GEOMETRIK JALAN
Survey Tofografi
Proses desain Alinemen
Cek Konsistensi dan Jarak
Pandang
Cek Volume Pek. Tanah
Tidak
Alinemen
Memuaskan
Ya
STANDAR DESAIN
KRITERIA PERANCANGAN
Penglihatan (Vision)
Waktu reaksi (Reaction time)
Kemampuan utk medeteksi warna
Pendengaran (Hearing)
Perasaan (Feel and Touch)
Tinggi mata pengemudi (Driver Eye height)
Kecepatan berjalan (Walking Speed)
Tinggi pejalan Kaki (Pedestrian height)
Usia (Age)
Lebar utk pejalan kaki dan pengguna jalan lainnya
Jarak kebebasan antara dua pengguna jalan
KARAKTERISTIK KENDARAAN
DESAIN GEOMETRIK/JALUR
JALAN PERKOTAAN
1.
2.
3.
1.
2.
3.
Jalan Perkotaan
Kendaraan Penumpang
Truk/Bus tanpa gandengan
Kombinasi
Jalan antar Kota
Kendaraan Kecil (Mobil Penumpang)
Kendaraan sedang (Truk 3 As tandem/Bus besar 2 As)
Kendaraan Besar (Truk semi trailer)
580
140
150
170
210
760
240
200
280
610
1280
90
200
260
KENDARAAN MANUVER
KLASIFIKASI JALAN
LALU - LINTAS
Tahunan
F
: Faktor Variasi Vol. lalu Lintas dalam satu jam
tersibuk (PHF)
KECEPATAN
Kelas jalan
Fungsi jalan
Dan jenis medan
KECEPATAN OPERASIONAL
KECEPATAN PERJALANAN
KAPASITAS JALAN
Tipe jalan
Jumlah lajur
Terpisah atau tidaknya lajur yang ada
JARAK PANDANG
Jh = Vr
3,6
Dimanan :
Vr
3,6
2 gf
Jh : Jarak henti
Vr : Kecepatan rencana
T : Waktu tanggap (2,5 detik)
g : Percepatan gravitasi (9,8 m/det2)
f : Koefisien gesek memanjang perkerasan jalan
aspal (0,35 0,55 )
1.
2.
3.
4.
5.
d4 : jarak tempuh kend. Arah lawan, jalur lalulintas terpakai kend. Penyusul
: 2/3 d2
Tahap pertama
A
d1
Tahap kedua
1/3 d2
2/3 d2
A
d1
d2
d3
d4
60
50
40
30
20
Jh min. (m)
55
40
27
16
Jd min. (m)
Sumber : Tata Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Departemen PU, Dirjen Bina Marga,1997
1.
2.
3.
4.
Alinemen Horisontal
Alinemen sebaiknya sependek dan selangsung mungkin
tapi serasi dengan keadaan topography (mengikuti
countours yang ada) namun juga jangan berkelok-kelok
trasenya ( tikungan diusahakan seminimal mungkin)
Jari-jari tikungan yang digunakan diusahakan lebih
besar dari jari-jari minimum (batas standar)
Alinemen sebaiknya konsisten, jangan memberikan
perubahan yang tiba-tiba
Perencanaan Alinemen Horizontal sebaiknya
dikoordinasikan dengan Alinemen Vertikal
DASAR-DASAR PERENCANAAN
ALINEMEN HORIZONTAL
1.
2.
3.
STADIUM I
R
f
gv 2
V
f .G f
gR
gR
Jadi f = V2/127.R
G
2
g = 9,8 m/det2
V : km/jam
STADIUM II
GV2/gR.cos
GV2/gR
G sin
G cos a
gV 2
Cos GSin
2R
G Sin
kecil Cos = 1, Sin = tan = e
V
V
e e
2R
127 R
STADIUM III
GV 2
gR
GV 2
Cos
gR
R
G sin
G
G cos
G cos
gV 2
Cos fG cos G sin
2R
V2
V2
f e e f
2R
127 R
V2
R min .
127(emaks f maks)
Hubungan jari-jari (R) dan derajad kelengkungan (D) adalah:
25 meter
R
D
D
250
360
2 R
360 . 25 1432,4 1432
D
2 R
R
R
1432
R
D
2
V
V2
Dalam satuan feet dan mil per jam, rumus tersebut adalah :
V
e f
15 R
D 100
360 2 R
360 x 100 5729,6 5730
D
2 R
R
R
D
5730
R
D
Dan
Penentuan Gaya/Koef. Gesekan samping (f) umumnya dilakukan dengan pendekatan ssb :
Dilakukan secara empiris (berdasarkan hasil penelitian)
Tergantung kecepatan kondisi ban dan perkerasan
Pengambilan nilai-nilai (f) ditentukan oleh faktor kenyamanan dan keamanan
Penentuan kemiringan melintang (e) tergantung kondisi pertimbangan praktis, didasarkan pada:
Kondisi iklim: frekwensi hujan
Kondisi terrain/topografi : datar, bukit-bukit, dan gunung
Kondisi daerah: urban atau rural
Kondisi lalu lintas : frekwensi lalu lintas berkecepatan rendah
Untuk keperluan praktis, maka diindonesia digunakan empat jenis nilai e maximum : 6 %, 8 %, 10
% dan 12 %, Utk jalan dalam kota (urban) e max. 6 8 %, Antar kota e max : 10 12 %
Utk panjang bagian lurus, dengan pertimbangan faktor keselamatan, dan kelelahan
pengemudi maka panjang maximum bagian jalan yang lurus (antar kota) ditempuh
tidak lebih dari 2,5 menit, sesuai dengan kecepatan rencana, dpt dilihat tabel :
Tabel : Panjang Bagian Lurus Maksimum
Datar
Bukit
Pegunungan
Ateri
3000
2500
2000
Kolektor
2000
1750
1500
Sumber : Tata Perencanaan Geometrik Jalan antar Kota, Dep. PU, Ditjen Bina Marga 1997
1.
2.
3.
1.
2.
3.
Tidak
Sesuaikan R
Ya
Jari-Jari (R) desain
Tc dan Ec
Vrencana
LS
T
3,6
Vrencana
V
.e
2,727 rencana
R.C
C
Dimana :
Vrencana = kecepatan rencana (km/jam)
lengkung
Ls
= panjang
peralihan (m)
T
= waktu tempuh di LS, diambil 3 detik
em
= superelepasi maximum (%)
en
= superelevasi normal (umumnya 2 %)
re
= tingkat pencapaian perubahan kemiringan melintang jalan
Vrencana 70 km/jam re-maks. = 0,035 m/m/detik
Vrencana 80 km/jam re-maks. = 0,025 m/m/detik
ya
Tikungan Spiral-Spiral
ya
Tikungan Lingkaran
ya
Tikungan Lingkaran
tidak
Tikungan Spiral-Lingkaran-Spiral
ALINEMEN VERTIKAL
PERSAMAAN LENGKUNG
VERTIKAL
LAJUR PENDAKIAN
Pelebaran di Tikungan
Pelebaran perkerasan atau jalur lalu
lintas ditikungan dilakukan untuk
mempertahankan kendaraan tetap pada
lintasannya (lajurnya), hal ini terjadi
karena pada kecepatan tertentu
kendaraan pada tikungan cendrung
untuk keluar lajur akibat posisi roda
depan dan roda belakang yang tidak
sama (tergantung dari ukuran
kendaraan).
B = n (b + C) + (n 1) Td + z
Dimana :
n = Jumlah lajur lalu lintas
b= lebar lintasan truk ditikungan
T = lebar melintang akibat tonjolan depan
z = lebar tambahan akibat kelainan pengemudi
C = kebebasan samping (0,8 m)
Cara pelebaran : dibagian dalam tikungan dan bagian luar diperkeras
Tabel 5.9.Pelebaran ditikungan per-lajur (m) untuk lebar jalur 2 x (B) m, 2 arah atau 1 arah
R
(m)
60
70
80
90
100
110
120
1500
0,3
0,0
0,4
0,0
0,4
0,0
0,4
0,0
0,4
0,0
0,5
0,0
0,6
0,0
0,1
1000
0,4
0,0
0,4
0,0
0,4
0,0
0,5
0,1
0,5
0,1
0,5
0,1
0,6
0,2
0,2
750
0,6
0,0
0,6
0,0
0,7
0,1
0,7
0,1
0,7
0,1
0,8
0,2
0,8
0,3
0,3
500
0,8
0,2
0,9
0,3
0,9
0,3
1,0
0,4
1,0
0,4
1,1
0,5
1,0
0,5
400
0,9
0,3
0,9
0,3
1,0
0,4
1,0
0,4
1,1
0,5
1,1
0,5
300
0,9
0,3
1,0
0,4
1,0
0,4
1,1
0,5
--
0,5
250
1,0
0,4
1,1
0,5
1,1
0,5
1,2
0,6
200
1,2
0,6
1,3
0,7
1,3
0,8
1,4
150
1,3
0,7
1,4
0,8
140
1,3
0,7
1,4
0,8
130
1,3
0,7
1,4
0,8
120
1,3
0,7
1,4
0,8
110
1,3
0,7
100
1,4
0,8
90
1,4
0,8
80
1,6
1,0
70
1,7
1,0
Jh
Lajur Dalam
Garis Pandang
R
R
R
Penghalang
Pandangan
Gambar 5.10 : Daerah bebas samping ditikungan ( Jh <
Lt ).
1.Jika Jh < Lt :
E = R 1 Cos
28,65.Jh
R'
Lt
Lajur Luar
Jh
E
R Garis Pandang
Lajur Dalam
Penghalang
Pandangan
Gambar 5.11. Daerah bebas samping ditikungan ( Jh > Lt ).
1.Jika Jh > Lt :
E = R
1 Cos
28,65.Jh Jh Lt 28,65.Jh
Sin
R' 2
R'
Dimana :
R = jari-jari tikungan (m)
R = jari-jari sumbu lajur dalam (m)
Jh = Jarak pandang henti (m)
Lt = panjang tikungan (m).
Untuk menampilkan nilai E dengan menggunakan
Rumus-rumus diatas dapat dilihat pada tabel-tabel
berikut ini :
R2
R1
R1 > R2
Gambar 5.12a : Tikungan gabungan searah, R1 R2w
Sisipan bagian lurus
> 20 m
R1
R2
R1 > R2
Gambar 5.12b : Tikungan gabungan searah dengan sisipan
garis lurus
Spiral 1 Spiral 2
R=
R2
R1
R1 > R2
Gambar 5.12 c: Tikungan gabungan searah dengan sisipan
Spiral
R1 > R2
R2
R2
VR (km/jam)
Kelandaian Max. (%)
120
110
100
80
60
50 40 <40
10
10
10
80
630
460
360
270
230
230
200
60
320
210
160
120
110
90
80
5%
7%
0,5 km
500
400
300
1 km
325
300
300
1,05
1,05
0,15
1,05
Jh
10
60 cm
L
Gambar 5.19 a : Untuk Jh < L
Jh
10
L
Gambar 5.19 b : Untuk Jh > L
KOORDINASI ALINEMEN
Maksud koordinasi Alinemen yaitu
penggabungan beberapa elemen dalam
perencanaan Geometrik jalan yang terdiri dari :
Alinemen horizontal, Alinemen vertikal dan
potongan melintang dalam suatu paduan
sehingga menghasilkan produk perencanaan
teknik sedemikian yang memenuhi unsur
aman, nyaman, dan ekonomis.
ALINEMEN HORIZONTAL
ALINEMEN VERTIKAL
ALINEMEN VERTIKAL
Lengkung vertikal dua atau lebih pada satu
lengkung horizontal, sebaiknya dihindarkan.
Tikungan tajam yang terletak diantara bagian jalan
yang lurus dan panjang, harus dihindarkan.
0
0+000
10.000
10.000
100
PI
x = 10.216
Y = 10.085
B
X = 10.472
Y = 10.009
PERENCANAAN TIKUNGAN :
1. Mencari jarak lurus (A ---- PI) dan (PI --- B).
d API
Xpi XA 2 YPI YA 2
X
Y
PI
Titik
X
Y
X
Y
Arc tan
Azimuth
10.000,000
10.000,000
0
0
0
-
10.216,000
10.085,000
216,000
85,000
68,519
68,519
38,015
10.472,000
10.009,000
256,000
- 76,000
- 73,465
106,535
-
3. PERHITUNGAN :
ALTERNATIF 1
Menggunakan tikungan jenis S-C-S dengan :
R = 150 m > Rmin = 115 m
1) Menghitung Komponen Tikungan :
dimana : R = 150 m, ? = 38,0150
Dari tabel 5.7 diperoleh Ls = 60 m
Dari Rumus
Dari rumus
Dari Rumus
Dari Rumus
Xs = Ls
Ys =
s =
p
Ls 2
602
59,76m
60 1
2
40.Rc 2
40
150
Ls 2
60 2
4,00m
6.Rc 6150
90 Ls 90 60
11,4590
Rc 150
Ls 2
60 2
=
Rc.1 coss
1501 cos11,4590 1,010m
6.Rc
6.150
Dari Rumus
k = Ls -
Ls 3
603
Rc.sin .s 60
150.sin .11,4590
2
2
40.Rc
40150
k = 29,9600
Dari Rumus
Dari rumus
Es = (Rc + p).sec1/2 ? - Rc
= (150 + 1,010).sec.1/2.(38,015) 150
= 9,7185 m
Dari Rumus
Jadi
180
PI-B
ALTERNATIF-2
Menggunakan tikungan FC dengan R = 700>Rmin (tabel 5.5)
1). Menghitung Komponen Tikungan :
Rc = 600 m, ? = 38,0170
Dari Rumus
Dari Rumus
Dari Rumus
Lc =
398,113m
3600
3600
PI-B
= 0 + 483,891
Jadi panjang jalan rencana dari A B adalah = 483,891 m.
84 73
3,67%,
300
g2 =
84 81
1,0%
300
L=
65,836m
399
399
tidak memenuhi
L = 2 . Jh -
399
399
2(75)
64,56m
A
4,67
memenuhi
L=
A.Jd 2 4,67.(350) 2
681,04m
840
840
memenuhi
L = 2. Jd -
840
840
2.(350)
520,128m
A
4,67
tidak memenuhi.
BAB VI.
GALIAN TIMBUNAN
Mass Diagram.
Suatu massa diagram berupa suatu lengkungan yang
menunjukkan penjumlahan aljabar dari volume
galian dan timbunan, mulai dari suatu stasiun
tertentu sampai stasiun berikutnya. Pada gambar
lengkungan volume (mass) ini, stasiun ditempatkan
pada absis dan volume pada ordinatnya. Skala
diabsis sama dengan skala horizontal dari profil
memanjang. Sebelum menggambar lengkungan
volume sebaiknya disusun terlebih dahulu dalam
tabel, penjumlahan dari galian (+) dan timbunan (-).
Skala dari ordinat disesuaikan dengan volume dalam
m3, misalnya 1 cm = 100 m3, Berikut adalah contoh
dari suatu tabel:
a.
b.
c.
d.
e.
BAB VII
DASAR-DASAR PERENCANAAN SIMPANG
Simpag Sebidang
Sesuai dengan kondisi lalu lintasnya dimana terdapat
pertemuan jalan dengan arah pergerakan yang berbeda,
maka simpang sebidang merupakan lokasi yang potensial
untuk menjadi :
Memencar (diverging).
Merapat (merging)
Menyilang (crossing).
Menjalin (weaving).
Faktor Perencanaan
Elemen Perencanaan,
Elemen Perencanaan
Untuk itu diperlukan data-data dasar sebagai berikut :
Volume lalu lintas, termasuk volume membelok untuk diagram arus tertentu.
Secara umum arus lalu lintas jaman untuk priode waktu 6.00 pagi sampai
18.00 sore harus dipenuhi. Pada jalan antar kota volume 12 jam atau 24 jam
total sering dianggap mencukupi, dan ditambah dengan faktor lain untuk
memperkirakan LHR dan VJP.
Kondisi Lingkungan :
Topografi
Bangunan fisik atau situs sejarah yang penting
Alinemen jalan (kaki simpang)
Kemungkinan pemindahan dan penambahan fasilitas
jalan eksisting pada masa yang akan datang.
Kebutuhan jarak pandang pada simpang
Kelengkapan utilitas di permukaan maupun dibawah
tanah.
Lokasi dan kondisi eksisting sistim drainase (alamiah
atau buatan).
Ketersediaan jalan akses di sekitar persimpangan.
Kondisi perkerasan eksisting
Kegiatan masyarakat disekitar simpang/tata guna lahan.
Kebutuhan khusus bagi instansi/pihak yang terkait.
Dapatkan dan analisis data lalu lintas untuk mendapatkan VJP utnuk semua
pergerakan, termasuk tingkat pertubuhannya (i).
Dapatkan data-data fisik lokasi, peta situasi dan rencana pengembangan
wilayah.
Dapatkan tentang data-data tipe jalan, rencana pengembangan dan lainlainnya.
Siapkan sketsa-sketsa permulaan tentang bentuk-bentuk yang mungkin ada.
Pilih 2 atau lebih alternatif yang memungkinkan.
Siapkan preliminary desain untuk alternatif yang terpilih dan meliputi
rancangan alinemen, dan lain-lain.
Evaluasi hasil desain terhadap aspek-aspek teknis (kapasitas, volume, pola
operasi, pengelolaan lalu lintas selama konstruksi, kemungkinan
pembangunan bertahap).
Hitung keperluan biaya (struktur, pembebas tanah, dan lain-lain)
Hitung B.O.K. dan keuntungan yang diperoleh pengemudi.
Siapkan final desain, spesifikasi, dan perkiraan-perkir