Anda di halaman 1dari 75

TUGAS AKHIR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PENUMPANG TERHADAP


KINERJA PELAYANAN JASA TRANSPORTASI MASS RAPID
TRANSIT (MRT) JAKARTA BERBASIS STANDAR PELAYANAN
MINIMUM (SPM)
Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyesuaikan Program Sarjana Sastra (S-1)
Teknikm Sipil

NAMA : REZA SAPETUA S (187011099)


DOSEN PEMBIMBING I : GITA PUSPITA ARTIANI,
S.T.,M.T.
DOSEN PEMBIMBING II : ACHMAD PAHRUL RODJI,
S.T.,M.T.

FALKUTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
JAKARTA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang‐Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan

Jalan (LLAJ), khususnya pasal 158 disebutkan bahwa pemerintah menjamin ketersediaan

angkutan umum (massal) berbasis jalan untuk memenuhi kebutuhan orang dengan

kendaraan bermotor umum di kawasan perkotaan. Berdasarkan survei komuter

Jabodetabek Urban Transportation Policy Integration Project (2010) oleh penggunaan

sepeda motor mencapai 60% dan mobil pribadi sebesar 10% dari moda transportasi yang

sering digunakan. Hal ini memberikan dampak pada kemacetan, kepadatan jalan, dan

tingkat kebisingan serta polusi yang semakin meningkat. Konsep kualitas yang menjadi

ukuran keberhasilan organisasi bukan saja pada organisasi bisnis tetapi juga pada

organisasi atau institusi pemerintah sebagai lembaga penyedia layanan publik yang

diberikan oleh birokrasi. Levine (1990) memaparkan bahwa produk dari pelayanan publik

pada negara demokrasi paling tidak harus memenuhi tiga indikator, yakni responsiveness,

responsibility dan accountability. (Arifin, 2015)

Pengembangan transportasi oleh pemerintah sebenarnya ditujukan agar pemerintah

dapat menyediakan jasa transportasi yang lancar, aman, murah, nyaman, cepat, tepat guna,

terpadu, menyeluruh, berkelanjutan dan berkesinambungan serta mendukung konsepsi

pembangunan sosial dan ekonomi wilayah. Keberadaan moda transportasi baik

transportasi darat, air, dan udara menjadi faktor yang sangat berperan penting dalam

bidang sosial yaitu mempererat/ memperkokoh persatuan dan kesatuan masyarakat serta

di bidang ekonomi yaitu untuk memperlancar roda perekonomian dan pembangunan di

indonesia, hal ini


dikarenakan transportasi merupakan alat mobilitas berbagai jenis barang, jasa, dan sumber

daya manusia dari satu tempat ke tempat yang lain. Terdapat berbagai pilihan alternatif

moda transportasi yang dapat digunakan oleh masyarakat, pemilihan moda transportasi

tersebut tergantung pada kemampuan dan kepentingan masing-masing individu yang

memanfaatkannya. Terdapat berbagai keunggulan dari moda kereta api yang

menyebabkan kereta api dapat menjadi primadona bagi sebagian besar masyarakat

Indonesia, salah satunya adalah harga yang cukup terjangkau untuk berbagai kalangan

serta kapasitas angkut penumpang yang cukup besar. Moda kereta api juga mempunyai

peran yang cukup penting dalam perekonomian dan kehidupan sosial bagi bangsa

Indonesia, mengingat bahwasanya transportasi memegang kendali strategis bagi

kemudahan pendistribusian barang dan jasa ketempat yang dituju. (Oktaria, 2020)

Peluang besar angkutan kereta api ini juga didukung oleh beberapa keunggulan

yang dimiliki kereta api di samping moda angkutan lainnya. Kereta Api dikenal sebagai

moda angkutan yang memiliki multi keunggulan, antara lain: Hemat energi; Hemat lahan;

Bersahabat dengan lingkungan; Tingkat keselamatan tinggi; Mampu mengangkut dalam

jumlah yang besar & massal; serta Adaptif terhadap perkembangan teknologi. Dikaitkan

dengan kecenderungan saat ini, kereta api menjadi moda transportasi yang sangat relevan

untuk dikembangkan. (Oktaria, 2020)

Salah satu moda transportasi kereta api cepat di Indonesia adalah kereta api MRT

di Jakarta. Pembangunan MRT Jakarta untuk mendukung penyediaan angkutan umum

massal.

Berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) No. 3 Tahun 2008 yang menyatakan

bahwa PT. MRT Jakarta diwajibkan untuk memberikan pelayanan berstandar

internasional yang akan menjadi panduan operasional kereta bawah tanah pertama kali di

Indonesia. Jaminan dari standar pelayanan minimal bagi oenumpang kereta MRT Jakarta
adalah dengan memberikan pelayanan yang maksimal, memberikan rasa aman, nyaman,

tepat waktu. Akan tetapi dalam hal ini peran masyarakat sangatlah penting dalam

mewujudkan pelayanan yang optimal. PT. MRT terus berupaya melakukan kampanye

terhadap budaya bertransportasi seperti tentang kedisiplinan di dalam stasiun, bahkan

untuk hal terkecil seperti antri keluar masuk pintu penumpang hingga mendahulukan

penumpang turun dari kereta. Akan tetapi moderasi masyarakat pengguna kereta MRT

Jakarta masih saja melakukan pelanggaran disiplin seperti makan di dalam kereta, duduk

berdiri di atas kursi, bergelantungan di dalam kereta, tidak tertib dalam mengantri, dan

membuang sampah sembarangan di area stasiun MRT.

Hasil penelitian Mukti (2014) mengemukakan bahwa adanya hambatan dalam

pemenuhan standar pelayanan minimum terkait dengan pelayanan di stasiun Blitar, yaitu

terdapat di pasal 137 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.

Permasalahan tersebut muncul dikarenakan factor SDM Masyarakat yang rendah,

sehingga kutang optimal dalam memberikan moderasi edukasi tentang ber transportasi

yang baik, selain itu kesadaran masyarakat masih kurang dalam menjaga fasilitas yang telah

disediakan. Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Ismianingtyas (2019) yang

mengemukakan bahwa pelayanan yang diberikan sudah tepat, akan tetapi kesadaran

masyarakat dalam bertransportasi masih kurang. Dari kajian penelitian sebelumnya dapat

disimpulkan bahwa pentingnya adanya kebijakan standar pelayanan minimal yang mengacu

pada Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: PM. 47 Tahun 2014.

Pada Januari 2022, tercatat 1.092.508 orang menggunakan layanan MRT Jakarta.

Jumlah tersebut menunjukkan bahwa rata-rata per hari sekitar 35.242 orang menggunakan

MRT Jakarta dengan 7.159 jumlah perjalanan kereta. Ketepatan waktu tempuh,

kedatangan, dan berhenti ratangga pun mencapai 100 persen. Dua bulan terakhir di

penghujung 2021, November—Desember, menunjukkan kenaikan hingga sekitar 14


persen. Kenaikan jumlah keterangkutan ini menunjukkan kepercayaan masyarakat

terhadap layanan MRT Jakarta selama masa pandemi ini. Pada 2021, MRT Jakarta juga

menambah fasilitas pesepeda dan pejalan kaki seperti troli sepeda, kereta dan akses

khusus bagi pesepeda nonlipat, serta uji coba ban berjalan (conveyor belt) untuk sepeda

nonlipat.   

         “Sebagai bentuk penyediaan layanan optimal bagi pengguna jasa MRT Jakarta, kami

juga menyediakan sejumlah promo kerja sama dengan berbagai mitra pengumpan

(feeder), parkir, hingga sistem pembayaran,” ungkap Direktur Operasi dan Pemeliharaan

PT MRT Jakarta (Perseroda) Muhammad Effendi. “Bahkan, kami juga meluncurkan

Digital Intellegent Assistant (DINA), yang merupakan inovasi insan MRT Jakarta, yang

membantu pengguna jasa berkebutuhan khusus atau disabilitas. Saat ini, DINA tersedia

sebanyak tujuh unit yang tersebar di tiga stasiun, yaitu Lebak Bulus Grab, Blok M BCA,

dan Bundaran HI. Ke depannya DINA akan dipasang di seluruh stasiun,” pungkasnya.

Selama 2021, pemberlakuan PPKM masih berlangsung di Jakarta. Oleh karena itu,

MRT Jakarta mensyaratkan setiap pengguna jasa menunjukkan bukti sudah mengikuti

vaksin. Hal ini sesuai dengan surat keputusan Kepala Dinas Perhubungan bahwa

pengguna MRT Jakarta wajib menunjukkan bukti vaksin COVID-19 minimal vaksinasi

dosis pertama. Bukti yang ditunjukkan dapat berbentuk cetak maupun digital yang

dikeluarkan oleh Lembaga berwenang, atau melalui aplikasi Jakarta Kini (JAKI) atau

aplikasi PeduliLindungi.

Menurut Zrithaml (2000) mengemukakan bahwa indicator untuk menilai

pelayanan minimum public antara lain tangibles (faslitas yang baik), reliability

(kemampuan dalam memberikan pelayanan yang akurat), responsiveness (kerelaan

menolong pengguna layanan kereta api, Ansurance ( pengetahuan, kesopanan, dan


kemampuan para petugas dalam mensosialisasikan tentang norma dan aturan

bertransportasi dengan kereta api MRT Jakarta.

Berdasarkan Rizka (2017) mengemukakan bahwa factor yang mempengaruhi

efektivitas pelayanan minimum bagi pengguna kereta api adalah: kesadaran yang

mencakup kesadaran para petugas dalam menjalankan tugasnya secara optimal dalam

memberikan pelayanan dan juga kesadaran para pengguna kereta api dalam mematauhi

norma dan etika bertransportasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis

kebijakan pelayanan minimum bagi pengguna kereta api MRT di Jakarta berdasarkan PM

Nomor 47 Tahun 2004, mendeskripsikan faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala

yang mempengaruhi keefektifitasan kualitas pelayanan.

Sebagai bagian dari inovasi dan mengikuti tren digital oleh masyarakat, pengguna

jasa MRT Jakarta dapat menggunakan aplikasi MRT Jakarta di ponsel pintar untuk

membeli tiket perjalanan, menggunakan poin penggunaan untuk ditukar dengan berbagai

promo, bahkan menonton film dan bermain gim ponsel. Seluruh fitur gaya hidup ini

bertujuan untuk memberikan pengalaman penuh kepada pelanggan saat menggunakan

layanan MRT Jakarta. Di lingkungan MRT Jakarta, baik stasiun maupun ratangga,

pemberlakuan Protokol Bangkit mutlak dilaksanakan. Bagi PT MRT Jakarta (Perseroda),

aspek keselamatan, keamanan, dan kenyamanan pengguna jasa selalu menjadi prioritas

perseroan. MRT Jakarta secara konsisten menerapkan protokol kesehatan di stasiun dan

ratangga demi keselamatan bersama melalui Protokol Bangkit yang mendapatkan

apresiasi baik dari masyarakat sebagai bentuk nyata dalam mengurangi risiko penyebaran

COVID-19 di MRT Jakarta. Pada 2022 ini, PT MRT Jakarta (Perseroda) menargetkan

angka keterangkutan rata-rata harian dapat menyentuh 40 ribu orang per hari. Hal ini

dapat terwujud apabila sejumlah kebijakan dapat dilaksanakan seperti tidak terjadinya

gelombang ketiga pandemi COVID-19 dan percepatan regulasi yang mendukung


penggunaan transportasi publik oleh pemerintah seperti electronic road pricing dan

penyesuaian tarif parkir.

Pemerintah Provinsi DKI jadikan MRI sebagai alat transportasi massal, seperti

banyak kota besar di dunia. MRT Jakarta punya satu target jumlah penumpang pada tahun

2021 sebesar 130.000 per hari, namun, data penumpang yang diterima dari PT. MRT

Jakarta tidak tercapai. Untuk menjadikan MRT alat utama transportasi bagi penduduk

Jakarta, perlu untuk mempertimbangkan elemen layanan dan fasilitas. Selain itu, retensi

pengguna yang berkelanjutan dan peningkatan kualitas layanan harus dilakukan untuk

memastikan kepuasan pelanggan. Kualitas layanan adalah tentang mengendalikan tingkat

keunggulan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan kami. Pelayanan yang

baik dari perusahaan kepada pelanggan dapat ditingkatkan. Pelanggan mempercayai MRT

dalam menggunakan kembali jasa transportasi. Selain itu, ketepatan waktu kedatangan

kereta api, keramahan, dan ketanggapan layanan pekerja juga menjadi perhatian dalam

peningkatan layanan MRT. (Gunawan & Damayanti, 2021)

Menurut wawancara penumpang MRT Jakarta, penurunan penumpang disebabkan

oleh layanan yang masih kurang memuaskan pelanggan, seperti untuk mengedukasi

penumpang, baik di stasiun maupun di kabin dan kereta api ditunda dan tidak mengikuti

jadwal. Oleh karena itu, perlu diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian

konsumen terhadap kualitas pelayanan MRT Jakarta. Hal ini semakin memperjelas atribut

mana yang merupakan perbaikan pilihan untuk meningkatkan kualitas layanan MRT.

Saya menggunakan metode berikut untuk menyelesaikan berbagai masalah kualitas

layanan dalam transportasi yaitu Standar Pelayana Mininum untuk menguji efektivitas

perbaikan pelayanan yang dilakukan untuk meningkatkan retensi pelanggan. Integrasi ini

memungkinkan Saya untuk mengukur kualitas layanan secara kuantitatif menggunakan

dimensi kualitatif pelayanan MRT Jakarta. Keunggulan lain dari metode ini adalah dapat
memberikan metrik minimum yang mudah dipahami untuk berbagai aspek kualitas

layanan, memiliki tingkat akurasi yang cukup tinggi, serta dapat mengidentifikasi persepsi

dan harapan konsumen terhadap layanan yang diberikan.

Adapaun standar pelayanan minimum yang telah ditentukan dan harus dipenuhi

oleh penyelenggara sarana perkeretaapian berdasarkan ketentuan pasal 137 ayat 1

Undang-Undang Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. Oleh karena itu penulis tertarik

untuk menganalisis kebijakan standar pelayanan minimum terkait dengan kebijakan

Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: PM. 47 Tahun 2014

mengenai Standar Pelayanan Minimum untuk Angkutan Orang dengan Kereta Api.

Definisi pelayanan minimum dalam Peraturan Menteri Perhubungan Republik

Indonesia Nomor: PM. 47 Tahun 2014 pasal 1 menyebutkan bahwa Perkeretaapian adalah

suatu kesatuan yang terdiri atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia, serta norma,

kriteria, persyaratan, dan procedure untuk penyelenggaraan transportasi kereta api. Dalam

pemen tersebut dijelaskan tentang norma atau etika dan persyaratan bagi pengguna kereta

api dalam mematuhi aturan bertransportasi.

Dalam hal ini, perusahaan yang memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM),

sedangkan pelanggan (penumpang) yang menilai. Oleh karena itu, dalam merumuskan

strategi pemasaran harus berorientasi pada kebutuhan pelanggan (penumpang). Standar

mutu pelayanan merupakan janji yang diberikan organisasi penyelenggara jasa kepada

pelanggannya (penumpang) atas kualitas minimal yang akan diterima pelanggan

(penumpang) saat menikmati jasa yang diberikan. Mass Rapid sebagai penyedia

pelayanan umum dalam bentuk transportasi bus di kota Jakarta berusaha memberikan

pelayanan terbaik kepada penggunanya dengan menerapkan Standar Pelayanan Minimal

(SPM) secara baik. (Arifin, 2015)


Selain itu, SPM juga dapat digunakan untuk mengukur kinerja serta memberikan

pelayanan yang standar. SPM meliputi berbagai aspek operasional yang berkaitan

langsung dengan pelayanan kepada pelanggan (penumpang). Dasar kerangka pemikiran

SPM dengan menggabungkan tiga pendekatan yaitu:

1. Teori pelayanan pelanggan.

2. Benchmarking dari beberapa SPM negara lain yang juga menggunakan

sistem MRT.

3. Harapan penumpang serta memperhatikan kebutuhan dan kemampuan

MRT.

Untuk memenuhi kualitas jasa transjakarta diperoleh empat substansi SPM, yaitu

kehandalan, keamanan dan keselamatan, kemudahan, dan kenyamanan. Salah satu fungsi

dari sistem MRT ialah mengefektifkan dan mengefisienkan transportasi di Jakarta. Sebuah

perusahaan yang bergerak di bidang jasa transportasi, MRT memiliki visi menjadi

perusahaan penyedia jasa terbaik di bidang transportasi, sedangkan misinya adalah

memberikan kepuasan kepada masyarakat dengan pelayanan prima dan inovatif.

Dengan adanya metode SPM ini, maka dapat memberikan solusi dalam

peningkatan kualitas pelayanan, adanya inovasi perbaikan kualitas pelayanan MRT untuk

meningkatkan kepuasan penumpang MRT.

Bedasarkan latar belakang masalah diatas, penulis menyusun skripsi dengan judul,

“ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PENUMPANG TERHADAP KINERJA

PELAYANAN JASA TRANSPORTASI MASS RAPID TRANSIT (MRT) JAKARTA

BERBASIS STANDAR PELAYANAN MINIMUM (SPM)”.

1.2. Rumusan Masalah


Bedasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini

yaitu :

1. Bagaimana cara meningkatkan minat penumpang dalam memilih MRT

Jakarta sebagai moda utama dalam bertransportasi?

2. Bagaimana cara memperbaiki kinerja pelayanan MRT dalam melayani

penumpang agar masyarakat Kota Jakarta lebih memilih untuk

menggunakan MRT Jakarta dibandingkan dengan kendaraan pribadinya?

3. Bagaimana kinerja operasional dan pelayanan MRT Jakarta untuk

memperbaiki tingkat kepuasan penumpang MRT?

1.3. Tujuan Penelitian

Bedasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah diatas, maka tujuan

penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi minat penumpang dalam memilih MRT Jakarta

sebagai moda utama dalam bertransportasi.

2. Untuk mengidentifikasi kinerja pelayanan MRT dalam melayani

penumpang agar masyarakat Kota Jakarta lebih memilih untuk

menggunakan MRT Jakarta dibandingkan dengan kendaraan pribadinya.

3. Untuk mengidentifikasi kinerja operasional dan pelayanan MRT Jakarta

untuk memperbaiki tingkat kepuasan penumpang MRT.

1.4. Batasan Masalah

Bedasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan masalah, maka

batasan masalah penelitian ini sebagai berikut :

1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup wilayah studi adalah MRT Kota Jakarta, sedangkan

ruang lingkup substansi mencangkup hal-hal yang menjadi bahasan studi

yaitu kinerja operasional dan pelayanan kereta MRT Kota Jakarta.

2. Ruang Lingkup Substansi

Ruang lingkup substansi yang dibahas dalam studi ini adalah

kinerja pelayanan dan operasional rangkaian kereta MRT Kota Jakarta.

Berdasarkan Pergub No. 95 Tahun 2019 mengenai standar pelayanan

minimum angkutan orang dengan moda raya terpadu / mass rapid transit

dan lintas raya terpadu / light rail transit, terdapat 2 standar pelayanan

minimum, yaitu standar pelayanan dalam perjalanan (di dalam kereta) dan

di stasiun, dalam studi ini standar pelayanan yang diambil adalah kinerja

pelayanan di dalam perjalanan. Menurut SK/687/AJ.206/DRJD/2002

tentang penyelenggaraan angkutan umum di wilayah kota dalam trayek

tetap dan teratur, analisis kinerja rute dan operasi ini mengkaji berbagai

parameter dalam operasionalnya. Substansi yang diteliti berupa penilaian

terhadap kinerja operasional dan pelayanan MRT Kota Jakarta berdasarkan

kondisi eksisting terhadap standar pelayanan minimal kinerja tersebut.

Kinerja pelayanan adalah berbagai macam bentuk pelayanan yang

diberikan oleh penyedia jasa angkutan kepada pengguna jasa (Pergub No.

95 Tahun 2019 DKI Jakarta), sedangkan kinerja operasional adalah

berbagai macam kondisi / variabel yang harus dipenuhi penyedia jasa saat

melakukan kegiatan operasional (SK Dirjen No.687/AJ.206/DRJD/2002).

Penilaian terhadap masing-masing variabel hanya dilakukan berdasarkan

observasi primer saja dan data sekunder yang didapatkan.


Secara lebih rinci, aspek materi yang dibahas dalam studi ini meliputi:

Kinerja Operasional MRT Kota Jakarta :

a. Headway

b. Waktu tunggu penumpang

c. Waktu pelayanan angkutan

d. Frekuensi

e. Kapasitas operasi

f. Waktu tempuh kereta MRT

g. Load factor

3. Kinerja Pelayanan di dalam perjalanan (di kereta) MRT Kota Jakarta dalam

Pergub No. 95 Tahun 2019 mengenai standar pelayanan minimum

angkutan orang dengan moda raya terpadu / mass rapid transit dan lintas

raya terpadu / light rail transit terdapat 6 penilaian, yaitu:

a. Keselamatan

b. Keamanan

c. Kehandalan

d. Kenyamanan

e. Kemudahan memperoleh informasi

f. Kesetaraan

3.1. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Penelitian untuk Penulis :

Penelitian ini dapat dijadikan refrensi dikemudian hari oleh penulis

lain dalam penyusunan skripsinya dan menambah wawasan bagi penulis.

2. Manfaat Penelitian untuk Institusi :


Diharapkan mampu memberikan ide-ide untuk ilmu pengetahuan

pengetahuan di bidang Teknik Sipil Transportasi mengenai peningkatan

pelayanan, opersional dan kinerja MRT untuk meningkatkan minat

penumpang untuk memilih MRT sebagai moda utama bertransportasi.

3. Manfaat Penelitian untuk Masyarakat :

1. Mengurangi penggunaan kendaraan, kemacetan jalan, dan polusi

udara;  Pembangunan yang mendukung berjalan kaki serta gaya

hidup sehat dan aktif

2. Meningkatkan akses terhadap kesempatan kerja dan ekonomi

3. Berpotensi menciptakan nilai tambah melalui peningkatan nilai

properti;

4. Meningkatkan jumlah penumpang transit dan keuntungan dari

penjualan tiket

5. Menambah pilihan moda pergerakan kawasan perkotaan.

1.2. Sistematika Penulisan

Studi ini disajikan dalam dokumen lima bab.

1. Bab 1 Pendahuluan

Bab I merupakan bagian pendahuluan yang memuat latar belakang

pemilihan topik serta persiapan dan pelaksanaan penelitian ini. Bab ini

memberikan gambaran yang mudah dipahami dari penelitian ini,

memberikan latar belakang penelitian ini, tujuan penelitian, dan

keterbatasan deskripsi masalah. Kemudian, untuk menjelaskan langkah-

langkah pegerjaan dan pelaporan skripsi ini, bab ini juga menjelaskan

metode dan sistem survei untuk membuat laporan peneltian ini.

2. Bab II Tinjauan Pustaka


Bab II merupakan bagian tinjauan pustaka yang mencakup teori tentang

pemodelan berbasis agen, teori angkutan massal perkotaan berbasis kereta

api, dan teori manajemen keramaian. Teori-teori tersebut diperlukan untuk

memberikan landasan bagi peneliti untuk mempertimbangkan

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

3. Bab III Metodologi Penelitian

Bab ini berisi tentang uraian umum, metode penelitian, lokasi dan waktu

penelitian, metode pengumpulan data, jenis data, rencana analisis data, dan

tahapan penelitian.

4. Bab VI Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab VI ini menjelaskan tentang analisis hasil dari semua model yang

dilakukan dalam penelitian ini. Bagian ini menjelaskan analisis masing-

masing model dan perbandingan hasil antar model. Bagian ini memberikan

gambaran tentang desain terbaik dan paling fleksibel.

5. Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi tentang hasil survei dan jawaban atas hasil penelitian yang

diperoleh selama penelitian. Bab V menutup laporan penelitian ini dengan

penjelasan. Mengenai kesimpulan penelitian, serta saran untuk penelitian

ini dan penelitian selanjutnya. Kesimpulan dan saran ini merupakan hasil

dari semua analisis yang dilakukan dalam penelitian ini.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori

2.1.. Transportasi

2.1.1. Pengertian Transportasi

Transportasi (bahasa Inggris: Transportation); (bahasa Rusia: анспорт) atau

transportasi adalah perpindahan orang atau benda dari satu tempat ke tempat lain

dengan kendaraan yang digerakkan oleh orang atau mesin. Transportasi digunakan

untuk mempermudah kegiatan sehari-hari bagi masyarakat. Di negara maju, mereka

biasanya menggunakan kereta bawah tanah (subway) dan taksi. Orang-orang yang

tinggal di sana jarang memiliki mobil sendiri, karena mereka bepergian terutama

dengan transportasi umum. Angkutan sendiri dapat dibagi menjadi tiga angkutan:

darat, laut dan udara. Transportasi udara merupakan alat transportasi yang

membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk menggunakannya. Selain teknologi yang

lebih maju, transportasi udara merupakan moda transportasi tercepat dibandingkan

moda transportasi lainnya dan memiliki tingkat kecelakaan yang relatif lebih rendah

dibandingkan transportasi darat dan air.

2.1.1 Fungsi Transportasi

Fasilitas transportasi harus dibangun mendahului proyek-proyek pembangunan

lainnya (Nasution, 2004). Transportasi sangat diperlukan dalam perkembangan suatu

wilayah, tanpa adanya jalan di wilayah tersebut maka aktivitas penduduk baik itu

sosial maupun ekonomi tidak akan bisa berjalan. Dengan adanya jalan, maka barang-

barang mentah hasil panen dapat dikirimkan menuju pabrik untuk diolah, setelah

pengolahan maka barang tersebut dikirim ke pasar. Apabila kegiatan ekonomi telah

berjalan, maka diperlukan jasa angkutan untuk dapat menunjang kegiatan-kegiatan


ekonomi tersebut dalam melakukan aktivitasnya. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat

disimpulkan bahwa transportasi berfungsi sebagai faktor penunjang dan perangsang

pembangunan (the promoting sector) dan pemberi jasa (the seraicing sector) bagi

perkembangan ekonomi. (Gunawan & Damayanti, 2021)

2.1.2. Manfaat Transportasi

Manfaat Transportasi Pengangkutan bukanlah tujuan, melainkan sarana untuk

mencapai tujuan. Sementara itu, kegiatan masyarakat sehari-hari bersangkut-paut

dengan produksi barang dan jasa untuk mencukupi kebutuhannya yang beraneka

ragam. Oleh karena itu, manfaat pengangkutan dapat dilihat dari berbagai segi

kehidupan masyarakat yang dapat dikelompokkan dalam manfaat ekonomi, sosial,

politik, dan kewilayahan yaitu:

1. Manfaat Ekonomi Kegiatan ekonomi masyarakat adalah segala sesuatu

yang berkaitan dengan produksi, distribusi, dan pertukaran kekayaan yang

semuanya bisa diperoleh dan berguna. Manusia menggunakan sumber daya

untuk memenuhi kebutuhannya akan pangan, papan, dan sandang. Lebih

dari itu manusia dapat menggunakannya untuk kenikmatan, kenyamanan,

dan rekreasi. Oleh karena itu, manusia tidak berhenti menyerbu sumber

alam di mana saja untuk membuat berbagai jenis barang yang

diperlukannya meskipun, seperti diketahui, sumber alam tidak terdapat di

semua tempat. Selanjutnva, setelah melalui proses produksi, barang siap

pakai perlu dipasarkan. Di pasarlah terjadi proses tukar-menukar antara

penjual dan pembeli. Selanjutnya, barang yang telah dibeli diangkut puiang

ke rumah untuk dipergunakan.


2. Manfaat Sosial Menurut Andriansyah (2015) manusia pada umumnya

bermasyarakat dan berusaha hidup selaras atau dengan yang lain dengan

menggunakan kemudahan: a. Pelayanan untuk perorangan maupun

kelompok, b. Pertukaran informasi, c. Perjalanan untuk rekreasi, d.

Perluasan jangkauan perjalanan sosial, dan e. Pemendekan jarak rumah

dengan tempat kerja.

3. Manfaat Politik 14 Institut Teknologi Nasional Bandung Pengangkutan

menjadi syarat mutlak atau pokok dalam segi politik yang meliputi: a.

Menciptakan persatuan dan keadilan, b. Pelayanan kepada masyarakat

dikembangkan dengan lebih merata c. Keamanan negara terhadap serangan

dari luar yang tidak di kehendaki.

4. Manfaat Kewilayahan Bagi daerah perkotaan, pengangkutan memegang

peranan yang cukup menentukan. Kota yang baik dapat ditandai, antara

lain, dengan melihat kondisi pengangkutannya. Pengangkutan yang aman

dan lancar, selain mencerminkan keteraturan kota, juga mencerminkan

kelancaran kegiatan perekonomian kota. Perwujudan kegiatan

pengangkutan yang baik adalah dalam bentuk tata jaringan jalan dengan

segala kelengkapannya, yakni rambu lalu lintas, lampu lalu-lintas, marka

jalan, petunjuk jalan, trotoar, dan lain-Iainnya.

2.2. Mass Rapid Transit (MRT)

2.2.1. Pengertian Mass Rapid Transit (MRT)

Pengertian MRT adalah sebuah sistem transportasi massal dan transit cepat yang

merupakan transportasi berbasis rel listrik yang efektif dan nyaman dan telah terbukti
hasilnya dengan banyak diterapkannya moda transportasi ini oleh kota-kota besar yang

terdapat di berbagai negara.

Pengertian MRT (Mass Rapid Transit) yang secara harfiah adalah angkutan yang

dapat mengangkut penumpang dalam jumlah besar secara cepat. Secara Umum MRT juga

merupakan kategori kereta yang dioperasikan secara otomatis tanpa harus dikendalikan

oleh masinis. hanya menekan tombol dari pusat kendali, kereta akan berjalan dengan

sendirinya sampai ketujuan. MRT mampu melaju hingga 100 km/jam. MRT yang

merupakan suatu sistem transportasi perkotaan ini memiliki kriteria utama yaitu, mass

(daya angkut besar), rapid (waktu tempuh cepat dan frekuensi tinggi), dan transit (berhenti

di banyak stasiun di titik utama perkotaan). 

2.2.2. Bentuk-Bentuk MRT (Mass Rapid Transit)

Berikut Beberapa bentuk dari MRT antara lain adalah sebagai berikut :

a. Berdasarkan Jenis Fisik

a. BRT (Bus Rapid Transit)

Sistem transportasi berbasis jalan yang menkombinasikan elemen stasiun dan

kendaraan dengan sistem perencanaan transportasi kota, umumnya mencakup

jalur bus yang terpisah dan modernisasi teknologi bus. BRT umumnya

mencakup: Sistem turun-naik penumpang yang cepat; Sisten tiket efisien;

Stasiun dan halte yang nyaman; Teknologi bus yang ramah lingkungan;

Integrasi moda transportasi; Pelayanan konsumen yang baik.

b. LRT (Light Rapid Transit)

Sistem transportasi metropolitan dengan menggunakan kereta rel listrik yang

ditandai dengan kemampuan mengoperasikan gerbong pendek seperti monorel

dan trem di sepanjang jalur eksklusif baik di bawah tanah, udara atau di jalan.
c. HRT (Heavy Rapid Transit)

Sistem transportasi metropolitan yang menggunakan kereta berkinerja tinggi,

digerakkan secara elektrik, beroperasi di jalur eksklusif, tanpa jalur

persilanagn, dengan peron stasiun yang besar, serta memiliki kapasitas besar.

b. Berdasarkan Area Pelayanan

a. Metro, yaitu heavy rail transit atau subway dalam kota.

b. Commuter Rail, jenis MRT untuk mengangkut penumpang dari daerah pinggir

kota ke dalam kota Jakarta dan mengantarnya kembali ke daerah penyangga

(sub-urban). Namun berbeda dari LRT atau HRT, dimana perjalanan lebih

panjang dan jalur rel merupakan bagian dari sistem yang sudah ada. Seperti

kereta Jabodetabek yang ada saat ini.


2.2.3. Kawasan Berorientasi Transit (TOD)

Gambar 2.1. Peta Kawasan Berorientasi Transit (TOD)

Sumber : jakartamrt.co.id

Jakarta berkembang sangat pesat. Lebih dari 18,6 juta kendaraan pribadi di

Jakarta. Pengguna angkutan umum di Ibu Kota baru mencapai angka 24 persen. Ada

sekitar 47,5 juta pergerakan orang di Jabodetabek. BPS DKI Jakarta pada 2015 mencatat

setiap hari ada sekitar 1,4 juta pelaju dari daerah sekitar Ibu Kota. Kecenderungan

perluasan di wilayah Jakarta-Bodetabek yang pesat dan kurang terkendali secara

signifikan meningkatkan biaya transportasi, mengurangi tingkat mobilitas, dan

menurunkan kualitas hidup.


Perluasan yang pesat dan tidak terkendali dari kota Jakarta dan Bodetabek tersebut

sebagian besar berwujud permukiman berlantai rendah (hampir 64 persen total wilayah

Jakarta) dan gedung-gedung berlantai rendah yang menyebabkan habisnya persediaan

lahan di Jakarta. Sebagai dampak dari fenomena ini, Jakarta saat ini tidak memiliki cukup

ruang untuk pembangunan di masa depan.

Membangun kota Jakarta secara ekstensif horizontal dengan hanya mengandalkan

jaringan jalan raya dan kendaraan pribadi akan mengakibatkan kota berkembang semakin

besar, tidak efisien, boros, dan tidak terkendali. Akibat terburuk adalah kelas menengah

produktif semakin terpinggirkan ke luar kota sehingga menimbulkan ketimpangan sosial

baik di dalam kota maupun di luar kota. Selain itu, ruang terbuka semakin hilang dan

infrastruktur kota tidak dapat mengejar kecepatan perluasan kota sehingga mengakibatkan

pelayanan publik merosot jauh di bawah standar. Ironinya, para penghuni dan pelaju

terpaksa mengeluarkan biaya hidup yang semakin lama semakin tinggi tanpa disertai

peningkatan layanan publik yang pantas.

Tiba saatnya Jakarta mengubah paradigma pembangunannya dengan tidak lagi

berorientasi pada kendaraan pribadi khususnya mobil melainkan lebih berorientasi pada

pejalan kaki dan kendaraan umum massal. Perubahan tersebut tidak hanya berhenti di

penyediaan sistem transportasi massal yang memadai namun juga konsep pembangunan

kota yang memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi penghuninya, termasuk pentaan

kawasan, arus penumpang, dan integrasi antarmoda.

Persoalan tersebut yang mendorong PT MRT Jakarta untuk mengembangkan

konsep kawasan berorientasi transit atau transit oriented development (TOD) di beberapa

stasiun yang ada di fase 1 koridor selatan – utara. TOD merupakan area perkotaan yang

dirancang untuk memadukan fungsi transit dengan manusia, kegiatan, bangunan, dan
ruang publik yang bertujuan untuk mengoptimalkan akses terhadap transportasi publik

sehingga dapat menunjang daya angkut penumpang.

Dengan konsep kawasan berorientasi transit, PT MRT Jakarta mendorong sejumlah

keuntungan bagi masyarakat, yaitu:

 Mengurangi penggunaan kendaraan, kemacetan jalan, dan polusi udara;

 Pembangunan yang mendukung berjalan kaki serta gaya hidup sehat dan aktif;

 Meningkatkan akses terhadap kesempatan kerja dan ekonomi;

 Berpotensi menciptakan nilai tambah melalui peningkatan nilai properti;

 Meningkatkan jumlah penumpang transit dan keuntungan dari penjualan tiket;

 Menambah pilihan moda pergerakan kawasan perkotaan.

Dalam mengembangkan perencanaan TOD, PT MRT Jakarta menggunakan delapan

prinsip, yaitu:

1. Fungsi campuran (pengembangan fungsi campuran dalam radius tempuh jalan

kaki dari setiap stasiun, yaitu fungsi komersial, perkantoran, kelembagaan, hunian,

dan fasilitas umum) ;

2. Kepadatan tinggi (memaksimalkan kepadatan dan keaktifan di sekitar stasiun

transit) yang sesuai dengan daya dukung kawasannya;

3. Peningkatan kualitas konektivitas (koneksi sederhana, langsung, dan intuitif yang

mendukung mobilitas penggunan menuju, dari, dan di antara stasiun yang bebas

kendaraan bermotor dan memiliki sistem penanda yang jelas menuju stasiun dalam

kawasan pengembangan);
4. Peningkatan kualitas hidup (pengalaman ruang yang menarik, aman, dan nyaman

yang menunjang kebutuhan harian penumpang, pejalan kaki, pekerja, penghuni,

dan pengunjung melalui jalan, plaza, ruang terbuka yang dapat memberi kontribusi

positif kepada identitas dan karakter kawasan transit terpadu);

5. Keadilan sosial (memampukan komunitas baru yang dapat bertahan dan sukses

dalam jangka waktu panjang dengan membuka kesempatan pekerjaan dan hunian

untuk semua kalangan sosial ekonomi, mempertahankan komunitas dan jaringan

sosial yang ada di daerah pengembangan, dan menyediakan infrastruktur sosial

untuk mendukung identitas dan hubungan komunitas yang lebih kuat);

6. Keberlanjutan lingkungan (mengurangi dampak buruk pembangunan terhadap

lingkungan dengan desain yang ramah lingkungan, penurunan jejak karbon

sebagai dampak dari optimalisasi jalan kaki dan bersepeda, pembaruan air dan

energi, menjaga ekosistem alam dan kota, serta pengolahan limbah untuk sumber

daya baru);

7. Ketahanan infrastruktur (merancang kota yang dapat bertahan dari bencana besar

dan dampak perubahan iklim); dan

8. Pembaruan ekonomi (pengembangan ekonomi lokal yang dapat menarik investasi

dan peluang kerja baru).

Dalam pembangunan MRT Jakarta fase 1 koridor selatan – utara ini, PT MRT

Jakarta sedang mengembangkan rencana induk kawasan transit terpadu di lima stasiun,

yaitu Stasiun Lebak Bulus, Stasiun Fatmawati, kawasan Cipete (yang mencakup Stasiun

Cipete, Stasiun Haji Nawi, Stasiun Blok A), kawasan Blok M (termasuk Stasiun

Sisingamangaraja), dan Stasiun Dukuh Atas. Pemerintah DKI Jakarta pun telah

memberikan mandat kepada PT MRT Jakarta untuk menjadi operator utama pengelola


kawasan TOD di delapan stasiun, yaitu Stasiun Lebak Bulus, Stasiun Blok M, Stasiun

Senayan, Stasiun Istora, Stasiun Bendungan Hilir, Stasiun Setiabudi, Stasiun Dukuh Atas,

dan Stasiun Bundaran Hotel Indonesia.

Stasiun Lebak Bulus merupakan stasiun pertama di koridor selatan – utara yang

diharapkan dapat menjadi magnet bagi masyarakat penglaju dari daerah penyangga seperti

Tangerang Selatan yang banyak beraktivitas di Jakarta. Para penglaju ini menggunakan

kendaraan pribadi dan transportasi publik setiap hari dari area permukiman padat sehingga

—seperti area lain padat permukiman—akan berkontribusi pada kemacetan.

Kehadiran konsep TOD yang memiliki sejumlah fasilitas penunjang mobilitas

penumpang serta memiliki sistem transportasi pengumpan dari area tersebut diharapkan

akan meningkatkan jumlah pengguna atau calon penumpang transportasi berbasis rel

kereta ini sehingga masyarakat dapat mulai meninggalkan penggunaan kendaraan pribadi

dalam mobilitas sehari-harinya. Sedangkan kehadiran konsep transportasi terintegrasi di

Stasiun Dukuh Atas, akan mengatur arus penumpang yang menggunakan lima moda

tranportasi berbeda di kawasan ini, yaitu MRT Jakarta, Bus Rapid Transit (BRT)

Transjakarta, kereta bandara (railink), kereta komuter (commuterline), dan kereta Light

Rapid Transit (LRT) yang sedang dikembangkan oleh pemerintah. Pergerakan manusia

ini akan didukung oleh sistem pedestrianisasi kawasan, baik berupa infrastruktur

pedestrian yang baru maupun upgrade dari yang ada serta ruang-ruang terbuka yang akan

dibentuk.

Kawasan Cipete (yang mencakup Stasiun Cipete, Haji Nawi, dan Blok A) akan

mendorong kawasan perdagangan yang saat ini tumbuh dengan konsep shopping

street serta meningkatkan aksesibilitas di setiap bagian dari kawasan tersebut sehingga

penyebaran kegiatan tidak hanya terjadi di jalan utama. Peningkatan aksesibilitas tersebut
diutamakan untuk pejalan kaki dan non-motorized vehicles baik melalui jalan yang ada

maupun menggunakan lahan-lahan milik pribadi melalui metode public use private

own.  Pengembangan kawasan transit terpadu ini diharapkan menjadikan MRT Jakarta

atau moda transportasi publik lainnya sebagai pilihan masyarakat dalam mobilitas sehari-

harinya.

2.2.4. Tarif dan Harga MRT

Sebelum mengetahui rincian tarif MRT Jakarta 2021, sebaiknya pahami dulu

informasi mengenai metode pembayaran yang berlaku pada MRT Jakarta. Pasalnya,

masih banyak juga pembaca yang bertanya tentang naik MRT bayar pakai apa, atau

pertanyaan sejenis seperti naik MRT bisa pakai kartu apa saja. Untuk naik MRT,

pembayaran bisa dilakukan dengan menggunakan sejumlah metode sebagai berikut:

1. Tiket Single Trip

Tiket Single Trip merupakan tiket berupa kartu yang dapat dipakai untuk

sekali jalan, masa Transisi metode pembayaran tiket Single Trip tidak berlaku

2. Multi Trip Ticket

Multi Trip Ticket atau Tiket Multi Trip MRT Jakarta adalah tiket berupa kartu

berisi saldo yang dapat dipakai berkali-kali, dan dapat diisi ulang saldonya. Ini

sekaligus menjawab sejumlah pertanyaan terkait Kartu Multi Trip MRT bisa

digunakan untuk apa saja. Adapun pembelian Kartu Multi Trip dapat

dilakukan di Mesin Tiket Otomatis. Satu kartu/tiket hanya diperuntukan untuk

1 orang/penumpang, jadi jangan sampai menggunakan satu kartu/tiket untuk 2

orang atau lebih.

3. Kartu JakLingko
Kartu JakLingko, yaitu Kartu Multiguna untuk pembayaran Transportasi

Publik di Jakarta (Transjakarta, MikroTrans, dan MRT Jakarta)

4. Kartu Elektronik Bank

Bisakah naik MRT pakai e-Money? Tentu saja bisa karena ongkos MRT

Jakarta 2021 bisa dibayar menggunakan Kartu Elektronik Bank, yaitu kartu

pembayaran yang dikeluarkan oleh bank. Meski demikian, perlu diingat bahwa

MRT Jakarta tidak menyediakan isi ulang Kartu Elektronik Bank di Stasiun

MRT Jakarta.

5. Aplikasi MRT Jakarta

Terakhir, bayar MRT Jakarta bisa menggunakan aplikasi MRT Jakarta.

Pastikan saldo uang elektronik pada aplikasi MRT Jakarta mencukupi.

Rincian tarif MRT Jakarta 2021 per perjalanan selengkapnya bisa dilihat pada informasi

seputar tarif MRT 2021 di bawah ini :

1. Tarif MRT dari Stasiun Lebak Bulus Grab Tujuan Lebak Bulus Grab:

a. Tujuan Fatmawati : Rp 4.000

b. Tujuan Cipete Raya: Rp 5.000

c. Tujuan Haji Nawi: Rp 6.000

d. Tujuan Blok A: Rp 7.000

e. Tujuan Blok M BCA: Rp 8.000

f. Tujuan ASEAN: Rp 9.000

g. Tujuan Senayan: Rp 10.000

h. Tujuan Istora Mandiri: Rp 11.000

i. Tujuan Bendungan Hilir: Rp 12.000

j. Tujuan Setiabudi Astra: Rp 13.000

k. Tujuan Dukuh Atas BNI: Rp 14.000


l. Tujuan Bundaran HI: Rp 14.000

2. Tarif MRT dari Stasiun Fatmawati :

a. Tujuan Lebak Bulus Grab: Rp 4.000

b. Tujuan Fatmawati: -

c. Tujuan Cipete Raya: Rp 4.000

d. Tujuan Haji Nawi: Rp 5.000

e. Tujuan Blok A: Rp 6.000

f. Tujuan Blok M BCA: Rp 7.000

g. Tujuan ASEAN: Rp 7.000

h. Tujuan Senayan: Rp 9.000

i. Tujuan Istora Mandiri: Rp 9.000

j. Tujuan Bendungan Hilir: Rp 10.000

k. Tujuan Setiabudi Astra: Rp 11.000

l. Tujuan Dukuh Atas BNI: Rp 12.000

m.Tujuan Bundaran HI: Rp 13.000

3. Tarif MRT dari Stasiun Cipete Raya :

a. Tujuan Lebak Bulus Grab: Rp 5.000

b. Tujuan Fatmawati: Rp 4.000

c. Tujuan Cipete Raya: -

d. Tujuan Haji Nawi: Rp 3.000

e. Tujuan Blok A: Rp 4.000

f. Tujuan Blok M BCA: 5.000

g. Tujuan ASEAN: Rp 6.000


h. Tujuan Senayan: Rp 7.000

i. Tujuan Istora Mandiri: Rp 8.000

j. Tujuan Bendungan Hilir: Rp 9.000

k. Tujuan Setiabudi Astra: Rp 9.000

l. Tujuan Dukuh Atas BNI: Rp 10.000

m.Tujuan Bundaran HI: Rp 11.000

3. Tarif MRT dari Stasiun Haji Nawi :

a. Tujuan Lebak Bulus Grab: Rp 6.000

b. Tujuan Fatmawati: Rp 5.000

c. Tujuan Cipete Raya: Rp 3.000

d. Tujuan Haji Nawi: -

e. Tujuan Blok A: Rp 3.000

f. Tujuan Blok M BCA: Rp 4.000

g. Tujuan ASEAN: Rp 5.000

h. Tujuan Senayan: Rp 6.000

i. Tujuan Istora Mandiri: Rp 7.000 Tujuan Bendungan Hilir: Rp 8.000

j. Tujuan Setiabudi Astra: Rp 8.000

k. Tujuan Dukuh Atas BNI: Rp 9.000

l. Tujuan Bundaran HI: Rp 10.000

4. Tarif MRT dari Stasiun Blok A :

a. Tujuan Lebak Bulus Grab: Rp 7.000

b. Tujuan Fatmawati: Rp 6.000

c. Tujuan Cipete Raya: Rp 4.000

d. Tujuan Haji Nawi: Rp 3.000


e. Tujuan Blok A: -

f. Tujuan Blok M BCA: Rp 3.000

g. Tujuan ASEAN: Rp 4.000

h. Tujuan Senayan: Rp 5.000

i. Tujuan Istora Mandiri: Rp 6.000

j. Tujuan Bendungan Hilir: Rp 7.000

k. Tujuan Setiabudi Astra: Rp 7.000

l. Tujuan Dukuh Atas BNI: Rp 8.000

m. Tujuan Bundaran HI: Rp 9.000

5. Tarif MRT dari Stasiun Blok M BCA :

a. Tujuan Lebak Bulus Grab: Rp 8.000

b. Tujuan Fatmawati: Rp 7.000

c. Tujuan Cipete Raya: Rp 5.000

d. Tujuan Haji Nawi: Rp 4.000

e. Tujuan Blok A: Rp 3.000

f. Tujuan Blok M BCA: -

g. Tujuan ASEAN: Rp 3.000

h. Tujuan Senayan: Rp 4.000

i. Tujuan Istora Mandiri: Rp 5.000

j. Tujuan Bendungan Hilir: Rp 6.000

k. Tujuan Setiabudi Astra: Rp 6.000

l. Tujuan Dukuh Atas BNI: Rp 7.000

m. Tujuan Bundaran HI: Rp 8.000


6. Tarif MRT dari Stasiun ASEAN :

a. Tujuan Lebak Bulus Grab: Rp 9.000

b. Tujuan Fatmawati: Rp 7.000

c. Tujuan Cipete Raya: Rp 6.000

d. Tujuan Haji Nawi: Rp 5.000

e. Tujuan Blok A: Rp 4.000

f. Tujuan Blok M BCA: Rp 3.000

g. Tujuan ASEAN: -

h. Tujuan Senayan: Rp 3.000

i. Tujuan Istora Mandiri: Rp 4.000

j. Tujuan Bendungan Hilir: Rp 5.000

k. Tujuan Setiabudi Astra: Rp 6.000

l. Tujuan Dukuh Atas BNI: Rp 7.000

m. Tujuan Bundaran HI: Rp 7.000

7. Tarif MRT dari Stasiun Senayan

a. Tujuan Lebak Bulus Grab: Rp 11.000

b. Tujuan Fatmawati: Rp 9.000

c. Tujuan Cipete Raya: Rp 8.000

d. Tujuan Haji Nawi: Rp 7.000

e. Tujuan Blok A: Rp 6.000

f. Tujuan Blok M BCA: Rp 5.000

g. Tujuan ASEAN: Rp 4.000

h. Tujuan Senayan: -

i. Tujuan Istora Mandiri: Rp 3.000


j. Tujuan Bendungan Hilir: Rp 3.000

k. Tujuan Setiabudi Astra: Rp 3.000

l. Tujuan Dukuh Atas BNI: Rp 4.000

m. Tujuan Bundaran HI: Rp 5.000

8. Tarif MRT dari Stasiun Istora Mandiri :

a. Tujuan Lebak Bulus Grab: Rp 11.000

b. Tujuan Fatmawati: Rp 9.000

c. Tujuan Cipete Raya: Rp 8.000

d. Tujuan Haji Nawi: Rp 7.000

e. Tujuan Blok A: Rp 6.000

f. Tujuan Blok M BCA: Rp 5.000

g. Tujuan ASEAN: Rp 4.000

h. Tujuan Senayan: Rp 3.000 Tujuan Istora Mandiri: -

i. Tujuan Bendungan Hilir: Rp 3.000

j. Tujuan Setiabudi Astra: Rp 3.000

k. Tujuan Dukuh Atas BNI: Rp 4.000

l. Tujuan Bundaran HI: Rp 5.000

9. Tarif MRT dari Stasiun Bendungan Hilir

a. Tujuan Lebak Bulus Grab: Rp 12.000

b. Tujuan Fatmawati: Rp 10.000

c. Tujuan Cipete Raya: Rp 9.000

d. Tujuan Haji Nawi: Rp 8.000

e. Tujuan Blok A: Rp 7.000

f. Tujuan Blok M BCA: Rp 6.000


g. Tujuan ASEAN: Rp 5.000

h. Tujuan Senayan: Rp 4.000

i. Tujuan Istora Mandiri: Rp 3.000

j. Tujuan Bendungan Hilir: -

k. Tujuan Setiabudi Astra: Rp 3.000

l. Tujuan Dukuh Atas BNI: Rp 3.000

m. Tujuan Bundaran HI: Rp 4.000

10. Tarif MRT dari Stasiun Setiabudi Astra :

a. Tujuan Lebak Bulus Grab: Rp 13.000

b. Tujuan Fatmawati: Rp 11.000

c. Tujuan Cipete Raya: Rp 9.000

d. Tujuan Haji Nawi: Rp 8.000

e. Tujuan Blok A: Rp 7.000

f. Tujuan Blok M BCA: Rp 6.000

g. Tujuan ASEAN: Rp 6.000

h. Tujuan Senayan: Rp 4.000

i. Tujuan Istora Mandiri: Rp 3.000

j. Tujuan Bendungan Hilir: Rp 3.000

k. Tujuan Setiabudi Astra: -

l. Tujuan Dukuh Atas BNI: Rp 3.000

m. Tujuan Bundaran HI: Rp 4.000

11. Tarif MRT dari Stasiun Dukuh Atas BNI :

a. Tujuan Lebak Bulus Grab: Rp 14.000


b. Tujuan Fatmawati: Rp 12.000

c. Tujuan Cipete Raya: Rp 10.000

d. Tujuan Haji Nawi: Rp 9.000

e. Tujuan Blok A: Rp 8.000

f. Tujuan Blok M BCA: Rp 7.000

g. Tujuan ASEAN: Rp 7.000

h. Tujuan Senayan: Rp 5.000

i. Tujuan Istora Mandiri: Rp 4.000

j. Tujuan Bendungan Hilir: Rp 3.000

k. Tujuan Setiabudi Astra: Rp 3.000

l. Tujuan Dukuh Atas BNI: -

m. Tujuan Bundaran HI: Rp 3.000

12. Tarif MRT dari Stasiun Bundaran HI

a. Tujuan Lebak Bulus Grab: 14.000

b. Tujuan Fatmawati: Rp 13.000

c. Tujuan Cipete Raya: Rp 11.000

d. Tujuan Haji Nawi: Rp 10.000

e. Tujuan Blok A: Rp 9.000

f. Tujuan Blok M BCA: Rp 8.000

g. Tujuan ASEAN: Rp 7.000

h. Tujuan Senayan: Rp 6.000

i. Tujuan Istora Mandiri: Rp 5.000

j. Tujuan Bendungan Hilir: Rp 4.000

k. Tujuan Setiabudi Astra: Rp 4.000

l. Tujuan Dukuh Atas BNI: Rp 3.000


m. Tujuan Bundaran HI : -

2.3. Kinerja Operasional MRT Jakarta

Menurut SK/687/AJ.206/DRJD/2002 tentang Penyelenggaraan angkutan umum di

wilayah kota dalam trayek tetap dan teratur, analisis kinerja rute dan operasi ini mengkaji

beberapa parameter sebagai berikut:

2.3.1. Faktor muat (load factor)

Load factor merupakan perbandingan jumlah penumpang angkutan pada

angkutan umum dengan kapasitasnya (KM No: SK.687/A.J.206/DRDJ, 2002).

Load factor biasanya digunakan dalam perhitugan seberapa efektifnya angkutan

umum dalam menjadi salah satu pilihan moda masyarakat. Nilai Load factor dapat

dihitung dengan rumus:

Lf = Jp x 100%
C
Keterangan: Lf: Load Factor (%)

Jp: Jumlah penumpang (orang)

C: Kapasitas Angkutan (orang)

Nilai load factor yang disarankan secara minimal berdasarkan

SK/687/AJ.206/DRJD/2002 adalah 70% :

1. Waktu antara (headway)

Headway merupakan interval waktu antara saat dimana bagian depan satu

kendaraan melalui satu titik sampai saat bagian depan kendaraan berikutnya
melalui titik yang sama (Morlok dalam Vian Mabruaru, 2016). Headway angkutan

umum yang selalu ada setiap beberapa menit sekali akan membantu pergerakkan

masyarakat umum karena selalu tersedianya angkutan tersebut. Jika headway

sarana angkutan umum terhitung cukup lama, maka masyarakat akan kesulitan

untuk mendapatkan angkutan umum dan akan menurunkan minat masyarakat

dalam menggunakan angkutan umum. Headway suatu angkutan umum dapat

dihitung dengan menggunakan rumus:

H = T2-T1

Keterangan:

H: Headway (menit)

T2: Waktu kedatangan angkutan umum kedua

T1: Waktu kedatangan angkutan umum pertama

Nilai rata-rata headway yang baik berdasarkan Singapore LTA Guidelines dan

Hongkong MTR Guidelines untuk peak hour adalah 3-5 menit dan 5- 10 menit

untuk off-peak hour.

2.3.2. Waktu tunggu penumpang

Salah satu faktor terbesar dalam perhitungan kualitas pelayanan sebuah

angkutan umum adalah seberapa lama penumpang harus menunggu sampai

angkutan tersebut datang (World Bank, 1987). Jika penumpang menunggu terlalu

lama untuk menaiki sebuah angkutan umum maka, dalam kejadian berikutnya

penumpang tersebut akan memilih moda yang lain yang lebih handal.

WT = 1 X H
2
Keterangan:
WT: Waiting time (Waktu tunggu) (menit)

H: Headway angkutan umum

2.3.3. Waktu Tempuh

Waktu tempuh adalah waktu yang dibutuhkan angkutan untuk

menyelesaikan perjalanan dari titik A ke B. Standar untuk waktu tempuh pada

Pergub No.95 Tahun 2019 DKI Jakarta adalah 30 menit dengan keterlambatan 5

menit.

2.3.4. Waktu Pelayanan

Waktu pelayanan, waktu operasional angkutan umum (KM No:

SK.687/A.J.206/DRDJ, 2002). Dengan nilai baik berada pada waktu 15 jam. 

Frekuensi Adalah jumlah perjalanan kendaraan dalam satuan waktu tertentu yang

dapat diidentifikasi sebagai frekuensi tinggi dan rendah (KM No:

SK/687/AJ.206/DRJD/2002). Frekuensi tinggi berarti banyaknya perjalanan

kendaraan dalam waktu tersebut dan rendah berarti sedikitnya perjalanan dalam

periode waktu tersebut.

F = 60 Menit
H

Keterangan:

F: Frekuensi (kend / jam)

H: Headway angkutan umum (menit)

Nilai frekuensi yang baik berdasarkan Singapore LTA Guidelines dan

Hongkong MTR Guidelines adalah >20 kendaraan / jam untuk peak hour dan >6

untuk off-peak hour.

2.3.5. Kapasitas Operasi


Standar kapasitas adalah 80-90%. Indikator kapasitas operasi yaitu jumlah

angkutan kota yang beroperasi / jumlah bus yang dimiliki trayek. Satuannya

adalah persentase. Dimana kapasitas yang baik berada pada nilai >90%.

Berdasarkan pada hasil survei sekunder, didapatkan tabel indikator untuk menilai

kondisi eksisting terhadap standar pelayanan angkutan umum. Standar ini

didapatkan dari jurnal serta tata cara memberikan pelayanan MRT dan LRT dari

luar negeri, yaitu Singapura, Hongkong dan Capital Metro (Amerika Utara),

berikut adalah tabelnya:

Tabel 2.1 Parameter Standar Pelayanan Angkutan Umum pada Peak Hour

Standar Penilaian
No Parameter Penilaian Satuan
Kurang Sedang Baik
(1) (2) (3)
1 Load Factor (Peak Hour) % >100 dan 80- 70-
<70 100 80
2 Headway (Peak hour) Menit >10 6-10 3-5
3 Frekuensi Peak Hour Kend./ < 15 15-19 ≥ 20
jam
Waktu tunggu penumpang
4 (Peak Menit >5 3-5 <3
hour)
5 Waktu tempuh Menit > 35 31-35 < 30
6 Waktu pelayanan Jam < 14 14-16 17-19
7 Kapasitas operasi % < 80 80-89 ≥ 90
Tabel 2.2 Parameter Standar Pelayanan Angkutan Umum pada Off-Peak Hour

Standar Penilaian
No Parameter Penilaian Satuan
Kurang (1) Sedang (2) Baik (3)
1 Load Factor (Off-Peak Hour) % >100 dan <70 80-100 70-80
2 Headway (Off-Peak Hour) Menit >15 10-15 5-10
3 Frekuensi Off-Peak Hour Kend./jam <3 3-5 ≥6
Waktu tunggu penumpang (Off-peak
4 Menit > 10 5-10 <5
hour)
5 Waktu tempuh Menit > 35 31-35 < 30
6 Waktu pelayanan Jam <14 14-16 17-19
7 Kapasitas operasi % < 80 80-89 ≥ 90
Sumber: Hasil Perancangan, 2022

2.4. Kinerja Pelayanan MRT Jakarta Berbasis SPM

Standar pelayanan minimum MRT Kota Jakarta dibagi menjadi 2 berdasarkan

Pergub No. 95 Tahun 2019 mengenai standar pelayanan minimum angkutan orang

dengan moda raya terpadu / mass rapid transit dan lintas raya terpadu / light rail transit

yaitu standar pelayanan minimum di stasiun dan di dalam perjalanan. Dalam penelitian

ini, variabel yang digunakan hanyalah standar pelayanan minimum di dalam perjalanan.

Pengawasan terhadap kinerja pelayanan MRT Jakarta dilakukan oleh Kepala Dinas

Perhubungan Kota Jakarta dengan evaluasi setidaknya 2 kali dalam setahun. Selain itu,

masyarakat berhak memberikan saran dan masukan terhadap pelaksanaan standar

pelayanan minimum MRT Jakarta kepada BUMD PT. MRT Jakarta ataupun Dinas

Perhubungan.

Standar pelayanan minimum dibagi menjadi 6 berdasarkan Pergub No. 95 Tahun

2019 mengenai standar pelayanan minimum angkutan orang dengan moda raya terpadu

/ mass rapid transit dan lintas raya terpadu / light rail transit, yaitu:

1. Keselamatan

2. Keamanan
3. Keandalan

4. Kenyamanan

5. Kemudahan memperoleh informasi

6. Kesetaraan
Berikut adalah tabel dari standar pelayanan minimum MRT Jakarta di dalam perjalanan (di kereta):

Tabel 2.3 Standar pelayanan minimum MRT Kota Jakarta di dalam perjalanan

Uraian Tolak
Kriteria (Jenis Pelayanan) Ukur
Indikator Parameter Nilai
Keselamatan
Tersedia fasilitas untuk
pencegahan dan 1. Apar minimal 1 buah
Fasilitas keselamatan darurat penanganan kondisi darurat per kereta dengan ukuran
dalam keadaan bahaya yang berfungsi dengan baik minimal 3
Peralatan dipasang di tempat yang Jumlah sekurang- kurangnya: kg
Keselamata mudah dicapai dan dan 1. APAR 2. Pembuka pintu manual
n dilengkapi dengan kondisi 2. Pembuka pintu manual yang berfungsi dengan
keterangan tata cara 3. Interkom untuk baik
penggunaan berbentuk stiker kondisi 3. Interkom yang berfungsi
darurat baik
4. Rem darurat 4. Rem darurat yang lolos uji
5. Pintu darurat 5. Pintu darurat pada
Keselamatan bagian ujung-ujung
di Kereta rangkaian kereta
MRT Fasilitas sambungan antar Seluruh bagian ruang
Selisih permukaan lantai
Sambunga kereta merupakan akses Ukuran antara dan lantai pada
maksimal 15 mm dan
n antar penghubung antara kereta sambungan kereta harus
kondisi sambungan kereta
kereta dalam satu tertutup tanpa
baik
rangkaian kereta MRT celah
Jakarta
Pintu akses harus tertutup
sempurna sebelum dan
Pintu merupakan akses keluar Kondisi selama MRT bergerak Dapat berfungsi dengan baik
masuk yang terletak pada dengan ruang untuk dan tertutup pada saat
kedua sisi kereta yang membuka dan menutup berjalan
pintu harus terbungkus
Pintu kereta digunakan untuk lalu-lintas dengan
keluar masuk penumpang permukaan keras tanpa
dan berfungsi secara otomatis celah
Sisi pintu yang terbuka
Ketersediaa dilapis dengan material Sisi pintu dilapis
n elastis untuk dengan material
menghindari anggota badan elastis
yang terjepit
Sensor pintu akses kereta Pintu akses kereta MRT
merupakan alat otomatis Ketersediaa harus Tersedia dan berfungsi
yang digunakan untuk n dilengkapi sensor yang
mendeteksi berfungsi untuk
menghentikan
Uraian Tolak
Kriteria (Jenis Pelayanan) Ukur
Indikator Parameter Nilai
adanya benda / bagian tubuh dan membuka ulang pintu
yang menghalangi pintu kereta jika terdapat obyek
tertutup sempurna yang menghalangi
tertutupnya
pintu kereta
Permukaan lantai kereta
Permukaa Perumakaan lantai yang harus rata dan terbuat dari Sesuai penilaian ahli,
n lantai terdapat pada kereta MRT Kondisi bahan yang keras, kokoh, sertifikat manufaktur atau
kereta menjamin keselamatan rata, tidak licin dan tidak laporan konsultan pengawas
MRT penumpang mudah berubah
bentuk
Proteksi penumpang Tersedia metode dan
selama perjalanan dari setidaknya alat pelindungan
Ketersediaa kondisi cuaca, antara lain berupa: Arrester, sensor
n angin, petir, dan terik kecepatan angin yang
Proteksi terhadap penumpang matahari melekat pada sistem dan
dalam perjalanan kereta rainy mode operation
Proteksi terhadap kondisi ancaman, Material yang digunakan
sarana kejadian maupun cuaca yang Proteksi perjalanan untuk pintu, jendela dan
kereta menimbulkan bahaya baik Kondisi terhadap tindakan dinding kereta kokoh, tidak
karena kondisi cuaca maupun anarkisme dari luar mudah pecah dan tidak
tindakan anarkisme kereta melukai penumpang baik
akibat benturan maupun
lemparan
Menghindari
penggunaan benda Tidak ada penggunaan
Kondisi keras maupun tajam benda tajam yang mudah
yang dapat terlepas dari terlepas di dalam kereta
tempatnya di dalam MRT
kereta
MRT
Merupakan suatu tindakan Tersedia dokumen SOP
Evakuasi perpindahan penumpang evakuasi dan penanganan
dan secara langsung dan cepat Ketersediaa situasi darurat sesuai Tersedia 1 dokumen SOP
penanganan untuk menghindari atau n kejadian (kecelakaan,
keadaan menjauhi bencana alam,
darurat ancaman atau kejadian yang kerusakan kabel dan
menimbulkan bahaya, serta serangan keamanan)
Uraian Tolak
Kriteria (Jenis Pelayanan) Ukur
Indikator Parameter Nilai
tindakan yang dilakukan Pada saat evakuasi untuk
apabila terjadi kejadian memastikan penumpang Ambang batas smoke density
yang menimbulkan Kondisi dapat tetap berjalan menuju adalah Cs < 0.1m-1 atau
bahaya titik evakuasi, ambang ambang visibility 15-20 m
batas smoke density dan
ambang visibility
berada diketentuan tertentu
Waktu evakuasi lebih
Waktu sedikit dari waktu smoke Sesuai dengan SOP yang
stratification hingga 2m berlaku
dari
lantai
Terdapat penunjuk arah
yang jelas tentang tata cara
Dilengkapi dengan evakuasi, stiker yang
informasi visual dan audio menunjukkan jalur untuk
Ketersediaa untuk penunjuk arah, jarak penumpang turun dari
n dan kebutuhan keaadan kereta, jalur penumpang
darurat naik kereta terpasang diatas
pintu kereta dan Intensitas
suara 20 desibel lebih besar
dari
kebisingan yang ada
Dilengkapi petunjuk arah
Kondisi pergerakan menuju akses Rambu-rambu dapat
evakuasi dengan dilihat dalam keadaan
pembangkit daya listrik gelap
terpisah
Perlengkapan P3K
Penyediaan dibawa oleh petugas
Fasilitas Perlengkapa perlengkapan kesehatan Ketersediaa keamanan yang paling 1 set kotak P3K dalam
kesehatan n P3K (P3K) dalam menunjang n sedikit terdiri dari kapas keadaan baik dan tidak
fasilitas layanan kereta bersih, iodine, gunting kadaluarsa
dalam perjalanan kecil, plester, kasa steril
dan
alkohol 70%
Informasi Layar Layar monitor TV Ketersediaa Tersedianya layar monitor 2 layar monitor TV pada
edukasi kepada monitor memuat informasi n dan TV yang memuat video setiap kereta
penumpang TV edukatif kepada Kondisi tata cara
Uraian Tolak
Kriteria (Jenis Pelayanan) Ukur
Indikator Parameter Nilai
penumpang tentang tata sebagai berikut:
cara naik dan turun dari 1. Naik / turun kereta api
kereta MRT 2. Pembelian tiket
kereta secara manual dan
otomatis melalui mesin
penjual tiket
3. memberikan tempat
duduk pada penumpang
difabel
4. Mendahulukan
penumpang difabel
untuk turun / naik
kereta
Keamanan
Informasi yang
Informas disampaikan kepada
i pengguna jasa apabila Jumlah Ditempel pada tempat Minimal 2 stiker
Informasi dan ganggua terdapat gangguan strategis dan mudah
fasilitas n keamanan yang berupa terlihat
pendukung keamana stiker yang
berupa peralatan n mencantumkan nomor
untuk monitor telepon atau sms pengaduan
kejadian di Tersedia kamera pengawas Minimal 2 CCTV per gerbong
dalam kereta dalam setiap gerbong kereta dan menjangkau target
MRT Fasilitas CCTV sebagai sarana Jumlah kereta MRT yang pengamatan minimal 2m dan
pendukung pengawasan aktivitas di menjangkau seluruh akses mampu melakukan
keamanan dalam kereta MRT, berfungsi kereta MRT dan penyimpanan
merekam aktivitas didalam sudut-sudut ruang di dalam data selama 7 hari tanpa
kereta kereta adanya blind spot
Kualitas dan tingkat
Kondisi ketelitian kamera Berfungsi dengan bak
pengawas yang tinggi
Orang yang bertugas Terdapat petugas yang Jumlah petugas sekurang-
menjaga ketertiban dan menjaga ketertiban dan kurangnya sebanyak 2 orang
Petugas Keamanan kelancaran sirkulasi Jumlah kelancaran sirkulasi per rangkaian MRT,
pengguna jasa di dalam pengguna jasa dalam berseragam dan dilengkapi
kereta MRT rangkaian kereta dengan atribut serta
alat bantu P3K
Lampu Penerangan Lampu penerangan di kereta Intensitas Lampu penerangan Dengan intensitas cahaya 200
berfungsi
Uraian Tolak
Kriteria (Jenis Pelayanan) Ukur
Indikator Parameter Nilai
berfungsi sebagai sumber Cahaya dengan baik lux yang diukur 0.85m dari
cahaya lantai dasar
bagi penumpang
Kehandala
n
Kesesuaian waktu Waktu antar Sesuai gapeka (grafik
kedatangan dan kedatangan perjalanan kereta) dengan
keberangkatan kereta sesuai maksimal keterlambatan
jadwal maksimal 5 menit
Ketepatan atau kepastian waktu Kereta tiba tepat waktu di
keberangkatan dan kedatangan Waktu berhenti di stasiun Waktu tiap stasiun MRT dengan Sesuai gapeka
kereta api MRT waktu
durasi berhenti dan
maksimal waktu
keterlambatan tertentu
Waktu tempuh Lebak Bulus
Waktu tempuh kereta MRT Kereta tiba tepat waktu - Bundaran HI adalah 30
rute stasiun Lebak Bulus - di stasiun tujuan akhir menit dan keterlambatan
Bundaran HI sesuai dengan gapeka maksimal di stasiun tujuan
akhir adalah 5
menit
Memiliki cadangan
pembangkit listrik yang
Cadangan daya listrik Mempunyai cadangan Waktu dapat segera beroperasi Waktu operasi cadangan
daya listrik yang untuk penerangan kereta listrik kurang dari 30
handal dalam batas detik
waktu tertentu sejak listrik
padam
Setiap kereta dilengkapi
Mempunyai sistem dengan saluran komunikasi Sekurang-kurangnya
Alat komunikasi komunikasi yang handal dan Jumlah dua arah untuk keadaan berupa interkom
berfungsi dengan baik darurat yang mudah terlihat sebanyak 2 buah di setiap
dan terjangkau namun kereta MRT
tertutup rapat oleh material
transparan
Pemberitahuan pada pintu Terdapat pemberitahuan Intensitas suara 10 desibel
Informasi Pelayanan akses kereta saat pintu akan Intensita audio dengan intensitas lebih besar dari kebisingan
terbuka maupun tertutup s suara dalam ketentuan yang ada
Suara tertentu namun tidak lebih dari 95
desibel
Uraian Tolak
Kriteria (Jenis Pelayanan) Ukur
Indikator Parameter Nilai
Dilakukannya sertifikasi uji Ketersediaan sertifikasi uji Tersedianya hasil sertifikasi
pertama dan uji berkala untuk pertama dan uji berkala Ketersediaa Tersedianya hasil uji pertama dan uji berkala
layanan kereta MRT untuk menyediakan n sertifikasi uji pertama yang masih berlaku selama
layanan kereta dan uji berkala pengoperasian layanan MRT
MRT kepada pengguna jasa
Kenyamanan
Tempat duduk merupakan
Tempat fasilitas untuk pengguna jasa Tempat duduk di dalam
duduk di untuk duduk di dalam kereta Kondisi kereta sesuai dengan Memiliki ukuran sesuai
dalam kereta selama dalam perjalanan spesifikasi teknis dengan spesifikasi
Ruang dalam api dengan konstruksi tetap yang teknis
kereta MRT mempunyai sandaran
(kabin) Jumlah Tempat duduk minimal Tersedia dan berfungsi
maksimu 20% dari spesifikasi dengan baik
Ruang Merupakan ruang kabin m teknis kereta
kereta untuk mengangkut Ruang untuk
api penumpang Kapasitas mengangkut Maksimum 1 m2 untuk 6
penumpang berdiri orang
dengan
ketentuan tertentu
Kondisi Area kabin bersih Kebersihan area kabin 100%
Fasilitas untuk sirkulasi udara
di dalam perjalanan kereta Dilengkapi dengan sistem Suhu maksimal 27
Fasilitas pengatur sirkulasi udara MRT dilengkapi dengan Suhu pendingin udara AC yang derajat celcius
sistem pendingin udara yang menjaga suhu ruangan
menjaga
suhu ruangan
Tersedia pegangan Ketinggian pegangan
Jumlah dengan ketinggia paling rendah 166 cm
Fasilitas pegangan tangan berbeda di dalam kereta dengan jumlah
Fasilitas pegangan yang diperuntukkan bagi MRT sekurang-kurangnya 90
buah dan jarak minimal
tangan penumpang penumpang yang berdiri di 31 cm
berdiri dalam kereta MRT Pegangan tangan harus Pegangan tangan tidak
Kondisi terpaku pada tempatnya berpindah-pindah tempat
Ukuran Pegangan tangan yang Lebar / diameter dalam
dan terletak di atas kepala minimal 9 cm dan berada
jarak pengguna jasa pada ketinggian
pegangan yang berdiri berbentuk jangkauan maksimal 181 cm
dari
Uraian Tolak
Kriteria (Jenis Pelayanan) Ukur
Indikator Parameter Nilai
tangan lingkaran pegangan tangan permukaan lantai kereta
dengan lebar / diameter
dan ketinggian
tertentu
Lampu penerangan berfungsi Intensitas cahaya lampu
sebagai sumber cahaya di Intensita Lampu penerangan penerangan 200-300 lux
Lampu penerangan dalam kereta untuk s berfungsi dengan baik dan yang diukur pada 0.85m
memberikan kenyamanan cahaya memiliki ketentuan dari lantai dasar
bagi pengguna jasa pencahayaan
MRT Jakarta
Fasilitas yang berfungsi
untuk dapat menempatkan Tersedia rak bagasi di
Rak bagasi barang bawaan di dalam Kondisi atas tempat duduk Sesuai spesifikasi teknis
kereta dengan aman dan prioritas yang berfungsi
tidak menganggu dengan baik
penumpang lain
Orang yang bertugas menjaga 1 petugas kebersihan
keadaan kereta bebas dari Kereta harus bersih setiap berseragam lengkap dengan
Petugas kebersihan kotoran, debu, sampah dan Ketersediaa saat dan tersedianya peralatan kebersihan yang
bau yang meliputi kebersihan n petugas kebersihan bertanggung jawab untuk
interior kebersihan per
dan eksterior kereta rangkaian kereta MRT
Kemudahan memperoleh
informasi
Dilengkapi dengan
layanan informasi
Informasi yang disampaikan Ketersediaa pelanggan yang tepat dan Tersedia dan informasi
Informas untuk mempermudah n terdiri atas suhu akurat
Sistem i penumpang yang akan turun ruangan, stasiun terdekat
informasi perjalana di suatu stasiun kereta yang dan rute perjalanan
pelayanan n kereta sedang disinggahi / akan Informasi terlihat dengan
Dilengkapi dengan
penumpang dilewati Audio jelas dan intensitas suara
informasi visual dan audio
dan dengan ketentuan tertentu sekurang- kurangnya 10
Visual desibel lebih besar
dari kebisingan yang ada
Informas Isi informasi yang terkait Dilengkapi dengan
i dengan hambatan-hambatan Ketersediaa informasi visual dan audio Tersedia dan informasi
ganggua selama n untuk akurat
n dalam perjalanan mengenai: penunjuk arah, jarak dan
perjalanan
Uraian Tolak
Kriteria (Jenis Pelayanan) Ukur
Indikator Parameter Nilai
kereta -Gangguan operasional kebutuhan keaadan darurat
sarana perkeretaan
-Gangguan operasional Dilengkapi dengan Informasi terlihat dengan
prasarana kereta Audio informasi visual dan audio jelas dan intensitas suara
-Gangguan tidak langsung dan dengan ketentuan tertentu sekurang- kurangnya 10
akibat keruwetan operasional Visual desibel lebih besar dari
-Gangguan alam kebisingan yang ada
Tersedia informasi rute
kereta MRT yang
Rute kereta yang terlihat Ketersediaa diletakkan dalam layar Terlihat jelas, akurat, dan
bagi penumpang n elektronik diletakkan di mudah dibaca
depan masinis kereta yang
Peta Rute Kereta bisa terbaca oleh
penumpang kereta MRT
1. Peta rute diletakkan di
dalam layar elektronik di
Peta rute untuk Tersedia peta rute kereta kabin
mempermudah penumpang Ketersediaa MRT dan informasi rute penumpang
mengetahui titik- titik stasiun n kereta 2. Informasi rute kereta
disampaikan melalui audio
berisi
informasi stasiun akhir
dan stasiun
selanjutnya
1 buah nomor urut kereta
Jumlah Nomor urut kereta dipasang dipasang di samping pintu
di setiap gerbon kereta naik / turun penumpang dan
Ketersediaan nomor urut MRT 1 buah di
kereta untuk mempermudah ujung kereta bagian dalam
Nomor urut kereta MRT penumpang mengetahui Nomor urut kereta
nomor urut kereta dipasang pada setiap
Tempat samping pintu naik / Tersedia
turun penumpang dan
dipasang pada setiap
ujung
kereta bagian
Penempatan nomor urut
Kondisi Mudah terlihat dan jelas
kereta mudah terlihat
dibaca
dan jelas
Uraian Tolak
Kriteria (Jenis Pelayanan) Ukur
Indikator Parameter Nilai
terbaca

Kesetaraan
Terdapat area kursi roda
dalam jumlah tertentu Sekurang-kurangnya 2
Ruang Ruang di dalam kereta per rangkaian kereta ruang khusus untuk
khusus yang diperuntukkan bagi Jumlah yang diperuntukkan kursi roda per
untuk kursi penumpang yang secara prioritas bagi rangkaian kereta MRT
roda memakai kursi roda penumpang yang dan dilabeli stiker
Fasilitas bagi memakai kursi roda dan khusus penumpang
penumpang dapat difungsikan oleh difabel
difabel penumpang
lain ketika tidak
dimanfaatkan
Tersedia sign atau
Fasilitas ini berupa kursi
penunjuk bangku Petunjuk bangku
prioritas untuk
Ketersedia tempat penumpang tersedia dan
mempermudah
Kursi an yang diprioritaskan mudah dibaca
penumpang dengan
prioritas seperti
kebutuhan khusus yang
lansia, wanita hamil,
meliputi lansia, wanita
anak- anak atau
hamil, anak-anak dan
penumpang difabel
penumpang difabel di
Tersedia tempat
setiap kereta MRT
Jumlah duduk prioritas dalam Minimal 12 buah
satu kereta
MRT
2.5. Penelitian Terdahulu

Berikut adalah beberapa studi terdahulu terkait kajian mengenai kinerja


pelayanan dan operasional angkutan umum dan teori-teori serta metodologi penelitian
yang digunakan.

Tabel 2.4 Studi Terdahulu Terkait Penelitian

Judu Teor Variablel dan Metodolo


l i Indikator gi
Evaluasi Evaluasi kinerja Variabel dan sub variabel Metode Analisis yang
Kinerja pelayanan angkutan kota kinerja pelayanan digunakan adalah metode
Pelayanan (line B2) dari sisi supply angkutan kota (line B2) penelitian kuantitatif.
Angkutan Kota di Kota Palu, dari sisi supply di Kota
di Kota Palu menggunakan dua Palu: Seluruh penilaian dijumlah
(Studi Kasus parameter penilaian 1. Kinerja Pelayanan untuk kemudian dinilai
Trayek standar penilaian moda angkutan kualitas pelayanannya.
Mamboro minimum (SPM):  Keamanan Standar Kinerja Pelayanan
Manonda Line  Keselamatan Angkutan Umum
B2) PM Nomor 98 Tahun
1.  Kenyamanan Berdasarkan Total Nilai
 Kesetaraan
2013 tentang Standar Bobot:
 Keteraturan
Penulis: Pelayanan minimal 1. Baik = 18,00 – 24,0
2. Kinerja Pelayanan
Anastasia, Ismu angkutan orang dengan 2. Sedang = 12,00 –
Trayek Angkutan
Rini Dwi Ari kendaraan bermotor  Kecepatan rata –
17,99
dan Imma umum dalam trayek. rata 3. Buruk = <12
Widyawati 2. Petunjuk  Waktu sirkulasi Analisis yang digunakan
Agustin Teknis  Load factor untuk menilai persepsi
penyelenggaraan  Headway masyarakat terhadap kondisi
Angkutan Penumpang  Waktu dan tingkat pelayanan
Perkotaan Dirjen henti kendaraan angkutan umum
Perhubungan Darat RI  Jumlah armada menggunakan Indeks dengan
, 2002. Variabel dan sub rumus berikut :
3. Penilaian variabel tingkat
persepsi kepuasan
masyarakat pengguna
terhadap ai = Pembobotan yang
terhadap angkutan kota
kondisi dan diberikan terhadap tingkat
(line B2):
tingkat kinerja angkutan kota trayek
1. Tingkat Kepuasan
pelayanan angkutan Mamboro – Manonda Line
 Tangibles
kota menggunakan B2
(bukti fisik)
Severity  Reliability xi = Frekuensi atau jumlah
Index. Indeks (keandalan) responden yang memberikan
tersebut adalah  Responsiveness Jawaban terhadap indikator
persentase (daya kinerja angkutan kota trayek
dari indeks tanggap) Mamboro – Manonda Line
kepuasan yang lebih  Assurance B2
akurat dan (jaminan) Setelah menghitung hasil
konsisten  Empathy (empati) severity indeks, kemudian
dibandingkan nilai tersebut dicocokkan
menggunakan nilai dengan klasifikasi dari skala
Mean dan metode penilaian persepsi sebagai
Variance. berikut :
Sangat Rendah / Kecil
(SR/SK) 0,00≤SI≤ 12,5
Rendah / Kecil (R/K) 12,5
≤ SI ≤ 37,5
Cukup / Sedang (C) 37,5 ≤
SI ≤ 62,5
Tinggi / Besar (T/B) 62,5 ≤
SI ≤ 87,5
Sangat Tinggi / Besar
(ST/SB) 87,5 ≤ SI ≤100.
Judu Teor Variablel dan Metodolo
l i Indikator gi

Analisis Kinerja Kinerja dari kereta api ini Variabel kinerja Metode analisis yang
Operasional menggunakan operasional : digunakan untuk perhitungan
Kereta Api 1. Waktu Tempuh waktu tempuh, waktu henti
Sriwedari Surat 2. Waktu Henti dan waktu tunda
Ekspress Keterangan 3. Waktu Tunda menggunakan uji hipotesis 1
Jurusan Solo- 4. Kenyamanan sample t-test, karena uji ini
Yogya Dirjen Perhubungan Ruang Duduk dan paling memenuhi untuk
Darat No. 687 Tahun Berdiri melihat diterima atau
5. Load factor
Penulis: 2002. tidaknya keterlambatan dari
Bayu waktu kereta.

Rosida Sedangkan untuk


Sumantri perhitungan load factor dan
dan kenyamanan duduk dan
Wahju berdiri berdasarkan
Herijanto perhitungan kapasitas dari
Tahun 2014 Vukan R. Vuchic.
Kajian Kinerja SK Dirjen Perhubungan Variabel kinerja Analisis Kinerja Operasional:
Operasional Darat No.687 Tahun operasional: 1. Analisis Waktu Henti
Kereta Api 2002 dalam mengkaji 1. Waktu tampuh 2. Analisis Waktu Tunda
waktu tempuh, waktu 2. Waktu henti 3. Analisis waktu
Jenggala henti, waktu tunda, load 3. Waktu tunda tempuh
4. Load factor 4. Analisis Load Factor
Jurusan factor, dan kapasitas 5. Kapasitas
Mojokerto lintas. Untuk
– Sidoarjo menganalisis kepuasan  Analisis Metode IPA
pelanggan  Analisis kapasitas
Penulis: lintas harian pada
Irfan menggunakan metode Jalur Rel Mojokerto
Nurdiansyah, – Sidoarjo
Achmad Importance
Wicaksono, Performance Analysis Analisis yang digunakan
Hendi (IPA) berdasarkan PM untuk waktu tempuh, waktu
Bowoputro No.48 Tahun 2015 berhenti, dan waktu tunda
sebagai tolak ukur adalah 1 tail t- test, faktor
kesesuaian pelayanan beban menggunakan
pada kereta api Jenggala. perhitungan kapasitas Vukan
R Vuchic, kapasitas rute
dengan menggunakan rumus
scott, dan kepuasan
pelanggan menggunakan
metode Importance
Performance
Analysis (IPA).
Analisa Menggunakan Variabel kinerja trayek 1. Melakukan
1. Load factor peramalan jumlah
Kinerja beberapa sumber dari: 2. Headway penduduk dengan
Pelayanan  Departemen 3. Frekuensi regresi linier
Angkutan Perhubungan 4. Distribusi 2. Analisa distribusi dan
Direktorat Jendral dan pembebanan pembebanan
Umum Perhubungan Darat, penumpang penumpang dengan
Perkotaan pedoman teknik dimasa metode analogi fluida
penyelenggaraan mendatang 3. Menganalisis kinerja
Penulis: angkutan umum trayek (load factor,
Machsus, di Wilayah headway, frekuensi)
Achmad Faiz Perkotaan dalam 4. Analisa distribusi dan
HP, Amalia F. Trayek Tetap dan pembebanan
Mawardi, Teratur penumpang
 Peraturan
Djoko Pemerintah
Sulistiono,

Dunat
Indratmo,
Rendyanto
Fariz
Judu Teor Variablel dan Metodolo
l i Indikator gi
Tahun 2017 Republik dimasa

Indonesia Nomer 41 mendatang dengan


Pasal 8 nomer metode furness
3, 1993, angkutan 5. Analisa
jalan, Jakarta
 Peraturan Kinerja Pelayanan
Menteri Perhubungan Angkutan Umum
Republik Indonesia Lyn O
Nomer PM 10,2013,
Standart
Pelayanan

Minimal Angkutan
Masal Berbasis
Jalan
Sumber: Studi Terdahulu, 2022

Penelitian-penelitian sebelumnya menggunakan variabel dan indikator yang berbeda,


hal ini dikarenakan teori-teori mengenai kinerja pelayanan dan operasional yang digunakan
beragam. Penelitian sebelumnya hampir seluruhnya termasuk penelitian kuantitatif dan
menggunakan metodologi penelitian yang beragam, yaitu IPA (Importance Performance
Analysis), regresi linier, dan pembobotan dan skoring. Hasil penelitian berupa hasil penilaian
terhadap masing- masing variabel yang dideskripsikan ke dalam bentuk informasi.

Berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai kinerja operasional kereta api Sriwedari


Ekspress jurusan Solo – Yogyakarta, menilai kinerja operasional berdasarkan waktu tempuh,
tunda, henti dan load factor yang lalu ditemukan adanya ketidaksesuaian nilai variabel kondisi
eksisting load factor terhadap standar penilaian (Bayu dan Wahyu, 2014). Dalam penelitian
selanjutnya mengenai kinerja operasional kereta api Jenggala jurusan Mojokerto – Sidoarjo,
penilaian terhadap kinerja operasional dilakukan berdasarkan waktu tempuh, henti, tunda, load
factor, kapasitas lintas dan tingkat kepuasan pengguna menggunakan metode IPA. Dalam
penelitian ditemukan ketidaksesuaian kondisi eksisting terhadap standar penilaian dalam
variabel waktu henti dan rendahnya load factor (Irfan, Achmad, dan Hendi, 2017). Berdasarkan
penelitian berikutnya, kinerja pelayanan angkutan terdiri dari beberapa variabel, yaitu fasilitas
keselamatan, keamanan, dan kesehatan serta ketersediaan jadwal trayek dan penilaian terhadap
variabel ditentukan berdasarkan keputusan Dirjen Perhubungan Darat No. SK.
687/AJ.206/DRJD/2002 (Anastasia, Ismu, dan Imma, 2014). Dan terakhir, variabel penelitian
terhadap kinerja pelayanan angkutan perkotaan ditentukan dari load factor, headway, frekuensi
kendaraan dan distribusi pembebanan penumpang (Machsus, Achmad, Amalia, Djoko, Dunat,
dan Rendyanto, 2017).

Perbedaan penelitian ini terhadap penelitian sebelumnya yaitu dari variabel kinerja
pelayanan yang berbeda, dimana penelitian ini menggunakan Pergub No. 95 Tahun 2019 DKI
Jakarta sebagai dasar standar penilaian serta sumber variabel kinerja pelayanan, dan dalam
kinerja operasional menggunakan berbagai sumber variabel dan standar penilaian yang
berbeda, untuk sumber variabel yaitu berdasarkan Surat keputusan Dirjen Perhubungan Darat
No. SK. 687/AJ.206/DRJD/2002 serta untuk standar penilaian berasal dari Singapore LTA
Guidelines - MRT and LRT / Hongkong MTR Guidelines, Capital Metro Rail Service
Guidelines and Standards, dan Performance Optimization of Public Transport Using Integrated
AHP-GP Methodology - Urban Rail Transit. Selain itu, lokasi studi yang berupa MRT Kota
Jakarta belum pernah diteliti sebelumnya, khususnya pada kinerja pelayanan dan
operasionalnya. Metode penelitian yang digunakan pun berbeda, yaitu menggunakan model
komparasi dan skoring.

2.5. Tingkat Kepuasan Penumpang

Kualitas layanan adalah aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk menyajikan keunggulan

dalam penyampaian layanannya dengan tujuan memenuhi dan mempermudah aktivitas penumpang sehingga

penumpang dapat merasa aman, nyaman dan puas saat menggunakan layanan jasa yang sediakan sesuai

dengan apa yang mereka harapkan. Semakin baik kualitas layanan yang diberikan semakin tinggi pula

kepuasan yang dirasakan konsumen terhadap jasa. Nilai yang dipersepsikan merupakan nilai keseluruhan

dari penumpang terhadap layanan yang mereka terima lalu selisih penilaian dari pelanggan terhadap biaya

yang mereka keluarkan dengan layanan yang mereka terima. Kepuasan penumpang adalah kegiatan

memenuhi kebutuhan dan keinginan penumpang, dengan terpenuhnya kebutuhan dan keinginan tersebut

muncul perasaan senang atau kecewa dari penumpang tentang perbandingan kinerja dirasakan dengan yang

diharapkan. (Riyanto & Tunjungsari, 2020)


2.5.1. Definisi Kepuasan Konsumen

Ada beberapa definisi yang diberikan oleh para ahli, diantaranya :

Kepuasan konsumen adalah evolusi puma bell dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau

melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil idak memenuhi harapan.

“Kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang ia

rasakan dibandingkan dengan harapannya. Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada

dasarnya

kepuasan konsumen mencakup perbedaan antara harapan dan kepentingan dan kinerja aktual/hasil yang

dirasakan.

Ada enam kategori yang mempengaruhi kepuasan, yaitu Must-be yang mengidentifikasi atirbut dasar

yang harus ada dalam suatu produk/layanan, One-dimensional yang mengidentifikasi atribut kepuasan ketika

terpenuhi dan ketidakpuasan bila tidak terpenuhi, Attractive yang mengidentifikasi atribut kepuasan ketika

tercapai sepenuhnya, tetapi tidak menyebabkan ketidakpuasan bila tidak terpenuhi, Reverse yang

mengidentifikasi atribut yang mengakibatkan ketidakpuasan penggunanya, Questionable mengidentifikasi

atribut yang tidak konsisten dari responden.

Berikut adalah metode untuk mengukur tingkat kepuasan penumpang MRT :

1. Quality Function Deployment (QFD)

Quality Funcion Deployment (QFD) adalah sebuah metode untuk perencanaan dan

pengembangan produk atau jasa yang terstruktur yang memungkinkan sebuah tim pengembang

untuk menspesifikasikan secara jelas keinginan dan kebutuhan pelanggan, dan kemudian

mengevaluasi setiap kemampuan produk atau jasa yang diusulkan secara sistematis dalam kaitan

dampaknya terhadap pemenuhan kebutuhan tersebut.


2. Metode kano memiliki fokus untuk mengetahui seberapa baik variabel yang dapat memuaskan

pelanggan. Metode kano dikembangkan oleh Noriaki Kano dari Tokyo Riko University tahun 1984.

Metode kano adalah suatu alat yang digunakan untuk menganalisa pengaruh pemenuhan kebetuhan

pengguna jasa terhadap tingkat kepuasan pelanggan. Metode kano digunakan dalam rangka

meningkatkan kualitas suatu jasa atau layanan berdasarkan persepsi yang dimiliki pelanggan.

3. Teori Kepuasan Pelanggan

Kepuasan dapat mencerminkan penilaian seseorang tentang kinerja pelayanan dalam

kaitannya dengan ekspektasi. Kualitaspelayanan merupakan ukuran dari kinerja dari sebuah

perusahaan atau penyedia jasa. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan suatu penyelenggara

pelayanan publik maka perluadanya Survei. Kepuasan Masyarakat. Survei Kepuasan Masyarakat

merupakan pengukuran secara komprehensif tentang kepuasan masyarakat atau pengguna jasa

terhadap pelayanan dari penyedia jasa mempunyai beberapa indikator atau unsur –unsur penilaian,

antara lain persyaratan, sistem,mekanisme dan prosedur, waktu penyelesaian,biaya/ tarif, produk

spesifikasi jenis pelayanan, kompetensi pelaksana, perilaku pelaksana, penanganan pengaduan, saran

dan masukan, sarana dan prasarana.


B. Kerangka Pemikiran

SPM harus mengandung unsur‐unsur jenis pelayanan dasar, indikator SPM, dan batas waktu pencapaian.
Secara garis besar dapat digambarkan bagan alur kerangka pikiran yang dapat dilihat pada gambar
berikut :

MRT
Visi dan Misi

Pelayanan yang Diberikan


PP Pelayanan yangMdiberikDiberikan
Transjakarta
SPM MRT
Kehandalan
Keamanan dan Keselamatan
Kemudahan
Kenyamanan

Tanggapan Pengguna terhadap SPM


Tanggapan Pengguna terhadap
Transjakarta
SPM
Transjakarta

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja


Pengguna Transjakarta

Kepuasan Pengguna Terhadap


SPM

Analisis Analisis
Sikap Kepuasan

Kesimpula
Fishbei Rekomendasi n
n Hasil

C. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian terdahulu diatas, maka dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut :

H1 : Diduga penumpang belum merasa puas terhadap layanan jasa yang diberikan oleh MRT Jakarta

H2 : Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi layanan jasa dengan kepuasan

penumpang MRT Jakarta


H3 : Diduga operasional dan kualitas pelayanan MRT mempunyai hubungan yang paling erat dengan

kepuasan penumpang MRT.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Uraian Umum

Penelitian ini dimulai dengan melakukan tinjauan pustaka untuk mencari bahan refrensi

tentang Standar Penilaian Minimum (SPM). Dalam hal ini refrensi tentang basis Standar Penilaian

Minimum (SPM) sangatlah jarang dari Universitas Krisnadwipayana, sehingga refrensi yang dipakai

lebih banyak dari luar Universitas Krisnadwipayana, yang berupa jurnal-jurnal dan penelitian.

Studi ini berfokus pada peningkatan operasional, kualitas pelayanan dan tingkat kepuasan

penumpang. Kajian ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas operasional, kualitas pelayanan MRT

terhadap penumpang MRT agar masyarakat Jakarta tetap memilih MRT sebagai moda transportasi

utama.

3.2. Metode Penelitian

1. Uji Validitas

Uji validitas item adalah uji statistik yang digunakan guna menentukan seberapa valid suatu item

pertanyaan mengukur variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini menggunakan program bantu

analisa statistik dengan korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen Pearson). Jika r hitung > r tabel,

maka instrumen atau item-item pertanyaan atau variable yang diuji berkorelasi signifikan terhadap

skor total (dinyatakan valid). Sedangkan uji reabilitas yang berfungsi untuk mengukur seberapa jauh

pengukuran bebas dari varian kesalahan acak. Suatu kuisioner dapat dikatakan reliabel atau handal

jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Program bantu analisa statistik memberikan fasilitas untuk mengukur realibilitas dengan uji statistik

Cronbach Alpha (α) (Muzammil et al., 2019)


2. Uji Reliabilitas

(M. Nur Ali Ramadhan, 2013) Bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran data dapat

memberikan hasil relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran pada subyek yang sama atau

dengan kata lain untuk menunjukkan adanya kesesuaian antara sesuatu yang diukur dengan jenis alat

pengukur yang dipakai. Untuk menguji kendalan (reliabilitas) instrumen dengan menggunakan nunus

Cronbach’s Alpha (J. Supranto, 1997: 60), yaitu:

Bila rhitung lebih besar dan 0,6 (Nunnally, 1981) maka dikatakan reliabel.

3. Analisis Deskriptif

Yaitu analisis yang berusaha mengadakan interpretasi data yang terkumpul dengan tidak memakai

uji statistic. Analisis ini berisi karakteristik penumpang yang terdiri dari usia, jenis kelamin, jenis

pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan serta frekuensi dalam menggunakan kereta MRT.

4. Analisis Statistik

(M. Nur Ali Ramadhan, 2013) Yaitu menganalisis data yang terkumpul dalam penelitian dengan

menggunakan perhitungan dan uji statistik. Adapun alat analisis yang digunakan adalah:

a. Analisis tingkat harapan dan tingkat kinerja (Importance Performance Analysis)


Digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan penumpang dengan membandingkan

antara tingkat kinerja yang dirasakan dengan tingkat harapan .

Rumus :

Dimana: Z = Tingkat kepuasan penumpang

Xij = Tingkat kinerja menurut persepsi penumpang i pada

dimensi j

Yij = Harapan penumpang i terhadap dimensi j.

b. Analisis SERVPERF (Service Performance) tertimbang SERVPERF

Tertimbang digunakan untuk mengukur kualitas jasa yang berdasarkan kinerja dan

kepentingan. SERVPERF tertimbang menurut (M. Nur Ali Ramadhan, 2013) dapat

dirumuskan sebagai berikut :

X = Σ (f0-fh)2
Fh

Dimana :

K : Kinerja

P : Tingkat Kepentingan

n : Jumlah item pertanyaan

c. Analisis Chi Square

Digunakan untuk menguji hubungan antara dimensi-dimensi ketanggapan, keandalan,

keyakinan, empati dan keberwujudan.

Rumus :
d. Koefisien Korelasi Kontingensi

Digunakan untuk mengukur derajat keeratan hubungan antara masingmasing dimensi layanan

jasa dengan kepuasan penumpang. Agar nilai C dapat digunakan untuk menguji keeratan

hubungan antara dimensi layanan jasa, maka nilai C dibandingkan dengan nilai koefisien

maksimum (C maks). Nilai koefisien korelasi kontingensi C maks dihitung dengan:

Rumus :

Untuk mengetahui hubungan paling erat antara dimensi layanan jasa dengan kepuasan

konsumen dengan menghitung selisih paling kecil antara nilai C dan Cmaks.

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di stasiun MRT Jakarta.

Pada bagian ini juga dijelaskan tahapan penelitian yang dilakukan dari penyusunan proposal

sampai ujian skripsi dalam bentuk Gant Chart, untuk mempermudah proses pelaksanaan penelitian.
Tabel 3.1. Rencana Waktu Penelitian

Bulan
No Rencana Kegiatan
April Mei Juni Juli Agustus

1 Penyusunan Proposal          

2 Seminar Proposal          

3 Pengumpulan Data          

4 Pengelolaan dan Analisis Data          

5 Penyusunan Laporan Akhir/Skripsi          

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Populasi dan Sampel

Metode pengumpulan data penelitian ini adalah dengan menyebar kuisioner ke penumpang MRT Jakarta.

Target wawancara dan reponden dari kuisioner merupakan calon maupun yang telah menjadi penumpang

MRT Jakarta tanpa memperhatikan tujuan perjalanan dari penumpang. Dalam menentukan jumlah

responden tersebut didapatkan dari situs www.tribunnews.com data jumlah penumpang MRT Jakarta pada

Juni 2022. Berdasarkan data tersebut didapatkan jumlah populasi sebanyak 1.561.680 penumpang terdiri

dari 7.047 perjalanan kereta. Penentuan jumlah responden (sampel) ditentukan menggunakan rumus Slovin:

n=N
(1 + Ne²)

n= 1.561.680 = 1.561.680 = 20.000


(1 +(1.561.680x0.05²) 78.085

n = 20.000 orang

N= 1.561.680 orang
Keterangan:

n = ukuran sampel,

N = ukuran populasi

e = presentasi kelonggaran akibat kurangnya ketelitian dalam mengambil sampel

3.4.3. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif dengan menggunakan

procedure penelitian yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan. Penelitian kualitatif adalah memahami fenomena apa yan di alami subjek penelitian

dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Perolehan data di dapat dari wawancara mendalam,

pengamatan, dan pemanfaatan dokumen.

3.4.4. Rencana Penelitian

Dalam tahap ini, dilakukan beberapa kegiatan untuk pengumpulan data, antara lain :

1. Pengamatan langsung yang kemudianmenilai fasilitas dan pelayanan dari MRT Jakarta

dengan standar

pelayanan minimum berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia : PM 40 tahun

2015.

2. Penyebaran form Kuesioner kepada penumpang yang akan berangkat, maupun yang sudah datang.

Form Kuesioner berisi beberapa pertanyaan dan pernyataan yang menilai fasilitas dan pelayanan

MRT Jakarta

Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode ini sering disebut metode penelitian

naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi alamiah.


DAFTAR PUSTAKA

Arifin, A. M. (2015). Analisis tingkat kepuasan penumpang pada fasilitas pelayanan bus transjakarta berbasis standar

pelayanan minimal (SPM). Jurnal Sosial Humaniora, 6(2), 104–121.

Gunawan, A., & Damayanti, F. R. (2021). PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN PADA INDUSTRI

TRANSPORTASI KERETA. 6(2).

M. Nur Ali Ramadhan. (2013). ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PENUMPANG TERHADAP KUALITAS LAYANAN

JASA KERETA API EKSEKUTIF ARGO LAWU. X, 1–21.

Muzammil, K., Junita Koesoemawati, D., & Kriswardhana, W. (2019). Evaluasi Standar Pelayanan Minimum dan

Tingkat Kepuasan Penumpang di Terminal Angkutan Umum Tawang Alun Jember. 13(2), 89–96.

https://doi.org/10.21776/ub.rekayasasipil.2019.013.02.2

Oktaria, D. S. (2020). Analisis Kebijakan Standar Pelayanan Minimum Bagi Pengguna Kereta Api Mrt Jakarta. Jurnal

Komunikasi Universitas Garut, 6(November), 4–5.

Riyanto, V., & Tunjungsari, H. K. (2020). Kualitas Layanan dan Nilai yang Dipersepsikan terhadap Niat Pembelian

Pengguna Jasa MRT dengan Kepuasan Pelanggan Sebagai Mediasi. Jurnal Manajerial Dan Kewirausahaan,

2(3), 838. https://doi.org/10.24912/jmk.v2i3.9598

Anda mungkin juga menyukai