Anda di halaman 1dari 32

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

DAN PERUMAHAN RAKYAT

URGENSI PENYUSUNAN
PERATURAN PELAKSANAAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 2
TAHUN 2017 TENTANG JASA
KONSTRUKSI

DIREKTUR JENDERAL BINA KONSTRUKSI

Sosialisasi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017


Makassar, 25 Juli 2019

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI


URGENSI PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAAN UU
NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI

1 2 3
• Pentingnya • RPP juga harus • Pentingnya
penyederhanaan mewujudkan tujuan
menjamin bahwa
semua skema dan RPP Jasa Konstruksi ini
pengaturan di Jasa arah kebijakan dalam meningkatkan
Konstruksi dan perlu Jasa Konstruksi iklim usaha yang
dibuat pengaturan akan lebih baik kondusif,
yang benar-benar serta penyelenggaraan jasa
dibutuhkan dan tidak mementingkan konstruksi yang
membebani profesionalisme transparan, persaingan
masyarakat khususnya dan kinerja. usaha yang sehat, dan
masyarakat Jasa jaminan kesetaraan.
Konstruksi.

2
PENGGABUNGAN RENCANA
PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI

UU No. 2
Tahun 2017

Pasal:
Pasal: Pasal:
42 (6), 45, 51, 65 (5), 67
18, 25, 102 10, 82, 85 (4), 102
(2), 88 (7), 102

PP Pembinaan dan
PP Usaha Jasa PP Penyelenggaraan
Partisipasi Masyarakat
Konstruksi Jasa Konstruksi
Jasa Konstruksi

“DIGABUNGKAN DALAM 1 PERATURAN PEMERINTAH ”


3
AMANAT KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO.
9 TAHUN 2018 TENTANG PROGRAM PENYUSUNAN
PERATURAN PEMERINTAH TAHUN 2018
JUDUL DASAR POKOK MATERI
PEMBENTUKAN
RPP tentang UU Nomor 2 Tahun 1. Tanggung Jawab dan
Peraturan 2Ol7 tentang Jasa Kewenangan.
Pelaksanaan Konstruksi Pasal 10, 2. Struktur Usaha dan
atas UU Nomor Pasal 18, Pasal 25, Segmentasi Pasar Jasa
2 Tahun 2Ol7 Pasal 42 ayat (6), Konstruksi.
tentang Jasa Pasal 45, Pasal 51, 3. Penyelenggaraan Usaha
Konstruksi Pasal 65 ayat (5), Jasa Konstruksi.
Pasal 67 ayat (2), 4. Rantai Pasok Sumber Daya
Pasal 82, Pasal 85 Konstruksi.
ayat (4), Pasal 87, 5. Pembinaan Jasa Konstruksi.
Pasal 88 ayat (7), 6. Partisipasi Masyarakat.
dan Pasal 102 7. Tata Cara Pengenaan Sanksi
4
STRUKTUR RPP JASA KONSTRUKSI

NO BAB URAIAN
1. BAB I KETENTUAN UMUM
2. BAB II TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN
3. BAB III STRUKTUR USAHA DAN SEGMENTASI PASAR JASA
KONSTRUKSI
4. BAB IV PENYELENGGARAAN USAHA JASA KONSTRUKSI
5. BAB V PEMBINAAN
6. BAB VI PENYELENGGARAAN PARTISIPASI MASYARAKAT
7. BAB VII TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF
8. BAB VIII TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF
9. BAB IX KETENTUAN PENUTUP

5
POKOK-POKOK PENGATURAN
DALAM RANCANGAN
PERATURAN PEMERINTAH
TENTANG PERATURAN
PELAKSANAAN UU NO 2 TH
2017 JASA KONSTRUKSI
6
01

KETENTUAN UMUM DAN


LINGKUP

7
KETENTUAN UMUM DAN LINGKUP

2
1 Lingkup Peraturan Pemerintah meliputi:
Ketentuan a. tanggung jawab dan kewenangan;
b. struktur usaha dan segmentasi pasar
umum berisi Jasa Konstruksi;
36 definisi c. penyelenggaraan usaha Jasa
batasan Konstruksi;
pengertian d. pembinaan;
dan istilah e. partisipasi masyarakat; dan
f. sanksi administratif

8
02

TANGGUNG JAWAB DAN


KEWENANGAN

9
TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN

• Pemerintah Pusat
• Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
PIHAK • Pemerintah Daerah Provinsi
• Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

1. meningkatnya kemampuan dan kapasitas usaha Jasa Konstruksi


nasional;
2. terciptanya iklim usaha yang kondusif, Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi yang transparan, persaingan usaha yang sehat, serta
jaminan kesetaraan hak dan kewajiban antara Pengguna Jasa dan
TANGGUNG Penyedia Jasa;
JAWAB 3. terselenggaranya Jasa Konstruksi yang sesuai dengan Standar
PEMERINTAH Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan;
4. meningkatnya kompetensi, profesionalitas, dan produktivitas tenaga
PUSAT kerja Konstruksi nasional;
5. meningkatnya kualitas penggunaan material dan peralatan
Konstruksi serta teknologi Konstruksi dalam negeri;
6. meningkatnya partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi; dan
7. tersedianya sistem informasi Jasa Konstruksi

10
TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN
• dilakukan dengan mengikutsertakan masyarakat
KEWENANGAN
jasa Konstruksi
PEMERINTAH
• Contoh: Registrasi badan usaha, registrasi penilai
PUSAT
ahli, registrasi tenaga kerja, pembentukan LSP.

1. penyelenggaraan pelatihan tenaga ahli Konstruksi;


KEWENANGAN
dan
PEMERINTAH
2. penyelenggaraan Sistem Informasi Jasa Konstruksi
DAERAH PROVINSI
cakupan daerah provinsi

1. penyelenggaraan pelatihan tenaga terampil


Konstruksi;
KEWENANGAN 2. penyelenggaraan Sistem Informasi Jasa Konstruksi
PEMERINTAH cakupan daerah kabupaten/kota;
DAERAH 3. penerbitan Izin Usaha nasional Kualifikasi kecil,
KAB/KOTA menengah, dan besar; dan
4. pengawasan tertib usaha, tertib penyelenggaraan,
dan tertib pemanfaatan Jasa Konstruksi
11
03

STRUKTUR USAHA DAN


SEGMENTASI PASAR JASA
KONSTRUKSI

12
USAHA JASA KONSTRUKSI
JENIS USAHA SIFAT KLASIFIKASI
UMUM 1. Arsitektur;
2. Rekayasa;
JASA 3. Rekayasa terpadu; dan
4. Arsitektur lanskap dan perencanaan wilayah.
KONSULTANSI
KONSTRUKSI
SPESIALIS 1. Konsultansi ilmiah dan teknis; dan
2. Pengujian dan analisis teknis.

UMUM 1. Bangunan gedung; dan


2. Bangunan sipil.

SPESIALIS 1. Instalasi;
PEKERJAAN 2. Konstruksi khusus;
KONSTRUKSI 3. Konstruksi prapabrikasi;
4. Penyelesaian bangunan;
5. Penyewaan peralatan; dan
6. Persiapan.

PEKERJAAN 1. Bangunan gedung; dan


KONSTRUKSI 2. Bangunan sipil.

TERINTEGRASI
13
USAHA RANTAI PASOK KONSTRUKSI

USAHA RANTAI
PASOK SUMBER DAYA
KONSTRUKSI

BAHAN
PERALATAN SDM
BANGUNAN

TEKNOLOGI
1. LOLOS UJI
2. OPTIMALISASI PRODUK 1. MEMENUHI
DALAM NEGERI STANDAR
3. LAYAK OPERASI & 1. MEMENUHI STANDAR KOMPETENSI
PRODUKSI K4 KERJA
4. TEREGISTRASI 2. KEBIJAKAN 2. BERSERTIFIKAT
PENELITIAN &
PENGEMBANGAN
3. PELAKU KEGIATAN
LITBANG

14
SEGMENTASI PASAR JASA KONSTRUKSI
KRITERIA

RISIKO TEKNOLOGI BIAYA

ditentukan ditentukan
ditentukan oleh
berdasarkan: berdasarkan aspek:
besaran biaya
1. tingkat keparahan 1. material;
pekerjaan yang
dampak 2. peralatan;
diperlukan untuk
kecelakaan; dan 3. tenaga ahli; dan
penyelesaian
2. potensi frekuensi 4. metode
pekerjaan
kecelakaan kerja. pelaksanaan.

Ketentuan lebih lanjut akan diatur dalam Peraturan Menteri

15
04

PENYELENGGARAAN USAHA
JASA KONSTRUKSI

16
PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi dilaksanakan dengan memperhatikan:
a pemenuhan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan;

b pemenuhan ketentuan keteknikan sesuai dengan ketentuan peraturan


perundangan-undangan;
c penggunaan tenaga kerja konstruksi yang kompeten dan dibuktikan dengan
sertifikat kompetensi kerja;
d penerapan standar remunerasi minimal pada penggunaan tenaga kerja
konstruksi jenjang jabatan ahli
e pemenuhan tanggung jawab professional dari tenaga kerja konstruksi jenjang
jabatan ahli
f pengutamaan penggunaan sumber daya konstruksi dalam negeri;

g perkembangan inovasi teknologi dalam rangka menciptakan nilai tambah bagi


pengguna jasa
h pengutamaan pemanfaatan sistem rantai pasok konstruksi setempat
i pertimbangan berbagai aspek resiko didalam penyelenggaraan jasa konstruksi.
17
PEMILIHAN PENYEDIA JASA

Pemilihan penyedia oleh pengguna jasa dapat dilakukan dengan cara:

01 Tender atau seleksi;

02 Penunjukan langsung; dan


03 Pengadaan langsung.

04 Pengadaan melalui katalog elektronik.

18
PENUGASAN PEMERINTAH

Penugasan pemerintah kepada badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah,
anak perusahaan badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, dan/atau
perusahaan terafiliasi badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah dilaksanakan
dengan ketentuan:

1 sepanjang layanan Jasa Konstruksi dimaksud merupakan produk


atau Layanan Usaha dari badan usaha milik negara/badan usaha
milik daerah, anak perusahaan badan usaha milik negara/badan
usaha milik daerah, dan/atau perusahaan terafiliasi badan usaha
milik negara/badan usaha milik daerah;

2 sepanjang kualitas, harga dan tujuannya dapat


dipertanggungjawabkan

19
PENYELESAIAN SENGKETA KONSTRUKSI
Tahapan upaya penyelesaian sengketa konstruksi:

Mediasi Konsiliasi Arbitrase

Dewan Sengketa:
Pilihan lain tahapan upaya Upaya penyelesaian
penyelesaian sengketa sekaligus pencegahan
konstruksi sengketa kontruksi.

Dewan Penggunaan Dewan


Sengketa bilamana tidak
Sengketa ditentukan lain maka
dilakukan sejak pengikatan
jasa konstruksi.

20
KEGAGALAN BANGUNAN
UMUM
1 Penetapan rencana umur konstruksi harus secara jelas dan tegas
dinyatakan dalam dokumen perancangan, serta disepakati dalam
Kontrak Kerja untuk Pekerjaan Konstruksi.
2 Jangka waktu pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan harus
dinyatakan dengan tegas dalam Kontrak Kerja untuk Pekerjaan
Konstruksi.
3 Penyedia Jasa dan/atau Pengguna Jasa wajib memberikan ganti
kerugian dalam hal terjadi Kegagalan Bangunan sebesar nilai yang
ditetapkan oleh Penilai Ahli.
4 Penyedia jasa dan Pengguna jasa wajib menyimpan dan memelihara
dokumen terkait kontrak penyelenggaraan jasa konstruksi sesuai jangka
waktu pertanggungjawaban para pihak yang dapat dipakai sebagai alat
pembuktian bilamana terjadi kegagalan bangunan.

21
KEGAGALAN BANGUNAN
Pertanggungjawaban Penyedia Jasa
Masa umur konstruksi dan kurang dari 10 th

Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan dalam


jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal
penyerahan akhir layanan jasa Konstruksi untuk rencana umur Konstruksi
lebih dari 10 (sepuluh) tahun.

Setelah 10 th dan masih dalam rencana umur konstruksi

1. Pengguna Jasa bertanggung jawab atas kegagalan bangunan yang


terjadi setelah jangka waktu yang telah ditentukan
2. tanggung jawab atas kegagalan bangunan sesuai dengan ketetapan
penilai ahli

22
KEGAGALAN BANGUNAN
GANTI KERUGIAN

KESALAHAN OLEH: Dapat melindungi diri dengan:


Perancang asuransi tanggung jawab
dan/atau pengawas professional (PROFESSIONAL
wajib
INDEMNITY)
mengganti
Pelaksana konstruksi kerugian
akibat asuransi bangunan
Pengguna jasa kesalah
annya
Lebih dari satu pihak Tingkat kesalahan masing-masing
pihak ditetapkan oleh PENILAI AHLI

 berdasarkan tingkat kesalahan yang ditetapkan oleh PENILAI


AHLI dilakukan oleh instansi audit yang berwenang.
Besaran
Ganti Rugi  dapat mencakup kerugian material dan immaterial. Penetapan
terjadinya kerugian immaterial dilakukan oleh pengadilan.

23
05

PEMBINAAN JASA
KONSTRUKSI

24
PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI
• Pemerintah Pusat
PELAKU • Pemerintah Daerah Provinsi
PEMBINAAN • Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

Pembinaan :
• Kebijakan
Pengawasan:
• Penyelenggaraan
• Tertib Penyelenggaraan
PEMBINAAN & kebijakan (Fasilitasi,
• Tertib Usaha
PENGAWASAN Konsultasi, pendidikan dan
• Tertib Pemanfaatan
Pelatihan, dan penelitian
• Tertib Kinerja
dan pengembangan)
• Pemantauan dan Evaluasi

• Pelaku Jasa Konstruksi


(penyedia, pengguna, pelaku
SASARAN • Peningkatan Kinerja Elemen
rantai pasok, tenaga kerja)
dan Proses Penyelenggaraan
PEMBINAAN DAN • Instansi Pemerintah
Jasa Konstruksi (penjelasan
PENGAWASAN • Kelembagaan Masyarakat Jasa
pasal 76 UUJK)
Konstruksi
• Pemanfaat Produk
25
PEMBINAAN OLEH PEMERINTAH PUSAT

PERUMUSAN PENYELENGGARAAN PEMANTAUAN &


KEBIJAKAN KEBIJAKAN EVALUASI

• KAPASITAS USAHA • FASILITASI BERUPA


• SISTEM PEMBERDAYAAN,
PENYELENGGARAAN PENGUATAN KAPASITAS,
• PELAKSANAAN
• SISTEM K4 BIMTEK, BANTUAN,
PEMBINAAN
• TENAGA KERJA SOSIALISASI DAN
• KINERJA
• RANTAI PASOK PENDAMPINGAN
• PEMANFAATAN
• KELEMBAGAAN DAN • KONSULTASI LANGSUNG
PRODUK
PARTISIPASI DAN TIDAK LANGSUNG
MASYARAKAT • PELATIHAN STRATEGIS DAN
• SISTEM INFORMASI PERCONTOHAN

26
PEMBINAAN OLEH PEMERINTAH PROVINSI

DAPAT
PENYELENGGARAAN MENGEMBANGKAN
KEBIJAKAN KEBIJAKAN
KHUSUS

• FASILITASI
PENYELENGGARAAN
SISTEM INFORMASI JASA • KEMITRAAN BUJK
KONSTRUKSI PROVINSI DENGAN BUJK
• PELATIHAN TENAGA AHLI LUAR PROV
KONSTRUKSI • PENGGUNAAN
• PEMANTAUAN DAN SUBPENYEDIA JASA
EVALUASI TERHADAP DAERAH
PEMBINAAN JASA
KONSTRUKSI

27
PEMBINAAN OLEH PEMERINTAH KAB/KOTA

PENETAPAN PENYELENGGARAAN PEMANTAUAN &


KEBIJAKAN KEBIJAKAN EVALUASI

1. penyelenggaraan
• HANYA BEDAMPAK pelatihan tenaga Pengawasan tertib
DI WILAYAHNYA terampil Konstruksi; usaha, tertib
• TIDAK BOLEH 2. penyelenggaraan penyelenggaraan,
BERTENTANGAN Sistem Informasi Jasa
DENGAN KEBIJAKAN dan tertib
Konstruksi cakupan
NASIONAL DAN pemanfaatan jasa
PROVINSI daerah
kabupaten/kota;
konstruksi
3. penerbitan Izin Usaha
nasional Kualifikasi
kecil, menengah, dan
besar

28
06

PARTISIPASI MASYARAKAT

29
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGAWASAN
UU No 2 Tahun 2017
Pasal 85 s.d pasal 87
Akses informasi
pengaduan, gugatan, dan 1. Dugaan Kejahatan dan Pelanggaran tidak
upaya mendapatkan ganti mengganggu atau menghentikan
kerugian atau kompensasi penyelenggaraan jasa konstruksi
Membentuk asosiasi 2. Dugaan Kerugian Negara dilakukan
berdasarkan hasil pemeriksaan dari BPK

PENGADUAN PEMERIKSAAN

Aparat Penegak
Masyarakat Umum
Hukum PEKERJAAN KONSTRUKSI

 Masukan Perumusan Kebijakan Jasa Dikecualikan:


Konstruksi. a.Terjadi hilangnya nyawa seseorang
 Forum Jasa Konstruksi di berbagai b.Tertangkap tangan melakukan tindak
MEDIA pidana korupsi.

30
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBERIAN
MASUKAN KEBIJAKAN

ONLINE VIA SISTEM


INFORMASI
JASA KONSTRUKSI
TERINTEGRASI
LEMBAGA

FORUM
JASA
KONSTRUKSI PERTEMUAN MINIMAL 1X/TAHUN
a. menampung dan menyalurkan PEMERINTAH
aspirasi masyarakat;
PUSAT/DAER
b. membahas dan membuat
rekomendasi kebijakan AH PROVINSI
pengembangan Jasa Konstruksi
nasional;
c. meningkatkan dan
mengembangkan partisipasi
masyarakat dalam pengawasan
Jasa Konstruksi.

31
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai