Anda di halaman 1dari 96

Direktorat Jenderal Bina Konstruksi

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat


Republik Indonesia

SISTEM RANTAI PASOK MATERIAL & PERALATAN KONSTRUKSI


Disampaikan dalam Forum Diskusi:

PENINGKATAN STANDAR MUTU RANTAI PASOK DAN PENINGKATAN KELEMBAGAAN


MASYARAKAT DAN PENGAWASAN TERTIB USAHA JASA KONSTRUKSI

SERANG, 26 SEPTEMBER 2017


Agenda: precast

1. LATAR BELAKANG;
2. KONSEPSI RANTAI PASOK KONSTRUKSI;
3. KONSEPSI RANTAI PASOK MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI (MPK)
UTAMA;
4. UPAYA PENANGANAN ISU STRATEGIS RANTAI PASOK MPK UTAMA;
5. UPAYA PENGUATAN RANTAI PASOK MPK UTAMA;
6. PENUTUP.
STRUKTUR
1 ORGANISASI KEMENTERIAN PUPR DAN DIREKTORAT
LATAR
JENDERAL BELAKANG
BINA KONSTRUKSI
STRUKTUR ORGANISASI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Tak Kenal, maka KENALAN


STAF AHLI MENTERI
Staf Ahli terdiri dari:
1. Bid. Keterpaduan Pembangunan
2. Bid. Ekonomi dan Investasi
3. Bid. Sosial Budaya dan Peran Masyarakat
4. Bid. Hubungan Antar Lembaga
5. Bid. Teknologi, Industri, dan Lingkungan INSPEKTORAT SEKRETARIAT
JENDERAL JENDERAL

DITJEN DITJEN DITJEN DITJEN DITJEN DITJEN


SUMBER DAYA AIR BINA MARGA CIPTA KARYA PENYEDIAAN BINA KONSTRUKSI PEMBIAYAAN
PERUMAHAN PERUMAHAN

BADAN BADAN BADAN


PENGEMBANGAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
INFRASTRUKTUR PENGEMBANGAN SDM
WILAYAH

DIREKTORAT KERJA SAMA DAN PEMBERDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI 4


STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
TUGAS DAN FUNGSI
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di


TUGAS
bidang pembinaan konstruksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

FUNGSI DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

pelaksanaan bimbingan
perumusan dan pelaksanaan
pelaksanaan kebijakan penyusunan teknis, supervisi,dan evaluasi pelaksanaan
pemberdayaan & norma, standar, administrasi DJBK;
kebijakan penyelenggaraan, dan pelaporan
pengawasan prosedur, dan dan pelaksanaan
kelembagaan, dan sumber penyelenggaraan,
penyelenggaraan kriteria pembinaan
daya sektor konstruksi; serta
konstruksi yang konstruksi;
kelembagaan, sumber daya tugas lain yang
pembinaan pola investasi dan konstruksi; serta pembinaan diberikan oleh
dilaksanakan oleh
pembiayaan infrastruktur pola investasi dan Menteri.
masyarakat & pemda;
pembiayaan infrastruktur

6
Sumber : Peraturan Menteri PUPR No. 15/PRT/M/2015 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
TUGAS DAN FUNGSI
DIREKTORAT BINA KELEMBAGAAN DAN SUMBER DAYA JASA KONSTRUKSI

Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang


TUGAS pembinaan kelembagaan dan sumber daya jasa konstruksi

1 Penyiapan Perumusan Kebijakan di Bidang Pembinaan Kelembagaan dan pembinaan perizinan, rantai pasok
material dan peralatan konstruksi, teknologi konstruksi dan produksi dalam negeri, serta usaha jasa konstruksi ;
Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria i Bidang Pembinaan Kelembagaan dan
2 pembinaan perizinan, rantai pasok material dan peralatan konstruksi, teknologi konstruksi dan produksi dalam negeri, serta usaha jasa
konstruksi;

FUNGSI Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di Bidang Pembinaan Kelembagaan dan pembinaan
3
perizinan, rantai pasok material dan peralatan konstruksi, teknologi konstruksi dan produksi dalam negeri, serta usaha jasa
konstruksi;

4 Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Pembinaan Kelembagaan dan pembinaan perizinan, rantai pasok
material dan peralatan konstruksi, teknologi konstruksi dan produksi dalam negeri, serta usaha jasa konstruksi

Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi di Bidang Pembinaan Kelembagaan dan


5
pembinaan perizinan, rantai pasok material dan peralatan konstruksi, teknologi konstruksi dan produksi dalam negeri, serta usaha
jasa konstruksi; dan
6 Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat
7
TARGET PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KEMENTERIAN PUPR
PERIODE TAHUN 2015-2019

PEMBANGUNAN JALAN UNTUK MENDUKUNG : PERUMAHAN


• 24 PEMBANGUNAN PELABUHAN
• Pelabuhan Ferry • 676.950 unit Rumah tapak
• Jaringan Jalan Perkotaan • 50.000 unit Rumah khusus
• Jalan perkotaan • 550.000 unit Rumah vertikal
1.000 km 2.650 km • 15 Wilayah Industri Prioritas
• 250.000 unit Rumah swadaya
PEMBANGUNAN JALAN
• 25 Pusat Pariwisata
47.017 km
JALAN TOL NASIONAL
• 15 Pembangunan Bandar Udara
NATIONAL ROADS
• Sistem Rel Kereta

47.000 km 28.059 m
PEMELIHARAAN JALAN PEMBANGUNAN
JEMBATAN

Pembangunan
1 million Ha CIPTA KARYA
65 Waduk Pembangunan Irigasi

SDA BASELINE
INDICATOR TARGET FOR 2019
2014
67.52 m 3/sec
3 Million Ha
Air Baku Rehabilitation for irrigation
[intake, networks, reservoir]
Access to Adequate drinking water 70 % 100 %
Pengendali Banjir
[river normalization, spillway, flood control
Pengendalian Erosi Pantai Urban slums 38.431 Ha 0 ha
building, etc] 500 Km
3,000 Km
Access to adequate sanitation
62 % 100 %
PROGRAM STRATEGIS TAHUN 2015-2019
DITJEN BINA KONSTRUKSI
Peningkatan Sumber Daya
Pembangunan Infrastruktur
125 BUJK
Peningkatan BUJK ke 50.000 Orang
Kualifikasi Besar Jumlah insinyur baru konstruksi
bersertifikat

200.000 Orang
Jumlah teknisi bersertifikat

10.000 orang
10.000 Orang 500.000 Orang
Jumlah Tenaga Ahli/Manajer Jumlah tenaga terampil bersertifikat Jumlah instruktur/asesor
Proyek Terlatih pelatihan konstruksi

40.000 Orang
Jumlah Supervisor/Foreman
Terlatih 40%
Pekerjaan konstruksi
Rp.15 Triliun
30% yang menerapkan
manajemen mutu dan
Ekspor jasa konstruksi
tertib penyelenggaran
Penggunaan Beton konstruksi ke luar negeri
Pracetak dan Prategang
UUJK No.2 Tahun 2017

Jaminan mutu UUJK NO.2/2017 Pengembangan Sistem


produk Penyelenggaraan
konstruksi
1. Wilayah Pengaturan: Sektor Konstruksi, Anggaran Negara
dan Swasta,serta Industri Konstruksi, Jasa, usaha
penyediaan bangunan dan rantai pasok
2. Pembinaan: desentralisasi
3. Perlindungan Hukum
4. Keterbukaan informasi memanfaatkan teknologi
5. Klasifikasi usaha mendukung daya saing
PUBLISHED LABOUR ACT, 6. Kemudahan dalam berusaha
ENERGY AND MINERALS 7. Pengembangan berkelanjutan (CPD, CBD)
RESOURCES ACT, ENGINEERS 8. Jaminan mutu produk konstruksi
ACT, INTERNATIONAL 9. Perbaikan/penetapan standar Remunerasi minimal
STANDARDS, ELECTRONICAL Tenaga Kerja Ahli
INFORMATION & TRANSACTION 10. Reformasi peran masyarakat
ACT, PUBLIC INFORMATION GOOD GOVERNANCE
DISCLOSURE ACT

FREE TRADE, AEC, UUJK No. 18/1999


TRANS-PASIFIC
PARTNERSHIP Wilayah pengaturan : sektor PU
Lingkup : jasa (pengguna dan penyedia)
Pembinaan : sentralisasi

12
Substansi Pembinaan Material dan Peralatan
dalam UU No.2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
BAB III TANGGUNG JAWAB DAN Mengembangkan sistem rantai pasok Jasa Konstruksi.
3 5 ayat (1) huruf (f)
KEWENANGAN
No BAB Pasal Substansi pengaturan Keterangan

Meningkatnya kualitas penggunaan material


BAB III TANGGUNG JAWAB hal.5
1 4 ayat (1) huruf e dan peralatan konstruksi serta teknologi
DAN KEWENANGAN (PUSAT)
konstruksi dalam negeri.
Mengembangkan standar material dan
BAB III TANGGUNG JAWAB hal.8
2 5 ayat (5) huruf a peralatan konstruksi, serta inovasi teknologi
DAN KEWENANGAN (PUSAT)
konstruksi
Memublikasikan material dan peralatan
konstruksi serta teknologi konstruksi dalam
BAB III TANGGUNG JAWAB hal.9
3 5 ayat (5) huruf d negeri kepada seluruh pemangku
DAN KEWENANGAN (PUSAT)
kepentingan, baik nasional maupun
Pembinaan terkait internasional;
Material dan Menetapkan dan meningkatkan
Peralatan Konstruksi 4
BAB III TANGGUNG JAWAB
5 ayat (5) huruf e
penggunaan standar mutu material dan hal.9
DAN KEWENANGAN peralatan sesuai dengan Standar Nasional (PUSAT)
telah DIATUR & Indonesia;
DIAMANATKAN oleh melindungi kekayaan intelektual atas
Undang Undang 5
BAB III TANGGUNG JAWAB
5 ayat (5) huruf f
material dan peralatan konstruksi serta hal.9
DAN KEWENANGAN teknologi konstruksi hasil penelitian dan (PUSAT)
pengembangan dalam negeri;
BAB III TANGGUNG JAWAB Membangun sistem rantai pasok material, hal.9
6 5 ayat (5) huruf g
DAN KEWENANGAN peralatan, dan teknologi konstruksi. (PUSAT)
Menyelenggarakan pengawasan
BAB III TANGGUNG JAWAB hal.11
7 6 ayat (5) huruf a penggunaan material, peralatan, dan
DAN KEWENANGAN (DAERAH)
teknologi konstruksi;
Menyelenggarakan pengawasan
BAB III TANGGUNG JAWAB hal.11
8 6 ayat (5) huruf d pengelolaan dan pemanfaatan sumber
DAN KEWENANGAN (DAERAH)
material konstruksi;
Meningkatkan penggunaan standar mutu
BAB III TANGGUNG JAWAB hal.11
9 6 ayat (5) huruf e material dan peralatan sesuai dengan
DAN KEWENANGAN (DAERAH)
Standar Nasional Indonesia;
BAB IV USAHA JASA Mengutamakan penggunaan material dan
10 33 ayat (1) huruf f hal.21
KONSTRUKSI; BAGIAN 4 teknologi konstruksi dalam negeri;
BAB VI KEAMANAN, penggunaan material, peralatan dan/atau
KESELAMATAN, KESEHATAN teknologi;
11 59 ayat (2) huruf d hal.34
DAN KEBERLANJUTAN
KONSTRUKSI
BAB VI KEAMANAN, standar mutu bahan;
KESELAMATAN, KESEHATAN
12 59 ayat (3) huruf a hal.34
DAN KEBERLANJUTAN
KONSTRUKSI
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN SEKTOR KONSTRUKSI

Lingkungan strategis diisi tantangan mewujudkan INVESTASI INFRASTRUKTUR yangSEMAKIN


MENINGKAT dan masif dalam jangka waktu yang pendek dan pemberlakuan MEA 2016  Perebutan
pasar dan bagaimana Dukungan Material dan Peralatan Konstruksi???

Kontribusi sektor pada PDB yang terus tumbuh  Penting untuk negara

Tenaga Kerja Konstruksi yang ahli dan terampil terbatas.

Produktivitas Tenaga Kerja rendah mengurangi daya saing dan meningkatkan risiko pembangunan.

Masalah dukungan pemerintah Perencanaan (belum holistik, peraturan (belum sinergi), kolaborasi
antar pihak (belum harmonis.

Masalah kapasitas industri komposisi, kualitas, dan produktivitas badan usaha, kemitraan antar
kontraktor, rantai pasok, dan pengelolaan keuangan dan risiko.

Daya saing penting bertahan dan berkelanjutan perlu peran kebijakan pemerintah.
STRUKTUR
2 ORGANISASI KEMENTERIAN PUPR DAN DIREKTORAT
Konsepsi Rantai Pasok
JENDERAL Konstruksi
BINA KONSTRUKSI
PROSES DAN INTERAKSI STAKEHOLDER DALAM INDUSTRI KONSTRUKSI

Lembaga Pendidikan/ Lembaga ALTERNATIF MODEL


Pelatihan

1) A D
Sistem&Teknologi
Informasi

2) A D

3)
A C
D

B
A  Kebijakan Pemerintah
B  Kapasitas Industri
Government
Expenditure
C  Kapasitas Masyarakat Profesi
D  Daya Saing

18
HUBUNGAN DAYA SAING
DENGAN INDUSTRI KONSTRUKSI

Demand

Produksi

Time

Kebijakan Pemerintah Daya Saing


Quality Cost

Manajemen Proyek

Industri Pendukung
Struktur Industri (Strategis)

19
Hubungan Sektor Konstruksi dengan Sektor Lain

Backward Lingkages/Industri Hulu Forward Lingkages/Industri Hilir

TAMBANG MINERAL GALIAN JASA PERDAGANGAN


“C” MATERIAL
KONSTRUKSI JASA ANGKUTAN
MANUFACTURING MATERIAL

JASA REAL ESTATE

PRODUKSI MIGAS ASPAL PEKERJAAN


SEKTOR JASA PERHOTELAN JASA PARIWISATA
KONSTRUKSI
TAMBANG MINERAL
SEMEN
KAPUR
JASA BANK

TAMBANG MINERAL
BAJA
BIJIH BESI
SEKTOR JASA JASA PENDIDIKAN

ALAT BERAT PENGARUH LANGSUNG


MANUFAKTURING JASA KESEHATAN
20
PENGARUH LANGSUNG
PENGARUH TIDAK LANGSUNG (SPREAD INDEX) PENGARUH TIDAK LANGSUNG (SENSITIVITY INDEX)
KONSTRUKSI ADALAH SISTEM INDUSTRI MANUFAKTUR BANGUNAN
Karakteristik Manufaktur Vs Konstruksi

KOMPONEN
NO. MANUFAKTUR KONSTRUKSI
PROSES
1. Sistem Produksi Berbasis pabrik Berbasis proyek

2. Organisasi Bersifat tetap Bersifat sementara


Pengeloaan Sistem
Produksi

3. Transaksional Pemenuhan pasar, jangka Kontrak ad-hoc, jangka


panjang pendek
4. Proses Produksi Lebih kontinyu Sesuai permintaan
5. Koridor Produk Lebih sempit/monolit Lebih luas
6. Pemasok Lebih terbuka, sangat ketat Dibawa oleh vocal firmnya
dengan nilai

Note: Industri Konstruksi kurang efisien dibandingkan Industri Manufaktur


KONDISI PENYELENGGARAN KONSTRUKSI

Fragmentasi Industri Konstruksi


Manufaktur Konstruksi
Value Added
10%

Waste
26% Value Added
62%
Waste Support
57% Activity
33%
Support
Activity
12%

Source: Lean Construction Institute

 Masalah peningkatan biaya pelaksanaan, keterlambatan, dan perselisihan merupakan contoh permasalahan
yang berawal dari fenomena fragmentasi, sehingga industri konstruksi dikenal sebagai
industri yang tidak efisien.
(Tucker et al., 2001)
Risiko-risiko Dalam Proyek Konstruksi
 Penyelesaian yang gagal sesuai desain yang telah ditentukan/penetapan waktu konstruksi;
 Kegagalan untuk memperoleh gambar perencanaan, detail perencanaan/izin dengan waktu yang
tersedia;
 Kondisi tanah yang tak terduga;
 Cuaca yang sangat buruk;
 Pemogokan tenaga kerja;
 Kenaikan harga yang tidak terduga untuk tenaga kerja, bahan/ material dan peralatan
konstruksi;
 Kecelakaan yang terjadi dilokasi yang menyebabkan luka;
 Kerusakan yang terjadi pada struktur akibat cara kerja yang jelek;
 Kejadian tidak terduga (banjir, gempa bumi, dan lain–lain);
 Klaim dari kontraktor akibat kehilangan dan biaya akibat keterlambatan produksi karena detail
desain oleh tim desain;
 Kegagalan dalam penyelesaian proyek dengan budget yang telah ditetapkan.

PERLU PENERAPAN RANTAI PASOK KONSTRUKSI


Konseptual Rantai Pasok Konstruksi
 Rantai Pasok (supply chain)
adalah sistem supply manufacture,
transportasi, distribusi, dan trade
yang diciptakan untuk mengubah
bahan dasar menjadi suatu
produk dan memasok produk
tersebut kepada pengguna sesuai
nilai yang diminta;
 Seluruh pihak yang terlibat dalam
mensuplai sumberdaya mulai dari
hulu hingga hilir rantai kegiatan
 Rantai Pasok merupakan Rantai
Nilai.  Supply Chain Management (SCM) atau Pengelolaan Rantai
Pasok adalah usaha koordinasi dan memadukan aktivitas
Persaingan saat ini bukan lagi penciptaan produk diantara pihak-pihak dalam suatu rantai
persaingan antar perusahaan, pasok untuk meningkatkan efisiensi operasi, kualitas, dan
tetapi lebih merupakan layanan kepada pelanggan untuk mendapatkan sustainable
competitive advantage bagi semua pihak yang terkait dalam
persaingan antar rantai nilainya  kolaborasi ini.
persaingan antar rantai pasoknya.
 SCM berkembang menjadi Supply Chain Economics
(SCE).
Rantai Pasok = Rantai Nilai

Rantai pasok (supply chain) adalah sistem supply manufacture, transportasi, distribusi, dan trade yang diciptakan untuk
mengubah bahan dasar menjadi suatu produk dan memasok produk tersebut kepada pengguna sesuai nilai yang diminta

S-12 S-12 S-22 S-12

S-11 S-11 S-21 S-11

S-1 S-1 S-2 S-1

Idea Planning Design Construction O&M

S-1 S-2 S-1 S-2


S-11 S-21 S-11 S-21

S-12 S-22 S-12 S-22

26
Pola Rantai Pasok Konstruksi Secara Umum

Sumber: Mursadin, A. dan Sari, H.M. (2011), "Kajian sistem pasokan berbasis Lean Construction pada proyek-proyek konstruksi di Balikpapan", Jurnal Teknologi
Berkelanjutan, Vol. 1, No. 1, pp. 1-10.
Pola Rantai Pasok Konstruksi
Bangunan Gedung, Jembatan, dan Pondasi
Legal Aspek
Penerapan Rantai Pasok di Industri Konstruksi

 Undang Undang Dasar 1945, pasal 33 ayat (3)


Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar besar
kemakmuran rakyat.
 UU 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional tahun 2005 – 2025;
 UU No.2 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi , BAB III
Tanggung Jawab dan Kewenangan, pasal 5 Ayat (1) huruf (f) 
Mengembangkan Sistem Rantai Pasok Jasa Konstruksi
 Peraturan Presiden 26 tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan
Sistem Logistik Nasional;
Karakteristik dari Rantai Pasok Konstruksi

• Karakteristik produknya unik, yaitu produk konstruksi bangunan pada umumnya dibuat
berdasarkan permintaan tertentu (custom made product);
• Dilakukan oleh organisasi yang bersifat sementara (temporary organization). Suatu
rangkaian MRP yang terbentuk yang menghasilkan produk konstruksi akan berakhir ketika
selesai masa produksi;
• Produknya terikat pada tempat tertentu, sehingga proses produksinya berlangsung di situ
konstruksi (in site production). Hal ini juga memberikan kontribusi terhadap keunikan
produk konstruksi, karena pada proyek yang sama, baik kondisi fisik (kondisi tanah,
pengaruh cuaca, dll.) maupun non fisik (regulasi yang berlaku, kondisi lalu lintas, dll.) yang
mempengaruhinya tidak akan pernah sama;
• Terjadinya produksi di dalam situ konstruksi (in site production) dan pabrikasi di luar situ,
telah membagi dua batasan proses yang terjadi dalam produksi konstruksi;
• Diproduksi dalam lingkungan alam yang tidak terkendali, sehingga terdapat ketidakpastian
yang tinggi dalam konstruksi.
Permasalahan Umum Rantai Pasok Konstruksi

Permasalahan Pendekatan
• Kelangkaan material semen dan kayu, • Menyederhanakan bentuk
• Keterlambatan datangnya material susunan sistem pasokan.
besi,
• Seringnya terjadi perubahan desain • Mengurangi variabilitas yang
dan desain yang kurang lengkap terdapat pada sistem pasokan.
• Perencanaan terhadap aliran pekerjaan • Meningkatkan pemahaman
yang kurang baik
terhadap sistem pasokan.
• Masalah koordinasi komunikasi
negosiasi harga dengan pemilik
• Kecacatan dalam proses produksi

Sumber: Mursadin, A. dan Sari, H.M. (2011), "Kajian sistem pasokan berbasis Lean Construction pada proyek-proyek
konstruksi di Balikpapan", Jurnal Teknologi Berkelanjutan, Vol. 1, No. 1, pp. 1-10.
Manajemen Rantai Pasok
Keuntungan Penerapan Manajemen Rantai Pasok Konstruksi
• Manajemen Rantai Pasok
Konstruksi adalah kegiatan  Mengelola komoditas (material maupun peralatan) yang penting dan signifikan;
mengatur, mengkoordinasikan,  Fokus dalam pengelolaan industri konstruksi;
dan mengintegrasikan aliran  Identifikasi market conduct (pricing policy, restrictive practices, innovation)
material dengan aliran informasi industri konstruksi;
 Identifikasi kebutuhan kebijakan industri konstruksi dan dapat dimanfaatkan
di antara seluruh pihak yang
untuk membina dan mengawasi pasar konstruksi (insentif, disinsentif, regulasi
terlibat dalam proyek konstruksi; dll);
• Filosofi Manajemen Rantai  Identifikasi kebutuhan koordinasi antar kementrian terkait dengan rencana
Pasok pengembangan industri pendukung konstruksi
 Menentukan besarnya kebutuhan komoditas sesuai dengan forcasted demand
– Mengelola pasokan barang
konstruksi pada masa yang akan datang
sejak dari sumber bahan
 Persediaan barang, sehingga bisa mengurangi biaya persediaan, biaya
mentah sampai pelanggan
penyimpanan, biaya kerusakan, dan kehilangan akibat penyimpanan.
sebagai satu kesatuan yang
 Menjamin kelancaran penyediaan barang karena kerjasama yang dilakukan
terpadu dan bukan mengelola
antara pihak perusahaan jasa konstruksi dan vendor.
pasokan barang sebagai suatu
 Menjamin mutu material dan peralatan yang dipasok sesuai dengan kondisi
seri dari kegiatan-kegiatan yang yang diinginkan dan harga yang lebih kompetitif.
terpisah-pisah.
Upaya Meningkatkan Efisiensi
Rantai Pasok Berbasis Proyek dengan Alternatif PDS

Seharusnya penguasaan sistem rantai pasok menjadi kebutuhan kita sebagai pengelola infrastruktur dalam
rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan infrastruktur.
Rantai Pasok – Logistik – Distribusi

Sumber: Prof. Senator Nur Bahagia, Buku Konstruksi Indonesia 2012


material & Arsitektur, developer
produk,
distributor,
engineering,
biaya Kedudukan Regulasi Rantai Pasok
Pengguna:
Penyewa, pemilik,
manufaktur kedua manajemen publik
proyek
Perpres Sislognas
Aliran Produk dan Jasa

Aliran Dana UU Transportasi (Darat, Laut,


Udara, dan KA)
Aliran Informasi

Pemasok
Bahan Baku
Pemasok

Pemasok Produsen Intermedier Konsumen

Bahan Baku

Pemasok Logistik Distribusi

Rantai Pasok

 Regulasi Logistik hanya berupa perpres (dua tingkat dibawah UU) sedangkan regulasi terkait
distribusi/transportasi telah setingkat UU
Rantai Pasok Konstruksi dan Sistem Logistik Nasional

Misi:
• Menjamin terpenuhinya target
konstruksi infrastrukur Pertumbuhan Ekspansi Bisnis
• Mewujudkan efektivitas dan efisiensi
penyelenggaraan konstruksi
• Membina industri konstruksi Perdagangan Ongkos Transaksi
berkembang dengan baik

Dampak
Rantai Pasok Konstruksi Infrastruktur
Logistik

Pemasok Produsen Penyalur

Alasan:
 Perspektif yang lebih luas: aktor, kebutuhan, Transportasi Ongkos Transit Pelanggan
ketidakpastian, sebaran informasi, katalog, isu
tata niaga
 Kesempatan kerjasama Konektivitas
 Hambatan dan keterbatasan implementasi
Keterkaitan Rantai Pasok MPK – SISLOGNAS – Pembangunan Infrastruktur

o Membentuk causal loop


o Perlu TEROBOSAN (BREAKTROUGH)!!!  Pembangunan infrastruktur
STRUKTUR
3 ORGANISASI KEMENTERIAN PUPR DAN DIREKTORAT
Konsepsi Rantai Pasok Material dan Peralatan Konstruksi
JENDERAL (MPK) Utama
BINA KONSTRUKSI
Pengelolaan Rantai Pasok
Material dan Peralatan Konstruksi (MPK)

Pengelolaan Sumber Daya MPK pada Tantangan Pengelolaan Sumber Daya


Masa Lalu MPK Ke Depan
 Dianggap penting tetapi belum prioritas • Demand konstruksi terus meningkat
dikelola  fokus pada biaya dan waktu; – Salah satu komponen utama daya tarik
 Ketersediaan sumber daya dianggap relatif peningkatan investasi  pertumbuhan ekonomi
melimpah, karena:  kesejahteran secara keseluruhan
• Pasokan SD-MPK terbatas (khususnya produk
◦ Informasi program bersifat parsial industri)
◦ Nilai keseluruhan proyek relatif kecil – Memerlukan investasi besar
◦ Analisis demand belum berkembang – Memerlukan waktu untuk berinvestasi dan
berproduksi
◦ Informasi sistem rantai pasok belum
berkembang – Pertimbangan lingkungan yang semakin ketat
– Pertimbangan keseimbangan kepentingan nasional
yang lebih luas
• Penguasaan rantai pasok untuk meningkatkan
daya saing  globalisasi pasar
Kriteria MPK UTAMA (Major)
 Ketersediaan terbatas atau perlu waktu cukup lama
untuk meningkatkan ketersediaan;  Material Konstruksi Major
 Digunakan secara umum dalam kegiatan konstruksi;  Semen;
 Dapat di daur ulang (recycle) berkelanjutan  Beton Pracetak dan Prategang
(sustainable)  Baja;
 Memiliki nilai industri yang signifikan;  Aspal Minyak dan Aspal Buton;
 Komponen yang siginifikan dalam penyelesaian
kegiatan konstruksi;
 Fluktuasi harga rentan terhadap ketidakseimbangan  Peralatan Konstruksi Major
sistem supply demand.  Alat berat;
 Material yang uniq atau alternatifnya sulit.  Alat produksi: AMP dan
CBP,dll;

40
PEMBINAAN SUMBER DAYA
MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI

TUJUAN/GOALS
Terjaminnya Pasokan Material dan
ISU STRATEGIS PRASYARAT Peralatan Konstruksi dalam
UTAMA Mendukung Penyelenggaraan
Infrastruktur Nasional;
Belum Tersedianya
Informasi Demand  Mengembangkan kapasitas sistem rantai pasok MPK;
MPK;  Meningkatkan kualitas analisis pasokan dan kebutuhan (supply- Meningkatnya Efisiensi
Belum Terbentuk demand) sumber daya MPK;
Jejaring Rantai  Meningkatkan kualitas informasi sistem rantai pasok MPK; Penyelenggaraan Infrastruktur
Pasok MPK;  Mengharmonisasikan penerapan kebijakan pengelolaan dan Nasional;
Belum pemantauan MPK diantara Pemangku Kepentingan;
Terlaksananya  Mendorong Kemandirian Industri MPK Nasional.
Evaluasi dan Kinerja Terwujudnya Kemandirian
Rantai Pasok MPK
Industri Material dan Peralatan
Konstruksi Nasional;
Pola Rantai Pasok Material dan Peralatan Konstruksi

Masyarakat
Pemasok Raw Material,
Importir

Produsen/Pemasok MPK Supply dan


Demand MPK Infrastruktur
Posisi Kewenangan dan Produk Regulasi
Penyelenggaraan Material dan Peralatan Konstruksi

Sumber: Disertasi (Adipapa Pandarangga, 2015)


Tahapan dalam Perumusan Kebijakan MPK

 Memperkirakan dependent demands (Nilai Proyek Konstruksi Infrastruktur)


baik yang dilaksanakan pemerintah dan/atau swasta dalam jangka panjang
atau menengah;
 Menetapkan jenis infrastruktur dan rencanakan kebutuhan masing-masing
secara agregat (aggregate planning);
 Mengembangkan model estimasi independent demand (berupa material
dan peralatan yang penting) untuk masing-masing jenis infrastruktur;
 Menetapkan kapasitas industri masing-masing material dan peralatan
(Capacity Planning);
 Analisa gap antara kapasitas rencana/ supply yang ada (actual capacity)
dengan kebutuhan (independent demand) ;
 Rekomendasi kebijakan dan aksi yang dibutuhkan untuk meningkatkan
kapasitas masing-masing industri material dan peralatan.
PROPORSI KONSUMSI SEMEN

Proporsi Penggunaan Semen Nasional:

No APLIKASI PROSENTASE

1 Infrastruktur + 25 %

2 Lainnya + 75 %
INFRASTRUCTURE
;25%

OTHERS
;75%

45
PROPORSI KONSUMSI BAJA

Proporsi Penggunaan Baja Nasional:


4% 3%
7%
Konstruksi
8% Transportasi
No APLIKASI PROSENTASE
Migas
Permesinan
78% Lainnya
1 Konstruksi 78 %
2 Transportasi 8%

3 Migas 7%
KONSTRUKSI
4 Permesinan 4%

5 Lain - Lain 3%
Sumber: Kementerian Perindustrian, Workshop Rantai Pasok Baja 40%
Infrastruktur
Porsi Baja dalam Pekerjaan Konstruksi:
• Nilai pekerjaan baja sekitar 30% dari nilai pekerjaan konstruksi
• Penggunaan baja di bidang konstruksi sekitar 78% dari seluruh konsumsi baja nasional
 40% untuk pekerjaan infrastruktur dan 38% noninfrastruktur 38%
 Penggunaan baja tulangan sekitar 32% dari total penggunaan baja konstruksi NonInfrastruktur

46
PROPORSI KONSUMSI ASPAL

Proporsi Penggunaan Aspal Nasional:

No APLIKASI PROSENTASE

1 Infrastruktur + 95 %

2 Lainnya +5%

47
T R E N D PA S A R A L AT B E R AT

PERALIHAN PASAR ALAT BERAT DI INDONESIA


25,000

20,000

15,000
MIN

10,000 FOR

CONS
5,000
AGR

-
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 e2015 f2016

Source: PAABI Internal Data, 2016


KONDISI KESEIMBANGAN SUPPLY-DEMAND MPK TAHUN 2016
TAHUN 2016
DEMAND (ribu)
SUPPLY NASIONAL* UTILITAS (%)
NO JENIS MPK UNITS INFRASTRUCTURE NON-INFRASTRUCTURE Jumlah Kebutuhan

a b c d e=(d/a)

1 SEMEN JUTA TON 62.01 15.50 48.11 63.61 102%

2 BAJA JUTA TON 6.60 5.04 7.56 12.60 191%

3 ASPAL RIBU TON 344.153 1468 77.0 1,545 448%

4 ALAT BERAT RIBU UNIT 4.066 2.504 4.650 7.154 176%


Sources: dari berbagai sumber (diolah)

Note: Asumsi Persentase Demand:

*) Data Supply Nasional (diluar import) Semen 25% Infrastruktur 75% non-infrastruktur

Data Total Demand berasal dari data penjualan Baja 40% Infrastruktur 38% non-infrastruktur

Supply Aspal Minyak Aspal 95% Infrastruktur 5% non-infrastruktur

Supply Alat Berat adalah Unit Baru HINABI Alat Berat 35% Infrastruktur 65% non-infrastruktur

Selisih Demand-Supply = Import


49
ESTIMASI KEBUTUHAN MPK
SUB DIREKTORAT MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI
DIREKTORAT BINA KELEMBAGAAN & SUMBER DAYA JASA KONSTRUKSI
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI - KEMENTERIAN PUPR

Berdasarkan RPJMN Tahun 2015-2019

BETON
NO.
ANGGARAN ANGGARAN ASPAL SEMEN BAJA PRACETAK ALAT BERAT
INFRASTRUKTUR
(RP) (TON) (TON) (TON) (TON) (UNIT)

1 RPJMN 2015-2019 1,292,944,300,000,000 12,082,682.02 54,156,496.21 15,717,817.36 63,543,622.22 110,813.95


(INDIKATIF)

2 RPJMN 2015-2019 5,519,400,000,000,000 51,579,294.76 231,186,575.61 67,097,183.65 271,258,915.38 473,049.38


(PRIORITAS)

Asumsi:
Kebutuhan MPK dihitung berdasarkan Anggaran Belanja Modal = 80% Anggaran infrastruktur (diolah)

50
ESTIMASI KEBUTUHAN MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI
DI KEMENTERIAN PUPR TA 2017

I L
K
ASPAL MINYAK
901,85
RIBU TON

BAJA
1.44 JUTA TON

SEMEN
3.55 JUTA TON
ALAT BERAT 8600
UNIT

BETON PRACETAK
4.19 JUTA TON

*Note: Total Anggaran Kementerian PUPR Perubahan menjadi Rp. 104.7 Triliun
Sumber: Pagu Dokumen DIPA Induk Kemen PUPR 2017 (sumber emonitoring.pu.go.id) Agustus 2017
51
ESTIMASI KEBUTUHAN MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI
DI KEMENTERIAN PUPR TA 2018

I L
K
ASPAL MINYAK
921,58
RIBU TON

BAJA
1.57 JUTA TON

SEMEN
ALAT BERAT 8890
3.90 JUTA TON UNIT

BETON PRACETAK
4.73 JUTA TON

*Note: Total Anggaran Kementerian PUPR diestimasikan sebesar Rp. 106.43 Triliun
Asumsi Belanja Modal Kemen PUPR 2018 sebesar 80% dari Anggaran DIPA 2018
52
Supply Chain Aspal PERTAMINA

Pertamina Distribution Channel

Drum Distributor Drum

Pertamina Refinery
Via Pipa Distributor Curah
Cilacap

Curah

Via Kapal Distributor Curah

Drum Distributor Drum


Bitumen
Plant Gresik
Curah Distributor Curah

Pertamina Import
Third Party Trading
POLA UMUM RANTAI PASOK ASPAL BUTON

HULU/ HILIR/
UPSTREAM DOWNSTREAM

Dijual Langsung Mastic Lapen Macadam

Granular
BGA B 5/20 LGA B Hotmix Asbuton
Raw Material CPHMA
50/30

Diproses
Semi Ekstraksi Hotmix Asbuton

Full Ekstraksi Semua Aplikasi


POLA UMUM RANTAI PASOK SEMEN
POLA UMUM RANTAI PASOK
BETON PRACETAK DAN PRATEGANG
Struktur Rantai Pasok Baja Konstruksi (1)
1. Baja Tulangan (Deformed bar, Rounded bar)

Supllier
Raw Material Produsen Fabrikator Distributor Service Konsumen
Produsen

Ekspor Ekspor

PP
Fabrikator
Produsen 1
1
600,000 150,000
HK
Fabrikator
2
Perusahaan 200,000
Lokal
Pengumpul
Produsen 2 WK
230,000

Produsen 3
Import Trader NK
360,000

Produsen 4
Distributor
360,000
BUMN
Fabrikator
3
250,000
Kontraktor
Kecil
Import
Retail

Sumber: Diolah dari hasil survei Kajian Rantai Pasok Baja Konstruksi, 2012
Struktur Rantai Pasok Baja Konstruksi (2)
2. Baja Profil (Heavy profile, Channel, Angle, T-beam)
Supllier
Raw Material Produsen Fabrikator Distributor Service Konsumen
Produsen

PP

Perusahaan
Lokal Pengumpul
Fabrikator HK
Produsen 1
1
150,000 150,000

Fabrikator
Produsen 2
2 WK
Import Trader 800,000 800,000

NK

Sumber: Diolah dari hasil survei Kajian Rantai Pasok Baja Konstruksi, 2012
Struktur Rantai Pasok Baja Konstruksi
7. Baja Alat Berat

Supplier
Raw Material Produsen Fabrikator Distributor Service Konsumen
Produsen

Subkontraktor

Lokal Lokal
Lokal
(ex. Arm,
boom, guard, Fabrikator 1
counter weight,
Distributor 1
bukcet

Kontraktor
Rental
Import Fabrikator 2 Private
Impor (machine, Public
Import
Jepang transmisi)
Distributor 2

Fabrikator 3
In House
(ex. Shoe,
centre frame,
Lokal (dari silinder, hoist)
scrap)

Produsen I

Sumber: Diolah dari hasil survei Kajian Rantai Pasok Baja Konstruksi, 2012
STRUKTUR RANTAI PASOK BAJA RINGAN

Baja Canai Dingin Aplikator/ Kontraktor Pemilik Rumah/


Baja Lembaran Lapis Produk Hilir Distributor Toko
(CRC) Kecil (SME) Proyek
Retail

Kontraktor Tier-3/ Tier-4


Produsen Produsen Produsen (RF) Wholesaler Toko Material Pemilik Rumah

Trader Trader Trader


Aplikator

Kontraktor Tier-1/ Tier-2


Pemilik Proyek
Proyek

precast

60
POLA UMUM RANTAI PASOK ALAT BERAT

-
STRUKTUR
4 ORGANISASI KEMENTERIAN PUPR DAN DIREKTORAT
Upaya Penanganan Isu Strategis Rantai
JENDERAL BINAPasok MPK Utama
KONSTRUKSI
USULAN PENANGANAN ISU-ISU
KELEMBAGAAN

ISU-ISU USULAN RENCANA TINDAK LANJUT

Sektor konstruksi hanya dipandang sebagai jasa dan industri bahan bangunan. • Pemerintah perlu melakukan perubahan nomenklatur konstruksi sebagai suatu
sistem industri

Perencanaan proyek tidak transparan dan jangka pendek yang belum ada • Pembuatan rencana bisnis bersama
kesinambungan dan lemahnya koordinasi pelaku bisnis MPK. • Kerjasama dengan lembaga pembiayaan atau pembentukan lembaga
pembiayaan konstruksi.
• Forum berbagi informasi perencanaan proyek pemerintah dan pelelangan dini
untuk meningkatkan kesiapan para pelaku usaha.

Lemahnya penggunaan produk dan teknologi dalam negeri. • Perlunya kebijakan yang berpihak pada penggunaan MPK lokal.
• Kebijakan yang berpihak pada usaha dan teknologi dalam negeri.

Pengembangan, sosialisasi, dan adopsi teknologi konstruksi masih lambat. • Perlunya pusat informasi tentang teknologi disertasi dengan adanya model
Pemanfaatan teknologi adalah salah satu cara mempercepat pembangunan kematangan teknologi, kisah sukses, dan pelaku
konstruksi. • Perlunya kebijakan berpihak untuk mendorong keandalan dan adopsi teknologi
• Perlunya kerjasama untuk percobaan, pengujian, diseminasi, lisensi,
pemasaran, pengembangan rantai pasok, dan pelatihan untuk peningkatan
keahlian dan kompetensi SDM.
• Perlunya pengakuan dan penghargaan bagi lembaga atau individu yang
mengembangkan dan menerapkan teknologi.

63
USULAN PENANGANAN ISU-ISU
SEMEN

ISU-ISU USULAN RENCANA TINDAK LANJUT

Belum ada dorongan Pemerintah untuk memanfaatkan • Pengembangan SNI untuk slag semen yang ramah
limbah slag baja (iron slag) sebagai material konstruksi. Slag lingkungan (green construction) dan lebih murah 15%
baja masih tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) No dari semen biasa.
101/2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan • Peran asosiasi menyusun dan mengajukan advokasi
Beracun (PLB3). kebijakan termasok berbagi data kapasitas.

Pabrik semen nasional telah kelebihan kapasitas sekitar 30% • Perlu adanya penghentian sementara atau moratorium
lebih banyak dari permintaan atau kebutuhan dan kurang pembangunan pabrik baru.
lancarnya pengakutan semen ke lokasi pengguna. • Perlu kesiapan alat angkut semen dari pabrik ke lokasi
proyek (36% dibawa lewat laut).
• Perlu pembenahan pelabuhan, proses bongkar-muat, dan
penggunaan kargo khusus
• Sosialisasi penggunaan produk semen dalam negeri.

64
USULAN PENANGANAN ISU-ISU
BETON PRA-CETAK

ISU-ISU USULAN RENCANA TINDAK LANJUT


Isu strategis beton adalah peningkatan daya saing dan mutu. • Pengembangan industri pra-cetak
• Pembentukan komunitas industri pra-cetak.
• Pengembangan standar pra-cetak seperti SNI dan
sosialisasi adopsi teknologi buatan dalam negeri.
Klien kebanyakan dari kontraktor. Tata niaga pracetak 80% ke • Desain konstruksi dengan menggunakan pra-cetak
kontraktor dan 20% langsung ke konsumen. (sebelumnya beton biasa)
• Penyusunan katalog produk pra-cetak dan sosialisasinya
Fluktuasi permintaan per bulan yang tidak seragam. • Badan khusus yang menangani stok penyangga
Kapasitas terpakai 6 bulan pertama di bawah kondisi ideal, kebutuhan pracetak per bulan.
tetapi bulan 7-12 sering kelebihan permintaan sehingga • Tender konstruksi hendaknya dilakukan lebih dini untuk
harus kerja sampai 3 gilir (shift). kepastian.

65
USULAN PENANGANAN ISU-ISU
ASBUTON

ISU-ISU USULAN RENCANA TINDAK LANJUT

Kapasitas industri berlebih (1:6 untuk Asbuton butiran). • Pembinaan penggunaan Asbuton oleh lembaga teknis.
Realisasi pemakaian Asbuton sangat rendah sekitar 40% • Peningkatan penggunaan Asbuton yang lebih banyak oleh
untuk dua tahun terakhir yakni 40 dan 50 ton. Pemerintah.
• Pengembangan produk kombinasi aspal alam dan aspal
minyak dan Asbuton dan slag baja.
• Optimasi Anggaran DAK  Penggunaan Asbuton pada
jalan-jalan Provinsi/ Kabupaten/ Kota
Permintaan sering menumpuk pada akhir tahun. • Perkiraan permintaan sebaiknya dilakukan per bulan.

Mutu Asbuton yang belum menyakinkan. • Perlunya pengujian mutu oleh pihak independen 
SERTIFIKASI PRODUK DAN PRODUSEN ASBUTON
• Pengoperasian Asbuton Centre.
• Standar spesifikasi produk Asbuton.
• Perbaikan proses aplikasi atau metode pelaksanaan di
lapangan.

Biaya pengiriman masih tinggi. • Perlu volume pemesanan ekonomis.

66
USULAN PENANGANAN ISU-ISU
ASPAL

ISU-ISU USULAN RENCANA TINDAK LANJUT


Permintaan aspal cenderung meningkat. Kebutuhan aspal • Pengembangan aspal modifikasi.
1,325 juta ton untuk 2015. Pertamina memasok 37% atau • Perlunya upaya substitusi impor aspal.
500 ribu ton (2014) dan 45% (2015). Estimasi tahun 2016
adalah 1,5 juta ton dan produksi Pertamina sebanyak 752
ribu atau 49% dari kebutuhan nasional.

Permintaan rendah dan tinggi yang tidak merata selama • Proyek berjalan pada awal tahun.
setahun. Pertamina tidak punya kapasitas penampungan. • Pengembangan dan penambahan jaringan distribusi
(terminal aspal curah).
• Pengembangan pelabuhan aspal.
Sistem pembayaran berbasis kredit. • Pencairan dana yang lebih cepat.
• Kerjasama dengan lembaga pembiayaan.

67
USULAN PENANGANAN ISU-ISU
BAJA

ISU-ISU USULAN RENCANA TINDAK LANJUT


Spesifikasi (tipe, jenis, ukuran, produsen) baja yang berbeda- • Sosialisasi standar SNI (wajib atau sukarela) untuk standar
beda sehingga banyak baja non-standar digunakan dalam baja.
proyek infrastruktur. • Sosialisasi katalog baja yang telah disusun.
Konstruksi menyerap baja sekitar 80% dan tergantung pada • Perlu kebijakan meminimalkan impor baja untuk
belanja infrastruktur. Penyerapan baja lokal masih kurang keperluan konstruksi.
atau utilisasinya masih rendah. Contoh kapasitas baja
tulangan beton dan profil yang kurang penyerapan (hanya
40%).

68
USULAN PENANGANAN ISU-ISU
ALAT BERAT (1-2)
ISU-ISU USULAN RENCANA TINDAK LANJUT
Data tentang ketersediaan alat berat di wilayah Indonesia masih belum • Mewajibkan para pengguna jasa, penyedia jasa, rental/sewa dan
akurat. Kepemilikan perseorangan yang mendapatkan paket pekerjaan di
Lingkungana Kementerian PUPR untuk meregistrasikan alat berat
yang dimiliki ke dalam website mpk.binakonstruksi.pu.go.id
• Perlunya sosialisasi registrasi alat berat kerjasama dengan APPAKSI.
• Perlunya aturan yang mewajibkan registrasi alat berat.

Utilitas kapasitas pabrik alat berat yang rendah sebesar 60%. Sektor • Perlunya kebijakan prioritas pembelian alat berat produksi dalam
konstruksi relatif stabil dibandingkan sektor lainnya dalam pembelian negeri.
alat berat. • Implementasi kebijakan TKDN pada proyek pemerintah.

Adanya kebanjiran alat berat bekas di pasar yang ditarik dari sektor • Akselerasi penggelontoran dana infrastruktur agar dapat dipercepat.
tambang. Banyak yang mengaku sebagai agen alat berat tetapi tanpa • Pelarangan masuknya alat berat bekas ke Indonesia yang sejenis
memiliki jaringan distribusi dan kemampuan layanan purna jual. dengan yang diproduksi di dalam negeri.
• Ijin dagang yang lebih ketat untuk agen (dealer) baru yang tidak
mempunyai jaringan dan layanan purna jual.

69
USULAN PENANGANAN ISU-ISU
ALAT BERAT (2-2)

ISU-ISU USULAN RENCANA TINDAK


Pendanaan yang masih lemah dan leasing company • Pendirian lembaga keuangan untuk dana proyek
menaikkan porsi uang muka. Daya beli menurun karena konstruksi termasuk MPK.
pelemahan kurs rupiah terhadap dolar. Ada agen yang
menawarkan pembiayaan yang cenderung merugikan
pemilik.
Regulasi yang kurang mendukung seperti masalah pajak alat • Pemerintah mendukung alat berat sebagai barang modal.
berat dan adanya aturan Baku Mutu Emisi Gas Buang Alat • Peninjauan ulang aturan hemat energi yang tidak
Berat yang kurang kondusif. didukung oleh mutu BBM (minyak solar) buatan dalam
negeri.
Banyak beredarnya suku cadang palsu. • Perlunya standarisasi suku cadang.
Belum meratanya kompetensi SDM alat berat seperti • Perlunya sertifikasi kompetensi operator, mekanik, dan
operator dan mekanik serta dan lemahnya perlindungan standar keselamatan kerja.
keselamatan kerja.

70
STRUKTUR
5 ORGANISASI KEMENTERIAN PUPR DAN DIREKTORAT
Upaya PenguatanJENDERAL
Rantai Pasok MPK Utama
BINA KONSTRUKSI
UPAYA PEMBINAAN SUMBER DAYA MPK (1)
A.Melakukan Kajian-Kajian RANTAI PASOK MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI, antara lain:
1) Kajian Perhitungan Kebutuhan MPK;
2) Kajian Rantai Pasok Semen, Baja, Beton Pracetak dan Prategang dan
Alat Berat;
3) Kajian Industrialisasi Asbuton, Kajian Buffer Stocking MPK;
4) Kajian Sertifikasi AMP, dll.

B.Penyusunan NSPK, antara lain:


1)Buku Katalog Alat Berat Konstruksi 2013;
2)Buku Katalog Produk Industri Beton Pracetak dan Prategang 2014;
3)Buku Katalog Produk Baja Konstruksi 2015;
4)Draft Revisi Peraturan Menteri tentang Peningkatan Penggunaan Aspal Buton untuk Preservasi
dan Pembangunan Jalan;
5)Buku Katalog Baja Ringan 2017 (sedang disusun)

C.Kegiatan Monitoring dan Evaluasi/ Sosialisasi/ Diseminasi/ Forum Diskusi/ Bimbingan Teknis/
Workshop/ Pemeran, dll terkait dengan Material dan Peralatan Konstruksi.
UPAYA PEMBINAAN SUMBER DAYA MPK (2)

D. Registrasi Alat Berat Konstruksi, melalui alamat :

www.mpk.binakonstruksi.pu.go.id
 Ketersediaan data statistik alat berat yang meliputi data populasi/
jumlah, jenis/fungsi, umur, lokasi, kondisi, status, penerbit faktur,
spesifikasi khusus dari alat berat, kepemilikan, dll;
 Sebagai Alat Bukti Kepemilikan;
 Dasar estimasi supply-demand bagi Pengguna Jasa, Penyedia Jasa,
Produsen/Industri, Distributor/Agen Tunggal, Leasing, dan Penyewaan
alat berat (Rental);
 Untuk pemutakhiran (update) informasi dan pengendalian alat berat
konstruksi secara berkala dan konsisten.
Konsep Sistem Pemantauan Status Alat Berat Konstruksi
Berbasis Daur Hidup (Prakarsa)
Sistem Registrasi Alat Berat Konstruksi
Pelaksanaan Pendataan:
1) Setiap anggota yang memiliki alat berat di harapkan dapat mendaftar sendiri secara online
melalui alamat website: http://mpk.binakonstruksi.pu.go.id
2) Hasil registrasi secara online akan di konfirmasikan via email kepada pemilik;
3) Pemilik Alat dapat melihat semua alat yang di daftarkan sendiri;
4) Hanya pemilik /penanggungjawab alat yang dapat mengedit/ mengupdate data / status alat
sendiri;
5) Verifikasi dan Validasi Alat Berat yang telah didaftarkan akan di laksanakan lebih lanjut
sesuai program yang di Fasilitasi oleh Kementerian PUPR;
6) Registrasi alat berat konstruksi berdasarkan Kategori pada Katalog Alat Berat Konstruki
yang telah diterbitkan oleh Kementerian PU tahun 2013;
Kategorisasi Alat Berat:

77
Kategorisasi Alat Berat:

78
Manfaat Registrasi Alat Berat Konstruksi
 Informasi Database dan statistic alat berat konstruksi meliputi: jumlah/
populasi, spesifikasi, tipe, merek, lokasi, kondisi (layak operasi dan
produksi), kepemilikan, dll Mendukung Penyelenggaraan Proyek
Infrastruktur Nasional yang tersebar merata;
 Sebagai alat Bukti kepemilikan (Penegakan hukum, Menghindari
Pencurian, Perlindungan investasi);
 Dasar estimasi Supply-Demand  Estimasi Produksi dan Penjualan Alat
Berat Konstruksi Nasional bagi Pemerintah, Industri dan Agen Tunggal
Alat Berat Nasional;
 Dasar Kebijakan Export-Import Alat Berat Nasional;
 Pemutakhiran informasi (up-to-date dan realtime) alat berat konstruksi
dalam rangka kepemilikan, pengendalian dan keamanan, serta pada
saat terjadi bencana;
Sistem Registrasi Alat Berat

http://mpk.binakonstruksi.pu.go.id
PROGRES REGISTRASI

Sources: www.mpk.binakonstruksi.pu.go.id (26 Sep 2017)


Total unit yang telah teregistrasi 4,832 units 81
Upaya Penyusunan Katalog MPK
Tujuan:
 Terjaminnya Pasokan Material dan Peralatan
Konstruksi;
 Meningkatnya efisiensi dan efektifitas
penyelenggaraan konstruksi;
 Tercapainya kemandirian Industri Material dan
Peralatan Konstruksi Dalam Negeri.

TAHUN 2013
TAHUN 2015
TAHUN 2014
MENDORONG PENGGUNAAN ASPAL
BUTON
TARGET PENGGUNAAN
PETA POTENSI 105 K ASBUTON TAHUN 2016
PEMANFAATAN ASBUTON
105.846 Ton
(943,74 Km)

(Dalam Ton)
54 K 55 K
REALISASI 51 K
RENCANA/TARGET Penambangan Aspal Buton
43 K

25 K 25 K
21 K
13 K

4K
Overlay Jalan Tol Cipularang
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Km 109 dengan Asbuton

Ditjen Bina Konstruksi memfasilitasi Terbentuknya


ASBUTON PROMOTION CENTRE
Bahan Ditjen Bina Marga pada Raker PUPR 2015 84
Sistem Informasi Material dan Peralatan Konstruksi (SiMPK)

http://mpk.binakonstruksi.pu.go.id

TRANSFORMASI SINERGI
DENGAN
SIPJAKI
SELURUH
PROVINSI
SISTEM INFORMASI JASA KONSTRUKSI (SIPJAKI)

SIPJAKI

Informasi MPK per


Provinsi
INDIKATOR SPM PER PROVINSI DALAM SIPJAKI
PERUBAHAN PARADIGMA PEMBAGIAN URUSAN
PEMERINTAHAN ANTAR SUSUNAN PEMERINTAHAN

UU
5/1974 UU
22/1999
UU UU
32/2004 23/2014

Titik Berat Otonomi Pada


Desentralisasi berkeseim-
Kabupaten/Kota
bangan antara Pem. Pusat,
Daerah Provinsi dan
Daerah Kabupaten/kota

88
Pembagian Urusan Pemerintahan
PENYELENGGARAAN
PEMBAGIAN URUSAN
PEMERINTAHAN
PEMERINTAHAN
(UU23/2014)

PSL. 10 PSL. 11 - 24 PSL. 25 PRESIDEN SEBAGAI


PEMERINTAH ABSOLUT KONKUREN PEMERINTAHAN KEPALA
(6 URUSAN) (32 URUSAN) UMUM (7 URUSAN)
PUSAT PEMERINTAHAN
1. POLITIK LUAR KEWENANGAN DAERAH
PROVINSI DAN KAB.KOTA 1. PANCASILA, UUD 45,
NEGERI BHINEKA TUNGGAL IKA,
KEUTUHAN NKRI.
2. PERTAHANAN WAJIB PILIHAN 2. PERSATUAN DAN KESBANG
3. KEAMANAN
4. YUSTISI
(24) (8) 3. KERUKUNAN ANTAR SUKU,
INTRA SUKU, UMAT
5. MONETER & BERAGAMA, RAS DAN
PELAYANAN NON- GOLONGAN
FISKAL 1. KELAUTAN DAN
DASAR PELAYANAN 4. PENANGANAN KONFLIK
6. AGAMA (6) DASAR
PERIKANAN
SOSIAL
(18) 2. PARIWISATA 5. KOORDINASI PELAKSANA
3. PERTANIAN TUGAS ANTAR INSTANSI
SALAH SATUNYA 4. KEHUTANAN 6. PENGEMBANGAN
ADALAH 5. ENERGI DAN SDM KEHIDUPAN DEMOKRASI
BERDASARKAN PANCASILA
BIDANG 6. PERDAGANGAN
7. PELAKSANAAN URUSAN
PEKERJAAN 7. PERINDUSTRIAN YG BKN KEWENANGAN
UMUM 8. TRANSMIGRASI DAERAH
SUBBIDANG
JASA
KONSTRUKSI 89
URUSAN WAJIB DAN PILIHAN
KEWENANGAN DAERAH DALAM
URUSAN PEMERINTAHAN

WAJIB PILIHAN

Wajib
Tidak Berkaitan dilaksanakan
Berkaitan dengan dengan berdasarkan
Pelayanan Dasar Pelayanan Dasar POTENSI
DAERAH

1. TENAGA KERJA
1. PENDIDIKAN 2. PEMBERDAYAAN
2. KESEHATAN PEREMPUAN DAN

3. PEKERJAAN
LINAK 1. KELAUTAN DAN
3. PANGAN
UMUM DAN 4. PERTANAHAN PERIKANAN
PENATAAN
5. LINGKUNGAN HIDUP 2. PARIWISATA
6. ADMINDUK DAN
3. PERTANIAN
RUANG CASIP
7. PMD 4. KEHUTANAN
4. PERUMAHAN 8. DALDUK DAN KB
5. ENERGI DAN
RAKYAT DAN 9.
10.
PERHUBUNGAN
KOMINFO SDM
KAWASAN 11. KOPERASI DAN UKM
6. PERDAGANGAN
12. PENANAMAN MODAL
PERMUKIMAN 13. PEMUDAN DAN OLAH 7. PERINDUSTRIAN
5. TRANTIBUM RAGA 8. TRANSMIGRASI
14. STATISTIK
DAN LINMAS 15. PERSANDIAN
6. SOSIAL 16. KEBUDAYAAN
17. PERPUSTAKAAN
18. KEARSIPAN 90
SPM SIPJAKI PROVINSI
Informasi yang tayang dalam Sistem Informasi Pembina
Jasa Konstruksi (SIPJAKI) :
1. Informasi potensi pasar jasa konstruksi di wilayah
provinsi untuk satu tahun anggaran berikutnya yang
dapat bersumber dari dana APBD, APBN, swasta,
dana masyarakat, dan sumber pendanaan lainnya
(anggaran konstruksi);
2. Informasi paket pekerjaan jasa konstruksi yang
sudah dan sedang dilaksanakan oleh badan usaha
jasa konstruksi yang terupdate secara berkala;
3. Profil Tim Pembina Jasa Konstruksi (TPJK) Provinsi.
SPM KAB/KOTA - SIPJAKI
Informasi yang tayang dalam Sistem Informasi Pembina Jasa Konstruksi
(SIPJAKI) :
1. Izin usaha jasa konstruksi yang terupdate secara berkala;
2. Data Badan Usaha Jasa Konstruksi yang terupdate secara
berkala*(teritegrasi SIKI-SBU);
3. Data Tenaga Kerja Jasa Konstruksi yang terupdate secara
berkala*(teritegrasi SIKI-SKA/SKT);
4. Potensi pasar jasa konstruksi di wilayah kabupaten/kota untuk
tahun berjalan yang dapat bersumber dari dana APBD, APBN, dan
sumber pendanaan lainnya (Anggaran Konstruksi);
5. Tanda Daftar Usaha Perseorangan yang terupdate secara berkala;
6. Daftar upah tenaga kerja dan harga satuan material konstruksi
yang terupdate setiap 6 bulan (Standar Biaya Umum Daerah);
7. Profil Tim Pembina Jasa Konstruksi di kabupaten/kota.
STRUKTUR
6 ORGANISASI KEMENTERIAN PUPR DAN DIREKTORAT
PENUTUP
JENDERAL BINA KONSTRUKSI
Penutup (1)
1) Mendorong para Pembina/ Penyelenggara konstruksi, pengguna/ pemilik
proyek untuk:

 Menghitung kebutuhan (demand) MPK untuk jangka waktu menengah/


panjang dari Dokumen Kontrak/ BoQ. Hal ini SANGAT DIPERLUKAN sebagai
INFORMASI STRATEGIS sehingga Industri MPK Nasional memiliki waktu yang
cukup dalam menyiapkan rencana peningkatan Kapasitas Industrinya;

2) Mendorong para Pembina/Penyelenggara Konstruksi, BUJK, Pemilik dan


Perusahaan Rental Alat Berat melakukan REGISTRASI ALAT BERAT melalui
alamat website:
www.mpk.binakonstruksi.pu.go.id

94
Penutup (2)
 Pemerintah perlu hadir untuk bekerjasama dengan seluruh stakeholders
baik akademisi, produsen/ supplier, pengguna, dan asosiasi/ komunitas
terkait lainnya dalam mempersiapkan sumber daya konstruksi
khususnya material dan peralatan konstruksi (MPK);

 Melalui Kegiatan ini merupakan langkah awal dalam membangun


komunikasi seluruh stakeholders terkait MPK yang selanjutnya akan
disusun kedalam rencana tindak (action plan) bersama dalam rangka
mendukung Program Pembangunan Infrastruktur Nasional.

95
TERIMA KASIH
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

96

Anda mungkin juga menyukai