PC MHV LB LT MC Total
55 28 1 3 733 820
42 16 1 2 533 594
46 13 1 2 609 671
50 35 1 3 641 730
5-1
LAPORAN AKHIR
2012
Gambar 5.1
Pertumbuhan lalu lintas pada ruas ring road rencana dalam horizon years dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.2. Pertumbuhan volume LHR kendaraan di ruas ring road Padang Sidempuan Langga Payung (Total Dua Arah)
Arus Lalu Lintas(Kend/hari) Kategori Kendaraan Kend. Ringan Kend. Berat Menengah Bis Besar Truk Besar Sepeda Motor Total
Sumber : Hasil analisis
5-2
LAPORAN AKHIR
Tabel 5.3.
Pertumbuhan volume LHR kendaraan di ruas ring road Langga Payung - Portibi (Total Dua Arah)
Arus Lalu Lintas(Kend/hari)
Kategori Kendaraan Kend. Ringan Kend. Berat Menengah Bis Besar Truk Besar Sepeda Motor Total
Sumber : Hasil analisis
Tabel 5.4.
Pertumbuhan volume LHR kendaraan di ruas ring road Padang Sidempuan - Portibi (Total Dua Arah)
Arus Lalu Lintas(Kend/hari)
Kategori Kendaraan Kend. Ringan Kend. Berat Menengah Bis Besar Truk Besar Sepeda Motor Total
Sumber : Hasil analisis
5.2. KLASIFIKASI RENCANA RING ROAD Klasifikasi jalan rencana dalam hal ini perlu dilakukan sebagai dasar untuk mengawali proses desain ruas jalan dan untuk penetapan fasilitas dan operasional jalan. Hal ini berkaitan dengan lebar lajur yang dibutuhkan serta kecepatan rencana yang ditetapkan.
5-3
LAPORAN AKHIR
PP No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas jalan UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Klasifikasi jalan menurut UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan terbagi atas 4 bagian yaitu: 1. Sistem Jalan yang tertera pada Pasal 7 yakni : Sistem Jalan Primer atau jalan antar kota dan Sistem Jalan Sekunder atau jalan perkotaan Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah. 3. Status/Wewenang Jalan yang tertera dalam Pasal 9 yakni : Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer provinsi. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk pada poin (1) dan pon (2), yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis
5-4
LAPORAN AKHIR
antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten. Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota. Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan. 4. Kelas Jalan yang tertera dalam Pasal 10 yang didukung oleh : UU No. 14 Tahun 1992 dan UU No. 22 Tahun 2009 berdasarkan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan yakni : Jalan Kelas I untuk kendaraan rencana yang bisa melewati dengan ukuran 2500x18000 mm dan MST lebih dari 10 T Jalan Kelas II untuk kendaraan rencana yang bisa melewati dengan ukuran 2500x18000 mm dan MST maksimum 10 T Jalan Kelas IIIA untuk kendaraan rencana yang bisa melewati dengan ukuran 2500x18000 mm dan MST maksimum 8 T Jalan Kelas IIIB untuk kendaraan rencana yang bisa melewati dengan ukuran 2500x12000 mm dan MST maksimum 8 T Jalan Kelas IIIC untuk kendaraan rencana yang bisa melewati dengan ukuran 2500x9000 mm dan MST maksimum 8 T PP No. 34 Tahun 2006 berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan meliputi pengendalian jalan masuk, persimpangan sebidang, jumlah dan lebar lajur, ketersediaan median, serta pagar terdiri dari: Jalan bebas hambatan dengan spesifikasi meliputi: - pengendalian jalan masuk secara penuh, - tidak ada persimpangan sebidang, - dilengkapi pagar ruang milik jalan, - dilengkapi dengan median, - paling sedikit mempunyai 2 (dua) lajur setiap arah, - dan lebar lajur paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter. Jalan raya adalah jalan umum untuk lalu lintas secara menerus dengan spesifikasi meliputi:
5-5
LAPORAN AKHIR
- pengendalian jalan masuk secara terbatas - dilengkapi dengan median, - paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah, - lebar lajur paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter. Jalan sedang adalah jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang dengan spesifikasi meliputi: - pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, - paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah - lebar jalur paling sedikit 7 (tujuh) meter. Jalan kecil adalah jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat dengan spesifikasi meliputi, - paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah - dengan lebar jalur paling sedikit 5,5 (lima koma lima) meter Klasifikasi Jalan memiliki keterkaitan satu dan lainnya, dimana jika dihubungkan keterkaitan tersebut akan dapat dipahami seperti yang disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 5.5. Tabel Klasifikasi Jalan DimensiMaksimumdanMuatanSumbuTerberat(MST) KendaraanBermotoryangharusmampuditampung Lebar (mm) 2500 2500 2500 2500 2100 Panjang (mm) 18000 18000 18000 12000 9000 MST (Ton) >10 10 8 9 10 Tinggi(mm) 4200dantidaklebih tinggidari1.7xLebar kendaraan
5-6
KELAS JALAN
FUNGSI JALAN
Sumber:
UU. No. 22 Tahun 2009 tentang Jalan UU No. 34 Tahun 2006 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
LAPORAN AKHIR
Kriteria dan dimensi dari masing-masing ruang jalan yang disarikan dari PP No.34 Tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 5.6. Persyaratan yang lebih spesifik lagi mengenai dimensi Bagian-Bagian Ruang Milik Jalan (Rumija) dan Lebar Minimum Badan Jalan yang diatur dalam PP No 34 Tahun 2006 adalah seperti pada Tabel 5.7 dan Tabel 5.8. Tabel 5.6. Kriteria dan Dimensi Ruang-Ruang Jalan
5-7
LAPORAN AKHIR
Dekat
Tidak Diatur
Sedangkan berdasarkan Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/TBM/1997, lebar jalur dan bahu jalan antar kota yang disyaratkan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5.9. Lebar Jalur dan Bahu Jalan Antar Kota
Keterangan: *) = dua jalur terbagi, masing-masing nx3,50m, dimana n=jumlah lajur per jalur.
5-8
LAPORAN AKHIR
5-9
LAPORAN AKHIR
Sehingga diperoleh kapasitas jalan adalah: C = 1850 x 1.06 x 1.00 x 0.99 C = 1941.39 smp/jam/lajur = 3882.78 sm/jam/arah
Potensi Arus Lalu Lintas Ring Road (smp/hari) 2011 494.00 363.60 180.80 244.80 589.60 1872.8 287.16 2014 593.37 436.74 217.17 294.04 708.20 2249.53 344.93 2019 805.37 592.78 294.76 399.10 961.22 3053.22 468.16 2024 1093.10 804.56 400.07 541.68 1304.64 4144.04 635.42 2029 1483.63 1092.00 543.00 735.21 1770.75 5625.58 862.44 2034 2013.69 1482.14 736.99 997.88 2403.38 7634.08 1170.56
5-10
LAPORAN AKHIR
VJP (smp/jam)
Sumber : Hasil Analisis
2011
96.00 86.40 3.20 24.00 500.00 709.6
2014
115.31 103.78 3.84 28.83 600.58 852
2019
156.51 140.86 5.22 39.13 815.15 1157
2024
212.42 191.18 7.08 53.11 1106.38 1570
2029
288.32 259.49 9.61 72.08 1501.65 2131
2034
391.32 352.19 13.04 97.83 2038.15 2893
VJP (smp/jam)
Sumber : Hasil Analisis
108.81
130.69
177.38
240.76
326.78
443.52
5-11
LAPORAN AKHIR
Nilai Volume Jam Perencanaan (VJP) dalam satuan smp/jam adalah = 2249.53 x 11.5% / 0.75 = 344.93 smp/jam untuk total lalu lintas 2 arah. Dalam RTRK Gunung Tua direncanakan jalan lingkar tengah menggunakan median. Dengan demikian volume lalu lintas secara tegas terbagi menjadi dua arah. Asumsi yang digunakan adalah untuk proporsi lalu lintas = 70% arah pucak tersibuk dan 30 % arah lengang, maka volume lalu lintas pada jam perencanaan arah tersibuk = 70% x 344.93 smp/jam = 241.45 smp/jam. Hasil analisis Volume Jam Perencanaan untuk Jalur tersibuk pada setiap trase jalan lingkar akan menjadi sebagai berikut: Tabel 5.13. Volume Jam Perencanaan Arah Tersibuk Trase Jalan Lingkar
Trase Jalan Lingkar P.Sidempuan - L.Payung L. Payung - Portibi P. Sidempuan- Portibi
Sumber : Hasil Analisis
Volume Jam Perencanaan Arah Tersibuk (smp/jam) 2011 201.01 76.19 76.16 2014 241.45 91.51 91.48 2019 327.71 124.20 124.17 2024 444.79 168.58 168.53 2029 603.71 228.81 228.74 2034 819.39 310.55 310.47
5-12
LAPORAN AKHIR
ruas jalan lingkar tengah Kota Gunung Tua tersebut dengan demikian akan menyebabkan pembangunan jalan lingkar pada kedua sisi akan kurang efisien. Oleh karena itu untuk menguji apakah pembangunan kedua sisi Jalan Lingkar Tengah Kota Gunung Tua sepadan dengan volume lalu lintas yang akan melintas pada jalan tersebut, dilakukan pengujian derajat kejenuhan ruas jalan dengan dua skenario, yaitu: 1. Skenario I : Jika dibangun Jalan Lingkar Sisi Timur dan Sisi Barat 2. Skenario II : Jika dibangun Jalan Lingkar Timur saja Pertimbangan yang diambil dalam menentukan skenario adalah: Skenario pertama dipilih atas dasar Rencana Tata Ruang Kota Gunung Tua yang mengarahkan pembangunan jalan lingkar tengah Kota Gunung Tua yang berada pada kedua sisi yaitu Timur dan Barat Skenario kedua dipilih atas dasar pertimbangan trase jalan lingkar ini lebih mengakomodir semua pergerakan jarak jauh yang selama ini melintasi tengah Kota Gunung Tua yaitu lalu lintas Padang Sidempuan Langga Payung, Padang Sidempuan Portibi dan Portbi Padang Sidempuan. Selanjutnya dari hasil pengujian derajat kejenuhan jalan lingkar pada kedua skenario tersebut, maka skenario yang terpilih adalah yang memberikan nilai derajat kejenuhan yang paling optimal dalam arti nilai derajat kejenuhan yang tidak terlalu rendah dan masih dibawah batas atas nilai derajat kejenuhan yang disyaratkan yaitu 0.8.
5.3.4.1. Skenario I: Jika dibangun Jalan Lingkar Sisi Timur dan Sisi Barat
Jika Jalan Lingkar Sisi Timur dan Sisi Barat dibangun, maka akan berpengaruh kepada pemilihan rute jalan lingkar yang akan dilalui oleh lalu lintas dari Padang Sidempuan Langga Payung atau sebaliknya dalam. Oleh karena itu digunakan asumsi proporsi kendaraan yang melintasi Jalan Lingkar Tengah sisi Timur dan sisi Barat adalah sama yaitu 50%-50%. Dengan demikian volume lalu lintas yang ditinjau terbagi atas tiga kelompok, yaitu: 1) Volume lalu lintas Padang Sidempuan Langga Payung akan terpecah menjadi dua bagian yaitu
5-13
LAPORAN AKHIR
Melalui Jalan Lingkar Tengah sisi Barat = 50% dari total volume lalu lintas Padang Sidempuan Langga Payung Melalui Jalan Lingkar Tengah sisi Timur = 50% dari total volume lalu lintas Padang Sidempuan Langga Payung 2) Volume lalu lintas Portibi Langga Payung seluruhnya akan melalui Jalan Lingkar sisi Timur 3) Volume lalu lintas Portibi Padang Sidempuan seluruhnya akan melalui Jalan Lingkar sisi Timur Hasil perhitungan volume lalu lintas pada jam perencanaan berdasarkan Tabel 5.3 adalah sebagai berikut: Tabel 5.14. Volume Lalu Lintas Jam Perencanaan Jalan Lingkar Sisi Barat
Skenario I
Trase Jalan Lingkar P.Sidempuan - L.Payung
Sumber : Hasil Analisis
Volume Jam Perencanaan Arah Tersibuk (smp/jam) 2011 100.51 2014 120.72 2019 163.86 2024 222.40 2029 301.85 2034 409.70
Tabel 5.15.
Skenario I
Trase Jalan Lingkar P.Sidempuan - L.Payung L. Payung - Portibi P. Sidempuan- Portibi
Sumber : Hasil Analisis
Volume Jam Perencanaan Arah Tersibuk (smp/jam) 2011 100.51 76.19 76.16 2014 120.72 91.51 91.48 2019 163.86 124.20 124.17 2024 222.40 168.58 168.53 2029 301.85 228.81 228.74 2034 409.70 310.55 310.47
Derajat kejenuhan merupakan rasio antara Volume Lalu Lintas Jam Perencanaan terhadap Kapasitas Ruas Jalan. Persyaratan ideal yang diberikan untuk pelayanan jalan adalah dengan melihat derajat kejenuhan yang merupakan rasio antara volume terhadap kapasitas tidak lebih besar dari 0,8. Untuk sisi sebelah Timur Jalan Lingkar Tengah Kota Gunung Tua, Volume Lalu Lintas Jam Perencanaan yang dihitung merupakan nilai terbesar dari penjumlahan volume lalu lintas Padang Sidempuan Langga Payung dan volume lalu lintas Langga Payung - Portibi atau volume lalu lintas Padang Sidempuan Langga Payung dan volume lalu lintas Padang Sidempuan Portibi
5-14
LAPORAN AKHIR
Hasil analisis derajat kejenuhan dengan skenario I, pada kedua sisi Jalan Lingkar Tengah Kota Gunung Tua adalah sebagai berikut: Tabel 5.16. Analisis Derajat Kejenuhan Jalan Lingkar Tengah Sisi Barat
Item Perhitungan VJP (smp/jam) Kapasitas (smp/jam) Derajat Kejenuhan (V/C)
Sumber : Hasil Analisis
Tahun Tinjauan 2011 100.51 3882.78 0.026 2014 120.72 3882.78 0.031 2019 163.86 3882.78 0.042 2024 222.40 3882.78 0.057 2029 301.85 3882.78 0.078 2034 409.70 3882.78 0.106
Tabel 5.17. Analisis Derajat Kejenuhan Jalan Lingkar Tengah Sisi Timur Rute Padang SidempuanLangga Payung dan Langga PayungPortibi
Item Perhitungan VJP (smp/jam) Kapasitas (smp/jam) Derajat Kejenuhan (V/C) Tahun Tinjauan 2011 176.69 3882.78 0.046 2014 212.24 3882.78 0.055 2019 288.06 3882.78 0.074 2024 390.98 3882.78 0.101 2029 530.66 3882.78 0.137 2034 720.25 3882.78 0.185
Tabel 5.18. Analisis Derajat Kejenuhan Jalan Lingkar Tengah Sisi Timur Rute Padang SidempuanLangga Payung dan Padang SidempuanPortibi
Item Perhitungan VJP (smp/jam) Kapasitas (smp/jam) Derajat Kejenuhan (V/C)
Sumber : Hasil Analisis
Tahun Tinjauan 2011 176.67 3882.78 0.046 2014 212.21 3882.78 0.055 2019 288.03 3882.78 0.074 2024 390.93 3882.78 0.101 2029 530.60 3882.78 0.137 2034 720.16 3882.78 0.185
Dari hasil analisis terhadap derajat kejenuhan jalan, maka terlihat bahwa selama tahun tinjauan kepadatan lalu lintas masih jauh lebih rendah dibandingkan persyaratan maksimum untuk dapat dilakukan peningkatan kapasitas jalan yang ditetapkan sebesar 0.8.
5.3.4.2. Skenario II: Jika dibangun Jalan Lingkar Tengah Sisi Timur saja
Jika Jalan Lingkar Tengah hanya dibangun pada Sisi Timur saja sedangkan pada rencana Jalan Lingkar Tengah sisi Barat yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Kota Gunung Tua difungsikan menjadi jalan Kabupaten, maka lalu lintas
5-15
LAPORAN AKHIR
jarak menengah yang melintasi Kota Gunung Tua diasumsikan seluruhnya akan melalui Jalan Lingkar Tengah sisi Timur. Dengan demikian volume lalu lintas pada ruas Jalan Lingkar Tengah sisi Timur adalah seperti yang terlihat pada tanbel berikut ini.
Tabel 5.19.
Skenario II
Trase Jalan Lingkar P.Sidempuan - L.Payung L. Payung - Portibi P. Sidempuan- Portibi Volume Jam Perencanaan Arah Tersibuk (smp/jam) 2011 201.01 76.19 76.16 2014 241.45 91.51 91.48 2019 327.71 124.20 124.17 2024 444.79 168.58 168.53 2029 603.71 228.81 228.74 2034 819.39 310.55 310.47
Untuk analisis derajat kejenuhan ruas jalan, prinsip analisis volume lalu lintas sama halnya dengan perhitungan volume lalu lintas pada skenario I. Untuk sisi sebelah Timur Jalan Lingkar Tengah Kota Gunung Tua, Volume Lalu Lintas Jam Perencanaan yang dihitung merupakan nilai terbesar dari penjumlahan volume lalu lintas Padang Sidempuan Langga Payung dan volume lalu lintas Langga Payung - Portibi atau volume lalu lintas Padang Sidempuan Langga Payung dan volume lalu lintas Padang Sidempuan Portibi Hasil analisis derajat kejenuhan dengan skenario II, pada kedua sisi Jalan Lingkar Tengah Kota Gunung Tua adalah sebagai berikut:
Tabel 5.20. Analisis Derajat Kejenuhan Jalan Lingkar Tengah Sisi Timur Rute Padang SidempuanLangga Payung dan Langga PayungPortibi
Item Perhitungan VJP (smp/jam) Kapasitas (smp/jam) Derajat Kejenuhan (V/C)
Sumber : Hasil Analisis
Tahun Tinjauan 2011 277.20 3882.78 0.071 2014 332.96 3882.78 0.086 2019 451.92 3882.78 0.116 2024 613.37 3882.78 0.158 2029 832.51 3882.78 0.214 2034 1129.94 3882.78 0.291
5-16
LAPORAN AKHIR
Tabel 5.21. Analisis Derajat Kejenuhan Jalan Lingkar Tengah Sisi Timur Rute Padang SidempuanLangga Payung dan Padang SidempuanPortibi
Item Perhitungan VJP (smp/jam) Kapasitas (smp/jam) Derajat Kejenuhan (V/C)
Sumber : Hasil Analisis
Tahun Tinjauan 2011 277.18 3882.78 0.071 2014 332.93 3882.78 0.086 2019 451.88 3882.78 0.116 2024 613.32 3882.78 0.158 2029 832.45 3882.78 0.214 2034 1129.86 3882.78 0.291
Hasil analisis derajat kejenuhan jalan dengan skenario II, memperlihatkan bahwa derajat kejenuhan trase Jalan Lingkar Tengah sisi Timur selama tahun tinjauan masih jauh lebih rendah daripada derajat kejenuhan maksimum yang disayaratkan untuk peningkatan kapasitas jalan yaitu 0.8.
5-17
LAPORAN AKHIR
Lebar Bahu Jalan Lebar Saluran Drainase Lebar Ambang Pengaman Lebar Rumaja Tinggi Rumaja Kedalaman Rumaja
= 3m = 3m = 1m
2. Ruang Milik Jalan (Rumija) untuk Klasifikasi Jalan Raya Lebar Ruang Manfaat Jalan Lebar Ruang Milik Jalan
3. Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja) untuk Klasifikasi Jalan Kolektor Primer dengan jarak tidak kurang dari 15 m dari as jalan, dan pada kondisi yang tidak memungkinkan batas minimum Ruang Pengawasan Jalan adalah 10m dari tepi badan jalan pada kedua sisi. Namun demikian untuk mengantisipasi kebutuhan ruang jalan dimasa
mendatang, maka lebar badan jalan tersebut dapat disesuaikan. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Kota Gunung Tua, lebar perjalur lalu lintas Jalan Lingkar Tengah adalah 8 m (termasuk didalamnya marginal strip selebar 0.25m pada setiap sisi dalam dan sisi luar jalur jalan) dengan 2 lajur pada setiap jalurnya. Sehingga kebutuhan ruang jalan setelah disesuaikan akan menjadi sebagai berikut: 1. Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) Lebar Jalur Lalu Lintas Lebar Median Jalan Marginal strip Lebar Bahu Jalan Lebar Saluran Drainase Lebar Rumaja Tinggi Rumaja Kedalaman Rumaja = 2 x (2 x 3.75 m) = 15 m = 1.5 m = 1.5 m = 3m = 3m = 2 x (2x 0.25 m) = 1.0 m = 2 x 1.5 m = 2 x 1.5 m
2. Ruang Milik Jalan (Rumija) untuk Klasifikasi Jalan Raya Lebar Ruang Manfaat Jalan
5-18
LAPORAN AKHIR
= 25 m
3. Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja) untuk Klasifikasi Jalan Kolektor Primer dengan jarak tidak kurang dari 15 m dari as jalan.
5-19
LAPORAN AKHIR
Gambar 5.1 Rencana Penampang Jalan Lingkar Tengah Kota Gunung Tua
5-20
LAPORAN AKHIR
Tabel 5.22.
Fungsi Jalan Lebar RUMIJA (m) Lebar Jalur (m) Lebar Median (m) Lebar Bahu Luar (m) Lebar Saluran Tepi (m) Ambang Pengaman (m) Marginal Strip
Exit point alternatif 1 arah Padang Sidimpuan berada pada posisi 99 36' 42" LU
dan 1 29' 13" BT yaitu tepatnya pada Desa Sidingkat sekitar 3 KM dari Patok 0,00 KM Kota Gunung Tua. Sementara exit point alternatif 2 arah Padang Sidimpuan berada pada posisi 99 36' 2" LU dan 1 28' 46" BT yaitu tepatnya pada Desa Sigama sekitar 4 KM dari Patok 0,00 KM Kota Gunung Tua. Kedua alternatif tersebut beserta kondisi sepanjang trase jalannya dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
5-21
LAPORAN AKHIR
Tabel 5.23. Kondisi Rencana Trase Jalan Lingkar Tengah Alternatif I No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Desa Sidingkat Sosopan Hambiri Boding Pagaran Tonga Purba Sinomba Gunung Tua Jae Sababangun Huta Lombang Sitopayan Simanosor Total Kecamatan Padang Padang Padang Padang Padang Padang Padang Padang Padang Padang Bolak Bolak Bolak Bolak Bolak Bolak Bolak Bolak Bolak Bolak Trase Ring Road Barat Barat Barat Barat Barat Timur 1 Timur 1 Timur 1 Timur 2 Timur 2 Panjang (m) Lebar perkerasan (m) 16 Rumija (m) Pembebasan Lahan (Ha)
8,384.8
25
20.962
16 16
25 25
5-22
LAPORAN AKHIR
Tabel 5.24. Kondisi Rencana Trase Jalan Lingkar Tengah Alternatif II No. 1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Desa Sidingkat Batutambun Sosopan Hambiri Boding Pagaran Tonga Purba Sinomba Gunung Tua Jae Sababangun Huta Lombang Sitopayan Simanosor Sigama Total Kecamatan Padang Bolak Padang Bolak Padang Bolak Padang Bolak Padang Bolak Padang Bolak Padang Bolak Padang Bolak Padang Bolak Padang Bolak Padang Bolak Padang Bolak Trase Ring Road Barat Barat Barat Barat Barat Barat Timur 1 Timur 1 Timur 1 Timur 2 Timur 2 Timur 2 Panjang (m) Lebar perkerasan (m) Rumija (m) Pembebasan Lahan (Ha)
10,195.81
16
25
25.490
5,501.91
16
25
13.755
5,098.52 20,796.25
16
25
12.746 51.991
5-23
LAPORAN AKHIR
2.
57
17
3. 4.
6 6 6 6
6 6 6 6
6 6 5 5
5 4 4 5
6 5 5 5
6 6 6 6
5 5 6 6
4 5 4 5
3 6 6 5
3 6 6 2
6 6 6 6
6 3 5 1 21
56 58 59 52 344
16 17 17 15 100
5.
Dari formulir yang didapat dari para responden kemudian dilakukan analisis sebagai berikut: Langkah pertama adalah menghitung bobot rata-rata setiap kriteria pelayanan dari setiap responden atau disingkat Bobot rata-rata responden. Bobot rata-rata responden dihitung dengan cara menghitung bobot masing-masing tingkat kepentingan terhadap total nilai kepentingan dalam kolom kriteria setiap responden. Selanjutnya dapat dihitung skor akhir setiap kriteria dengan mengalikan bobot relatif rata-rata dengan skor bobot sehingga diperoleh matriks level 1.
5-24
LAPORAN AKHIR
25
23
14
25
17
45
25
16
10
18
32
29
17
18
17
23
25
17
20
19
17
18
23
10
17
15
18
17
20
15
15
16
5 11 8
12 11 3
18 18 25
16 22 16
17 17 17
10 5 2
13 10 10
20 23 7
39 32 10
13 10 18
20 37 13
16 18 12
17 16 15
3 3 2
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
2. Matriks Level 2 Matriks level 2 ini berisikan perbandingan kepentingan antar setiap alternatif koridor yang direncanakan. Berdasarkan keunggulan pelayanan setiap alternatif yang tercantum pada Tabel 4.18. Hasil analsis matriks level 2 ini seperti yang terlihat pada Tabel berikut :
5-25
LAPORAN AKHIR
Tabel 5.27.
pelayanan.
Matriks untuk Level 2 Keterpaduan Alternatif I Hirarki Alternatif I 1 Alternatif II 4/5 Dampak Kinerja Alternatif I Alternatif II Dampak Lingkungan Alternatif I Alternatif II Alternatif I 1 1/1 Alternatif I 1 5/3 Alternatif II 5/4 1 Alternatif II 1 1 Alternatif II 3/5 1 Integrasi Ruang Alternatif I Alternatif II Dampak Sosial Alternatif I Alternatif II Efisiensi Biaya Alternatif I Alternatif II Alternatif I 1 1/2 Alternatif I 1 1 2/3 Alternatif I 1 4/5 Alternatif II 2/1 1 Alternatif II 3/5 1 Alternatif II 5/4 1
3. Uji Konsistensi Matriks Level 1 Tabel 5.28. Uji Konsistensi Matriks Level 1
Matriks untuk Level 1, Solusi dan Konsistensi Integrasi Keterpaduan dengan tata Kriteria hirarki jaringan ruang dan Pelayanan jalan ekonomi wilayah Keterpaduan hirarki jaringan 1 1 1/3 jalan Integrasi dengan tata ruang dan 3/4 1 ekonomi wilayah Dampak terhadap kinerja jaringan 1/2 2/3 jalan Dampak sosial Dampak Lingkungan Efisiensi Biaya penyediaan Jalan 3/4 3/4 1/2 1 1 2/3
Dampak Efisiensi terhadap Dampak Dampak Biaya Priority kinerja Eigen vektor sosial Lingkungan penyediaan Vector jaringan Jalan jalan 2/1 1 1/2 1 3/2 3/2 1 4/3 1 2/3 1 1 2/3 4/3 1 2/3 1 1 2/3 2/1 1 1/2 1 1 1/2 1 1/2 1 1.45483 1.09112 0.72742 1.09112 1.09112 0.72742 max C.I C.R 0.23529 0.17647 0.11765 0.17647 0.17647 0.11765 5.00000 0.00000 0.00000
5-26
LAPORAN AKHIR
4. Uji Konsistensi Matriks Level 2 Tabel 5.29. Uji Konsistensi Matriks Level 2
Alternatif I 1 4/5 Alternatif II 5/4 1 Eigen vektor 1.11803 0.89443 lmax C.I C.R Eigen vektor 1.41421 0.70711 lmax C.I C.R Eigen vektor 1.00000 1.00000 lmax C.I C.R Eigen vektor 0.77460 1.29099 lmax C.I C.R Eigen vektor 0.77460 1.29099 lmax C.I C.R Eigen vektor 1.11803 0.89443 lmax C.I C.R Priority Vektor 0.55556 0.44444 2.00000 0.00000 0.00000 Priority Vektor 0.66667 0.33333 2.00000 0.00000 0.00000 Priority Vektor 0.50000 0.50000 2.00000 0.00000 0.00000 Priority Vektor 0.37500 0.62500 2.00000 0.00000 0.00000 Priority Vektor 0.37500 0.62500 2.00000 0.00000 0.00000 Priority Vektor 0.55556 0.44444 2.00000 0.00000 0.00000
Keterpaduan Hirarki
Alternatif I Alternatif II
Integrasi Ruang
Alternatif I Alternatif II
Alternatif I 1 1/2
Alternatif II 2/1 1
Dampak Kinerja
Alternatif I Alternatif II
Alternatif I 1 1/1
Alternatif II 1/1 1
Dampak Sosial
Alternatif I Alternatif II
Alternatif I 1 1 2/3
Alternatif II 3/5 1
Dampak Lingkungan
Alternatif I Alternatif II
Alternatif I 1 5/3
Alternatif II 3/5 1
Efisiensi Biaya
Alternatif I Alternatif II
Alternatif I 1 4/5
Alternatif II 5/4 1
5-27
LAPORAN AKHIR
Dari hasil analisis multikriteria yang dilakukan, diperoleh bahwa prioritas tertinggi dari 2 alternatif yang akan dipilih adalah alternatif I sebesar 0.50490. Dengan demikian berdasarkan kriteria yang ditinjau, maka alternatif I menjadi rekomendasi sebagai alternatif terpilih trase jalan lingkar tengah Kota Gunung Tua.
5.5. DAYA DUKUNG TANAH DASAR Penelitian daya dukung tanah dasar delakukan dengan menggunakan metode Dinamic Cone Penetration (DCP). Dari hasil pengujian DCP tersebut akan memberikan nilai parameter California Bearing Ratio (CBR). Daya dukung tanah dasar untuk konstruksi jalan lingkar tengah diambil berdasarkan nilai CBR. Pengujian CBR lapangan dilakukan pada lokasi alternatif yang terpilih
berdasarkan Analisis Multi Kriteria (AMK), yaitu alternatif I. Jumlah pengujian sebanyak 8 titik, masing-masing 4 titik di jalan lingkar tengah sisi Barat dan 4 titik di Jalan Lingkar Tengah Sisi Timur. Data pengujian DCP trase jalan lingkar tengah Kota Gunung Tua terlampir. Rangkuman Hasil pengujian CBR diperlihatkan pada tabel berikut ini:
5-28
LAPORAN AKHIR
Tabel 5.31.
Titik Pengujian 1 2 3 4 5 6 7 8
99 36' 44" 99 36' 42" 99 37' 11" 99 38' 39" 99 38' 23" 99 38' 54" 99 38' 5" 99 38' 24"
Sd
1 29' 11" 1 29' 16" 1 31' 25" 1 31' 50" 1 31' 49" 1 30' 52" 1 29' 6" 1 29' 45"
CBR Rerata CBR wakil
5-29
LAPORAN AKHIR
Gambar 5.3 Peta Rencana Jalan Lingkar Tengah Kota Gunung Tua
5-30
LAPORAN AKHIR
5.6. ANALISIS TEBAL PERKERASAN LENTUR Berikut ini disampaikan data-data yang digunakan dalam merencanakan tebal perkerasan lentur di area studi.
5.6.1. Data
1. Material lapis perkerasan Material lapis perkerasan terdiri dari lapis permukaan, lapis pondasi dan lapis pondasi bawah dengan material secara berurutan adalah asphalt concrete-
CBR subgrade 3%
2. Lalulintas Kondisi jalan pada awal umur operasional (2014) terdiri dari kombinasi mobil, bus dan truk diambil dari trase yang memiliki sebagai berikut.
5-31
LAPORAN AKHIR
Payung dan Langga Payung-Portibi adalah 4502 kend/hari (Tabel 5.2 dan Tabel 5.3) Tabel 5.32. Analisis Jumlah Kendaraan Desain Perkerasan (Kend/hari) Jenis Kendaraan a. Sepeda Motor b. Mobil Penumpang c. Bus d. Truk 2 as e. Truk 3 as f. Truk 5 as Total Prosentase Rata-Rata/Jalur Volume Kendaraan 67.61% 19.21% 6.62% 4.89% 1.17% 0.50% 100.00% 3044 865 298 220 53 23 4503
Pertumbuhan lalu lintas diasumsikan sebesar pertumbuhan PDRB Kabupaten Padang Lawas Utara sebesar 6.3% pertahun.
5.6.2. Analisis
Dengan data-data di atas dengan menggunakan Metoda Analisa Komponen maka dapat dilakukan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut: 1. Perhitungan Lalu-lintas Rencana a. Menghitung angka ekivalen (E) masing-masing kendaraan: Sepeda Motor Mobil penumpang Bus Truk 2as (13 ton) Truk 3 as (20 ton) Truk 5 as (30 ton) Sepeda Motor Mobil penumpang Bus = 0,00004 + = 0,0002 + = 0,0183 + = 0,1410 + = 0,2923 + 0,00004 = 0,00008 0,0002 = 0,0004 0,1410 = 0,1593 0,9238 = 1,0648 0,7452 = 1,0375
= 1,0375 + 2*1,0410 = 1,3195 = 3044 * 0.7 * 0.00008 = = 865 * 0,7 * 0,0004 = = 298 * 0,7 * 0,1593 = 0.24352 0.34600 47.4714
5-32
LAPORAN AKHIR
= 220 * 0,7 * 1,0648 = 234.2560 = = 53 * 0,7 * 1,0375 = 23 * 0,7 * 1,3195 = LEP 54.9875 30.3485
= 367.65292
LHR
j =1
(1 + i)UR x C j x E j
LET =
LET =
LEP + LEA 2
367.65292+ 1247.68027 7 = 807.666599 2
LER = LET X
UR 10
20 = 1615.3332 10
LER = 807.666599 x
2. Penentuan Daya Dukung Tanah Dasar Dengan nilai CBR tanah dasar sebesar 3% maka diperoleh Daya Dukung Tanah dasar sebesar 3.75.
5-33
LAPORAN AKHIR
NOMOGRAM DDT
11 100 10 80 60 9 40 8 30 20 7 15 10 8 5 6 5 4 4
CBR
DDT = 4.3 log (CBR) + 1.7 DDT = 4.3 log (3) + 1.7 = 3.75
DDT=3.75
3
3 2
CBR=3%
2 1 1
Gambar 5.5 Penentuan Nilai Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) 3. Penentuan Tebal Perkerasan a. Faktor Regional Dari data yang ada diketahui bahwa curah hujan di daerah rencana > 900 mm/th dan dengan kelandaian antara > 10% serta proporsi kendaraan berat < 30% maka ditentukan nilai FR = 1,5. b. Indeks Permukaan Indeks Permukaan Awal Lapis permukaan menggunakan Asphalt Concrete dengan roughness < 1000 mm/km maka dari tabel Ipo > 4. Indeks Permukaan Akhir Jalan Kolektor LER = 1615.333 Dari tabel, Ipt = 2,5
5-34
LAPORAN AKHIR
5-35
LAPORAN AKHIR
c. Direncanakan susunan lapisan perkerasan sebagai berikut: Nilai Koefisien Perkerasan a. Lapisan permukaan : AC-WC (a1) = 0,40 AC-Base (a1) MS-454 = 0,32 b. Lapisan pondasi c. Lapisan pondasi bawah : Batu pecah kelas A (a2) = 0,14 : Sirtu kelas B (a3) = 0,12
Ambil tebal AC-WC sebesar 4,0 cm, AC-Base (MS-454) sebesar 12 cm dan tebal pondasi bawah sebesar 35 cm maka dapat dihitung tebal lapis pondasi sbb: ITP = a1. D1 + a1. D1 + a1. D1 + a2.D2 + a3.D3 12.50 = (0,40)(5) + (0,32)(12) + (0,14)(D2) + (0,12)(35) D3 = 17.57 cm 18 cm
5 cm 12 cm
Asphalt Concrete-WC Asphalt Concrete-Base (MS-454) Base, Batu Pecah Kelas A, CBR> 90%
18 cm
35 cm
5-36
LAPORAN AKHIR
5.1.1. Volume Lalu Lintas Awal ............................................................ 1 5.1.2. Prediksi Pertumbuhan Lalu Lintas ............................................... 2 5.2. KLasifikasi rencana ring road ............................................................ 3
5.2.1. Dasar Hukum Klasifikasi Jalan .................................................... 3 5.2.2. Persyaratan Ruang Jalan ............................................................ 7 5.2.3. Klasifikasi Ruas Jalan Lingkar Tengah Kota Gunung Tua .............. 9 5.3. Analisis kebutuhan jalur lalu lintas .................................................... 9
5.3.1. Analisis Kapasitas Jalan Lingkar ................................................ 10 5.3.2. Analisis Satuan Mobil Penumpang............................................. 10 5.3.3. Analisis Volume Jam Perencanaan (VJP) ................................... 11 5.3.4. Derajat Kejenuhan................................................................... 12 5.3.5. Dimensi Ruang Jalan Lingkar Tengah Kota Gunung Tua ............. 17 5.4. pemilihan Trase jalan..................................................................... 21
5.4.1. Perbandingan Alternatif Trase .................................................. 21 5.4.2. Analisis Multi Kriteria Pemilihan Trase ....................................... 24 5.5. 5.6. Daya Dukung Tanah Dasar............................................................. 28 Analisis tebal perkerasan lentur ...................................................... 31
5-37
LAPORAN AKHIR
TableofFigures
Tabel 5.1. Volume lalu lintas pada Jalan Lingkar Tengah Kota Gunung Tua 1
(kend/hari) pada tahun awal Tabel 5.2. Pertumbuhan volume LHR kendaraan di ruas ring road Padang
Sidempuan Langga Payung (Total Dua Arah) Tabel 5.3. Pertumbuhan volume LHR kendaraan di ruas ring road Langga
Payung - Portibi (Total Dua Arah) Tabel 5.4. Pertumbuhan volume LHR kendaraan di ruas ring road Padang
Sidempuan - Portibi (Total Dua Arah) Tabel 5.5. Tabel 5.6. Tabel 5.7. Tabel 5.8. Tabel 5.9. Tabel 5.10. Tabel 5.11. Tabel 5.12. Tabel 5.13. Tabel 5.14. Tabel Klasifikasi Jalan Kriteria dan Dimensi Ruang-Ruang Jalan Ukuran Bagian-Bagian Ruang Milik Jalan Lebar Minimum Badan Jalan Lebar Jalur dan Bahu Jalan Antar Kota Total LHR dalam smp/jam P.Sidempuan L.Payung Total LHR dalam smp/jam Langga Payung - Portibi Total LHR dalam smp/jam P. Sidempuan - Portibi Volume Jam Perencanaan Arah Tersibuk Trase Jalan Lingkar Volume Lalu Lintas Jam Perencanaan Jalan Lingkar Sisi Barat
3 6 7 8 8 8 10 11 11 12
Skenario I 14 Tabel 5.15. Volume Lalu Lintas Jam Perencanaan Jalan Lingkar Sisi Timur
Skenario I 14 Tabel 5.16. Tabel 5.17. Analisis Derajat Kejenuhan Jalan Lingkar Tengah Sisi Barat Analisis Derajat Kejenuhan Jalan Lingkar Tengah Sisi Timur Rute 15 15
Padang SidempuanLangga Payung dan Langga PayungPortibi Tabel 5.18. Analisis Derajat Kejenuhan Jalan Lingkar Tengah Sisi Timur Rute
15
5-38
LAPORAN AKHIR
Tabel 5.19.
Skenario II Tabel 5.20. Analisis Derajat Kejenuhan Jalan Lingkar Tengah Sisi Timur Rute
Padang SidempuanLangga Payung dan Langga PayungPortibi Tabel 5.21. Analisis Derajat Kejenuhan Jalan Lingkar Tengah Sisi Timur Rute
16
Padang SidempuanLangga Payung dan Padang SidempuanPortibi Tabel 5.22. Tabel 5.23. Tabel 5.24. Tabel 5.25. Tabel 5.26. Tabel 5.27. Persyaratan Ruang Jalan Berdasarkan PP No. 34 Tahun 2006 Kondisi Rencana Trase Jalan Lingkar Tengah Alternatif I Kondisi Rencana Trase Jalan Lingkar Tengah Alternatif II Bobot kriteria pelayanan alternatif menurut responden Analisis Skor Setiap Kriteria Pelayanan Perbandingan keunggulan antar alternatif berdasarkan kriteria
17 21 22 23 24 25
pelayanan. Tabel 5.28. Tabel 5.29. Tabel 5.30. Tabel 5.31. Tabel 5.32. Uji Konsistensi Matriks Level 1 Uji Konsistensi Matriks Level 2 Matrik Perbandingan Prioritas Pemilihan Hasil Pengujian CBR Lapangan Analisis Jumlah Kendaraan Desain Perkerasan (Kend/hari)
26 26 27 28 29 32
Gambar 5.1 Gambar 5.2 Gambar 5.3 Gambar 5.4 Gambar 5.5 Gambar 5.6 Gambar 5.7
Rencana Penampang Jalan Lingkar Tengah Kota Gunung Tua Dokumentasi Pelaksanaan Uji DCP Peta Rencana Jalan Lingkar Tengah Kota Gunung Tua Komposisi Lapis Perkerasan Rencana Penentuan Nilai Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) Nomogram untuk Menentukan Nilai ITP Susunan Tebal Lapis Perkerasan
20 29 30 31 34 35 36
5-39