Anda di halaman 1dari 113

Penyelenggaraan dan Monitoring Kesehatan

Struktur Jembatan di Indonesia


Oleh : Panji Krisna Wardana, S.T,M.T

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Outline

1.1. Umum.
Umum
2. Strategi Penyelenggaraan dan Pemeliharaan Jembatan.
2. Strategi Penyelenggaraan dan Pemeliharaan
3. Monitoring Kesehatan Struktur (MKS).
Jembatan
4. Integrasi SHMS.
5.3. Penutup.
Monitoring Kesehatan Struktur (MKS)
4. Integrasi MKS
5. Penutup

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Umum
Indonesia adalah negara kepulauan
yang terdiri dari sekitar 17.000 pulau
Kondisi alam Indonesia yang terdiri
dari perbukitan, pegunungan, dan s
ungai dengan beberapa bagian me
miliki kondisi rawa dan gambut yang
menyebar di seluruh Indonesia
Tercatat lebih dari 88,000 jembatan
(1,050 km) termasuk railway crossing/
FO.
Lebih dari 21.371 jembatan (404.84 k
m) berada di jalan Nasonal. (Zarkasi,
2012)

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
JEMBATAN BENTANG PANJANG DI INDONESIA (Zarkasi, 2013)

Prosentase Distribusi Jembatan


Berdasarkan Panjang Bentang Utama
3.1 2.6
4.9

0 m - 20 m
15.8
20 m - 40 m
40 m - 60 m
60 m - 100 m
> 100 m
73.7

Ada sekitar 21.371 buah jembatan (ekivalen 404.835 km) di Ruas Jalan Nasional di In
donesia dan jumlah jembatan dengan bentang >100m sekitar 2.6%
Kondisi Jembatan di Indonesia :

SUMMARY DATA KONDISI


KEMANTAPAN
JEMBATAN 1%
NASIONAL
2%
JEMBATAN NASIONAL

10%
37% 13%
26%

24%

87%

0: Kondisi Baik 1: Kondisi sedang


2: Kondisi Rusak ringan 3: Kondisi Rusak Berat
4 : Kondisi Kritis 5: Runtuh / putus Mantap Tidak Mantap
STRATEGI PENGELOLAAN JEMBATAN DAN PEMELIHARAN
JEMBATAN BERKELANJUTAN

Pengelolaan
Jembatan
Sinergi Sarana Konektivitas
Penyelenggaraan (Jembatan) Berkelanjutan
Jembatan
Kondisi yang
ada

• Rencana
Strategi
2015-2109
• Kondisi
jembatan
• Potret
kegagalan
jembatan
RENCANA STRATEGIS DITJEN BINA MARGA 2015 – 2019
15 km PEMBANGUNAN FLY OVER/ UNDER PASS
FO SP. SURABAYA 800 FO PINANG BARIS 886 m, KATA FO SP. KABIL 460 m & SP. J FO PANTOLOAN 400 m (Sult
SP. NGURAH RAI 70
m (Aceh) MSO 625 km & SEI MANGKE 470 AM 150 m UP SIMPANG MANDAI MAKASSAR 1.0
0 m (Bali) eng)
km (Sumut) (Kep. Riau) 50 m & MAROS – BTS. KAB. BONE 237
m (Sulsel)

UP SUDIRMAN 25 m (Malu
ku)

Terowongan BALINGKA – B
UKITTINGGI 100 m & FO PA
DANG LUAR (Sumbar)

FO SP. BANDARA – TAA 15


0 m, LAWAI 278 m & BANT
AIAN 150 m, serta UP SP. P
ATAL - PUSRI 325 m (Sums
el)

FO SP. PELABUHAN PANJA FO GAPLEK 1.450 m, UP BULAK


NG 300 m & SP. TUGU RAD FO KOPO – KIARACONDONG 1.01 UP KENTUNGAN 50 UP JATINGALEH 1.220 m &
KAPAL 500 m & OP SEDIATMO 5 m, FO BUAH BATU 378 m & FO
EN INTAN 300 m (Lampung / RAWA BIKOR 400 m (DKI Jak 0 m (DIY) FO PALUR 630 m (Jateng)
BANDUNG 20 m (Jabar) FO WONOKROMO 430 m
) arta) , FO ALOHA 500 m, FO P
ROBOLINGGO 250 m, BA
BAT – BOJONEGORO 300
m (Jatim)
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 2015-2019

Jembatan Bentang Panjang


P. Balang 3.792 m
Holtekamp
29.859 M Teluk Kendari
Girindulu Bentang Pendek
Musi IV 26.067 m

FO Sp. Kabil
FO. Sei Mangke
FO. Pinang Baris
15.000 M FO. Gaplek
FO Sp. Mandai
FO. Pantoloan
UP. Sudirman

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
KLASIFIKASI JEMBATAN KHUSUS

1. Jembatan dengan bentang paling sedikit 100 m;


2. Jembatan pelengkung dengan bentang paling sedikit 60 m, jembatan gantung dan
jembatan beruji kabel;
3. Jembatan dengan total panjang paling sedikit 3.000 m;
4. Jembatan dengan ketinggian pilar di atas 40 m;
5. Terowongan Jalan dengan panjang bagian tertutup paling sedikit 200 m;
6. Terowongan Jalan yang menggunakan cara pengeboran/jacking dalam metode
pelaksanaan
7. Jembatan dan Terowongan Jalan yang memiliki kompleksitas struktur tinggi atau
memiliki nilai strategis tinggi atau didesain menggunakan teknologi baru.

Ada ± 187 jembatan kategori khusus


9
Jembatan Kategori Khusus yang telah beroperasi saat ini
Jembatan Merah Putih, Ambon

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Jembatan Kategori Khusus yang telah beroperasi saat ini
Jembatan Soekarno, Manado

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Jembatan-jembatan Kategori Khusus
Jembatan Pasopati, Jembatan Grand Wisata, Jembatan Rajamandala Jawa Barat

Jembatan Tomang, Jembatan Cisomang, Jembatan Cipada.. Dst - PT. Jasa Marga (Persero)

Jembatan Tol Cawang – Tj. Priok -Pluit, PT. CMNP

Jembatan Banyumanik I & 2, Jembatan Penggaron, PT. TMJ

Jembatan Holtekamp, Papua

Jembatan Siak IV, Riau

Simpang Susun Taman Anggrek, DKI

Jembatan Musi VI, Sumatera Selatan

Jembatan Merah Putih, Maluku

Jembatan Mahakam, Kaltim, Jembatan Tayan, Kalbar

Jembatan Kelok 9, Sumatera Barat

Jembatan Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara

Jembatan Soekarno, Sulawesi Utara


Pembangunan Jembatan Bentang Panjang Saat Ini:

Jembatan Holtekamp
Pembangunan Jembatan Bentang Panjang Saat Ini:

Jembatan Holtekamp: Pengangkutan Rangka Bentang Tengah dari


Surabaya ke Jayapura

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Pembangunan Jembatan Bentang Panjang Saat Ini:

Jembatan Holtekamp: Proses Pemasangan Center Span

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Jembatan Teluk Kendari
Permasalahan Jembatan Khusus

Beberapa Contoh Permasalahan dan Solusi pada Jembatan Khusus

1. Jembatan Tayan
2. Jembatan Fisabililah
3. Jembatan Suramadu

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
JEMBATAN TAYAN
• Permasalahan getaran timbul setelah
erection pada pelengkung baja selesai
dan shoring dilepas.
• Getaran terjadi pada kondisi kecepatan
angin lebih dari 3 m/s
• Permasalahan sementara diatasi dengan
melakukan strut bar pada hanger
Jembatan Fisabililah

• Kemungkinan adanya Vandalisme


• Permasalahan Korosi dan kabel

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Kabel Strand yang rusak
BERIKUT INI ADALAH USULAN PENAMBAHAN VOLUME PENGGANTIAN STRAND DENGAN
MELIHAT KONDISI\ FISIK KABEL YANG MENGALAMI KERUSAKAN, ANTARA LAIN :
1. KABEL M14L BATAM (BM14 Left) : PENAMBAHAN 4 STRAND,
SEHINGGA USULAN VOLUME PENGGANTIAN STRAND MENJADI = 14 STRAND

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Rehabilitasi Jembatan Fisabililah

Proses de-stressing Proses


destressing dan Pembuatan king
dan detensioning
detensioning wire pada
angkur bawah dek
angkur pylon strand eksisting

Strand cable yang akan diganti

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURAMADU BRIDGE (2007)
CAUSEWAY (photo taken at 2010)

PIER 8

• Piles covered with sea • Damage in Pile protection


creatures around • (P8,P30,P34,P36,P45)

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Manual inspection

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Periodic Inspection

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Structure Health Monitoring System (SHMS)

Fungsi utama SHM yaitu:


 Memvalidasi desain jembatan dan memastikan
keamanannya.

 Mengidentifikasi kerusakan jembatan tepat waktu.

 Memberikan masukan yang efektif untuk pemelihar


aan dan manajemen jembatan.

 Membantu manajemen lalu lintas harian.

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Identifikasi Kerusakan Struktur

• SHM dapat digambarkan sebagai proses untuk


menerapkan strategi identifikasi kerusakan.

• Identifikasi kerusakan struktural adalah isu utama


dalam SHM

• Dapat dikategorikan ke dalam empat level, yaitu:


(1) mendeteksi adanya kerusakan,
(2) menemukan lokasi kerusakan,
(3) memperkirakan tingkat kerusakan,
(4) memprediksi sisa umur Fatigue.
Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SHMS for maintenance

Kita dapat mengetahui kondisi jembatan dengan cara :


1. Membandingkan kondisi actual dengan ambang batas
2. Melihat trend dari jembatan

Ketika hasil pemantauan menunjukan ANOMALY itu menunjukan


ketahanan dari jembatan menurun.
SHMS akan mengumpulkan data secara otomatis dan
terus-menerus yang tidak dapat dilakukan secara manual

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
ROBO Control Systems
Overview Systems

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
ROBO Control Basic

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
ROBO Control Advanced

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
ROBO Control Portable

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
ROBO Control Portable

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Cost Evaluation of SHMS

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
LEVEL of SHMS

Depend on parameter observe

– Class 1 LEVEL
• Important for all bridges
– Class 2
• Necessary for minimum maintenance BASIC
– Class 3
• Necessary for optimal structural health Class 1 + Class 2
monitoring systems
– Class 4
• Nice to know
INTERMEDIATE
Class 1 + Class 2 + Class 3

ADVANCE
Class 1+Class 2+Class 3+Class 4

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Parameter and Class of SHMS

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Basic Component Of SHMS

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SHMS Component
Sensor is a device that detects events or changes in quantities and provides a
corresponding output, generally as an electrical or optical signal; for example,
a thermocouple converts temperature to an output voltage

Data Acquisition is the process of sampling signals that measure real world
physical conditions and converting the resulting samples into digital numeric values
that can be manipulated by a computer. Data acquisition systems (abbreviated with
the acronym DAS or DAQ) typically convert analog waveforms into digital values for
processing.

Data Processing is a combination of machines and people that for a set of inputs pr
oduces a defined set of outputs.[ The inputs and outputs are interpreted as data, facts,
information, may involve some combination of: conversion, validation, sorting,
summarization, aggregation, analysis

Evaluation System will evaluate the bearing capacity and the dynamic behavior
of the bridge structure and identify the existence and potential damage in real
time and off line
Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Usulan Jenis Sensor untuk SHMS Sederhana
Pada Konstruksi Bentang Panjang
Jembatan Cable Stayed

Parameter Jenis Sensor, Proses Kalibrasi dan Evaluasi Jembatan Cable Stayed
Analisis
No Parameter Sensor Kondisi Data Kalibrasi Evaluasi
Data
A Response Jembatan
1 Frekuensi Alamiah Girder Accelerometer Perlu Diolah per hari Tidak Perbandingan
2 Frekuensi Alamiah Pilon Accelerometer Perlu Diolah per hari Tidak Perbandingan
3 Pergerakan Perletakan Disp. Transucer/LVDT Langsung menerus Perlu Perbandingan
4 Kemiringan Pilon/Pilar Tiltmeter Langsung menerus Perlu historis
5 Kemiringan Pondasi Tiltmeter di pile cap Langsung menerus Perlu historis
6 Koordinat Jembatan Prisma Reflektor Perlu Pengukuran per bulan Tidak Perbandingan
B Keamanan Pengguna
7 Kecepatan Angin Anemometer Perlu diolah menerus Perlu Langsung

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Usulan Jenis Sensor untuk SHMS Sederhana
Pada Konstruksi Bentang Panjang
Jembatan Cable Stayed
Jumlah, Lokasi Sensor dan Kebutuhan Kanal Jembatan Cable Stayed
Jumlah Signal
No Sensor Lokasi Kode Sensor
Kanal Conditioner
A Bentang Tepi dan Pilon Sisi Kiri
1 Bi-axial Accelerometer Puncak Pilon Kiri ACCBI01 2 SC01
2 Bi-axial Tiltmeter Puncak Pilon Kiri TILBI01 2 SC01
3 Bi-axial Accelerometer Ditengah Bentang Tepi Kiri ACCBI02 2 SC02
4 Disp. Transucer/LVDT Abutmen Kiri DISTR01 1 SC02
5 Bi-axial Tiltmeter Dasar Pilon Kiri TILBI02 2 SC02
6 Prisma Reflektor 4 lokasi di Pilon
7 Prisma Reflektor 4 Lokasi di girder bentang tepi
B Bentang Utama
8 Tri-axial Anemometer Tengah Bentang Utama sisi A ANMTR01 langsung ke DPCS
9 Tri-axial Anemometer Tengah Bentang Utama sisi B ANMTR02 langsung ke DPCS
10 Bi-axial Accelerometer Tengah Bentang Utama ACCBI03 2 SC03
11 Prisma Reflektor 4 Lokasi di girder bentang tengah
C Bentang Tepi dan Pilon Sisi Kanan
12 Bi-axial Accelerometer Puncak Pilon Kanan ACCBI04 2 SC03
13 Bi-axial Tiltmeter Puncak Pilon Kanan TILBI03 2 SC03
14 Bi-axial Accelerometer Di tengah Bentang Tepi Kanan ACCBI05 2 SC04
15 Disp. Transucer/LVDT Abutmen Kanan DISTR02 1 SC04
16 Bi-axial Tiltmeter Dasar Pilon Kanan TILBI04 2 SC04
17 Prisma Reflektor 4 lokasi di Pilon
18 Prisma Reflektor 4 Lokasi di girder bentang tepi
Kebutuhan Kanal pada Unit Akuisisi Data 20 4
Usulan Jenis Sensor untuk SHMS Sederhana
Pada Konstruksi Bentang Panjang
Jembatan Suspensi

Parameter Jenis Sensor, Proses Kalibrasi dan Evaluasi Jembatan Suspensi


Analisis
No Parameter Sensor Kondisi Data Kalibrasi Evaluasi
Data
A Response Jembatan
1 Frekuensi Alamiah Girder Accelerometer Perlu Diolah per hari Tidak Perbandingan
2 Frekuensi Alamiah Pilon Accelerometer Perlu Diolah per hari Tidak Perbandingan
3 Pergerakan Perletakan Disp. Transucer/LVDT Langsung menerus Perlu Perbandingan
4 Kemiringan Pilon/Pilar Tiltmeter Langsung menerus Perlu historis
5 Kemiringan Pondasi Tiltmeter di pile cap Langsung menerus Perlu historis
6 Koordinat Jembatan Prisma Reflektor Perlu Pengukuran per bulan Tidak Perbandingan
B Keamanan Pengguna
7 Kecepatan Angin Anemometer Perlu diolah menerus Perlu Langsung

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Usulan Jenis Sensor untuk SHMS Sederhana
Pada Konstruksi Bentang Panjang
Jembatan Suspensi
Jumlah, Lokasi Sensor dan Kebutuhan Kanal Jembatan Suspensi
Jumlah Signal
No Sensor Lokasi Kode Sensor
Kanal Conditioner
A Bentang Tepi dan Pilon Sisi Kiri
1 Bi-axial Accelerometer Puncak Pilon Kiri ACCBI01 2 SC01
2 Bi-axial Tiltmeter Puncak Pilon Kiri TILBI01 2 SC01
3 Bi-axial Accelerometer Ditengah Bentang Tepi Kiri ACCBI02 2 SC02
4 Disp. Transucer/LVDT Abutmen Kiri DISTR01 1 SC02
5 Bi-axial Tiltmeter Dasar Pilon Kiri TILBI02 2 SC02
6 Prisma Reflektor 4 lokasi di Pilon
7 Prisma Reflektor 4 Lokasi di girder bentang tepi
B Bentang Utama
8 Tri-axial Anemometer Tengah Bentang Utama sisi A ANMTR01 langsung ke DPCS
9 Tri-axial Anemometer Tengah Bentang Utama sisi B ANMTR02 langsung ke DPCS
10 Bi-axial Accelerometer Tengah Bentang Utama ACCBI03 2 SC03
11 Prisma Reflektor 4 Lokasi di girder bentang tengah
C Bentang Tepi dan Pilon Sisi Kanan
12 Bi-axial Accelerometer Puncak Pilon Kanan ACCBI04 2 SC03
13 Bi-axial Tiltmeter Puncak Pilon Kanan TILBI03 2 SC03
14 Bi-axial Accelerometer Di tengah Bentang Tepi Kanan ACCBI05 2 SC04
15 Disp. Transucer/LVDT Abutmen Kanan DISTR02 1 SC04
16 Bi-axial Tiltmeter Dasar Pilon Kanan TILBI04 2 SC04
17 Prisma Reflektor 4 lokasi di Pilon
18 Prisma Reflektor 4 Lokasi di girder bentang tepi
Kebutuhan Kanal pada Unit Akuisisi Data 20 4
Usulan Jenis Sensor untuk SHMS Sederhana
Pada Konstruksi Bentang Panjang
Jembatan Pelengkung Baja

Parameter Jenis Sensor, Proses Kalibarasi dan Evaluasi Jembatan Pelengkung Baja

Analisis
No Parameter Sensor Kondisi Data Kalibrasi Evaluasi
Data
A Response Jembatan
1 Frekuensi Alamiah Girder Accelerometer Perlu Diolah per hari Tidak Perbandingan
2 Frekuensi Alamiah Pelengkung Accelerometer Perlu Diolah per hari Tidak Perbandingan
3 Kemiringan Batang Vertikal Pelengkung Tiltmeter Langsung menerus Perlu historis
4 Pergerakan Perletakan Disp. Transucer/LVDT Langsung menerus Perlu Perbandingan
5 Kemiringan Pondasi Tiltmeter di pile cap Langsung menerus Perlu historis
6 Koordinat Jembatan Prisma Reflektor Perlu Pengukuran per bulan Tidak Perbandingan

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Usulan Jenis Sensor untuk SHMS Sederhana
Pada Konstruksi Bentang Panjang
Jembatan Pelengkung Baja

Jumlah, Lokasi Sensor dan Kebutuhan Kanal Jembatan Pelengkung Baja

Jumlah Signal
No Sensor Lokasi Kode Sensor
Kanal Conditioner
1 Bi-axial Accelerometer Di tengah Bentang Dek ACCBI01 2 SC01
2 Bi-axial Accelerometer Di tengah Bentang Struktur Pelengkung ACCBI02 2 SC01
3 Bi-axial Tiltmeter Batang Vertikal Terluar Pelengkung - Kiri TILBI01 2 SC02
4 Bi-axial Tiltmeter Batang Vertikal Terluar Pelengkung - Kanan TILBI02 2 SC03
5 Disp. Transucer/LVDT Perletakan Roll - Expansion Joint Kiri DISTR01 1 SC02
6 Disp. Transucer/LVDT Perletakan Roll - Expansion Joint Kanan DISTR02 1 SC03
7 Bi-axial Tiltmeter Dasar Abutmen Kiri TILBI03 2 SC02
8 Bi-axial Tiltmeter Dasar Abutmen Kanan TILBI04 2 SC03
9 Prisma Reflektor 2 x 4 lokasi di pelengkung baja
10 Prisma Reflektor 4 Lokasi di girder
Kebutuhan Kanal pada Unit Akuisisi Data 14 3

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Usulan Jenis Sensor untuk SHMS Sederhana
Pada Konstruksi Bentang Panjang
Jembatan Box Girder Beton

Parameter Jenis Sensor, Proses Kalibarasi dan Evaluasi Jembatan Box Girder Beton

Analisis
No Parameter Sensor Kondisi Data Kalibrasi Evaluasi
Data
A Response Jembatan
1 Frekuensi Alamiah Girder Accelerometer Perlu Diolah per hari Tidak Perbandingan
2 Pergerakan Perletakan Disp. Transucer/LVDT Langsung menerus Perlu Perbandingan
3 Kemiringan Pondasi Tiltmeter di pile cap Langsung menerus Perlu historis
4 Koordinat Jembatan Prisma Reflektor Perlu Pengukuran per bulan Tidak Perbandingan

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Usulan Jenis Sensor untuk SHMS Sederhana
Pada Konstruksi Bentang Panjang
Jembatan Box Girder Beton

Jumlah, Lokasi Sensor dan Kebutuhan Kanal Jembatan Box Girder Beton
Jumlah Signal
No Sensor Lokasi Kode Sensor
Kanal Conditioner
1 Bi-axial Accelerometer Di Tengah Bentang Dek ACCBI01 2 SC01
2 Bi-axial Tiltmeter Puncak Pilon Kiri TILBI01 2 SC01
3 Bi-axial Tiltmeter Puncak Pilon Kanan TILBI02 2 SC02
4 Disp. Transucer/LVDT Perletakan Roll - Expansion Joint Kiri DISTR01 1 SC01
5 Disp. Transucer/LVDT Perletakan Roll - Expansion Joint Kanan DISTR02 1 SC02
6 Bi-axial Tiltmeter Dasar Abutmen Kiri TILBI03 2 SC01
7 Bi-axial Tiltmeter Dasar Abutmen Kanan TILBI04 2 SC02
8 Prisma Reflektor 2 lokasi di pilar kiri
9 Prisma Reflektor 2 lokasi di pilar kanan
10 Prisma Reflektor 4 Lokasi di girder
Kebutuhan Kanal pada Unit Akuisisi Data 12 2

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Parameter dan Tipe Sensor

Parameter Tipe Sensor


Beban Angin Anemometer
Temperatur komponen Optical fiber temperature
baja sensor
Temperature komponen Optical fiber temperature
beton sensor
Beban temperatur
Temperatur udara dan Air temperature and Hum
Sumber Beban
kelembaban relative adity gauge
Optical fiber temperature
Temperature kabel sensor
Kondisi korosi Corrosion cell
Weigh-in Motion (WIM)
Beban Lalu Lintas
sensor
Perpindahan global GPS
Kemiringan pilon dan pier Bi-axial tilter
Perpindahan perletakan Displacement tranducer
Single-axial accelerometer
Bi-axial accelerometer
Karakteristik dan Respon J Percepatan
Tri-axial accelerometer
embatan
Portable accelerometer
Percepatan gempa dan tabrakan kapal Seismic accelerometer
Regangan Optical fiber strain gauge
Portable accelerometer
Gaya Kabel
Force ring/EM

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Parameter dan Tipe Sensor
Pengukuran Regangan

Regangan adalah ukuran dari deformasi yang terjadi ketika diberikan gaya pada elemen
struktur. Secara lebih spesifik, regangan adalah rasio perubahan panjang terhadap panjang
awal elemen. Ada banyak metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengukur
regangan.

Foil Strain Gauge


Fiber Optic
Strain Gauge
Vibrating Wire
Strain Gauge

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Parameter dan Tipe Sensor
Perpindahan Linier
Ada banyak sensor yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengukur
perpindahan linier dan posisinya.

Sensor Wireless Displacement

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Parameter dan Tipe Sensor
Accelerometer
Accelerometers digunakan untuk tes dinamis seperti gaya eksitasi, kejut
dan pengujian getaran.

Sensor Wireless Accelerometer

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Parameter dan Tipe Sensor
Tiltmeter
Tiltmeter adalah alat yang digunakan mengukur sudut rotasi dari sebuah
benda uji dengan datum yang diwakili secara umum oleh vektor gravitasi.

Sensor Wireless Tiltmeter


Sensor Wired Tiltmeter

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Parameter dan Tipe Sensor
Sensor Electro Magnetic
Sistim dengan Electro Magnetic sensor direncanakan untuk mengukur data
tegangan aktual pada kabel untuk dapat mengetahui kinerja dari struktur
tersebut.

Sensor Electro Magnetic

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Parameter dan Tipe Sensor
Environment Sensor
Dalam banyak aplikasi, perlu untuk mengukur kondisi lingkungan pada
lokasi pengujian. Pengukuran yang paling sering dilakukan meliputi suhu,
kelembaban relatif, dan kecepatan dan arah angin

Sensor AT-RH Sensor Anemometer

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Karakteristik Sensor

Sensor Statik:
Merupakan karakteristik yang didasarkan pada masukan maupun keluaran keti
ka berada dalam keadaan steady state, karakteristik ini tidak dipengaruhi oleh
waktu. Ada berbagai macam karakteristik statis, diantaranya:

• Akurasi (Ketelitian)
Istilah ini digunakan untuk menentukan error keseluruhan maksimum yang dih
arapkan dari suatu alat dalam pengukuran.

• Sensitivitas
Merupakan perbandingan antara perubahan output dengan perubahan input.

• Resolusi
Merupakan variabel input terkecil yang dapat diukur.

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Karakteristik Sensor

• Hysteresis
Merupakan persentase deviasi maksimum antara kurva naik dan kurva turun
terhadap nilai skala penuh. Semakin kecil nilai hysterisis, maka semakin bagus
transduser/sensor bekerja.

• Repeatability
Merupakan pengukuran seberapa baik ouput apabila diukur berkali-kali dengan
nilai input yang sama.

• Linearitas
Merupakan simpangan terbesar antara kurva sebenarnya dengan kurva linier. Se
makin kecil nilai linearitas, maka semakin bagus transduser/sensor bekerja.

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Karakteristik Sensor

Sensor Dinamik:
Merupakan karakteristik yang respon yang masukannya dipengaruhi oleh
waktu. Ada berbagai macam karakteristik dinamis, diantaranya:
• Rise Time
Merupakan waktu yang dibutuhkan oleh respon untuk naik dari 10-90%
(Overdamped) atau 0- 100% (Underdamped) dari nilai akhir.
• Time Konstan.
Merupakan waktu yang dibutuhkan output untuk mencapai nilai 63.2% d
ari nilai maksimum.
• Dead Time atau Delay
Merupakan perbedaan waktu antara input dengan ouput. Atau dengan
maksud lain, waktu yang dibutuhkan untuk transisi (perpindahan logika)
pada input dengan respon perpindahan logika pada output.
• Respon Frekuensi
Merupakan representasi dari respon sistem terhadap masukan yang beru
pa sinyal sinusoida dengan frekuensi yang bervariasi.

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Software
Software harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dari sistim SHMS
tersebut. Secara umum software yang dibutuhkan pada suatu sistim SHMS
adalah sebagaimana disajikan pada tabel di bawah:
Kebutuhan Software
No Parameter Sensor DAU membaca Menyimpan data Pengolahan Tampilan dan
data dari sensor ke database Data Evaluasi

A Response Jembatan
1 Frekuensi Alamiah Girder Accelerometer X X X X
2 Frekuensi Alamiah Pilon Accelerometer X X X X
3 Perpidahan V & H Girder GPS X X X X
4 Perpidahan H pilon GPS X X X X
5 Pergerakan Perletakan Disp. Transducer/LVDT X X - X
6 Kemiringan Pilon/Pilar Tiltmeter X X - X
7 Gaya Pada Kabel EM X X - X
8 Kemiringan Pondasi Tiltmeter di pile cap X X - X
9 Penurunan Pondasi GPS X X - X
10 Tagangan/Regangan Baja Strain Gauge X X - X
11 Korosi baja FO sensor X X - X
12 Korosi Tulangan Corrosion Sensor X X - X
13 Penggerusan Scouring Sensor X X - X
B Keamanan Pengguna
14 Kecepatan Angin Anemometer X X X X
15 Visual Monitoring CCTV X X - X
C Pengaruh Lingkungan
16 Suhu Temperature Sensor X X - X
17 ATRH ATRH Sensor X X - X
18 Percepatan Gempa Seismic Acceleometer X X - X
D Beban Lalu Lintas
19 Beban Lalu Lintas WIM X X X X
MONITORING KESEHATAN JEMBATAN

Mengapa MKS/ SHMS menjadi populer?


1. Meningkatnya kebutuhan
 Informasi Keamanan, kekuatan, layanan dan kinerja struktur
 Manajemen/pengelolaan yang lebih baik dari struktur yang ada
 Monitoring dari desain dan bahan inovatif
2. Pengembangan Teknologi
 Sensor baru
 Sistem data akusisi
 Teknologi nirkabel dan internet
 Sistem transmisi, pengumpulan, pengarsipan dan pengambilan data
 Pengolahan data dan identifikasi kejadian

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
DIAGRAM SYSTEM MKS
DECK DAU
GENERAL SENSOR
SENSOR ACCELEROMETER

SENSOR ARTH & TEMPERATUR


DAU 1
SENSOR TILT METER DAU 2
SENSOR STRAIN GAUGE DAU 3
DAU 4
PYLON DAU 5
SENSOR ACCELEROMETER
DAU 6
SENSOR ARTH & TEMPERATUR DATA
DATA PROCESSING MONITORI
SENSOR TILT METER INTERFACE NG
ROOM
SENSOR STRAIN GAUGE
MEDIA
KOMUNIKASI :
SENSOR BI – AXIAL ANEMOMETER CABLE SENSOR
ATAU WIRELESS
SENSOR TRI– AXIAL ANEMOMETER

SENSOR SEISMIC
DAU EM
SENSOR EM
Implementasi SHMS JEMBATAN SAAT INI :

SENSOR
NO. JEMBATAN Accelerometer Inclinometer Sindila (S Scouring Environment Electromagnetik
LVDT (L) CCTV (C)
(A) (T) i) (Sc) (E) (EMS)
1 COMAL A 6 Unit 10 Unit 6 Unit 1 Unit 4 Unit 3 Unit 1 Unit -
2 COMAL B 6 Unit 10 Unit 6 Unit 1 Unit 4 Unit 3 Unit 1 Unit -
3 PEMALI B 10 Unit 7 Unit 3 Unit 1 Unit 3 Unit 3 Unit 1 Unit -
4 CINDAGA 12 Unit 10 Unit 10 Unit 1 Unit 5 Unit 4 Unit 1 Unit -
5 TANGGULANGIN - - - 1 Unit 6 Unit - - -
6 SEDAYU LAWAS - - - 1 Unit 4 Unit - - -
AIR TEBING SULU
7
H - - - 1 Unit - - - -
8 SURAMADU - - - - 7 Unit - - 2 Unit
9 TUNTANG 3 Unit 1 Unit - - 2 Unit - - -
10 BUTUH 1 Unit 1 Unit 2 Unit - 2 Unit - - -
11 CILOPADANG 2 Unit 1 Unit - - 2 Unit - - -
12 PEDES 3 Unit 1 Unit - - 2 Unit - - -
13 CIRAJAYU - 1 Unit - - 2 Unit - - -

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Jembatan Suramadu
Structure Health Monitoring System Jembatan Merah Putih

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
LAYOUT POSISI CCTV & WARNING LIGHT

CCTV

WARNING LIGHT WARNING LIGHT

TAMPAK MELINTANG JEMBATAN

CCTV

TAMPAK ATAS JEMBATAN

SENSOR CCTV SYSTEM BERJUMLAH 8 BH


SENSOR WARNING LIGHT BERJUMLAH 2 BH POSISI DI UJUNG JEMBATAN PENDEKAT (SISI GALALA D
AN POKA)
Dashboard Structural Health Monitoring System (SHMS)
Jembatan Merah Putih

KANTOR PEMELIHARAAN DAN PE


Direktorat
MANTAUAN Jembatan
JMP
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Structural Health Monitoring System (SHMS)
Jembatan Merah Putih

Sensor – sensor yang terpasang di Jembatan Merah Putih

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
JENIS-JENIS SENSOR YANG DIPASANG

1. Sensor pengukur getaran dan frekuensi struktur yaitu Sensor Accelerometer, satuan
mili gravitasi (mg).
2. Sensor pengukur ambient temperature yaitu Sensor Temperatur dan Humidity, satuan
derajat celcius (oC).
3. Sensor pengukur kecepatan dan arah angin 2D yaitu sensor Anemometer 2D, satuan
km/jam dan derajat (o).
4. Sensor pengukur kecepatan, arah angin dan sudut putaran angin 3D yaitu sensor
Anemometer 3D, satuan km/jam dan derajat (o).
5. Sensor pengukur gaya kabel yaitu Sensor Electro Magnetic, satuan kilo Newton (kN).
6. Sensor pengukur getaran gempa yaitu Sensor Seimic, satuan Gravitasi (g).
7. Sensor pengukur regangan struktur yaitu Sensor Strain Gauge, satuan Micro Strain (µs)
8. Sensor pengukur kemiringan pylon yaitu Sensor Tiltmeter, satuan derajat (o)
9. Sensor pengukur lendutan girder yaitu Sensor Displacement, satuan milimeter (mm).

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SELAIN SENSOR JUGA DIPASANG

1. CCTV digunakan untuk mengetahui gangguan pada jembatan yang diakibatkan


oleh pengguna jalan, pengguna lalu lintas kapal.
2. Warning Light yang dapat memberikan peringatan serta status jembatan sebelum
dilintasi oleh pengguna jalan.
3. Display Wall sebagai media untuk menampilkan data-data sensor secara
keseluruhan.

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
KUANTITAS PEMASANGAN SENSOR

Kode Sensor Pengadaan Lokasi


No. & Pemasangan
Total
Pylon Deck Cable
1a Anemometer Biaxial 1x2=2 2
1b Anemometer Triaxial 1X2=2 2
2 ATRH 3x1=3 3
3 Seismic 1 x 2= 2 2
4 Temprature 2x2=4 3x3=9 13
5 5x2=1
Accelerometer 2x2=4 14
0
6 Electro Magnetic 12 x 2= 24 24
7 5x7=3
Strain Gauge 12 x 2 = 24 59
5
8 5x2=1
Tilt Meter 6 x 2 = 12 22
0
9 Displacement 1x1=1 1
10 CCTV 2x2=4 2x2=4 8
11 Warning light 2
Total 152

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
LAYOUT POSISI SENSOR PADA ARAH MEMANJANG JEMBATAN

Untuk Area Cable : Untuk Area Deck :


1. Sensor pengukur gaya kabel yaitu sensor Electro Magnetic 1. Sensor pengukur kecepatan dan arah angin 3D yaitu sensor a
berjumlah 24 buah. nemometer triaxial berjumlah 2 buah.
2. Sensor pengukur lendutan girder yaitu sensor tiltmeter berju
Untuk Area Pylon: mlah 10 buah.
1. Sensor pengukur kecepatan dan arah angin 2D yaitu sensor 3. Sensor pengukur getaran dan frekuensi struktur yaitu sensor a
anemometer biaxial berjumlah 2 buah. ccelerometer berjumlah 10 buah.
2. Sensor pengukur kemiringan pylon yaitu sensor tiltmeter ber 4. Sensor pengukur regangan struktur yaitu sensor strain gauge
jumlah 12 buah. berjumlah 35 buah.
3. Sensor pengukur getaran dan frekuensi struktur yaitu sensor 5. Sensor pengukur ambient temperature yaitu sensor temperatu
accelerometer berjumlah 4 buah. r dan humidity berjumlah 9 buah.
4. Sensor pengukur regangan struktur yaitu sensor strain gaug
6. Sensor pengukur lendutan jembatan yaitu sensor displaceme
e berjumlah 24 buah.
nt berjumlah 1 set.
5. Sensor pengukur ambient temperature yaitu sensor temperatu
r dan humidity berjumlah 4 buah.
6. Sensor pengukur getaran gempa yaitu sensor seimic berjumla
h 2 buah.
LAYOUT PENEMPATAN SENSOR UNTUK PYLON

1. Sensor pengukur kecepatan dan arah angin 2D


yaitu sensor Anemometer biaxial berjumlah 2 bh.

2. Sensor pengukur kemiringan pylon yaitu Sensor


Tiltmeter berjumlah 12 bh.
3. Sensor pengukur getaran dan frekuensi struktur
yaitu Sensor Accelerometer berjumlah 4 bh.
4. Sensor pengukur regangan struktur yaitu Sensor
Strain Gauge berjumlah 32 bh.

5. Sensor pengukur ambient temperature yaitu Sensor


Temperatur dan Humidity berjumlah 4 bh.

6. Sensor pengukur getaran gempa yaitu Sensor


Seimic berjumlah 2 bh.
LAYOUT PENEMPATAN SENSOR UNTUK DECK

1. SENSOR PENGUKUR LENDUTAN GIRDER YAITU SENSOR 5. SENSOR PENGUKUR KECEPATAN DAN ARAH ANGIN 3 D YAITU
TILTMETER BERJUMLAH 14 BH SENSOR ANEMOMETER 3D BERJUMLAH 35 BH

2. SENSOR PENGUKUR GETARAN DAN FREKUENSI STRUKTUR 6. SENSOR PENGUKUR AMBIENT TEMPERATURE YAITU SENSOR
YAITU SENSOR ACCELEROMETER BERJUMLAH 5 BH TEMPERATUR DAN HUMIDITY BERJUMLAH 3 BH

3. SENSOR PENGUKUR REGANGAN STRUKTUR YAITU SENSOR


STRAIN GAUGE BERJUMLAH 35 BH

4. SENSOR PENGUKUR AMBIENT TEMPERATURE YAITU SENSOR


TEMPERATUR DAN HUMIDITY BERJUMLAH 15 BH
LAYOUT PENEMPATAN SENSOR UNTUK DECK
CCTV

WARNING LIGHT WARNING LIGHT

TAMPAK MELINTANG JEMBATAN

CCTV

TAMPAK ATAS JEMBATAN

SENSOR CCTV SYSTEM BERJUMLAH 8 BH


SENSOR WARNING LIGHT BERJUMLAH 2 BH POSISI DI UJUNG JEMBATAN PENDEKAT (SISI GALALA D
AN POKA)
LAYOUT PENEMPATAN SENSOR

BI – AXIAL ANEMOM
CCTV ELECTRO MAGNETIC
ETER
WARNING LI LENDUTAN
GHT STRAIN GAUGE

SEISMIC SENSOR TRI – AXIAL ANENOM


ETER TILTMETER ACCELEROMETERS
TEMPERATURE

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
DIAGRAM SYSTEM SHMS

DAU 1 DAU 3 DAU 5


.2 .4 .6

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Output Sensor

Sensor Accelerometer

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Output Sensor

Sensor Anemometer Biaxial

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Output Sensor

Sensor Anemometer Triaxial

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Output Sensor

Sensor ATRH

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Output Sensor

Sensor EM

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Output Sensor

Sensor Seismic

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Output Sensor

Sensor Strain Transducer

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Output Sensor

Sensor Tiltmeter

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Ambang Batas SHMS
Jembatan Merah Putih
Sensor Accelerometer

 Rekaman data dengan triger.

 Tidak ada threshold, hanya direkam, untuk pengukuran fatique analisis.

 Dipenggal sesuai periode tertentu (peak hours) kemudian di FFT menghasilkan


frekuensi.

 Hasil FFT ditampilkan dengan window yang mewakili data harian jam sibuk.
Ambang Batas SHMS
Jembatan Merah Putih
Sensor Electro Magnetic

 Merah (Kritis) = 950 MPa.

 Kuning (Peringatan) = 800 Mpa.

 Hijau (Normal) = 580 Mpa

Pengambilan data biasa 10 menit, apabila ada trigger, period 0,1 detik selama 1
jam.
Ambang Batas SHMS
Jembatan Merah Putih
Sensor Strain Gauge / Transducer

Strain gauge (Strain Tranducer) (µStrain)


Pengambilan data diusahakan tiap 1 menit.

 Treshold kuning baja =200 µStrain (service load).

 Treshold merah baja = 240 µStrain

 Treshold merah beton (pilon) = 700 µStrain

 Treshold kuning beton (pilon) = 600 µStrain


Ambang Batas SHMS
Jembatan Merah Putih
Sensor Tiltmeter

Treshold diukur tilmeter di puncak


Tiltmeter bawah untuk mengkoreksi nilai di tengah dan puncak.

 Threshold arah X service = 0,5 derajat= 30cm

 Treshold arah X max = 1 derajat = 60 cm

 Treshold arah Y service = 15 cm.

 Treshold arah Y max = 30 cm


Ambang Batas SHMS
Jembatan Merah Putih
Sensor Anemometer

Anemometer

 Tercatat max. 50 km/jam.

 Treshold (tutup traffic) pada motor 35 km/jam, mobil 50 km/jam.


Dashboard Structural Health Monitoring System (SHMS)
Jembatan Soekarno

Jembatan Soekarno

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Structural Health Monitoring System (SHMS)
Jembatan Soekarno

Sensor – sensor yang terpasang di Jembatan Merah Putih

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
JENIS-JENIS SENSOR YANG TERPASANG

1. Sensor pengukur getaran dan frekuensi struktur yaitu Sensor Accelerometer,


satuan mili Gravitasi (mg).
2. Sensor pengukur suhu material yaitu Sensor Temperature, satuan derajat
celcius (oC).
3. Sensor pengukur suhu sekitar yaitu Sensor ATRH, satuan derajat celcius (oC)
untuk suhu dan persen (%) untuk kelembaban.
4. Sensor pengukur kecepatan dan arah angin 2D yaitu sensor Anemometer 2D,
satuan km/jam dan derajat (o).
5. Sensor pengukur kecepatan, arah angin dan sudut putaran angin 3D yaitu
sensor Anemometer 3D, satuan km/jam dan derajat (o).
6. Sensor pengukur gaya kabel yaitu Sensor Load Cell, satuan kilo Newton(kN).
7. Sensor pengukur getaran gempa yaitu Sensor Seimic, satuan Gravitasi (g).
8. Sensor pengukur regangan struktur yaitu Sensor Strain Gauge, satuan Micro
Strain (µs).
9. Sensor pengukur kemiringan yaitu Sensor Tiltmeter, satuan derajat (o)
Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
KUANTITAS SENSOR

Kode Sensor Pengadaan &


Lokasi
No. Pemasangan
Total
Pylon Deck Cable

1 Sensor Accelerometer 3 4 7
2 Sensor Temperature 4 4
3 Sensor ATRH 2 2 4
4 Sensor 2D Anemometer 1 1
5 Sensor 3D Anemometer 2 2
6 Sensor Load Cell 12 12
7 Sensor Seismic 1 1
8 Sensor Strain Gauge 16 32 48
9 Sensor Tiltmeter 4 18 22
Total 101

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SENSOR ACCELEROMETER

• Merekam getaran jembatan, yang kemudian akan dikonversi


menjadi frekuensi natural oleh sistem DAU.
• Elemen sensor bersama sistem transmitter berada di dalam
blackbox.

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SENSOR TEMPERATURE

Probe
Temperatur
Blackbox
yang mer
uoakan
transmitt
• Sensor Temperature digunakan untuk er
mengukur suhu material.

Kabel

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SENSOR ATRH

Transmitter
& Receiver

• Pada probe, terdapat dua sensor yaitu suhu dan kelembaban


di sisi yang berbeda.
• Sensor kelembaban ini sangat sensitif sehingga tidak boleh
basah.
• Pemasangan sensor ATRH ini ditaruh di dalam kotak seperti Probe Tempe
rature and Hu
ini, untuk melindunginya dari air hujan langsung , kemudian midity
kotak ini ditutup Ventilasi
• Kotak ini diberi ventilasi di bagian bawah agar keadaan di
luar dan di dalam kotak tidak jauh berbeda

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SENSOR TRI-AXIAL ANEMOMETER

Sensor Tri-Axial Anemometer digunakan untuk mengukur kecepatan


angin dan mengetahui arah datangnya angin serta sudut datangnya
angin.

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SENSOR BI-AXIAL ANEMOMETR

Sensor Bi-Axial Anemometer digunakan untuk mengukur kecepatan


angin dan arah datangnya angin.

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SENSOR LOAD CELL

Sensor Load Cell


Sensor Load Cell digunakan untuk mengukur
besarnya tegangan yang dialami oleh kabel dalam
menopang jembatan

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SENSOR SEISMIC

Sensor Seismic digunakan untuk mengukur getaran yang


terjadi akibat gempa

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SENSOR STRAIN GAUGE

• Sensor strain gauge digunakan untuk mengukur regangan


struktur yang dikonversi menjadi tegangan struktur

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SENSOR TILTMETER

Sensor Tiltmeter digunakan untuk mengukur kemiringan

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Output Sensor

Sensor Accelerometer

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Output Sensor

Sensor Anemometer Biaxial

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Output Sensor

Sensor Anemometer Triaxial

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Output Sensor

Sensor ATRH

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Output Sensor

Sensor Load Cell

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Output Sensor

Sensor Seismic

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Output Sensor

Sensor Strain Transducer

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Output Sensor

Sensor Tiltmeter

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Desain Monitoring Kesehatan Struktur (MKS)
Untuk Jembatan Musi IV

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
INTEGRASI MKS

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
INTEGRASI MONITORING KESEHATAN JEMBATAN (iMKS)

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Tantangan MKS kedepan :
1. Kebutuhan awal untuk seluruh sensor dan pengumpulan data
• Grounding,
• Lapisan pelindung,
• Kondisi Suhu & Kelembaban
• Penangkal petir
2. Memilih jenis dan akurasi sensor
3. Integrasi Monitoring Kesehatan Struktur
• Tiap sensor memiliki waktu samplingnya masing-masing
• Teknologi yang berkembang lebih cepat (waktu desain vs pengimplementasian)
• Real time and sistem online
• Open Platform
4. Sumber Daya Manusia.
5. Threshold, kriteria dan manajemen resiko untuk sistem peringatan dini.
6. Penyebaran laporan untuk stakeholder dan instansi terkait.
7. Tim tanggap darurat.
8. Model kontrak yang digunakan untuk pemeliharaan MKS yang telah terpasang.

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
PENUTUP (1)

 Negara Indonesia adalah negara kepulauan dimana terdapat lebih dari


55.000 sungai, dan jembatan adalah salah satu solusi bagi sarana
penghubung antar ruas jalan maupun antar daerah

 Jembatan mempunyai fungsi untuk memerangi kebodohan, keterisoliran,


objek wisata dan landmark suatu daerah.

 Diperlukan pembelajaran yang terus menerus ditengah tantangan


semakin kompleksnya parameter yang perlu diamati dan kemajuan
teknologi yang semakin maju untuk mendapatkan sistem monitoring
yang handal dan effisien

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
PENUTUP (2)

 Kondisi Jembatan yang ada dan kebutuhan Jembatan yang akan datang
sangat besar sesuai tuntutan Renstra DJBM memerlukan sinergi dan
koordinasi internal (kePuan) di berbagai instansi untuk memenuhi
kebutuhan biaya pembangunan dan pemeliharaan.

 Peningkatan kompetensi profesionalisme baik untuk pemilik, pembangun,


dan pengelola dilakukan secara terus-menerus dengan penggunaan
teknologi.

 Untuk kebutuhan pemangku kebijakan, diperlukan integrasi Monitoring


Kesehatan Struktur (IMKS).

Direktorat Jembatan
Direktorat Jenderal Bina Marga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Anda mungkin juga menyukai