga
seperti: yang bertanggung jawab atas pengoperasian
• kecepatan kendaraan. jalan bebas hambatan, pengoperasian jalan,
• volume lalu lintas. manajemen darurat, dan layanan petugas/polisi.
• kerapatan lalu lintas (density). TMC memfasilitasi komunikasi dan koordinasi
• jarak antara kendaraan (headway). antar-lembaga, mengimplementasikan pengadaan
• Waktu antara kedatangan kendaraan. informasi lalu lintas kepada media dan ke public
• Lebar celah antara kendaraan di belakangnya pengguna jalan, berkoordinasi dengan lembaga
(Gap). perjalanan dan memberikan poin kontak untuk
Dengan menggunakan software model tertentu publik dan perusahaaan yang memerlukan
akan didapat kondisi kinerja lalu lintas yang akan informasi khusus. Fungsi manajemen jalan bebas
terjadi di local dan/atau dibagian hulu, termasuk hambatan yang utama yang didukung oleh TMC
kondisi berkaitan dengan tingkat pelayanan/ adalah sebagai berikut.
kapasitas pintu tol. Ini sangat tergantung dengan
model yang kita definisikan terlebih dahulu. 1) Dukungan Layanan Manajemen Darurat
Peralatan Traffic data collection, seperti: TMC membantu penyedia layanan manajemen
1) Prototype Vehicle Classification (AVS). darurat yang tanggap dengan insiden terkait lalu
2) Prototype Aotomatic Vehicle Detection System lintas. Mereka menyediakan informasi dan kondisi
(AVDS). lalu lintas kepada pengguna jalan dan membantu
3) Prototype Closed Circuit Television (CCTV). mengidentifikasi kebutuhan layanan darurat.
Berikut pada Gambar 4-15 adalah peralatan sensor Mereka dapat mengidentifikasi rute tercepat
data lalu lintas yang dipasang di sisi jalan. untuk penyedia layanan darurat untuk sampai di
lokasi insiden. Informasi spesifik seperti citra CCTV,
lajur yang terganggu dan lokasi buntut antrian
dapat diupayakan dengan merespon permintaan
dari penyedia layanan darurat. TMC membuat,
menyimpan dan mengimplementasikan rencana
penanggulangan insiden dan memberikan layanan
bantuan insiden.
CCTV adalah peralatan penting untuk membantu
penanggulangan darurat karena dapat mendukung
fungsi berikut:
• Identifikasi tipe layanan tanggap yang
diperlukan.
Gambar 415 Alat sensor data lalu lintas (AVDS dan
CCTV) • Membantu pengguna jalan dalam mencari
rute tercepat ke insiden.
• Membantu pengguna jalan dalam mengelola
4.15. Traffic Management Center
lalu-lintas di sekitar insiden dan antriannya.
4.15.1. Pusat Manajemen Transportasi Jalan • Citra CCTV diberikan kepada TMC, lembaga
Pengendalian dan manajemen pengoperasian ITS
dan komando tanggap darurat lainnya.
dilakukan di pusat manajemen transportasi (TMC),
kadang disebut dengan pusat pengendalian lalu
2) Penyediaan Informasi Kepada Penegendara
lintas atau pusat pengoperasian lalu-lintas. TMC
TMC memberikan informasi kepada perangkat
memberikan fokus implementasi dari sistem
lapangan lembaga, seperti changeable/variable
arsitektur ITS secara regional dengan kKonsep
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
45
ITS di Jalan Bebas Hambatan
46 I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
Kesimpulan
BAB IV
Kesimpulan
Naskah ilmiah bejudul ”ITS Jalan Bebas Hambatan” ini, mencoba untuk menunjukkan bahwa sistem ITS
merupakan komponen penting dalam pengembangan sistem transportasi jalan di jalan bebas hambatan. ITS
menawarkan potensi yang signifikan akan manfaat dalam pengguna jalan yang lebih luas.
Manfaat ITS di jalan bebas hambatan antara lain:
• Peningkatan mobilitas pergerakan lalu lintas;
• Peningkatan kapasitas jalan utama, ramp, dan pintu tol;
• Efisiensi penggunaan tenaga operator;
• Mempercepat waktu tanggap petugas atas kejadian bermasalah di jalan;
• Berkurangnya lokasi tempat dan kadar kemacetan lalu lintas;
• Kompatibilitas lebih besar dalam sistem transportasi jalan dengan lingkungannya;
• Mengurangi kejadian kematian dan fatalitas cedera terkait kecelakaan lalu lintas;
• Sebuah sistem transportasi jalan yang lebih baik dan logis.
ITS juga menawarkan berbagai manfaat langsung dan nyata kepada operator dalam mengoperasikan dan
menggunakan sistem transportasi jalan dengan menambahkan stabilitas, visibilitas, informasi, dan kontrol.
Manfaat dari meningkatkan kehandalan dan efisiensi ITS usaha tersebut meliputi:
• Mengurangi ketidak pastian dalam perjalanan, yang meliputi akses ke; jadwal, dan rute, memungkinkan
untuk lebih terencana, perjalanan lebih cepat, dan lebih murah;
• Lebih baiknya aspek keamanan untuk pergerakan barang dan penumpang yang bisa dikontrol;
• Meningkatkan efisiensi untuk operator dari sistem transportasi jalan yang ada;
• Meningkatkan efisiensi bagi pengguna sistem transportasi jalan, termasuk para pengguna dan operator
angkutan umum;
Ada beberapa catatan yang harus diperhatikan dan dilaksnakan dalam membangun ITS di jalan bebas
hambatan, seperti:
Catatan (1); Penerapan sistem ITS di jalan bebas hambatan, sudah merupakan keharusan, karena
ditunjang oleh infrastruktur dan biaya yang lebih memadai dibanding dengan jalan lainnya;
Catatan (2); Jaringan jalan tol perkotaan, dengan karakteristik pembebanan lalu lintas besar, yang selalu
dihadapkan pada terjadinya kemacetan, terutama saat transaksi di pintu tol. Sistem ETC merupakan suatu
keharusan;
Catatan (3); Menyediakan serangkaian pendekatan inovatif untuk membantu mengembangkan aplikasi
ITS
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
47
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Robert Gordon, 2009, Intelligent Freeway Transportation Systems, Functional Design, Springer Dordrecht
Heidelberg London New York
Adler, Jeffrey, 2000, Introducton to Telecommunications, Proceedings of Short course on Intelligent
Transportation Systems, 2-3 November 2000, The University of Queensland, Brisbane, Australia.
AWA Plessey, 1996, Bandung Area Traffic Control, Final System Design, Directorate General of Land Transport,
Ministri of Communications, Government of Republic of Indonesia.
AWA Plessey, 1997, Bandung “After” Traffic Study, Supply and Installation of An Area Traffic Control ATC,
System Bandung, Volume I.
Dia, Hussein, 1998, A Client Server Architecture for A Real Time Traffic Information System on the Internet,
Proceedings of the 19th ARRB Transport Research Conference, Roads 98: Investing in Transport, Sydney,
Australia, December 7-11, 1998, pp. 50-70.
Dia, Hussein, 2000, Introduction of ITS, Proceedings of Short course on Intelligent Transportation Systems,
2-3 November 2000, The University of Queensland, Brisbane, Australia.
Giannakodakis, G., 1995, ‘The Strategic Application of Intelligent Transport Systems ITS’, Technical Note,
Road and Transport Research, Volume 4, no. 4, pp. 56-63.
Hendrickson, C & Ritchie, S., 1998, ‘Applications of Advanced Technologies in Transportation’, 5th International
Conference of American Society of Civil Engineers, ASCE, proceedings, April 1998, 1801 Alexander Bell Drive
Reston, Virginia 20191 - 4400, USA. ITS Australia, Intelligent Transportation System Australia [online] available
from http://www.its-australia.com.au/, access 2005.
Karl, Charles A Jr dan Trayford, Roslyn, 2000, Deliver of Real Time and Predictive Travel Time Information:
Experiences from a Melbourne Trial, 7th ITS World Congress, Turin, 6-9 November, paper no. 3513.
Lees, John, 2000, STREAMS- Queensland’s Intelligent Transport System, Proceedings of Short course on
Intelligent Transportation Systems, 2-3 November 2000, The University of Queensland, Brisbane, Australia.
Michalopoulos, P.G., Jacobson, R.D., Anderson, C.A. and DeBruyker, B., 1993, Automatic Incident Detection
Through Video Image Processing, Traffic Engineering and Control, 34(2),66-75.
Ogden, KW & Taylor, SY., 1999, Traffic Engineering and Management, Institute of Transport Studies,
Department of Civil Engineering, Monash University, Clayton Vic 3168, Australia.
PATH, ITS., 2005, The Intelligent Transportation Systems Decision Support System Web site [online] available
from http://www.path.berkeley.edu/ Signal Control System.
Midenet, S, Boillot, F & Pierrela, J-C., 2004, ‘Signalised Intersection with Real-time adaptive Control on
Field Assessment of CO2 and Pollutant Emission Reduction’, Transportation Research Part D, Transport and
Environment, volume 9, issue 1, pp. 29 – 47, January 2004, available from http://www.sciencedirect.com/
science/article
Reid, P. and Pymont, B., 1997, SAFE-T-CAM Benefits of Using This AVI System to Regulate Fetigue, Improve
Road and Vehicle Safety and Driver Behaviour, Proceedings of the Third International Conference of ITS
Australia, Brisbane, Australia.
Sutandi, AC & Dia, H., 2005, ‘Evaluation of the Impacts of Traffic Signal Control Parameters on Network
Performance’, the 27th Conference of the Australian Institutes of Transport Research, proceedings, December
2005, Queensland University of Technology, Brisbane, Australia.
Sutandi, A. Caroline (2006) Performance Evaluation of Advanced Traffic Control Systems In A Developing
Country, PhD Dissertation, Department of Civil Engineering, The University of Queensland, Brisbane, Australia.
Sutandi, A. Caroline. (2007) Advanced Traffic Control Systems Impacts On Environmental Quality In A Large
City In A Developing Country, Journals of Eastern Asia Society of Transportation Studies, Volume 7, 2007,
ISSN: 1881-1124, pp. 1169 – 1179.
Sutandi, A. Caroline, 2010, Green Transport Using Advanced Technologies In Large City In Developing Country,
Proceeding of 1st International Conference of Sustainnable Building and Infrastructure, July 2010, Kuala
Lumpur, Malaysia.
48 I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
Kesimpulan
Toshiyuki Yokota NRI, 2004, ITS Technical Note For Developing Countries, World Bank.
Taylor, JC, Mc Kenna, PG, Young, PC, Chotai, A & Mackinon, M., 2004, ‘Macroscopic Traffic Flow Modelling
and Ramp Metering Control Using Matlab / Simulink’, Environmental Modelling and Software, volume 19,
issue 10, pp 975 – 988, October 2004.
Warnock, Chris, 2000, ITS Application in QR City Train, Proceedings of Short course on Intelligent Transportation
Systems, 2-3 November 2000, The University of Queensland, Brisbane, Australia.
Webb, Adrian, 2000, Integrated Ticketing: Smartcard Based Ticketing Systems for Public Transport,
Proceedings of Short course on Intelligent Transportation Systems, 2-3 November 2000, The University of
Queensland, Brisbane, Australia.
I T S U nt u k J a l a n B e b a s H a m b ata n
49