1. LATAR BELAKANG;
2. KONSEPSI RANTAI PASOK KONSTRUKSI;
3. KONSEPSI RANTAI PASOK MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI (MPK)
UTAMA;
4. UPAYA PENANGANAN ISU STRATEGIS RANTAI PASOK MPK UTAMA;
5. UPAYA PENGUATAN RANTAI PASOK MPK UTAMA;
6. PENUTUP.
STRUKTUR
1 ORGANISASI KEMENTERIAN PUPR DAN DIREKTORAT
LATAR
JENDERAL BELAKANG
BINA KONSTRUKSI
STRUKTUR ORGANISASI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
pelaksanaan bimbingan
perumusan dan pelaksanaan
pelaksanaan kebijakan penyusunan teknis, supervisi,dan evaluasi pelaksanaan
pemberdayaan & norma, standar, administrasi DJBK;
kebijakan penyelenggaraan, dan pelaporan
pengawasan prosedur, dan dan pelaksanaan
kelembagaan, dan sumber penyelenggaraan,
penyelenggaraan kriteria pembinaan
daya sektor konstruksi; serta
konstruksi yang konstruksi;
kelembagaan, sumber daya tugas lain yang
pembinaan pola investasi dan konstruksi; serta pembinaan diberikan oleh
dilaksanakan oleh
pembiayaan infrastruktur pola investasi dan Menteri.
masyarakat & pemda;
pembiayaan infrastruktur
6
Sumber : Peraturan Menteri PUPR No. 15/PRT/M/2015 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
TUGAS DAN FUNGSI
DIREKTORAT BINA KELEMBAGAAN DAN SUMBER DAYA JASA KONSTRUKSI
1 Penyiapan Perumusan Kebijakan di Bidang Pembinaan Kelembagaan dan pembinaan perizinan, rantai pasok
material dan peralatan konstruksi, teknologi konstruksi dan produksi dalam negeri, serta usaha jasa konstruksi ;
Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria i Bidang Pembinaan Kelembagaan dan
2 pembinaan perizinan, rantai pasok material dan peralatan konstruksi, teknologi konstruksi dan produksi dalam negeri, serta usaha jasa
konstruksi;
FUNGSI Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di Bidang Pembinaan Kelembagaan dan pembinaan
3
perizinan, rantai pasok material dan peralatan konstruksi, teknologi konstruksi dan produksi dalam negeri, serta usaha jasa
konstruksi;
4 Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Pembinaan Kelembagaan dan pembinaan perizinan, rantai pasok
material dan peralatan konstruksi, teknologi konstruksi dan produksi dalam negeri, serta usaha jasa konstruksi
47.000 km 28.059 m
PEMELIHARAAN JALAN PEMBANGUNAN
JEMBATAN
Pembangunan
1 million Ha CIPTA KARYA
65 Waduk Pembangunan Irigasi
SDA BASELINE
INDICATOR TARGET FOR 2019
2014
67.52 m 3/sec
3 Million Ha
Air Baku Rehabilitation for irrigation
[intake, networks, reservoir]
Access to Adequate drinking water 70 % 100 %
Pengendali Banjir
[river normalization, spillway, flood control
Pengendalian Erosi Pantai Urban slums 38.431 Ha 0 ha
building, etc] 500 Km
3,000 Km
Access to adequate sanitation
62 % 100 %
PROGRAM STRATEGIS TAHUN 2015-2019
DITJEN BINA KONSTRUKSI
Peningkatan Sumber Daya
Pembangunan Infrastruktur
125 BUJK
Peningkatan BUJK ke 50.000 Orang
Kualifikasi Besar Jumlah insinyur baru konstruksi
bersertifikat
200.000 Orang
Jumlah teknisi bersertifikat
10.000 orang
10.000 Orang 500.000 Orang
Jumlah Tenaga Ahli/Manajer Jumlah tenaga terampil bersertifikat Jumlah instruktur/asesor
Proyek Terlatih pelatihan konstruksi
40.000 Orang
Jumlah Supervisor/Foreman
Terlatih 40%
Pekerjaan konstruksi
Rp.15 Triliun
30% yang menerapkan
manajemen mutu dan
Ekspor jasa konstruksi
tertib penyelenggaran
Penggunaan Beton konstruksi ke luar negeri
Pracetak dan Prategang
UUJK No.2 Tahun 2017
12
Substansi Pembinaan Material dan Peralatan
dalam UU No.2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
BAB III TANGGUNG JAWAB DAN Mengembangkan sistem rantai pasok Jasa Konstruksi.
3 5 ayat (1) huruf (f)
KEWENANGAN
No BAB Pasal Substansi pengaturan Keterangan
Kontribusi sektor pada PDB yang terus tumbuh Penting untuk negara
Produktivitas Tenaga Kerja rendah mengurangi daya saing dan meningkatkan risiko pembangunan.
Masalah dukungan pemerintah Perencanaan (belum holistik, peraturan (belum sinergi), kolaborasi
antar pihak (belum harmonis.
Masalah kapasitas industri komposisi, kualitas, dan produktivitas badan usaha, kemitraan antar
kontraktor, rantai pasok, dan pengelolaan keuangan dan risiko.
Daya saing penting bertahan dan berkelanjutan perlu peran kebijakan pemerintah.
STRUKTUR
2 ORGANISASI KEMENTERIAN PUPR DAN DIREKTORAT
Konsepsi Rantai Pasok
JENDERAL Konstruksi
BINA KONSTRUKSI
PROSES DAN INTERAKSI STAKEHOLDER DALAM INDUSTRI KONSTRUKSI
1) A D
Sistem&Teknologi
Informasi
2) A D
3)
A C
D
B
A Kebijakan Pemerintah
B Kapasitas Industri
Government
Expenditure
C Kapasitas Masyarakat Profesi
D Daya Saing
18
HUBUNGAN DAYA SAING
DENGAN INDUSTRI KONSTRUKSI
Demand
Produksi
Time
Manajemen Proyek
Industri Pendukung
Struktur Industri (Strategis)
19
Hubungan Sektor Konstruksi dengan Sektor Lain
TAMBANG MINERAL
BAJA
BIJIH BESI
SEKTOR JASA JASA PENDIDIKAN
KOMPONEN
NO. MANUFAKTUR KONSTRUKSI
PROSES
1. Sistem Produksi Berbasis pabrik Berbasis proyek
Waste
26% Value Added
62%
Waste Support
57% Activity
33%
Support
Activity
12%
Masalah peningkatan biaya pelaksanaan, keterlambatan, dan perselisihan merupakan contoh permasalahan
yang berawal dari fenomena fragmentasi, sehingga industri konstruksi dikenal sebagai
industri yang tidak efisien.
(Tucker et al., 2001)
Risiko-risiko Dalam Proyek Konstruksi
Penyelesaian yang gagal sesuai desain yang telah ditentukan/penetapan waktu konstruksi;
Kegagalan untuk memperoleh gambar perencanaan, detail perencanaan/izin dengan waktu yang
tersedia;
Kondisi tanah yang tak terduga;
Cuaca yang sangat buruk;
Pemogokan tenaga kerja;
Kenaikan harga yang tidak terduga untuk tenaga kerja, bahan/ material dan peralatan
konstruksi;
Kecelakaan yang terjadi dilokasi yang menyebabkan luka;
Kerusakan yang terjadi pada struktur akibat cara kerja yang jelek;
Kejadian tidak terduga (banjir, gempa bumi, dan lain–lain);
Klaim dari kontraktor akibat kehilangan dan biaya akibat keterlambatan produksi karena detail
desain oleh tim desain;
Kegagalan dalam penyelesaian proyek dengan budget yang telah ditetapkan.
Rantai pasok (supply chain) adalah sistem supply manufacture, transportasi, distribusi, dan trade yang diciptakan untuk
mengubah bahan dasar menjadi suatu produk dan memasok produk tersebut kepada pengguna sesuai nilai yang diminta
26
Pola Rantai Pasok Konstruksi Secara Umum
Sumber: Mursadin, A. dan Sari, H.M. (2011), "Kajian sistem pasokan berbasis Lean Construction pada proyek-proyek konstruksi di Balikpapan", Jurnal Teknologi
Berkelanjutan, Vol. 1, No. 1, pp. 1-10.
Pola Rantai Pasok Konstruksi
Bangunan Gedung, Jembatan, dan Pondasi
Legal Aspek
Penerapan Rantai Pasok di Industri Konstruksi
• Karakteristik produknya unik, yaitu produk konstruksi bangunan pada umumnya dibuat
berdasarkan permintaan tertentu (custom made product);
• Dilakukan oleh organisasi yang bersifat sementara (temporary organization). Suatu
rangkaian MRP yang terbentuk yang menghasilkan produk konstruksi akan berakhir ketika
selesai masa produksi;
• Produknya terikat pada tempat tertentu, sehingga proses produksinya berlangsung di situ
konstruksi (in site production). Hal ini juga memberikan kontribusi terhadap keunikan
produk konstruksi, karena pada proyek yang sama, baik kondisi fisik (kondisi tanah,
pengaruh cuaca, dll.) maupun non fisik (regulasi yang berlaku, kondisi lalu lintas, dll.) yang
mempengaruhinya tidak akan pernah sama;
• Terjadinya produksi di dalam situ konstruksi (in site production) dan pabrikasi di luar situ,
telah membagi dua batasan proses yang terjadi dalam produksi konstruksi;
• Diproduksi dalam lingkungan alam yang tidak terkendali, sehingga terdapat ketidakpastian
yang tinggi dalam konstruksi.
Permasalahan Umum Rantai Pasok Konstruksi
Permasalahan Pendekatan
• Kelangkaan material semen dan kayu, • Menyederhanakan bentuk
• Keterlambatan datangnya material susunan sistem pasokan.
besi,
• Seringnya terjadi perubahan desain • Mengurangi variabilitas yang
dan desain yang kurang lengkap terdapat pada sistem pasokan.
• Perencanaan terhadap aliran pekerjaan • Meningkatkan pemahaman
yang kurang baik
terhadap sistem pasokan.
• Masalah koordinasi komunikasi
negosiasi harga dengan pemilik
• Kecacatan dalam proses produksi
Sumber: Mursadin, A. dan Sari, H.M. (2011), "Kajian sistem pasokan berbasis Lean Construction pada proyek-proyek
konstruksi di Balikpapan", Jurnal Teknologi Berkelanjutan, Vol. 1, No. 1, pp. 1-10.
Manajemen Rantai Pasok
Keuntungan Penerapan Manajemen Rantai Pasok Konstruksi
• Manajemen Rantai Pasok
Konstruksi adalah kegiatan Mengelola komoditas (material maupun peralatan) yang penting dan signifikan;
mengatur, mengkoordinasikan, Fokus dalam pengelolaan industri konstruksi;
dan mengintegrasikan aliran Identifikasi market conduct (pricing policy, restrictive practices, innovation)
material dengan aliran informasi industri konstruksi;
Identifikasi kebutuhan kebijakan industri konstruksi dan dapat dimanfaatkan
di antara seluruh pihak yang
untuk membina dan mengawasi pasar konstruksi (insentif, disinsentif, regulasi
terlibat dalam proyek konstruksi; dll);
• Filosofi Manajemen Rantai Identifikasi kebutuhan koordinasi antar kementrian terkait dengan rencana
Pasok pengembangan industri pendukung konstruksi
Menentukan besarnya kebutuhan komoditas sesuai dengan forcasted demand
– Mengelola pasokan barang
konstruksi pada masa yang akan datang
sejak dari sumber bahan
Persediaan barang, sehingga bisa mengurangi biaya persediaan, biaya
mentah sampai pelanggan
penyimpanan, biaya kerusakan, dan kehilangan akibat penyimpanan.
sebagai satu kesatuan yang
Menjamin kelancaran penyediaan barang karena kerjasama yang dilakukan
terpadu dan bukan mengelola
antara pihak perusahaan jasa konstruksi dan vendor.
pasokan barang sebagai suatu
Menjamin mutu material dan peralatan yang dipasok sesuai dengan kondisi
seri dari kegiatan-kegiatan yang yang diinginkan dan harga yang lebih kompetitif.
terpisah-pisah.
Upaya Meningkatkan Efisiensi
Rantai Pasok Berbasis Proyek dengan Alternatif PDS
Seharusnya penguasaan sistem rantai pasok menjadi kebutuhan kita sebagai pengelola infrastruktur dalam
rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan infrastruktur.
Rantai Pasok – Logistik – Distribusi
Pemasok
Bahan Baku
Pemasok
Bahan Baku
Rantai Pasok
Regulasi Logistik hanya berupa perpres (dua tingkat dibawah UU) sedangkan regulasi terkait
distribusi/transportasi telah setingkat UU
Rantai Pasok Konstruksi dan Sistem Logistik Nasional
Misi:
• Menjamin terpenuhinya target
konstruksi infrastrukur Pertumbuhan Ekspansi Bisnis
• Mewujudkan efektivitas dan efisiensi
penyelenggaraan konstruksi
• Membina industri konstruksi Perdagangan Ongkos Transaksi
berkembang dengan baik
Dampak
Rantai Pasok Konstruksi Infrastruktur
Logistik
Alasan:
Perspektif yang lebih luas: aktor, kebutuhan, Transportasi Ongkos Transit Pelanggan
ketidakpastian, sebaran informasi, katalog, isu
tata niaga
Kesempatan kerjasama Konektivitas
Hambatan dan keterbatasan implementasi
Keterkaitan Rantai Pasok MPK – SISLOGNAS – Pembangunan Infrastruktur
40
PEMBINAAN SUMBER DAYA
MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI
TUJUAN/GOALS
Terjaminnya Pasokan Material dan
ISU STRATEGIS PRASYARAT Peralatan Konstruksi dalam
UTAMA Mendukung Penyelenggaraan
Infrastruktur Nasional;
Belum Tersedianya
Informasi Demand Mengembangkan kapasitas sistem rantai pasok MPK;
MPK; Meningkatkan kualitas analisis pasokan dan kebutuhan (supply- Meningkatnya Efisiensi
Belum Terbentuk demand) sumber daya MPK;
Jejaring Rantai Meningkatkan kualitas informasi sistem rantai pasok MPK; Penyelenggaraan Infrastruktur
Pasok MPK; Mengharmonisasikan penerapan kebijakan pengelolaan dan Nasional;
Belum pemantauan MPK diantara Pemangku Kepentingan;
Terlaksananya Mendorong Kemandirian Industri MPK Nasional.
Evaluasi dan Kinerja Terwujudnya Kemandirian
Rantai Pasok MPK
Industri Material dan Peralatan
Konstruksi Nasional;
Pola Rantai Pasok Material dan Peralatan Konstruksi
Masyarakat
Pemasok Raw Material,
Importir
No APLIKASI PROSENTASE
1 Infrastruktur + 25 %
2 Lainnya + 75 %
INFRASTRUCTURE
;25%
OTHERS
;75%
45
PROPORSI KONSUMSI BAJA
3 Migas 7%
KONSTRUKSI
4 Permesinan 4%
5 Lain - Lain 3%
Sumber: Kementerian Perindustrian, Workshop Rantai Pasok Baja 40%
Infrastruktur
Porsi Baja dalam Pekerjaan Konstruksi:
• Nilai pekerjaan baja sekitar 30% dari nilai pekerjaan konstruksi
• Penggunaan baja di bidang konstruksi sekitar 78% dari seluruh konsumsi baja nasional
40% untuk pekerjaan infrastruktur dan 38% noninfrastruktur 38%
Penggunaan baja tulangan sekitar 32% dari total penggunaan baja konstruksi NonInfrastruktur
46
PROPORSI KONSUMSI ASPAL
No APLIKASI PROSENTASE
1 Infrastruktur + 95 %
2 Lainnya +5%
47
T R E N D PA S A R A L AT B E R AT
20,000
15,000
MIN
10,000 FOR
CONS
5,000
AGR
-
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 e2015 f2016
a b c d e=(d/a)
*) Data Supply Nasional (diluar import) Semen 25% Infrastruktur 75% non-infrastruktur
Data Total Demand berasal dari data penjualan Baja 40% Infrastruktur 38% non-infrastruktur
Supply Alat Berat adalah Unit Baru HINABI Alat Berat 35% Infrastruktur 65% non-infrastruktur
BETON
NO.
ANGGARAN ANGGARAN ASPAL SEMEN BAJA PRACETAK ALAT BERAT
INFRASTRUKTUR
(RP) (TON) (TON) (TON) (TON) (UNIT)
Asumsi:
Kebutuhan MPK dihitung berdasarkan Anggaran Belanja Modal = 80% Anggaran infrastruktur (diolah)
50
ESTIMASI KEBUTUHAN MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI
DI KEMENTERIAN PUPR TA 2017
I L
K
ASPAL MINYAK
901,85
RIBU TON
BAJA
1.44 JUTA TON
SEMEN
3.55 JUTA TON
ALAT BERAT 8600
UNIT
BETON PRACETAK
4.19 JUTA TON
*Note: Total Anggaran Kementerian PUPR Perubahan menjadi Rp. 104.7 Triliun
Sumber: Pagu Dokumen DIPA Induk Kemen PUPR 2017 (sumber emonitoring.pu.go.id) Agustus 2017
51
ESTIMASI KEBUTUHAN MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI
DI KEMENTERIAN PUPR TA 2018
I L
K
ASPAL MINYAK
921,58
RIBU TON
BAJA
1.57 JUTA TON
SEMEN
ALAT BERAT 8890
3.90 JUTA TON UNIT
BETON PRACETAK
4.73 JUTA TON
*Note: Total Anggaran Kementerian PUPR diestimasikan sebesar Rp. 106.43 Triliun
Asumsi Belanja Modal Kemen PUPR 2018 sebesar 80% dari Anggaran DIPA 2018
52
Supply Chain Aspal PERTAMINA
Pertamina Refinery
Via Pipa Distributor Curah
Cilacap
Curah
Pertamina Import
Third Party Trading
POLA UMUM RANTAI PASOK ASPAL BUTON
HULU/ HILIR/
UPSTREAM DOWNSTREAM
Granular
BGA B 5/20 LGA B Hotmix Asbuton
Raw Material CPHMA
50/30
Diproses
Semi Ekstraksi Hotmix Asbuton
Supllier
Raw Material Produsen Fabrikator Distributor Service Konsumen
Produsen
Ekspor Ekspor
PP
Fabrikator
Produsen 1
1
600,000 150,000
HK
Fabrikator
2
Perusahaan 200,000
Lokal
Pengumpul
Produsen 2 WK
230,000
Produsen 3
Import Trader NK
360,000
Produsen 4
Distributor
360,000
BUMN
Fabrikator
3
250,000
Kontraktor
Kecil
Import
Retail
Sumber: Diolah dari hasil survei Kajian Rantai Pasok Baja Konstruksi, 2012
Struktur Rantai Pasok Baja Konstruksi (2)
2. Baja Profil (Heavy profile, Channel, Angle, T-beam)
Supllier
Raw Material Produsen Fabrikator Distributor Service Konsumen
Produsen
PP
Perusahaan
Lokal Pengumpul
Fabrikator HK
Produsen 1
1
150,000 150,000
Fabrikator
Produsen 2
2 WK
Import Trader 800,000 800,000
NK
Sumber: Diolah dari hasil survei Kajian Rantai Pasok Baja Konstruksi, 2012
Struktur Rantai Pasok Baja Konstruksi
7. Baja Alat Berat
Supplier
Raw Material Produsen Fabrikator Distributor Service Konsumen
Produsen
Subkontraktor
Lokal Lokal
Lokal
(ex. Arm,
boom, guard, Fabrikator 1
counter weight,
Distributor 1
bukcet
Kontraktor
Rental
Import Fabrikator 2 Private
Impor (machine, Public
Import
Jepang transmisi)
Distributor 2
Fabrikator 3
In House
(ex. Shoe,
centre frame,
Lokal (dari silinder, hoist)
scrap)
Produsen I
Sumber: Diolah dari hasil survei Kajian Rantai Pasok Baja Konstruksi, 2012
STRUKTUR RANTAI PASOK BAJA RINGAN
precast
60
POLA UMUM RANTAI PASOK ALAT BERAT
-
STRUKTUR
4 ORGANISASI KEMENTERIAN PUPR DAN DIREKTORAT
Upaya Penanganan Isu Strategis Rantai
JENDERAL BINAPasok MPK Utama
KONSTRUKSI
USULAN PENANGANAN ISU-ISU
KELEMBAGAAN
Sektor konstruksi hanya dipandang sebagai jasa dan industri bahan bangunan. • Pemerintah perlu melakukan perubahan nomenklatur konstruksi sebagai suatu
sistem industri
Perencanaan proyek tidak transparan dan jangka pendek yang belum ada • Pembuatan rencana bisnis bersama
kesinambungan dan lemahnya koordinasi pelaku bisnis MPK. • Kerjasama dengan lembaga pembiayaan atau pembentukan lembaga
pembiayaan konstruksi.
• Forum berbagi informasi perencanaan proyek pemerintah dan pelelangan dini
untuk meningkatkan kesiapan para pelaku usaha.
Lemahnya penggunaan produk dan teknologi dalam negeri. • Perlunya kebijakan yang berpihak pada penggunaan MPK lokal.
• Kebijakan yang berpihak pada usaha dan teknologi dalam negeri.
Pengembangan, sosialisasi, dan adopsi teknologi konstruksi masih lambat. • Perlunya pusat informasi tentang teknologi disertasi dengan adanya model
Pemanfaatan teknologi adalah salah satu cara mempercepat pembangunan kematangan teknologi, kisah sukses, dan pelaku
konstruksi. • Perlunya kebijakan berpihak untuk mendorong keandalan dan adopsi teknologi
• Perlunya kerjasama untuk percobaan, pengujian, diseminasi, lisensi,
pemasaran, pengembangan rantai pasok, dan pelatihan untuk peningkatan
keahlian dan kompetensi SDM.
• Perlunya pengakuan dan penghargaan bagi lembaga atau individu yang
mengembangkan dan menerapkan teknologi.
63
USULAN PENANGANAN ISU-ISU
SEMEN
Belum ada dorongan Pemerintah untuk memanfaatkan • Pengembangan SNI untuk slag semen yang ramah
limbah slag baja (iron slag) sebagai material konstruksi. Slag lingkungan (green construction) dan lebih murah 15%
baja masih tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) No dari semen biasa.
101/2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan • Peran asosiasi menyusun dan mengajukan advokasi
Beracun (PLB3). kebijakan termasok berbagi data kapasitas.
Pabrik semen nasional telah kelebihan kapasitas sekitar 30% • Perlu adanya penghentian sementara atau moratorium
lebih banyak dari permintaan atau kebutuhan dan kurang pembangunan pabrik baru.
lancarnya pengakutan semen ke lokasi pengguna. • Perlu kesiapan alat angkut semen dari pabrik ke lokasi
proyek (36% dibawa lewat laut).
• Perlu pembenahan pelabuhan, proses bongkar-muat, dan
penggunaan kargo khusus
• Sosialisasi penggunaan produk semen dalam negeri.
64
USULAN PENANGANAN ISU-ISU
BETON PRA-CETAK
65
USULAN PENANGANAN ISU-ISU
ASBUTON
Kapasitas industri berlebih (1:6 untuk Asbuton butiran). • Pembinaan penggunaan Asbuton oleh lembaga teknis.
Realisasi pemakaian Asbuton sangat rendah sekitar 40% • Peningkatan penggunaan Asbuton yang lebih banyak oleh
untuk dua tahun terakhir yakni 40 dan 50 ton. Pemerintah.
• Pengembangan produk kombinasi aspal alam dan aspal
minyak dan Asbuton dan slag baja.
• Optimasi Anggaran DAK Penggunaan Asbuton pada
jalan-jalan Provinsi/ Kabupaten/ Kota
Permintaan sering menumpuk pada akhir tahun. • Perkiraan permintaan sebaiknya dilakukan per bulan.
Mutu Asbuton yang belum menyakinkan. • Perlunya pengujian mutu oleh pihak independen
SERTIFIKASI PRODUK DAN PRODUSEN ASBUTON
• Pengoperasian Asbuton Centre.
• Standar spesifikasi produk Asbuton.
• Perbaikan proses aplikasi atau metode pelaksanaan di
lapangan.
66
USULAN PENANGANAN ISU-ISU
ASPAL
Permintaan rendah dan tinggi yang tidak merata selama • Proyek berjalan pada awal tahun.
setahun. Pertamina tidak punya kapasitas penampungan. • Pengembangan dan penambahan jaringan distribusi
(terminal aspal curah).
• Pengembangan pelabuhan aspal.
Sistem pembayaran berbasis kredit. • Pencairan dana yang lebih cepat.
• Kerjasama dengan lembaga pembiayaan.
67
USULAN PENANGANAN ISU-ISU
BAJA
68
USULAN PENANGANAN ISU-ISU
ALAT BERAT (1-2)
ISU-ISU USULAN RENCANA TINDAK LANJUT
Data tentang ketersediaan alat berat di wilayah Indonesia masih belum • Mewajibkan para pengguna jasa, penyedia jasa, rental/sewa dan
akurat. Kepemilikan perseorangan yang mendapatkan paket pekerjaan di
Lingkungana Kementerian PUPR untuk meregistrasikan alat berat
yang dimiliki ke dalam website mpk.binakonstruksi.pu.go.id
• Perlunya sosialisasi registrasi alat berat kerjasama dengan APPAKSI.
• Perlunya aturan yang mewajibkan registrasi alat berat.
Utilitas kapasitas pabrik alat berat yang rendah sebesar 60%. Sektor • Perlunya kebijakan prioritas pembelian alat berat produksi dalam
konstruksi relatif stabil dibandingkan sektor lainnya dalam pembelian negeri.
alat berat. • Implementasi kebijakan TKDN pada proyek pemerintah.
Adanya kebanjiran alat berat bekas di pasar yang ditarik dari sektor • Akselerasi penggelontoran dana infrastruktur agar dapat dipercepat.
tambang. Banyak yang mengaku sebagai agen alat berat tetapi tanpa • Pelarangan masuknya alat berat bekas ke Indonesia yang sejenis
memiliki jaringan distribusi dan kemampuan layanan purna jual. dengan yang diproduksi di dalam negeri.
• Ijin dagang yang lebih ketat untuk agen (dealer) baru yang tidak
mempunyai jaringan dan layanan purna jual.
69
USULAN PENANGANAN ISU-ISU
ALAT BERAT (2-2)
70
STRUKTUR
5 ORGANISASI KEMENTERIAN PUPR DAN DIREKTORAT
Upaya PenguatanJENDERAL
Rantai Pasok MPK Utama
BINA KONSTRUKSI
UPAYA PEMBINAAN SUMBER DAYA MPK (1)
A.Melakukan Kajian-Kajian RANTAI PASOK MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI, antara lain:
1) Kajian Perhitungan Kebutuhan MPK;
2) Kajian Rantai Pasok Semen, Baja, Beton Pracetak dan Prategang dan
Alat Berat;
3) Kajian Industrialisasi Asbuton, Kajian Buffer Stocking MPK;
4) Kajian Sertifikasi AMP, dll.
C.Kegiatan Monitoring dan Evaluasi/ Sosialisasi/ Diseminasi/ Forum Diskusi/ Bimbingan Teknis/
Workshop/ Pemeran, dll terkait dengan Material dan Peralatan Konstruksi.
UPAYA PEMBINAAN SUMBER DAYA MPK (2)
www.mpk.binakonstruksi.pu.go.id
Ketersediaan data statistik alat berat yang meliputi data populasi/
jumlah, jenis/fungsi, umur, lokasi, kondisi, status, penerbit faktur,
spesifikasi khusus dari alat berat, kepemilikan, dll;
Sebagai Alat Bukti Kepemilikan;
Dasar estimasi supply-demand bagi Pengguna Jasa, Penyedia Jasa,
Produsen/Industri, Distributor/Agen Tunggal, Leasing, dan Penyewaan
alat berat (Rental);
Untuk pemutakhiran (update) informasi dan pengendalian alat berat
konstruksi secara berkala dan konsisten.
Konsep Sistem Pemantauan Status Alat Berat Konstruksi
Berbasis Daur Hidup (Prakarsa)
Sistem Registrasi Alat Berat Konstruksi
Pelaksanaan Pendataan:
1) Setiap anggota yang memiliki alat berat di harapkan dapat mendaftar sendiri secara online
melalui alamat website: http://mpk.binakonstruksi.pu.go.id
2) Hasil registrasi secara online akan di konfirmasikan via email kepada pemilik;
3) Pemilik Alat dapat melihat semua alat yang di daftarkan sendiri;
4) Hanya pemilik /penanggungjawab alat yang dapat mengedit/ mengupdate data / status alat
sendiri;
5) Verifikasi dan Validasi Alat Berat yang telah didaftarkan akan di laksanakan lebih lanjut
sesuai program yang di Fasilitasi oleh Kementerian PUPR;
6) Registrasi alat berat konstruksi berdasarkan Kategori pada Katalog Alat Berat Konstruki
yang telah diterbitkan oleh Kementerian PU tahun 2013;
Kategorisasi Alat Berat:
77
Kategorisasi Alat Berat:
78
Manfaat Registrasi Alat Berat Konstruksi
Informasi Database dan statistic alat berat konstruksi meliputi: jumlah/
populasi, spesifikasi, tipe, merek, lokasi, kondisi (layak operasi dan
produksi), kepemilikan, dll Mendukung Penyelenggaraan Proyek
Infrastruktur Nasional yang tersebar merata;
Sebagai alat Bukti kepemilikan (Penegakan hukum, Menghindari
Pencurian, Perlindungan investasi);
Dasar estimasi Supply-Demand Estimasi Produksi dan Penjualan Alat
Berat Konstruksi Nasional bagi Pemerintah, Industri dan Agen Tunggal
Alat Berat Nasional;
Dasar Kebijakan Export-Import Alat Berat Nasional;
Pemutakhiran informasi (up-to-date dan realtime) alat berat konstruksi
dalam rangka kepemilikan, pengendalian dan keamanan, serta pada
saat terjadi bencana;
Sistem Registrasi Alat Berat
http://mpk.binakonstruksi.pu.go.id
PROGRES REGISTRASI
TAHUN 2013
TAHUN 2015
TAHUN 2014
MENDORONG PENGGUNAAN ASPAL
BUTON
TARGET PENGGUNAAN
PETA POTENSI 105 K ASBUTON TAHUN 2016
PEMANFAATAN ASBUTON
105.846 Ton
(943,74 Km)
(Dalam Ton)
54 K 55 K
REALISASI 51 K
RENCANA/TARGET Penambangan Aspal Buton
43 K
25 K 25 K
21 K
13 K
4K
Overlay Jalan Tol Cipularang
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Km 109 dengan Asbuton
http://mpk.binakonstruksi.pu.go.id
TRANSFORMASI SINERGI
DENGAN
SIPJAKI
SELURUH
PROVINSI
SISTEM INFORMASI JASA KONSTRUKSI (SIPJAKI)
SIPJAKI
UU
5/1974 UU
22/1999
UU UU
32/2004 23/2014
88
Pembagian Urusan Pemerintahan
PENYELENGGARAAN
PEMBAGIAN URUSAN
PEMERINTAHAN
PEMERINTAHAN
(UU23/2014)
WAJIB PILIHAN
Wajib
Tidak Berkaitan dilaksanakan
Berkaitan dengan dengan berdasarkan
Pelayanan Dasar Pelayanan Dasar POTENSI
DAERAH
1. TENAGA KERJA
1. PENDIDIKAN 2. PEMBERDAYAAN
2. KESEHATAN PEREMPUAN DAN
3. PEKERJAAN
LINAK 1. KELAUTAN DAN
3. PANGAN
UMUM DAN 4. PERTANAHAN PERIKANAN
PENATAAN
5. LINGKUNGAN HIDUP 2. PARIWISATA
6. ADMINDUK DAN
3. PERTANIAN
RUANG CASIP
7. PMD 4. KEHUTANAN
4. PERUMAHAN 8. DALDUK DAN KB
5. ENERGI DAN
RAKYAT DAN 9.
10.
PERHUBUNGAN
KOMINFO SDM
KAWASAN 11. KOPERASI DAN UKM
6. PERDAGANGAN
12. PENANAMAN MODAL
PERMUKIMAN 13. PEMUDAN DAN OLAH 7. PERINDUSTRIAN
5. TRANTIBUM RAGA 8. TRANSMIGRASI
14. STATISTIK
DAN LINMAS 15. PERSANDIAN
6. SOSIAL 16. KEBUDAYAAN
17. PERPUSTAKAAN
18. KEARSIPAN 90
SPM SIPJAKI PROVINSI
Informasi yang tayang dalam Sistem Informasi Pembina
Jasa Konstruksi (SIPJAKI) :
1. Informasi potensi pasar jasa konstruksi di wilayah
provinsi untuk satu tahun anggaran berikutnya yang
dapat bersumber dari dana APBD, APBN, swasta,
dana masyarakat, dan sumber pendanaan lainnya
(anggaran konstruksi);
2. Informasi paket pekerjaan jasa konstruksi yang
sudah dan sedang dilaksanakan oleh badan usaha
jasa konstruksi yang terupdate secara berkala;
3. Profil Tim Pembina Jasa Konstruksi (TPJK) Provinsi.
SPM KAB/KOTA - SIPJAKI
Informasi yang tayang dalam Sistem Informasi Pembina Jasa Konstruksi
(SIPJAKI) :
1. Izin usaha jasa konstruksi yang terupdate secara berkala;
2. Data Badan Usaha Jasa Konstruksi yang terupdate secara
berkala*(teritegrasi SIKI-SBU);
3. Data Tenaga Kerja Jasa Konstruksi yang terupdate secara
berkala*(teritegrasi SIKI-SKA/SKT);
4. Potensi pasar jasa konstruksi di wilayah kabupaten/kota untuk
tahun berjalan yang dapat bersumber dari dana APBD, APBN, dan
sumber pendanaan lainnya (Anggaran Konstruksi);
5. Tanda Daftar Usaha Perseorangan yang terupdate secara berkala;
6. Daftar upah tenaga kerja dan harga satuan material konstruksi
yang terupdate setiap 6 bulan (Standar Biaya Umum Daerah);
7. Profil Tim Pembina Jasa Konstruksi di kabupaten/kota.
STRUKTUR
6 ORGANISASI KEMENTERIAN PUPR DAN DIREKTORAT
PENUTUP
JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Penutup (1)
1) Mendorong para Pembina/ Penyelenggara konstruksi, pengguna/ pemilik
proyek untuk:
94
Penutup (2)
Pemerintah perlu hadir untuk bekerjasama dengan seluruh stakeholders
baik akademisi, produsen/ supplier, pengguna, dan asosiasi/ komunitas
terkait lainnya dalam mempersiapkan sumber daya konstruksi
khususnya material dan peralatan konstruksi (MPK);
95
TERIMA KASIH
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
96