2
1. HAKEKAT PENYELENGGARAAN JALAN PADA PERENCANAAN
DAN PEMROGRAMAN
MATERI POKOK
1. Pengaturan Jalan
2. Pembinaan Jalan
3. Pembangunan Jalan
4. Pengawasan Jalan
5. Perencanaan dan Pemrograman Jalan
SLIDE ‐ 3
1 . 1 . P E N GAT U R A N JA LA N
Indikator hasil belajar yang harus dicapai adalah :
1. Mampu menjelaskan kegiatan perumusan kebijakan
perencanaan
2. Mampu menjelaskan penyusunan perencanaan umum
3. Mampu menjelaskan penyusunan peraturan perundang-
undangan jalan.
SLIDE ‐ 4
Penyusunan perencanaan umum jaringan jalan menghasilkan rencana umum
jaringan jalan yang menggambarkan wujud jaringan jalan sebagai satu
kesatuan sistem jaringan.
Rencana umum jaringan jalan adalah kumpulan rencana ruas‐ruas jalan
beserta besaran pencapaian sasaran kinerja pelayanan jalan tertentu untuk
jangka waktu tertentu. Rencana umum jaringan jalan meliputi :
rencana umum jangka panjang dan
rencana umum jangka menengah.
SLIDE ‐ 5
TUJUNAN PENGATURAN
Mewujudkan tertib penyelenggaraan jalan;
Mewujudkan kepastian hukum.
JALAN adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
1. FAMILY TREE
PERATURAN BIDANG JALAN
UU NO. 38/2004
Tentang Jalan
Pasal 38
(1a) Pada jalan tol dapat dilengkapi dengan jalur jalan tol khusus bagi kendaraan
bermotor roda dua yang secara fisik terpisah dari jalur jalan tol yang
diperuntukkan bagi kendaraan bermotor roda empat atau lebih
Esensi perubahan PP ttg. JALAN TOL
Pasal 20
(1) Pengusahaan jalan tol oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 terutama
diperuntukkan untuk ruas jalan tol yang layak secara ekonomi, tetapi belum layak secara
finansial.
(2) Pelaksanaan pengusahaan jalan tol sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
kegiatan pendanaan, perencanaan teknis, dan pelaksanaan konstruksi jalan tol oleh Pemerintah
yang selanjutnya pengoperasian dan pemeliharaan dilakukan oleh Badan Usaha.
(3) Dalam hal pendanaan Pemerintah untuk pengusahaan jalan tol terbatas, dalam rangka
percepatan pembangunan wilayah, Pemerintah dapat menugaskan badan usaha milik negara
untuk melaksanakan pengusahaan jalan tol.
(4) Badan usaha milik negara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan badan usaha milik
negara yang seluruh modalnya dimiliki oleh negara.
(5) Badan usaha milik negara sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat bekerja sama dengan
badan usaha lain.
(6) Penugasan kepada badan usaha milik negara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan
dengan Peraturan Presiden.”
Esensi perubahan PP ttg. JALAN TOL
Pasal 22B
Pendapatan tol selama masa konsesi dan/atau tambahan masa konsesi untuk suatu ruas jalan tol
dapat digunakan untuk mendukung pendanaan Pemerintah bagi percepatan pembangunan jalan
tol yang layak secara ekonomi tetapi belum layak secara finansial.
Pasal 51
(1) Selain ditetapkan menjadi jalan umum tanpa tol sebagaimana dimaksud pada Pasal 50 ayat (2),
jalan tol yang telah selesai masa konsesinya dapat tetap difungsikan sebagai jalan tol oleh
Menteri
PERATURAN MENTERI PU BIDANG JALAN
PP NO. 34/2006 TENTANG JALAN
SLIDE ‐ 12
PELAYANAN PENYELENGGARAN JALAN
SLIDE ‐ 13
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN
SLIDE ‐ 14
1.3. PEMBANGUNAN JALAN
Indikator hasil belajar yang harus dicapai adalah :
1. Mampu menjelaskan kegiatan pemrograman dan
penganggaran
2. Mampu menjelaskan perencanaan teknis
3. Mampu menjelaskan pelaksanaan konstruksi
4. Mampu menjelaskan pengoperasian dan pemeliharaan jalan
SLIDE ‐ 15
PEMROGRAMAN DAN PENGANGGARAN
Pemrograman
Pemrograman penanganan jaringan jalan merupakan penyusunan rencana kegiatan
penanganan ruas jalan yang menjadi tanggung jawab penyelenggara jalan sesuai
kewenangannya.
Pemrograman penanganan jaringan jalan mencakup penetapan rencana tingkat kinerja yang
akan dicapai serta perkiraan biaya yang diperlukan.
Program penanganan jaringan jalan meliputi program pemeliharaan jalan, program
peningkatan jalan, dan program konstruksi jalan baru.
Program penanganan jaringan jalan disusun oleh penyelenggara jalan yang bersangkutan
dengan mengacu pada rencana jangka menengah jaringan jalan dengan memperhatikan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri sesuai dengan peraturan perundang‐undangan.
Penganggaran
Penganggaran dalam rangka pelaksanaan program penanganan jaringan jalan merupakan
kegiatan pengalokasian dana yang diperlukan untuk mewujudkan sasaran program.
Dalam hal pemerintah daerah belum mampu membiayai pembangunan jalan yang menjadi
tanggung jawabnya secara keseluruhan, Pemerintah dapat membantu sesuai dengan
peraturan perundang‐undangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan pemberian bantuan pembiayaan
kepada pemerintah daerah diatur dalam Peraturan Menteri.
SLIDE ‐ 16
PERENCANAAN TEKNIS
Kriteria Perencanaan Teknis Jalan adalah ketentuan teknis jalan yang harus
dipenuhi dalam suatu perencanaan teknis jalan.
Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan ini dimaksudkan
sebagai panduan bagi para penyelenggara jalan dalam penyelenggaraan jalan yang
bertujuan untuk untuk mewujudkan:
a. Tertib penyelenggaraan jalan yang meliputi pengaturan, pembinaan,
pembangunan, dan pengawasan Jalan; dan
b. Tersedianya Jalan yang mewujudkan keselamatan, keamanan, kelancaran,
ekonomis, kenyamanan, dan ramah lingkungan.
PELAKSANAAN KONSTRUKSI
Pelaksanaan konstruksi jalan merupakan kegiatan fisik penanganan jaringan jalan
untuk memenuhi kebutuhan transportasi jalan.
Pelaksanaan pekerjaan dilakukan berdasarkan atas gambar‐gambar kerja dan
spesifikasi teknik umum dan khusus yang telah tercantum dalam dokumen kontrak,
rencana kerja dan syarat‐syarat (RKS) dan mengikuti perintah atau petunjuk dari
konsultan, sehingga hasil yang dicapai akan sempurna dan sesuai dengan keinginan
pemilik proyek.
Secara khusus Pelaksanaan konstruksi telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No.
SLIDE ‐ 17
34 Tahun 2006 Tentang Jalan
PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN
SLIDE ‐ 18
1.4. PENGAWASAN JALAN
Indikator hasil belajar yang harus dicapai adalah :
1. Mampu menjelaskan pengawasan jalan secara umum.
2. Mampu menjelaskan pengawasan jalan nasional, propinsi, kabupaten, desa dan
jalan kota.
Pengawasan jalan tol meliputi kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan tertib
pengaturan dan pembinaan jalan tol serta pengusahaan jalan tol.
Ketentuan mengenai pengawasan jalan tol untuk pengawasan umum oleh
Pemerintah dan pengawasan pengusahaan oleh BPJT diatur dalam peraturan
pemerintah.
SLIDE ‐ 20
1.5. PERENCANAAN DAN PEMROGRAMAN
Indikator hasil belajar yang harus dicapai adalah :
1. Mampu menjelaskan perencanaan pembangunan jalan secara umum
2. Mampu menjelaskan pemrograman pembangunan jalan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional disingkat RPJPN adalah dokumen
perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun sistem perencanaan
pembangunan nasional 2005‐2025.
Penyusunan Rencana Umum Jaringan Jalan nasional terdiri dari :
1. Rencana Umum Jangka Menengah Jaringan Jalan disingkat RUJMJJ
2. Rencana Umum Jangka Panjang Jaringan Jalan disingkat RUJPJJ
Pemrograman penanganan jaringan jalan merupakan penyusunan rencana
kegiatan penanganan ruas jalan yang menjadi tanggung jawab penyelenggara
jalan sesuai kewenangannya, mencakup penetapan rencana tingkat kinerja yang
akan dicapai serta perkiraan biaya yang diperlukan.
Program penanganan jaringan jalan meliputi program pemeliharaan jalan,
program peningkatan jalan, dan program konstruksi jalan baru, disusun mengacu
pada rencana jangka menengah jaringan jalan dengan memperhatikan pedoman
yang ditetapkan oleh Menteri sesuai dengan peraturan perundang‐undangan. SLIDE ‐ 21
2. PENGENALAN JARINGAN JALAN
MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK
SLIDE ‐ 22
2 . 1 . P E M A H A M A N U M U M JA R I N GA N JA LA N
Indikator hasil belajar yang harus dicapai adalah :
1. Mampu menjelaskan kegiatan perumusan kebijakan
perencanaan
2. Mampu menjelaskan penyusunan perencanaan umum
3. Mampu menjelaskan penyusunan peraturan perundang‐
undangan jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala
bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu‐lintas, yang berada
pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
SLIDE ‐ 23
JALAN LINTAS NEGARA/ASEAN DAN ASIAN HIGHWAY
Didukung oleh Komisi Ekonomi dan Sosial untuk Asia dan Pasifik (Economic and
Social Commission for Asia and the Pacific (ESCAP) dalam sidang ke 48 pada tahun
1992 yaitu pembangunan terdiri dari Trans Asia Highway dan Trans Asia Railway
sebagai proyek fasilitasi transportasi perjalanan darat yang menyatukan Benua Asia
kemudian bersambung sampai dengan Benua Eropa.
Visi untuk Konektivitas ASEAN 2025 adalah untuk mencapai ASEAN yang mulus dan
terhubung secara komprehensif dan terintegrasi yang akan mempromosikan daya
saing, inklusifitas, dan rasa yang lebih besar terhadap Komunitas.
MPAC 2025 akan fokus pada lima area strategis untuk mencapai visi ini antara lain:
Infrastruktur yang berkelanjutan
Inovasi digital
Logistik yang mulus
Keunggulan regulasi
Mobilitas orang
SLIDE ‐ 24
KETERPADUAN JARINGAN JALAN LINTAS SEKTOR
SLIDE ‐ 25
JALAN UMUM DAN JALAN KHUSUS
Indikator hasil belajar yang harus dicapai adalah :
1. Mampu menjelaskan pengelompokan jalan umum
2. Mampu menjelaskan pengelompokan jalan khusus
JALAN UMUM
SLIDE ‐ 29
FUNGSI JALAN
Jalan sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai peran penting dalam
bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan
keamanan, serta dipergunakan untuk sebesar‐besar kemakmuran rakyat.
Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara.
Jalan yang merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan menghubungkan dan
mengikat seluruh wilayah Republik Indonesia.
SLIDE ‐ 30
KELOMPOK JALAN MENURUT FUNGSINYA
Jalan Arteri
Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata‐rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara berdaya guna.
Jalan Kolektor
Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata‐rata
sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
Jalan Lokal
Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata‐rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata‐rata rendah.
SLIDE ‐ 31
JALAN ARTERI
Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata‐rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara berdaya guna.
Jalan arteri terbagi dua antara lain:
Arteri Primer
Jalan Arteri Primer yang selanjutnya disingkat JAP adalah jalan yang
menghubungkan secara berdaya guna antar‐pusat kegiatan nasional atau
antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah.
Arteri Sekunder
Jalan Arteri Sekunder yang selanjutnya disingkat JAS adalah jalan yang
menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu,
kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu, atau kawasan
sekunder kesatu dengan kawsan sekunder kedua.
SLIDE ‐ 32
JALAN KOLEKTOR
SLIDE ‐ 33
JALAN LOKAL
SLIDE ‐ 34
JALAN LINGKUNGAN
SLIDE ‐ 35
2 . 4 . S TAT U S J A L A N
Indikator hasil belajar yang harus dicapai adalah :
1. Mampu menjelaskan fungsi jalan nasional
2. Mampu menjelaskan fungsi jalan provinsi
3. Mampu menjelaskan fungsi jalan kabupaten/kota
JALAN NASIONAL
Merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis
nasional, serta jalan tol.
Wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan jalan secara umum dan
penyelenggaraan jalan nasional meliputi pengaturan, pembinaan,
pembangunan, dan pengawasan.
Penetapan status suatu ruas jalan sebagai jalan nasional dilakukan secara
berkala dengan keputusan Menteri dengan memperhatikan fungsi jalan
yang telah ditetapkan.
SLIDE ‐ 36
JALAN PROVINSI
SLIDE ‐ 37
JALAN KABUPATEN
SLIDE ‐ 38
JALAN KOTA
SLIDE ‐ 39
2.5. KELAS JALAN
1. Untuk keperluan pengaturan, penggunaan serta kebutuhan lalu lintas dan
angkutan, jalan yaitu:
a. jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua
ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 10 (sepuluh) ton;
b. jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui Kendaraan
Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 12.000 (dua belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat
ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton;
c. jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui Kendaraan
Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua ribu seratus) milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 9.000 (sembilan ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 3.500 (tiga ribu
lima ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton; dan
d. jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran
lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang melebihi 18.000
(delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter,
dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 (sepuluh) ton.
SLIDE ‐ 40
2. KELAS JALAN MENURUT SPESIFIKASI PENYEDIAAN PRASARANA
(PP Jalan 34/2006, pasal 32)
Spesifikasi penyediaan prasarana jalan meliputi pengendalian jalan masuk,
persimpangan sebidang, jumlah dan lebar lajur, ketersediaan median, serta pagar.
‐ untuk lalu lintas secara menerus dengan paling sedikit :
JALAN RAYA
pengendalian jalan masuk secara terbatas ‐ 2 lajur setiap arah
(HIGHWAY)
‐ dilengkapi dengan median. ‐ lebar lajur 3,5 m.
‐ untuk lalu lintas jarak sedang dengan paling sedikit :
JALAN SEDANG
pengendalian jalan masuk tidak dibatasi ‐ 2 lajur untuk 2 arah
(ROAD)
‐ lebar jalur 7 m.
‐ melayani lalu lintas setempat. paling sedikit :
JALAN KECIL
‐ 2 lajur untuk 2 arah
(STREET)
‐ lebar jalur 5,5 m.
41
3. PENGENALAN PRINSIP
PRINSIP EVALUASI KINERJA
1. Pengertian Evaluasi Kinerja
• Setiap akhir periode instansi melakukan pengukuran pencapaian target
kinerja yang ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja;
• Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara target
kinerja dan realisasi kinerja;
• Hasil pengukuran kinerja dituangkan dalam Laporan Akuntabilitas
Kinerja.
PENGUKURAN KINERJA
OUTPUT/INPUT; OUTCOME/INPUT; IMPACT/OUTCOME;
NILAI/UKURAN BAKU
PERBANDINGAN THD SEBELUMNYA, PERBANDINGAN THD WILAYAH LAIN
DLL
3.3. SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA
INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP)
3.3.1. PERATURAN TERKAIT SAKIP
1. Inpres No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Instansi
Pemerintah.
2. SK Ka LAN No. 239 Tahun 2003, tentang SAKIP
3. SE MenPAN No. 31 Tahun 2004,
4. PermenPAN No. 9 Tahun 2007,
5. PermenPAN No. 29 Tahun 2010, tentang Pedoman Penyusunan
Penetapan Kinerja Dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
LATAR BELAKANG
• SK Kepala LAN Nomor 239 Tahun 2003 perlu disesuaikan
dengan kondisi yang ada;
• Terbitnya beberapa peraturan perundang-undangan baru
terkait dengan perencanaan, penganggaran, dan pelaporan;
• Adanya kebutuhan untuk mengimplemen-tasikan Sistem AKIP
dalam manajemen pemerintahan, bukan sekedar formalitas.
3.3.2. Sistem AKIP
PERENCANAAN
KINERJA (Renstra,
RKT, PK)
Action Plan
SISTEM PENGUKURAN
EVALUASI KINERJA AKUNTABILITAS KINERJA
(LHE)
KINERJA (instumen: IK, IKU)
Check Do
PELAPORAN KINERJA
(LAKIP)
• Kementerian /Lembaga;
• Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota;
• Unit Organisasi Eselon I pada Kementerian/Lembaga;
• Satuan Kerja Perangkat Daerah;
• Unit kerja mandiri yang ditetapkan.
3. 4. LAPORAN
AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)
3.4.1. LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah
laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban suatu
instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi
Tujuan/Sasaran merupakan kondisi atau keadaan yang ingin dicapai
1. Pengaturan Jalan
1.1 Perumusan kebijakan perencanaan
1.2 Penyusunan Perencanaan Umum
1.3 Penyusunan Peraturan Perundang‐Undangan
2. Pembinaan Jalan
2.1 Penyusunan pedoman dan standar teknis
2.2 Pelayanan
2.3 Pemberdayaan sumber daya manusia
2.4 Penelitian dan pengembangan jalan
3. Pembangunan Jalan
3.1 Pemrograman dan penganggaran
3.2 Perencanaan teknis
3.3 Pelaksanaan konstruksi
3.4 Pengoperasian dan pemeliharaan jalan
4. Pengawasan Jalan
4.1 Pengawasan jalan secara umum
4.2 Pengawasan jalan nasional, provinsi, kabupaten, kota dan jalan desa
5. Perencanaan dan Pemrograman Jalan
5.1 Perencanaan Umum Pembangunan Jalan
5.2 Pemrograman Pembangunan Jalan
SLIDE ‐ 53
MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK