Anda di halaman 1dari 164

METODE

PERANCANGAN
ARSITEKTUR
Metode Perancangan Arsitektur

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI Iii
BAB I PENGANTAR METODE PERANCANGAN
I.1. PENGERTIAN 1
I.2. KLASIFIKASI PERENCANAAN 5
I.3. EVOLUSI PERANCANGAN 7
I.4. HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN 11
PERANCANGAN
BAB II BENTUK, RUANG, SKALA DAN FUNGSI
II.1. PENGERTIAN BENTUK 13
II.2. RUANG 14
II.3. SKALA DALAM ARSITEKTUR 15
II.4. FUNGSI RUANG DAN FUNGSI 18
BANGUNAN
II.5. BENTUK, RUANG, SKALA DAN 19
FUNGSI DALAM
PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN
BAB III HUBUNGAN UNSUR YANG TERLIBAT
DALAM
PEMBANGUNAN
III.1. UNSUR PELAKSANA PEMBANGUNAN & 31
TUGASNYA
III.2. LINGKUP TUGAS ARSITEK MUSLIM 35
DALAM
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
III.3. PEMPROSESAN DATA DAN INFORMASI 37
YANG DIPERLUKAN DALAM
PERENCANAAN
3
Metode Perancangan
Arsitektur
BAB IV FAKTOR YANG BERPENGARUH
TERHADAP PERENCANAAN DAN
KAITANNYA DENGAN
PERANCANGAN
IV.1. FAKTOR PENGGUNA / MANUSIA 38
IV.2. FAKTOR FISIK 43
IV.3. FAKTOR EKSTERNAL 52
BAB V PENGUMPULAN DATA & TEKNIK
PENGUMPULAN DATA ARSITEKTUR
V.1. PENELITIAN AWAL 57
V.2. TEKNIK PENGUMPULAN DATA 59
BAB VI IDENTIFIKASI DALAM PERENCANAAN
VI.1 IDENTIFIKASI FUNGSI 72
V.2. IDENTIFIKASI LOKASI 82
BAB VII ANALISIS PERENCANAAN
VII.1. ANALISIS NON FISIK 86
VII.2. ANALISIS FISIK 95
VII.3. ANALISIS KAWASAN DAN WILAYAH 111
BAB VIII SINTESIS PERENCANAAN
VIII.1. SINTESIS NON FISIK 112
VIII.2. SINTESIS FISIK 120
BAB IX PERENCANAAN BERDASAR ANALISIS
PERILAKU
IX.1. BATASAN LINGKUP PENGERTIAN 125
IX.2. POLA AKTIFITAS 127
IX.3. HUBUNGAN ARSITEKTUR DENGAN 128
PERILAKU
BAB X KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR
X.1. TOPIK DAN TEMA 131
X.2. KONSEP PERUNTUKAN (ZONEPLAN) 138
X.3. KONSEP TATA RUANG LUAR 140
X.4 KONSEP SIRKULASI 141
X.5. KONSEP ORIENTASI
4 BANGUNAN 144
X.6. KONSEP TITIK TANGKAP BANGUNAN 146
Metode Perancangan
Arsitektur
X.7. KONSEP AS BANGUNAN DAN KAWASAN147
X.8. KONSEP DIMENSI BANGUNAN 147
X.9 KONSEP BENTUK MASSA BANGUNAN 149
X.10. KONSEP STRUKTUR DAN 150
KONSTRUKSI
BANGUNAN
X.11. KONSEP UTILITAS BANGUNAN 152
DAFTAR PUSTAKA 158

5
Metode Perancangan Arsitektur

Sesungguhnya Allah mencintai orang yang jika


melakukan suatu pekerjaan dilakukan dengan
tepat, terarah dan tuntas
HR.Al-Thabrani, Mu'jam al-Ausath, juz 2

BAB I
PENGANTAR METODE
PERANCANGAN
ada bab ini akan dibahas mengenai konsep-
P konsep dasar dari metode, perencanaan dan
perancangan, termasuk didalamnya memahami
pengertian,
tentang pengertian-
klasifikasi perencanaan, perkembangan
evolusinya hingga hubungan antara perencanaan
dengan perancangan.

I.1. PENGERTIAN
1. METODE
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang
bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur
mencakup merancang dan membangun
keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level
makro yaitu perencanaan kota, perancangan
perkotaan, arsitektur lanskap, hingga ke level
mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan
desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada
hasil-hasil proses perancangan tersebut.

1
Metode Perancangan Arsitektur

Secara etimologis, metode berasal dari kata 'met'


dan 'hodes' yang berarti melalui. Sedangkan istilah
metode adalah jalan atau cara yang harus
ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga
2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode
adalah : cara melakukan sesuatu dan rencana
dalam pelaksanaan.
Terdapat banyak pengertian dan definisi dari
metode menurut para ahli diantaranya sebagai
berikut:
 Cara, pendekatan, atau proses untuk
menyampaikan informasi (Rothwell & Kazanas)
 Rangkaian cara dan langkah yang tertib dan
terpola untuk menegaskan bidang keilmuan (B
Titus)
 Suatu cara melakukan sesuatu, terutama yang
berkenaan dengan rencana tertentu (C.
Macquarie)
 Seperangkat langkah (apa yang harus
dikerjakan)
yang tersusun secara sistematis atau urutannya
logis (Wiradi)
 Cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan
dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah
tertentu guna mencapai tujuan yang hendak
dicapai (Hardjana, A.M)
 Cara teratur yg digunakan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan
yang
dikehendaki; cara 2kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan
guna mencapai tujuan yang ditentukan” (KBBI)
Metode Perancangan Arsitektur

2. PERENCANAAN
Perencanaan sebagai padanan kata asing
“planning”, dapat diartikan sebagai suatu sarana
untuk mentransformasikan persepsi-persepsi
mengenai kondisi-kondisi lingkungan ke dalam
rencana yang berarti dan dapat dilaksanakan
dengan teratur (William
A. Shrode, 1974).
Sedangkan Davidoff (1962) menyatakan bahwa
perencanaan adalah sebuah proses untuk
menetapkan tindakan yang tepat di masa depan
melalui berbagai pilihan yang sistematik dan
terstruktur.
Perencanaan sendiri merupakan suatu proses
menyusun konsepsi dasar suatu rencana yang
meliputi kegiatan-kegiatan:
a) Mengidentifikasi. Menentukan komponen
yang
menunjang terhadap objek, yang merupakan
kompleksitas, fakta yang memiliki kontribusi
terhadap kesatuan pembangunan.
b) Mengadakan studi. Mencari hubungan dari
berbagai faktor terkait, yang memiliki pengaruh
spesifik.
c) Mendeterminasi. Menentukan setepat
mungkin faktor yang dominan dengan
memperhatikan kekhususan dari unit
perubahan yang spesifik yang memberikan
perubahan terhadap faktor lain.
d) Memprediksi. 3 Mengadakan ramalan
bagaimana suatu faktor akan berubah
sehingga mencapai keadaan lebih baik di
masa depan.
Metode Perancangan Arsitektur

e) Melakukan tindakan. Berdasarkan prediksi di


atas, melakukan tindakan terstruktur untuk
mencapai tujuan pembangunan.

3. PERANCANGAN
Terdapat begitu banyak pengertian yang
dikemukakan oleh para ahli, diantaranya sebagai
berikut :
“Perancangan merupakan proses penarikan
keputusan dari ketidakpastian yang tampak,
dengan tindakan- tindakan yang tegas bagi
kekeliruan yang terjadi” (M.Asimow, 1982).
“Perancangan merupakan upaya untuk
m e n em uk a n komponen fisik yang tepat dari
sebuah struktur fisik” (Christopher Alexander,
1983).
“Perancangan merupakan proses simulasi dari
apa yang ingin dibuat sebelum kita membuatnya,
berkali- kali sehingga memungkinkan kita merasa
puas dengan hasil akhirnya” (P.J. Booker, 1984).
“Perancangan merupakan sasaran yang
dikendalikan dari aktifitas pemecahan masalah”
(L. Bruce Archer, 1985)
“Perancangan merupakan aktifitas kreatif,
melibatkan proses untuk membawa kepada
sesuatu yang baru dan bermanfaat yang
sebelumnya tidak ada” (JB.Reswick, 1965).
“Perancangan mempunyai makna memulai
perubahan dalam benda-benda buatan manusia”
(J.C. Jones, 1990). 4
Metode Perancangan Arsitektur

“Perancangan adalah usulan pokok yang


mengubah sesuatu yang sudah ada menjadi
sesuatu yang lebih baik, melalui tiga proses:
mengidentifikasi masalah masalah,
mengidentifikasi metoda untuk pemecahan
masalah, dan pelaksanaan pemecahan masalah.
Dengan kata lain adalah perencanaan,
penyusunan rancangan, dan pelaksanaan
rancangan” (John Wade, 1977)
“Suatu kreasi untuk mendapatkan suatu hasil akhir
dengan mengambil suatu tindakan yang jelas, atau
suatu kreasi atas sesuatu yang mempunyai
kenyataan fisik” (Zainun, 1999)

I.2. KLASIFIKASI PERENCANAAN

Untuk dapat mengklasifikasikan sebuah


perencanaan, maka perlu dipahami terlebih dahulu
mengenai teori perencanaan. Dalam Teori
perencanaan (planning theory), teori dapat ditinjau
dari 3 (tiga) sisi pemahaman, yakni:
a) Theory in Planning (teori dalam proses
perencanaan);, adalah pendekatan yang
dipakai dalam perencanaan, dimana dalam
eksistensi perencanaan berkaitan erat dengan
substansi atau objeknya.
b) Theory for Planning (teori untuk perencanaan);
adalah pendekatan diajukan mencakup
berbagai teori sosial yang menjelaskan
bagaimana 5
Metode Perancangan Arsitektur

seharusnya masyarakat dan perencanaan di


masa depan (tujuan)
c) Theory of Planning (teori perencanaan); adalah
pendekatan yang kemudian mendukung
berbagai kebijakan perencanaan baik dalam
proses atau prosedur dan cara
melaksanakannya maupun substansi
perencanaannya.

Dalam mengkaji perencanaan, dapat ditinjau dari


beberepa aspek, diantaranya:

1. Berdasarkan titik pusat perencanaan, maka


perencanaan dapat diklasifikasi menjadi 3 titik
pusat / fokus perencanaan (Faludi, 1982),
yakni:
b.
a. Pemegang kekuasaan
Objek (object (control
centered), perencanaan
perencanaa
berdasarkan centered),
orientasi sasaran
n
pemegah dominan
modal
perencanaan, dipengaruhi
oleh
c. Pengambilan keputusan (decision centered),
perencanaan ditempuh melaluli jalan
diskusi atau keputusan bersama.
2. Berdasarkan orientasi perencanaan , maka
perencanaan diklasifikasikan menjadi dua jenis,
yakni:
a. Planner Oriented (perencanaan tradisional),
dimana perencana sebagai pihak yang
dominan

6
Metode Perancangan Arsitektur

dalam hal perencanaan, user menyerahkan


segalanya ke perencana.
b. User oriented (perencanaan rasional),
pemakai menjadi unsur utama dalam
orientasi perencanaan
3. Berdasarkan dimensi waktu perencanaan
maka perencanaan juga dapat di klasifikasi
menjadi tiga
jenis yakni :
a. Perencanaan jangka pendek (short–range
planning). Jangka waktunya sampai 1 atau
2 tahun.
b. perencanaan jangka menengah
(intermediate planning).Jangka waktunya 2
- > 10 tahun.
c. Perencanaan jangka panjang (long-range
planning). Jangka waktunya ≥ 10 tahun.
4. Berdasarkan arah alur , perencanaan dapat
dibedakan menjadi dua tipe, yakni
a. Top Down Planning. Disusun secara
menyeluruh kemudian dirinci kepada tingkat
yang lebih rendah.
b. Bottom Up Planning. Disusun mulai dari
bawah kemudian dirangkum dalam tingkat
tertentu.

I.3. EVOLUSI PERANCANGAN


Menurut Jones .J.C (1970) terdapat 3 fase evolusi
7
dalam desain, yang meliputi fase 1) Craftmanship,
2) Draughtmanship dan 3) Design Method (yang
sekarang
Metode Perancangan Arsitektur

digunakan). Ketiga fase tersebut secara garis


besar, berturut turut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1) Fase Craftmanship atau Craft Evolution
Dimana suatu perencanaan dilakukan dengan
mengandalkan kreativitas atau kerajinan (seni)
semata oleh sang perancang. Ciri-ciri
perencanaannya adalah:
- Kreativitas tersebut akan menghasilan suatu
bentuk karya seni yang bagus dan indah.
- Pelaku perencanaan merupakan perancang
dengan skill atau kemampuan yang terlatih
- Hasil akhir sebagai penyempurnaan atas
kesalahan perancangan yang dibuat
sebelumnya.

Contoh bangunan atau karya arsitektur dari craft


evolution ini adalah bangunan arsitektur tradisional
yang penuh dengan ornamen-ornamen.

Gambar 1.1 Bangunan candi sebagai contoh


fase Craftmanship

8
Metode Perancangan Arsitektur

2) Fase Draughtmanship
Atau fase perencanaan berdasarkan gambar,
merupakan perencanaan yang dilakukan dengan
menghitung ukuran atau dimensi dengan suatu
ukuran tertentu, mempunyai bentuk yang jelas,
dan dapat dibuat dengan jumlah yang banyak atau
dibuat kembali. Ciri-ciri perencanaan tersebut
adalah:
- Memisahkan produksi menjadikan beberapa
bagian.
- Ada kemungkinan merubah bagian-
bagian produksi.
- Waktu yang digunakan untuk
merealisasikan rancangannya lebih efisien.
- Melibatkan banyak pelaksana
untuk merealisasikannya.
- Melaksanakan rencana-rencana yang
sudah
dipersiapkan sebelumnya.

Gambar 1.2 Bangunan Rumah tinggal yang


dibuat berdasarkan gambar kerja
9
Metode Perancangan Arsitektur

3) Fase Design Method


Pada fase ini terbagi kembali menjadi dua tipe
metode perancangan, yakni tipe Tradisional dan
Rasional.
Metode Perancangan Blackbox (Tradisional)
Metode perancangan blackbox ini, dilakukan
secara spontanitas oleh si perancang suatu karya
tersebut. Ide datang bisa dari mana saja dan
kapan saja untuk membuat suatu karya. Beberapa
ciri-ciri metode
blackbox menurut Jones (1970) adalah:
 Ide kreatifitas rancangan tidak jelas datang dari
mana konsepnya, bisa datang dari mimpi,
suatu ilham, mungkin bahkan wangsit, atau
ujicoba lainnya.
 Sukar untuk menjelaskan konsep yang didapat,
mengingat ide datang secara spontanitas atau
dominan karena pengalaman terdahulu
 Proses kreatif satu rancangan tidak dapat
terlihat jelas.
 Hasil suatu karya tidak dapat di-kritik.
 Kapasitas produksi yang bergantung kepada
ketersediaan waktu, mood, dan imajinasi si
perancang.

Metode Perancangan Glassbox (Rasional)


Metode perancangan glassbox ini, dilakukan
secara rasional dan logis oleh sang perancang
terhadap karya yang dibuatnya.Konsep
10
perancangan yang dibuat tidak datang secara
spontan namun melalui beberapa tahap-
Metode Perancangan Arsitektur

tahap yang dilakukan dengan mempertimbangkan


hal- hal tertentu. Beberapa ciri-ciri metode
glassbox (Jones,1970) adalah:
 Analisa dalam merancang dilakukan
dengan
lengkap, bahkan bisa saja melalui suatu proses
pengujian.
 Bukan rancangan yang dilakukan dengan
coba- coba, namun rancangannya penuh
dengan makna
dan logis.
 Beberapa strategi ditentukan dengan
sangat matang.

Dalam metode perancangan rasional, sang


perencana tidak selalu melakukan pembangunan
terhadap karya mereka. Karya yang mereka bikin,
bisa dibangun oleh orang lain. Berbeda dengan
metode perancangan dengan metode tradisional
bahwasanya perencana adalah pelaku
pembangunannya.

I.4. HUBUNGAN PERENCANAAN


DENGAN
PERANCANGAN

Dalam kaitan perencanaan dilihat sebagai bagian


dari proses perancangan, maka terdapat 3 (tiga)
alternatif hubungan meliputi :
(1). Hubungan terpadu 11
(integrated), dimana proses
perencanaan berjalan bersamaan dengen
proses perancangan
Metode Perancangan Arsitektur

(2) Hubungan terpisah (segregated), proses


perancangan baru bisa dilaksanakan dan
selesai bila proses perencanaan sudah
dilakukan.
(3) Hubungan interaktif (interactive), sebuah
proses berkelanjutan, proses
perencanaan
dan perancangan dilihat
sebagai suatu siklus satu kesatuan yang
selalu memberika feedback satu dengan yang
lain.
Hubungan
terpadu skematiknya
Gambaran Perencanaan
sebagai- Perancangan
berikut :
(integrated)
,
Hubungan Perencanaan Perancangan
terpisah
(segregate
d)
Hubungan Perencanaan Perancangan
interaktif
(interactive
Perencanaan
)

Perancangan

Skema 1.1 Skema jenis hubungan perencanaan


dengan perancangan
12
Metode Perancangan Arsitektur

Sesungguhnya Allah menyukai orang yang


berperang dijalan- Nya dalam barisan yang
teratur seakan-akan mereka seperti suatu
bangunan yang tersusun kokoh.
(QS61:4)

BAB II
BENTUK, RUANG, SKALA DAN
FUNGSI
ab ini akan membahas tentang konsep dasar
B mengenai bentuk, ruang, skala dan fungsi serta
kaitannya serta aplikasi ke empat elemen
dalamtersebut ke perencanaan dan perancangan
proses
arsitektur.

II.1 PENGERTIAN BENTUK

Sebagai karya visual, bentuk memiliki peran yang


menetukan dalam perencanaan dan perancangan
arsitektur, diman bentuk berkait erat dengan aspek
yang mendasari keputusan dalam proses
perancangan, yakni citra. Bentuk merupakan sebuah
istilah inklusif yang memiliki beberapa pengertian.
Bentuk dapat dihubungkan pada penampilanluar
yang dapat dikenali seperti sebuah kursi atau
seseorang yang mendudukinya.
Bentuk sendiri diartikan sebagai alat pokok bagi
perancang, dimana dibutuhkan kepekaan untuk
memilih, menguji dan memanipulasi unsur-unsur
berbagai bentuk dasar juga13
organisasi ruang dan
perubahan-perubahan yang terjadi sehingga berkait
satu sama lain, bermakna,
Metode Perancangan Arsitektur

ditunjang dengan pengorganisasian ruang, struktur


dan kesatuan yang tepat (Ching, 1996)
Sedangkan Hugo Haring mendefinisikan bentuk
sebagai suatu perwujudan dari organisasi ruang yang
merupakan hasil dari suatu proses pemikiran. Proses
ini
atasdidasarkan
pertimbangan fungsi dan usaha
pernyataan
diri/ekspresi.
Eppi dkk (1986) mendefinisikan bentuk sebagai unsur
yang memiliki garis, lapisan, volume, tekstur dan
warna, dimanakesemuanya
kombinasi akan
menghasilkan pengekspresian
bangunan

II.2. RUANG
Ruang adalah daerah tiga dimensi dimana obyek dan
peristiwa berada. Ruang memiliki posisi serta arah
yang relatif, terutama bila suatu bagian dari daerah
tersebut dirancang sedemikian rupa untuk tujuan
tertentu. Ruang merupakan wadah dari aktifitas-
aktifitas manusia, baik aktifitas untuk kebutuhan fisik
maupun emosi manusia. Ruang digunakan untuk
mewadahi satu aktifitas manusia atau lebih. Ruang
terkait dengan volume dan volume mempunyai tiga
aspek dimensi, yaitu panjang, lebar dan tinggi.
Ruang yang digunakan lebih dari satu fungsi dan
aktifitas disebut ruang multifungsi. Ruang yang bisa
digunakan untuk mewadahi aktifitas yang berlainan
bahkan untuk aktifitas yang sangat bertentangan
(seperti aktifitas sakral dan profan) disebut ruang
yang relatif. 14
Metode Perancangan
Arsitektur

Gambar 2.1 Ruang sebagai bentuk 3 dimensi

II.3. SKALA DALAM ARSITEKTUR


Skala dalam arsitektur menunjukkan perbandingan
antara elemen bangunan atau ruang dengan suatu
elemen tertentu dengan ukuran manusia.
Skala terdiri dari dua macam, yakni :
1) Skala manusia, perbandingan ukuran elemen
bangunan atau ruang dengan dimensi tubuh
manusia
2) Skala Generik, perbandingan ukuran elemen
bangunan atau ruang terhadap elemen lain yang
berhubungan dengannya atau disekitarnya

Gambar 2.2 Ilustrasi skala dalam


arsitektur
15
Metode Perancangan Arsitektur

Pada lingkungan perkotaan, terdapat beberapa


macam skala, yakni diantaranya :
1) Skala Intim
Merupakan skala ruang kecil sehingga
memberikan rasa terlindung bagi manusia yang
berada didalamnya. Contoh taman kecil yang
dikelilingi bangunan rumah

Gambar 2.3 Taman kecil yang mencerminkan


skala intim
2) Skala Perkotaan
Merupakan skala ruang yang dikaitkan dengan
kota serta lingkungan manusianya sehingga
manusia merasa memiliki atau kerasan pada
lingkungan itu.

Gambar 2.4 Ilustrasi skala


kota 16
Metode Perancangan Arsitektur

3) Skala Monumental
Didefiniskan sebagai skala ruang yang besar
dengan suatu obyek yang mempunyai nilai
tertentu sehingga manusia akan merasakan
keagungan akan ruangan itu sendiri. Seperti pada
ilustrasi gambar 1, peran ukuran objek monumen
(1) dan ruang terbuka yang besar (2) bersama-
sama menciptakan efek monumental terhadap
keberadaan objek itu sendiri

Gambar 2.5 Ilustrasi skala monumental

4) Skala Menakutkan
Skala ini mempunyai perbandingan yang jauh
sekali perbedaannya dari manusia sehingga
menimbulkan rasa menakutkan bagi manusia
yang berada dalam ruangan tersebut. Bangunan
tinggi yang berdekatan jaraknya akan
menciptakan skala ruang yang menakutkan pada
orang yang berada diantaranya.

17
Metode Perancangan
Arsitektur

Gambar 2.6 Ilustrasi skala menakutkan

II.4 FUNGSI RUANG DAN FUNGSI


BANGUNAN
“Fungsi “ diartikan sebagai berjalannya suatu tema
kegiatan yang mencerminkan atau selaras dengan
tema ruang. Informasi yang diperlukan dalam
perencanaan rancangan fasilitasnya meliputi :

- Fungsi jamak (ruang yang dapat digunakan


oleh berbagai fungsi baik secara pararel,
serial, maupun bertahap), ruangnya disebut
ruang multifungsi
- Fungsi tunggal (ruang yang hanya dapat
digunakan oleh satu fungsi saja), ruangnya
disebut ruang tunggal fungsional.

Peran ruang dalam rancangan fasilitas sangat


dominan. Ruang merupakan unsur pembentuk
rancangan arsitektur disamping 2 (dua) unsur yang
lain ialah “bentuk” dan “susunan“.

Yang mempengaruhi perencanaannya


18 meliputi:
 Tipe-tipe ruang (kaitannya dengan fungsi ruang)
Metode Perancangan Arsitektur

 Dimensi ruang (kaitannya dengan ukuran,


luasan dan volume ruang)
 Hubungan antara ruang (kaitannya dengan
zoning dan organisasi ruang)

II.5. BENTUK, RUANG, SKALA DAN FUNGSI


DALAM PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN

Konsep bentuk, penataan ruang, konsep skala dan


fungsi dari lingkungan binaan yang akan dibuat akan
menjadi elemen penting dalam proses perencanaan
dan perancangan. Le Corbusier pernah menyatakan
bahwa sebuah bentuk dari bangunan arsitektur itu
mengikuti fungsinya (form follow function), walaupun
sesuai perkembangan waktu muncul pendapat lain
bahwa fungsi dapat menyesuaikan dengan bentuk
rancangan (function follow form). Contoh nyata
bagaimana ke empat elemen ini berperan dalam
perencanaan tercermin dalam penentuan pola
sirkulasi antar ruang maupun antar bangunan.
Berikut adalah beberapa tipe hubungan dan bentuk
sirkulasi akibat pengaruh bentuk, ruang, skala dan
fungsi

1. Hubungan Jalan dengan Ruang


Jalan yang melalui ruang-ruang Jalan-jalan yang
melewati ruang-ruang dihadapnya, yang dapat
menjadi sirkulasi bagi ruang.
a) Melalui ruang-ruang
Sirkulasi melewati 19 ruang adalah suatu
pergerakkan atau ruang lingkup gerak yang
berfungsi sebagai
Metode Perancangan Arsitektur

penghubung ruang satu dengan lainnya. Jalan ini


tetap mempertahankan kesatuan dari ruangan-
ruangan yang ada dan konfigurasi jalannya
fleksibel. Contoh dari sirkulasi yang melewati
ruang adalah : Ruang tamu1-melewati ruang
Ruang keluarga - melewati ruang

Gambar 2.7 Sirkulasi melalui ruangan

b) Menembus ruang yaitu, sirkulasi dengan sistem


menembus ruang, udara dapat menembus tiap-
tiap ruangan. Maksud menembus ruang disini
adalah suatu pergerakkan atau ruang lingkup
gerak yang berfungsi sebagai penghubung ruang
satu dengan lainnya melalui atau menembus
ruang yang lain. Sirkulasi dapat menembus
sebuah ruang menerus sumbunya, miring, atau
sepanjang sisinya. Dalam memotong sebuah
ruang, sirkulasi membentuk wilayah-wilayah
tertentu untuk aktifitas dan gerak
20
Metode Perancangan Arsitektur

dalam ruang tersebut. Pada bagian ini sebuah


ruangan dibagi menurut sumbunya dan tercipta
jalan di tengahnya da secara tidak langsung
tercipta pola- pola akibatnya pada ruangan
tersebut.

Gambar 2.8 Sirkulasi dibuat membelah


ruangan

Gambar 2.9 Sirkulasi dibuat melalui


ruangan

21
Metode Perancangan Arsitektur

c) Berakhir dalam ruang, yakni sirkulasi dengan


sistem udara memasuki ruang dan udara hanya
berputar pada ruang tersebut.

Gambar 2.10 Ilustrasi sirkulasi berakhir


dalam ruangan

Gambar 2.11 Ruang Rapat, contoh sirkulasi


yang berakhir dalam ruang

22
Metode Perancangan Arsitektur

Sirkulasi yang berakhir dalam ruang adalah suatu


pergerakkan atau ruang lingkup gerak yang
berfungsi sebagai pemfokus akses penghubung
ruang yang dianggap penting (mempunyai
keunggulan dibandingkan yang ruang yang lain)
dan berakhir pada satu ruang. Biasanya sirkulasi
yang berakhir dalam ruang terdapat pada
ruangan pertemuan.

2. Bentuk Ruang Sirkulasi


a) Tertutup
Membentuk galeri umum atau koridor pribadi
yang berkaitan dengan ruang-ruang yang
dihubungan melalui pintu-pintu masuk pada
bidang dinding.

Gambar 2.12 Contoh Sirkulasi tertutup

b) Terbuka pada salah satu sisinya


Membentuk balkon atau galeri yang
memberikan kontinuitas visual dan
kontinuitas ruang dengan ruang-ruang yang
dihubungkannya.
23
Metode Perancangan
Arsitektur

Gambar 2.13 Contoh Sirkulasi terbuka pada


satu sisi

c) Terbuka pada Kedua sisinya


Membentuk deretan kolom untuk jalan lintas
yang menjadi sebuah perluasan fisik dari
ruang yang ditembusnya.

Gambar 2.14 Contoh Sirkulasi terbuka


pada kedua sisi

24
Metode Perancangan Arsitektur

3. Konfigurasi Jalan
a) Linier
yaitu urutan ruang yang berada dalam satu
garis dan berulang. Organisasi linier pada
dasarnya terdiri dari sederetan ruang. Ruang-
ruang ini dapat berhubungan secara langsung
satu dengan yang lain atau dihubungkan
melalui ruang linier yang berbeda dan
terpisah. Organisasi linier biasanya terdiri dan
ruang-ruang yang berulang, serupa dalam
ukuran, bentuk, dan fungsi. Ruang-ruang
yang secara fungsional atau simbolis penting
keberadaannya terhadap organisasi dapat
berada di manapun sepanjang rangkaian
linier.

Gambar 2.15 Ilustrasi konfigurasi linier

b) Radial
Organisasi ruang radial memadukan unsur-
unsur organisasi terpusat dan
linier.Organisasi ini terdiri dari ruang pusat
yang dominan di mana sejumlah organisasi
linier berkembang menurut arah jari-
25
Metode Perancangan Arsitektur

jarinya. Ruang pusat pada suatu organisasi


radial pada umumnya berbentuk teratur.
Lengan-lengan liniernya, mungkin mirip satu
sama lain dalam hal bentuk dan panjang
untuk mempertahankan keteraturan bentuk
organisasi secara keseluruhan.Lengan-lengan
radialnya juga dapat berbeda satu sama lain
untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan akan
fungsi dan konteksnya.

26
Metode Perancangan Arsitektur

Gambar 2.15 Contoh konfigurasi


radial

Gambar 2.16 Ilustrasi konfigurasi radial

c) Spiral (Berputar)
Membentuk sebuah jalan lulur yang bergerak
mengelilingi pusat dan bertambah jauh dari
pusatnya.

Gambar 2.17 Ilustrasi konfigurasi


spiral
d) Grid
Pola ini terdiri dari beberapa yan
jalan menghubungkan titik-titik g
terpadu
ruang,organisasi dala
grid terdiri dan bentuk-bentuk
dan ruang-ruang di mana posisinya dalam m
ruang dan hubungan antar ruang diatur oleh
pola atau
27
Metode Perancangan Arsitektur

bidang grid tiga dimensi. Sebuah grid


diciptakan oleh dua pasang garis sejajar yang
tegak lurus yang membentuk sebuah pola
titik-titik teratur pada pertemuannya. Apabila
diproyeksikan dalam dimensi-ketiga, maka
pola grid berubah menjadi satu set unit ruang
modular berulang.Suatu grid di dalam
arsitektur paling sering dibangun oleh sistem
struktur rangka dari kolom dan balok.
Kekuatan mengorganisir suatu grid dihasilkan
dari keteraturan dan kontinultas pola-polanya.
Pola- pola ini membuat satu set atau daerah
titik-titik dan garis-garis referensi yang stabiI
dalam ruang- ruang organisasi grid.

Gambar 2.18 Ilustrasi konfigurasi Grid


pada kawasan

28
Metode Perancangan
Arsitektur

Gambar 2.19 Contoh konfigurasi Grid

e) Jaringan
Suatu bangunan biasanya memiliki suatu
kombinasi dari pola-pola diatas. Oleh karena
itu maka dibentuk aturan urutan utama dalam
sirkulasi tersebut agar tidak membingungkan.

Gambar 2.20 Ilustrasi konfigurasi


jaringan
29
Metode Perancangan
Arsitektur

30
Metode Perancangan Arsitektur

Maka ingatlah akan anugrah Allah dan


janganlah kamu merajalela di muka bumi
membuat kerusakan”.
(QS 7 : 74)

BAB III
HUBUNGAN UNSUR YANG
TERLIBAT DALAM
PEMBANGUNAN
ada bab ini akan mebahas mengenai unsur-

P unsur atau pihak-pihak yang terlibat dalam


suatu proses pembangunan, mulai dari tahap
perencanaan, perancangan
pelaksanaannya berikut ranah
hingga
tugasnya
bagaimana
masing.
hubungan
Bab ini juga
antara
akanunsur-unsur
memaparkantersebut,
ruang lingkup peranan seorang arsitek dalam
perencanaan arsitektur serta pemrosesan data dan
informasi yang diperlukan dalam kegiatan
perencanaan.

III.1. UNSUR PELAKSANA


PEMBANGUNAN &
TUGASNYA
Secara garis besar Terdapat 3 (tiga) unsur yang
terlibat dalam proses perencanaan sampai dengan
pembangunan fasilitas, yakni:
1) Klien
Klien dapat diartikan sebagai pihak yang
berkepentingan 31
dengan berdirinya suatu
bangunan arsitektural. Klien merupakan pemberi
tugas serta
Metode Perancangan Arsitektur

pemilik modal. Klien sendiri dapat besifat


perorangan / individu, kelompok ataupun lembaga
/ organisasi. Peran dan fungsi klien secara garis
besar terdiri dari dua hal, yakni :
 Menginformasikan kepada arsitek dan tim
berbagai gagasan yang berupa tujuan dan
keinginan klien untuk mendapatkan suatu
“wadah kegiatan” yang sesuai dengan
tuntutanklien.
 Menginformasikan gambaran hambatan-
hambatan / kendala (handicap) dan juga
keterbatasan-keterbatasan (constraint) yang
ada kepada arsitek. Hambatan merupakan
faktor yang harus dihindari seperti : kondisi
alam yang tidak memungkinkan fasilitas
tersebut dibangun (misal: daerah bahaya
dekat dengan gunung api), atau daerah
gempa daerah banjir, dan sebagainya.
Sedangkan faktor pembatas (constraint)
merupakan faktor yang harus dicari dan
diketahui sebelum proyek dilaksanakan, agar
persiapan & proses pencarian data bisa lebih
efektif dan efisien. Contoh misalnya :
ketersediaan dana yang terbatas,
kesenjangan komunikasi, keterbatasan luasan
tapak/ lahan, dan lain-lain.

2) Arsitek
32 yang diberi tugas oleh
Arsitek merupakan pihak
klien untuk mewujudkan keinginan atau tujuan
mereka dan dapat bersifat individu ataupun tim.
Arsitek
Metode Perancangan Arsitektur

mempunyai tugas untuk menterjemahkan


keinginan / gagasan klien melalui : pengetahuan
perancangannya (design know how) dan
pengalaman dalam menangani proyek
perancangan. Informasi dari klien lebih
berorientasi pada penggunaan “bahasa klien”,
sehingga arsitek harus menterjemahkan ke dalam
bahasa arsitektur agar bisa lebih dipahami oleh
anggota tim yang lain dan sekaligus dipahami oleh
klien. Terjemahan bahasa arsitektur diperlukan
untuk memahami /menterjemahkan keinginan
klien. Tingkat pengalaman sangat berpengaruh
pada kualitas produk “fasilitas”. Tingkat
pengalaman juga “memudahkan” arsitek
berkomunikasi lebih lancar dengan klien. Melalui
design know how dan pengalaman, arsitek dapat
melaksanakan “design management” sebaik-
baiknya, sehingga hasil bisa lebih optimum
memenuhi tuntutan pengguna.
Pengembang atau kontraktor / pelaksan
3) Pengembang
pembangunan/ Kontraktor / Pelaksana
merupakan a
Pembangunan unsur
mengimplementasikan karya desain sebagai yang
fasilitas yang siap untuk dioperasionalkan /
dimanfaatkan oleh pengguna. Secara fungsional,
teknis dan estetis fasilitas yang dibangun oleh
kontraktor harus memenuhi kelayakan pakai.
Kontraktor sebagai institusi pembangun yang
mempunyai 3 (tiga) sumber daya berupa :
(1) Perangkat teknologi
(2)Tenaga ahli
dan (3). Tenaga
kerja 33
Metode Perancangan
Arsitektur

Skema 3.1 Hubungan antara unsur yang terkait


dengan perencanaan

Terkait fenomena maraknya praktek-praktek


penyimpangan yang dilakukan oleh satu pihak
dengan pihak yang lain untuk mengeruk keuntungan
pribadi, Alloh SWT telah jelas memberikan petunjuk
dalam Asurat Al Maidah ayat 100

“Katakanlah: tidak sama yang buruk dengan yang


baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik
hatimu, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-
orang

34
Metode Perancangan Arsitektur

berakal, agar kamu mendapat keberuntungan."(QS


5:100)
Dan Rasulullah SAW juga pernah bersabda :
“Sungguh, seorang hamba memasukkan satu suap
makanan haram ke perutnya, Allah SWT tidak
menerima amalnya selama empat puluh hari, dan
siapapun seorang hamba yang dagingnya tumbuh
dari sesuatu yang haram, maka neraka lebih baik
baginya “ (HR Ath –Thabrani )

III.2. LINGKUP TUGAS ARSITEK MUSLIM


DALAM PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN

Secara garis besar, ruang lingkup arsitek muslim ialah


mencakup melaksanakan pendekatan untuk
perencanaan dan perancangan dengan melihat
metode apa yang paling tepat digunakan dalam
kaitan :
a) Kebutuhan untuk desain
b) Kebutuhan untuk evaluasi desain

Untuk kedua hal tersebut diatas perlu dilakukan


secara tepat terstruktur,dan terkoordinasi. Dalam hal
perancangan, informasi perencanaan menjadi input
yang berguna bagi penentuan langkah perancangan
selanjutnya. Selain kemampuan yang bersifat teknis,
ruang lingkup seorang arsitek muslim juga melingkupi
kemampuannya untuk menerapkam etika yang baik
atau akhlaqul karimah dalam setiap langkah dan
35
interaksinya dengan pihak-pihak lain maupun dengan
lingkungan. Setiap langkah dalam proses
perencanaan dan
Metode Perancangan Arsitektur

perancangan haruslah dilandaskan dengan semangat


nilai ibadah, mencari ridho Alloh SWT dan keinginan
besar untuk berlaku amanah dalam memakmurkan
alam dan lingkungan, seperti yang telah Alloh SWT
firmankan didalam QS Al Baqarah ayat 30 dan QS
Hud ayat 61

ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para


Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui." (QS.2:30)

dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka


shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah
Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia.
Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan
menjadikan kamu
36
Metode Perancangan Arsitektur

pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya,


kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya
Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi
memperkenankan (doa hamba-Nya)."(QS.11:61)
III.3. PEMPROSESAN DATA DAN INFORMASI
YANG DIPERLUKAN DALAM
PERENCANAAN

Pemprosesan informasi merupakan tugas arsitek yang


dalam proses pelaksanaannya harus selalu mendapat
masukkan dari klien atau dapat juga sebagai hasil
interaksi antara arsitek dengan klien. Pemprosesan
informasi tersebut meliputi : Koleksi data, organisasi
data, mengkomunikasikan data, analisis data dan
mengevaluasi data. Secara detail ke lima tahap
tersebut dapat dijelaskan pada tabel 3.1 berikut

Tabel
Tahapan 3.1 Tahapan
Meliputipemprosesan data dalam
perencanaan
Koleksi data Menyusun pertanyaan, interview,
melakukan survei, studi pustaka,
observasi dan mencatat data yang
masuk
Organisasi data Menyusun, mengurutkan,
mengklasifikasikan, mengkatagorikan,
mengelompokkan dalam group sesuai
klasifikasinya
Mengkomunikasikan data Menuliskan, mengilustrasikan,
menginteraksikan, menjelaskan,
mendokumentasikan, menterjemahkan,
dan menginterpretasikan
Analisis data Melakukan sorting dan seleksi
membandingkan membobot, melakukan
tes validitas data dan komputasi
(mengolah dengan komputer).
Mengevaluasi data Melakukan review, melakukan
verifikasi, optimasi, membuat
prioritas, 37
menanyakan dan
Metode Perancangan Arsitektur

membuat
alternatif

“Sesungguhnya Allah mewajibkan (kepada


kita) untuk berbuat yang optimal dalam
segala sesuatu..”
Muslim al-Hajaj, Shahih Muslim, juz 10

BAB IV
FAKTOR YANG BERPENGARUH
TERHADAP PERENCANAAN DAN
KAITANNYA DENGAN
alam bab iniPERANCANGAN
akan dibahas secara rinci mengenai
D berbagai faktor yang berpengaruh terhadap
proses perencanaan, diantaranya faktor
fisik pengguna,
dan faktorfaktor
eksternal serta kaitannya dengan
perancangan. Sehingga diharapkan mahasiswa
mampu memahami secara komprehensif mengenai
faktor yang berpengaruh terhadap perencanaan
sehingga mampu melakukan analisis perencanaan
dengan baik.

IV.1. FAKTOR PENGGUNA / MANUSIA


Faktor manusia menjadi faktor penting terhadap
proses perencanaan, mengingat manusia lah yang
akan menjadi pengguna dari hasil perancangan
seorang arsitek. Seorang arsitek tidak sekedar
menghasilkan suatu karya 38
yang mengandung nilai
estetika, tapi harus dapat melihat
Metode Perancangan Arsitektur

dari sudut pandang manusia sebagai penggunanya.


Seorang arsitek harus mampu memanusiakan
manusia dalam setiap karyanya, seperti yang tersirat
dalam QS. Al Israa’ ayat 70

dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak


Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan,
Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna
atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan(QS 17:70)

Berikut adalah beberapa apek yang termasuk ke


dalam faktor pengguna

1. Aktifitas
Manusia sebagai pelaku kegiatan didalam ruang,
baik “ruang luar” maupun “ruang dalam” akan
menciptakan pola aktifitas. Pola aktifitas pada
dasarnya merupakan gambaran karakteristik
kegiatan yang harus dicari oleh perencana.
Tujuannya agar dapat merekomendasikan
kepada klien kebutuhan ruang yang paling sesuai
bagi kegiatan tersebut. Bentuk-bentuk aktifitas
manusia biasanya juga melibatkan unsur-unsur
pembentuk ruang sebagai media bagi
39
berlangsungnya kegiatan tersebut. Bentuk
Metode Perancangan Arsitektur

kegiatan tertentu yang dilakukan sebagai “habit”


(kebiasaan), biasanya akan meninggalkan
“bekas” pada unsur ruang. “Bekas” tersebut dapat
digunakan oleh perencana sebagai peneliti
lapangan untuk mengidentifikasi pola kegiatan
yang terjadi pada ruang tersebut.
2. Perilaku
Perilaku selalu berhubungan dengan lingkungan
dimana ia berada. Sebagai contoh perilaku pelaku
kegiatan pada “space “ (ruang) akan m em berkan
gambaran pola perilaku yang diterjemahkan
melalui “peta perilaku” pada space tersebut
Dengan peta perilaku ini akan sangat membantu
perencana dalam menterjemahkan setting aktifitas
pada ruang. Perencanaan rancangan fasilitas
selalu terkait dengan ruang, sehingga perilaku
merupakan unsur yang cukup besar
mempengaruhi perencanaan tersebut.

3. Tujuan yang hendak dicapai


Klien sangat berperan didalam memberikan
gambaran tujuan akhir yang ingin dicapai. Tujuan
menggambarkan keinginan klien. Untuk fungsi
atau tema bangunan yang sama, tetapi dari 2
(dua) klien yang memilik perbedaan persepsi,
maka akan berpengaruh pada perencanaan dan
hasil perencanaannya itu sendiri.

4. Organisasi
Organisasi ialah struktur pengguna kolektif yang
nanti akan mempengaruhi fasilitas. Organisasi
memberikan gambaran
40 dari berbagai aspek
meliputi hirarki,
Metode Perancangan Arsitektur

kelompok, posisi pengguna, dan kepemimpinan.


Sebagai contoh informasi yang berbeda pada
image ruang/bangunan, misal perencanaan
fasilitas Kementerian pertahanan akan berbeda
dengan Kementerian Pariwisata. Jelas disini
pengguna kolektif dengan karakteristik tertentu
yang melekat pada label organisasi akan
mempengaruhi perencanaan dan perancangan
arsitekturnya.

5. Karakteristik Kependudukan
Karakteristik kependudukan disuatu wilayah akan
memberikan gambaran tentang struktur penduduk
berdasar : usia, pekerjaan, penghasilan, dan
susunan / komposisi keluarga. Gambaran yang
terkait dengan masalah spasial misalnya : tingkat
kepadatan penduduk dan mobilitas penduduk
akan memberikan dukungan informasi kepada
perencana dalam kaitan penentuan karakteristik
kegiatan dan perhitungan kapasitas bangunan.

6. Sikap
Sikap merupakan suatu tingkatan afek baik positif
maupun negatif terhadap “obyek sikap”. Jika
obyek sikap tersebut adalah “tujuan” yang
dirumuskan oleh klien, atau merupakan “usulan-
usulan gagasan” oleh arsitek dalam rangka
menterjemahkan keinginan klien, maka sikap
terhadap kedua hal tersebut sangat
mempengaruhi seberapa jauh perencanaan
dilakukan. Hal tersebut terjadi karena sikap
mempunyai nilai yang gradatif atau berskala,
41
mulai dari nilai positif
Metode Perancangan Arsitektur

sampai dengan nilai negatif. Alat pengukur skala


sikap dikenal dengan sebutan : Skala Likert.

7. Tata nilai atau kepercayaan


Tata nilai atau kepercayaan adalah merupakan
unsur yang sangat mendasar dan merupakan
pedoman untuk manusia bagaimana seharusnya
berperilaku termasuk dalam konteks perencanaan
rancangan fasilitas. Kedua hal tersebut (tata nilai
dan kepercayaan) akan sangat berpengaruh
khususnya dalam perencangan yang berkaitan
aspek filosofis rancangan.

8. Persepsi
Persepsi pada dasarnya merupakan suatu hasil
interaksi individu dengan “obyek”. Jika
persepsi berada pada batas-batas optimal maka
individu dkatakan dalam keadaan homeostatis
yaitu suatu keadaan yang serba seimbang.
Namun jika obyek dipersepsikan diluar batas-
batas optimal, maka akan terjadi “tekanan” pada
perseptor, sehingga individu akan melakukan
penyesuaian terhadap lingkungan (coping).
Dengan demikian jelas karena persepsi obyek
sebagai rancangan fasilitas akan sangat
berpengaruh terhadap perencanaannya. Contoh
dua persepsi yang berbeda pada kasus yang
sama, misal: ruang makan yang dipersiapkan
sebagai ruang yang terbuka “welcome” bagi
setiap orang yang dikenal dan atau sebagai ruang
yang khusus / tertutup hanya bagi orang-orang
tertentu saja. Substansi42
perencanaan
Metode Perancangan Arsitektur

akan sangat berbeda satu dengan yang lain


khususnya dengan tujuan penciptaan suasana /
kualitas ruang yang berbeda.

9. Kecenderungan
Kecenderungan merupakan kondisi yang selalu
berorientasi pada “arah‟ tertentu yang berdimensi
waktu (masa lalu, saat sekarang atau masa yang
akan datang). Nilai-nilai kualitatif atau kuantitatif
menjadi ikon yang dapat memberikan gambaran
kecenderungan tersebut. Contoh:
 Kecenderungan pertambahan pengguna
ruang,
akan berpengaruh terhadap perencanaan
rancangan fasilitas khususnya yang
berkaitan
dengan “penentuan kapasitas / daya tampung
ruang”,
 Kecenderungan perubahan suasana ruang terjadi
karena adanya perubahan karakteristik
kegiatan yang terjadi di dalam ruang. Hal
tersebut akan berpengaruh pada perencanan
rancangan fasilitas khususnya yang berkaitan
dengan “citra ruang”.

IV.2. FAKTOR FISIK


Faktor fisik, seperti juga faktor pengguna memainkan
pengaruh yang penting dalam proses perencanaan
dan perancangan. Aspek43 lingkungan, lokasi, sumber
daya dan teknologi merupakan beberapa kajian
utama terkait
Metode Perancangan Arsitektur

faktor fisik. Berikut adalah beberapa diantara kajian


yang termasuk ke dalam faktor fisik

1. Kualitas Lokasi / Lingkungan


Faktor lokasi sebagai “tempat” rancangan fasilitas
berada dapat dilihat dari berbagai aspek yang
terkait di dalamnya, meliputi :
- Keterkaitannya dengan distrik/kawasan
secara
spasial
- Terdapatnya unsur-unsur spesifik, misal : nilai-
nilai lokal / setempat yang memberikan
gambaran identitas yang jelas dari lokasi
tersebut
- Bentuk komunitas yang ada (misal :
masyarakat
petani, pedagang, masyarakat campuran, dll)
- Kondisi area disekitarnya (misal : daerah
pegunungan, daerah perkampungan,
perkotaan, dsb)
- Aspek lokasi tersebut secara substansial amat
berpengaruh terhadap perencanaan rancangan
fasilitasnya. Perbedaan aspek pada lokasi yang
berbeda akan memberikan gambaran
perencanaan yang berbeda pula.

2. Kondisi Site
Kondisi site bisa digambarkan meliputi berbagai
aspek sebagai berikut :
- Topografi (gambaran 44 countour dan
relief
permukaan site), morfologi (gambaran bentuk
Metode Perancangan Arsitektur

batuan), ekologi(gambaran ekosistem yang


ada pada site), hidrologi (gambaran kondisi
perilaku dan potensi sumber daya air), flora
(kondisi tanaman yang ada), fauna (kondisi
binatang yang ada) dan infrastruktur
(bangunan jalan, jembatan, jaringan listrik,
jaringan distribusi air bersih, dll)
- Kompleksitas permasalah aspek fisik pada site
akan berpengaruh pada kompleksitas
informasi yang digunakan / diperlukan pada
perencanaan rancangan faslitasnya.

3. Bangunan / Fasilitas yang ada


Kondisi bangunan / fasilitas yang ada meliputi
berbagai aspek informasi, meliputi: typology
bangunan, bentuk bangunan, fungsi bangunan,
kapasitas bangunan dan kelengkapan bangunan.
Kompleksitas permasalah aspek fisik pada
bangunan akan berpengaruh pada kompleksitas
informasi yang digunakan / diperlukan pada
perancangan rancangan fasilitasnya.

4. Pelingkup / cangkang bangunan


Pelingkup / cangkang bangunan merupakan
aspek eksterior yang sangat berpengaruh
terhadap citra visual bangunan atau penampilan
visualnya. Aspek- aspek informasi fisik yang
digunakan dalam perencanaan rancangan
fasilitasnya dapat disebutkan sebagai berikut :
Bentuk pelingkup, Dimensi pelingkup, komposisi
45
bidang dan material pelingkup,
Metode Perancangan Arsitektur

serta aspek-aspek estetika yang terkait. Kadang-


kadang batas antara aspek fisik (kuantitatif) dan
aspek kualitatif sangat tipis, seperti misalnya :
aspek fisik yang menunjukkan “perulangan”
pada pelingkup dengan dimensi, jarak dan
susunan yang tertentu (kuantitatif) dikaitkan
(dibaca) sebagai aspek kualitatif dalam bentuk “
rythme” (irama).

5. Struktur
Struktur pada bangunan atau fasilitas, maka
informasi perencanaannya dapat disebutkan
sebagai berikut :
- Tingkatan struktur (struktur konvensional) atau
struktur yang canggih (advanced).
- Jenis struktur (struktur rangka, struktur ruang,
dsb).
- Bahan struktur (beton, baja, kayu, dsb)
- Kemampuan struktur (menahan beban dan
daya tahan terhadap kondisi alam).

6. Sistem Bangunan
Sistem bangunan merupakan bagian
kelengkapan pendukung bangunan yang
dipasang dengan tujuan agar bangunan dapat
dioperasikan secara optimum. Informasi yang
diperlukan dalam perencanaan rancangan
fasilitasnya, meliputi :

46
Metode Perancangan Arsitektur

- Sistem keteknikan/ teknologi yang digunakan


(hitech atau medium tech, dst)
- Sistem komunikasi ( telepon, faxsimille, layar
monitor, earphone, handphone, pengeras
suara, morse / kode, dan sebagainya).
- Sistem lighting (pencahayaan buatan / lampu
dan
alami / matahari)
- Sistem keamanan (pencegahan terhadap
bahaya kebakaran, sistem pencegahan
terhadap bahaya gempa dan angin topan,
sistem keamanan ruang terhadap bahaya
pencurian, dsb).
7. Perlengkapan / Perabot
Perlengkapan atau perabot merupakan unsur
pendukung yang tidak boleh diabaikan. Informasi
yang diperlukan dari aspek fisik pada
perencanaan rancangan fasilitasnya meliputi :
perlengkapan yang bersifat fixed element dan
non fixed element. Perlengkapan yang fixed
merupakan pendukung bangunan yang bersifat
unity / menyatu dengan bentuk, struktur dan
ruang pada bangunan. Sedangkan perlengkapan
yang non fixed merupakan perlengkapan yang
bersifat “optional” dan “movable”, contoh:
- Perlengkapan yang fixed : built in & mesin /
peralatan yang tertanam pada badan bangunan
- Perlengkapan non fixed : meja,kursi,almari,dsb.

8. Material Bangunan dan


47 Finishing
Metode Perancangan Arsitektur

Bahan bangunan merupakan unsur fisik


pembentuk dan pelapis bangunan. Sedangkan
finishing diartikan sebagai pengolahan bahan
bangunan yang bertujuan untuk meningkatkan
keindahan, kekuatan dan keawetan rancangan
fasilitasnya, meliputi :
- Bahan bangunan sebagai pembentuk struktur
(baja, beton, kayu, batu kali,dsb)
- Bahan bangunan sebagai pelapis (keramik,
klinker, kaca, marmer, granit, dsb)
- Finishing bahan bangunan untuk keindahan
dan
keawetan bisa berupa: penggunaan cat
(kayu, tembok, besi), politur, cat meni,
lapisan waterproofing, dsb.

9. Pendukung / service
Pendukung / service merupakan bagian
bangunan berupa ruang, sistem atau alat yang
bersifat pendukung operasionalisasi fasilitas.
Informasi yang diperlukan dalam
perencanaannya antara lain meliputi:
- Bersifat ruang (tempat parkir, lavatory (tempat
penyimpanan / gudang) dan sebagainya)
- Bersifat alat (IPAL : Instalasi Pengolah Air
Limbah, eskalator, lift, dll)
- Bersifat sistem (jaringan drainase,
sanitasi, pembuangan limbah,
jaringan listrik, jaringan
jalan, dsb). 48

10. Penggunaan
Metode Perancangan Arsitektur

“Penggunaan” diartikan sebagai tingkat


penggunaan dalam kaitan pemanfaatan
fasilitas. Informasi yang diperlukan dalam
perencanaannya meliputi :
- Penggunaan yang bersifat terus menerus
(kontinyu).
- Penggunaan sesaat (temporer)
- Karakteristik penggunaan, meliputi :
o Campuran (multi use) misal:
ruang multifungsi
o Bagian per bagian (separatory use).

11. Setting aktifitas


Setting aktifitas adalah kondisi suatu tempat
beraktifitas dapat menunjukkan perilaku
yang tempa tersebut, melalui pola
beraktifitas pada t
tertentu dan karakteristik tertentu. Perencanaan
rancangan fasilitas yang bisa didapat dari setting
aktifitas tersebut adalah:
- Identifikasi kegiatan persatuan waktu
- Peta perilaku
- Kondisi area perilaku

Tanda atau jejak yang tampak pada tempat


aktifitas akan memudahkan perencanaan di
dalam melakukan identifikasi pola dan karakter
kegiatan yang terjadi.

12. Operasionalisasi fasilitas / sirkulasi


49
Metode Perancangan Arsitektur

Sirkulasi merupakan gambaran pergerakan yang


terjadi didalam ruang (interior) maupun diluar
ruang oleh pengguna ruang, sirkulasi juga
memberikan gambaran tentang proses kegiatan
yang terjadi dan pola pencapaiannya. Informasi
perencanaan rancangan fasilitas yang diperlukan
dalam kaitan sirkulasi ini ialah :
- Jenis sirkulasi (orang, barang dan kendaraan)
- Pola sirkulasi (linier, memusat, radial,dsb).
- Volume sirkulasi (frekuensi sirkulasi).
- Sifat sirkulasi (kontinyu, temporer).

13. Aspek Lingkungan


Merupakan gambaran situasi atau kondisi
lingkungan dimana fasilitas tersebut berada,
meliputi: kenyamanan lingkungan, visualisasi
lingkungan dan akustik lingkungan. Informasi
perencanaan rancangan fasilitasnya meliputi:
- Kenyamanan lingkungan (udara sejuk, sinar
matahari yang terdistribusi secara optimum,
temperatur yang ideal, dsb)
- Visualisasi lingkungan (orientasi lingkungan
dalam kaitan view yang menarik, bisa berupa
view alami atau buatan)
- Akustik lingkungan (pola flora yang bersifat
barier terhadap kebisingan, pola kontur dan
relief permukaan lahan yang akustik, dll).

50
Metode Perancangan
Arsitektur

14. Pemanfaatan dan Konservasi Energi


Pemanfaatan dan konservasi energi merupakan
paradigma ekologis yang banyak digunakan
sebagai kriteria perancangan fasilitas, khususnya
yang berkaitan dengan pendekatan eko-
arsitektur, desain yang berkelanjutan
(sustainable development), desain bioklimatik
dan sebagainya. Informasi perencanaan dalam
kaitan perancangan fasilitasnya meliputi:

- Gambaran sumber dan jenis energi yang


dimanfaatkan
- Teknologi yang digunakan dalam
pemanfaatan energi tersebut.
- Kebijakan yang perlu diambil khususnya,
yang berkaitan dengan faktor dalam
mengkonservasi energi.

15. Daya tahan dan Fleksibilitas


Daya tahan (bangunan) selalu dikaitkan dengan
kemampuan bertahan terhadap beban waktu usia
dan faktor alam, sedangkan fleksibilitas (ruang)
merupakan aspek fungsional yang menawarkan
berbagai kemungkinan pemanfaatan solusi yang
paling optimum. Informasi perencanaan yang
diperlukan meliputi:
- Daya tahan (bangunan)
o Jenis material
o Sistem konstruksi
51
Metode Perancangan Arsitektur

o Sistem pembebanan
o Sistem pondasi

- Fleksibilitas (ruang)
o Kemampuan ruang untuk berubah
o Fleksibilitas bentuk dan luasan ruang
o Fleksibltas pembatas ruang
o Fleksibilitas fungsi
o Karakteristik kegiatan yang secara
fungsional dilakukan di dalam ruang
(meliputi : volume, intensitas, frekuensi,
dan proses kegiatan)

IV.3. FAKTOR EKSTERNAL


Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah
setiap faktor yang berada diluar ranah lingkup arsitek
namun memiliki pengaruh terhadap proses
perencanaan dan perancangan. Diantaranya adalah
sebagai berikut :

1. Ketentuan Legal
Yang dimaksud dengan ketentuan legal ialah
ketentuan yang sudah mempunyai kekuatan
hukum atau diakui eksistensinya dalam
perannya sebagai alat pengendali pembangunan
rancangan fasilitas. Yang termasuk dalam
ketentuan legal meliputi:
a) Peraturan Pembangunan (ketinggian lantai,
sempadan bangunan,52 sempadan jalan,
building
Metode Perancangan Arsitektur

coverage, floor area ratio, karakteristik


penampilan / langgam bangunan )
b) Standar ( merupakan ketentuan –ketentuan
secara kuantitatif sebagai hasil temuan / riset
yang secara scientific diakui keberadaannya,
contoh: standar luasan dan kapasitas
ruang,
standar bentuk, volume, dan kegiatan
dalam
ruang, standar perabot / furnitur yang
digunakan, standar keamanan untuk
penggunaan fasilitas tertentu
c) Peraturan – Peraturan berdasar kebijakan
yang diambil disuatu wilayah tertentu, contoh
:
 Untuk pemilikan lahan kering dengan
luas tertentu, harus segera dibangun
SRAH ( sumur resapan air hujan )
 Peraturan tentang Tata Ruang Hijau
Perkotaan.
 Peraturan Zoning dan Tata Guna lahan.
 Peraturan yang mengatur penggunaan
atau pelarangan penggunaan material
tertentu untuk bangunan pada daerah
yang bersifat khusus.
 Peraturan yang mengatur ketinggian
lantai bangunan berkaitan dengan
lokasi yang berhubungan dengan
53
keselamatan penerbangan.
Metode Perancangan Arsitektur

 Peraturan yang mengatur pemanfaatan


dan sekaligus upaya konservasi energi.
 Peraturan yang berkaitan aspek
lingkungan misal : Konservasi DAS,
konservasi SDA, dll

2. Topografi
Faktor topografi ( kontur dan relief permukaan
lahan) mengkait dengan aspek tapak / site
dimana fasilitas tersebut berada. Hal tersebut
berpengaruh terhadap informasi perencanaan
rancangan fasilitas khususnya berkaitan dengan
bentuk bangunan, susunan ruang, struktur
bangunan dan sistem fasilitas bangunannya.

3. Iklim
Faktor iklim makro ( regional ) dan iklim mikro (
kawasan ) berupa suhu, kelembaban, angin dan
curah hujan, berpengaruh terhadap informasi
perencanaan rancangan fasilitas khususnya
yang berkaitan dengan sistem penghawaan pada
bangunan, bidang bukaan, sistem ruang dan
penggunaan material pada selubung bangunan (
facade ).

4. Ekologi
Ekologi yang merupakan gambaran ekosistem
suatu wilayah, merupakan hal yang berpengaruh
pada perencanaan rancangan fasilitas
khususnya yang berkaitan dengan pemanfaatan
SDA, konservasi sumber
54 daya air, konservasi
energi, pemanfaatan bangunan berdasarkan
aspek berkelanjutan, dan sebagainya.
Metode Perancangan Arsitektur

5. Ketersediaan Sumber Daya


Faktor ini merupakan kondisi dilapangan yang
berkaitan dengan area tapak atau lingkungan
sekitar tapak yang secara langsung terpengaruh
oleh rancangan fasilitas yang dibuat. Substansi
perencanaan rancangan fasilitasnya meliputi
gambaran potensi sumber daya, gambaran
sistem bangunan yang sesuai dengan potensi
ketersediaan sumber daya tersebut, strategi
pemanfaatan sumber daya dalam kaitan
pemenuhan fungsi fasilitas yang dibangun.

6. Pasokan Energi dan Biaya yang dikeluarkan


Faktor ini berhubungan dengan sistem
pemanfaatan energi pada fasilitas yang
dirancang, dimana kaitan substansi
perencanaannya meliputi:
a) Gambaran teknologi yang digunakan
(konvensional atau advanced/canggih )
b) Pemanfaatan energi yang murah (misal
energi matahari / didaerah tropis), energi
angin, energi
dari pemanfaatan sumber daya air, hingga
energi alternatif lainnya.

7. Ekonomi , Keuangan dan Anggaran Biaya


Faktor ini merupakan faktor non-arsitektural yang
sangat berpengaruh pada aspek arsitektur.
Substansi perencanaan yang perlu diketahui
55 ialah:
kaitan dengan faktor ini
Metode Perancangan Arsitektur

a) Kondisi moneter dimana fasilitas tersebut


dirancang dan dibangun
b) Ekonomi bangunan dalam kaitan optimalisasi
dan efisiensi penggunaan sumber dana
pembangunan, khususnya terkait dengan
biaya pembangunan (konstruksi dan
material), biaya
operasional dan biaya perawatan
c) Aspek arsitektur yang perlu dipertimbangkan
yakni sistem struktur, teknologi bangunan,
penggunaan material dan biaya
pembangunan secara keseluruhan.
d) Nilai manfaat / kelayakan ekonomi
pembangunan

8. Waktu
Faktor waktu menyangkut ketersediaan atau
jumlah waktu yang diperlukan dalam kaitan;
penggunaan program, perencanaan,
perancangan, pembangunan dan
operasionalisasi fasilitas. Substansi perencanaan
rancangan fasilitasnya berkaitan dengan:
a) Penyusunan schedule / waktu
b) Penentuan waktu akhir (deadline)
c) Waktu operasional kegiatan mulai
perencanaan s/d operasionalisasi fasilitas.

56
Metode Perancangan Arsitektur

“dan Dia telah menciptakan segala sesuatu,


dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya
dengan serapi-rapinya.”
(QS 25:2)

BAB V
PENGUMPULAN DATA &
TEKNIK PENGUMPULAN
DATA data
engumpulan ARSITEKTUR
merupakan prosedur
P sistematis dan standar untuk memperoleh data
dan informasi yang diperlukan. Pada bidang
diperoleh cenderung
arsitektur data yangmenonjolkan faktor subjektif
dari pengguna, arsitek ataupun pihak-pihak yang
terkait dengan bangunan yang akan di disain.

V.1. PENELITIAN AWAL


Penelitian awal dapat dipandang sebagai langkah
awal dalam mengumpulkan data yang dapat
digunakan sebagai landasan dalam proses
perencanaan dan perancangan ke depannya.

1. Tujuan
Mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi
yang sudah tersedia (dari klien dan pustaka) dan

57
Metode Perancangan Arsitektur

menganalisisnya untuk merumuskan kebutuhan data


dan analisis selanjutnya.

2. Kegunaan
Terdapat empat kegunaan utama dari penelitian
awal, yakni :
1) Merumuskan kebutuhan data dan rincian
tugas perencanaan
2) Identifkasi sumber-sumber data
3) Pengenalan tujuan, filosofi, organisasi
dan pengoperasian klien
4) Membuat database (basis data) untuk data
yang diperlukan

3. Macam Informasi yang diperlukan


Berdasarkan sumber informasinya, maka
informasi dibedakan menjadi dua jenis,
yakni :
(1) Penjelasan dari klien, yang meliputi informasi
tentang:
- Tujuan dan sasaran proyek yang akan
dibangun
- Dasar filosofi dan sejarah (klien)
- Organisasi dan kebijakan
- Fasilitas yang akan di rancang/dibangun
- Keinginan rancangan dan
penggunaannya
- Teknologi yang ingin dipakai/diterapkan
/digunakan
58
- Isu kebutuhan pemakai
Metode Perancangan Arsitektur

(2). Sumber informasi lain , meliputi informasi


tentang Peraturan dan pedoman yang
kerkaitan dengan bangunan yang akan
dirancang (kode, standar, ketentuan internal
dari klien, ketentuan eksternal: instansi,
masyarakat, lingkungan ,dll)

V.2. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


1. Teknik Survey
Survey :pengumpulan data (arti umum)
Teknik survey : penelitian yang menggunakan teknik
al: survey dengan sample,serta analisis (bisa
dengan statistik)

2. Teknik Observasi (pengamatan)


(1)mengamati dan mempelajari
Dalam perencanaan, cara organisa
teknik observasi bertujuan
menggunakan
untuk ruang, (2)melihat si
pengaruh terhadap perilaku serta lingkunga
interaksi
(3)melihatantar
dan pelaku/orang maupun antara n orang
dengan lingkungan. Berdasarkan macam mengama
/ jenisnya,
teknik observasi dibedakan menjadi limati macam ,
yakni :
1) Observasi langsung
Merupakan kegiatan pengamatan langsung
dilapangan dimana perencana atau
“observator” berperan seperti reporter surat
kabar. Pengamatan terhadap aktifitas yang
terjadi pada area amatan meliputi : jenis,
frekuensi, durasi dan tahapan dari aktifitas.
Contoh :
59
Metode Perancangan Arsitektur

o Jenis aktifitas : bekerja, tidur, istirahat,


makan,dsb.
o Frekuensi aktifitas : merupakan
gambaran jenis aktifitas persatuan
waktu (detik,
menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun).
Misal: frekuensi pergerakan (flow of
traffic): 20 mobil pribadi/menit
yang
melewati ruas jalan ini.
o Durasi aktivtas: lamanya jenis kegiatan
persatuan waktu, misal: melakukan
pekerjaan rutin setiap hari 6 jam dari
jam 09.00 s/d 15.00
o Tahapan aktifitas : menggambarkan
tahapan kegiatan perjenis kegiatan,
misal: tahapan kegiatan belajar di
rumah meliputi: persiapan,
menulis/mencatat, menghafal dan
evaluasi.

Pengamatan juga dilakukan terhadap setting


area amatan yang dilakukan pada aspek fisik
dan karakteristiknya misal: terdapat gardu
ronda, ruang terbuka, dll. Selain itu
pengamatan dilakukan pula terhadap
interaksi yang terjadi antara individu dengan
individu, antara individu dengan kelompok,
dan antara individu dengan setting
60
lingkungannya diarea pengamatan. Produk
yang dihasilkan dari kegiatan observasi
langsung, meliputi :
Metode Perancangan Arsitektur

 Pola-pola perilaku pada setting


 Pola-pola pengguna / pemanfaatan dari
ruang
 Hubungan diantara ruang yang terjadi
karena adanya hubungan kegiatan.
 Pengaruh lingkungan terhadap perilaku
dan sebaliknya.
 Jumlah ruang (berbagai jenis dan besaran
/ luasan ruang yang diperlukan untuk
berbagai
kegiatan).
 Disfungsi (penggunaan yang kurang
sesuai) pada lingkungan.
 Karakteristik dari setting aktifitas
 Pengelompokan pengguna ruang / pelaku
kegiatan.
 Penggunaan dari perabot dan
perlengkapan ruang (baik ruang luar /
eksterior maupun ruang dalam / interior)

Pengumpulan data (data collection) harus


jelas, benar,gagasan jelas. Lingkup perilaku
apa saja yang akan dilihat atau ingin
diobservasi. Data yang terkumpul harus
m e m e n u h i prinsip “3R” ialah : Reliabel
(keandalan), representative (layak untuk
digunakan/sesuai/cocok) dan recording
(layak /mudah/jelas untuk dicatat).

61
Metode Perancangan Arsitektur

2) Observasi partisipatori
Metoda observasi partisipasi merupakan
pengamatan langsung di lapangan (pada
setting) dimana pengamat melakukan
kegiatan amatan dengan cara “menyatu”
atau “larut” dengan obyek observasi dengan
harapan agar obyek tidak tahu kalau sedang
diamati.

Tujuannya adalah untuk mendapatkan


gambaran aktifitas / perlaku dan karakteristik
dari setting lingkungan dan untuk
mendapatkan pengetahuan khusus dengan
prosedur khusus melalui pengalaman
langsung di lapangan
/setting amatan, motto yang digunakan oleh
pengamatan adalah “Des living in des”
peneliti / pengamat ikut larut ke dalam
obyek observasi.

Sebagai produk dari kegiatan


observasi partisipasi ini ialah :
 Data aktifitas dan karakteristik dari
setting
lingkungan
 Data perilaku dari pelaku aktifitas pada
setting yang disusun terstruktur agar
lebih mudah dipahami
 Gambaran/latar belakang
kegunaan/fungsi lingkungan yang
62
difokuskan untuk dilihat dari aspek
pengguna.
Metode Perancangan Arsitektur

 Data yang menggambarkan hubungan


antar aktifitas yang terjadi pada setting
amatan.
Pertama yang harus dilakukan oleh observer
ialah melakukan riset awal untuk
mendapatkan data obyek kajian (primer),
data pendukung (sekunder), setting
lingkungan dan teknik (yang digunakan):
o Menemukan beberapa penggunaan
spesifik
pada tempat-tempat spesifik yang ada
diarea amatan.
o Menemukan dan mendokumentasikan
pola-pola tingkah laku dari : individu
atau
group yang dijadikan obyek kajian.

Gambar 5.1 Contoh pola hasil observasi pada


suatu area amatan

63
Metode Perancangan Arsitektur

3) Tracking (penjejakan)
Pengetahuan penjejakan ini pada dasarnya
sudah dicontohkan pada kehidupan binatang
dan manusia dimana kehidupan masih
sangat bergantung dengan alam.

Gambar 5.2 Penjejakan pada binatang


dan manusia

Tracker merupakan pengamatan langsung


dilapangan dengan melihat dan sekaligus
mengidentifikasi tanda-tanda (jejak) yang
ditinggalkan oleh adanya aktifitas pelaku
pada ruang kegatan. Tujuannya untuk
mendapatkan gambaran pola perlaku
pengguna ruang dan bagamana pelaku
aktivtas menggunakan aspek aspek fisik
pada setting.Tracker mengamati bekas /
tanda fisik peninggalan aktifitas manusia
pada lokasi setting
64
tertentu. Tanda-tanda
Metode Perancangan Arsitektur

tersebut adalah sesuatu yang dapat dilihat


ecara visual yang dtinggalkan secara
sengaja atau tidak oleh pihak pelaku
aktifitas. Tanda-tanda tersebut biasanya
bersifat permanen / tetap, karena
merupakan tanda / jejak yang ditinggalkan
oleh pelaku aktifitas melalui kegiatan
dengan karakteristik yang sama secara
relatif lama. Pada
berulang-ulang dan prinsipnya
dalam jangkaprodukwaktu
dari
kegiatan
yang observasi penjejakan ini adalah
gambaran pola perilaku.
petunjuk memberikan
tersebut Gambaran
informasi bagaimana
manusia sebagai pelaku aktifitas
menggunakan aspek-aspek fisik dalam
setting.

Kunci sukses metoda tracking sangat


tergantung dari kualitas tracker sebagai
observer. Ada beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi oleh tracker agar observasi
bisa sukses, antara lain tracker harus :
o Sabar/tidak terburu-buru dan
diharapkan
cukup
alasanteliti komprehensif dan
o Mempunyai kemampuan mengungkap
secar
a kuat/mantap hasil-hasil
o Penyampaian
secara jelas dan kesimpula
konkrit n

65
Metode Perancangan Arsitektur

o Mempunyai pemahaman pengetahuan


yang cukup sesuai tujuan observasi
dengan metoda tracking tersebut.
o Disamping itu juga mempunyai
pengetahuan yang memadai tentang
aktifitas yang terjadi pada daerah
investigasi, sehingga akan membantu
atau memberi kemudahan dalam
melakukan identifikasi.
o Identifkasi dilakuka denga
“penyempita n n
n” atau “pemfokusa
aktifitas
detil, sehingg n”danhasilnya
obyek lebi a
terkonsentrasi dengan lebih baik. lebi
lebih
h effisien h
4) Pemetaan perilaku
Pemetaan perilaku pada dasarnya
merupakan kegiatan pengamatan langsung
dilapangan oleh observer terhadap aktifitas
pelaku (responden) pada sebuah setting
tertentu. Tujuan dari pemetaan perilaku
adalah untuk mendapatkan gambar peta
perilaku melalui aktifitas responden pada
sebuah setting tertentu.

Peneliti melihat perilaku dan aktifitas


responden dalam sebuah “setting” juga
termasuk frekuensinya dilihat dan direkam.
Dari peta perilaku tersebut maka dapat
diketahui: 66
Metode Perancangan Arsitektur

 Lokasi aktifitas (area amatan)


 Frekuensi aktifitas yang terjadi pada
lokasi amatan
 Bentuk yang terjadi dari pergerakan
obyek dengan setting (area amatan)
 Pengaruh setting terhadap perilaku dari
obyek/pelaku kegiatan
 Perlaku yang digambarkan melalui
aktiftas yang selalu berulang,
gambaranpola-pola
berupa tersebut perlaku
patterns) (behavio
 Intensitas aktiftas r
 Perbedaan perilaku yang dibedakan
melalui katagorisasi obyek berdasar
 jenis kelamin (laki-laki /
perbedaan:
perempuan)
 Umur (tua-muda, anak-anak)
 Pekerjaan (pedagang-PNS, petani,
dll)
 Status sosial (Ketua RW, Kepala
Rumah tangga, ibu rumah
tangga,dll)
 Status hunian (penyewa-pemilik,
dst)

Secara garis besar gambaran prosedur


kegiatan pemetaan perilaku dapat
dijelaskan sebagai berikut:
67
 Variabel pada awalnya dipilih secara
random/acak
Metode Perancangan Arsitektur

 Data-data rekaman data harus mudah


diidentifikasi oleh pengamat
 Menentukan jadwal operasi dengan
contoh yang mewakili aktifitas
(sampling activities yang representatif)
 Menyediakan sketsa peta dari rencana
lantai / ruang / area yang akan
diobservasi (catatan: harus mencakup
notasi / tanda yang jelas sehingga
dapat menunjukkan keberadaan dari
peralatan, perabot, partisi
/ pembatas, bidang bukaan,dll)
 Posisi pengamat harus berada pada
tempat kecil atau berada tempat khusus
yang mudah untuk dapat mengamati
dan mengakses setting sebaik-baiknya
atau dapat juga pengamat berada pada
tempat yang luas / besar dimana pada
tempat tersebut peneliti dapat berjalan-
jalan sambil mengamati obyek.
 Waktu amatan misal ±15 menit serta
diulang-ulang untuk menjamin
kelengkapan dan kelayakan hasil
observasi (jam perlu juga direkam atau
agar hasil lebih valid dan akurat)
 Masing-masing aktifitas diberi kode atau
identifikasi sebagai persiapan sebelum
68
Metode Perancangan Arsitektur

pemberian kode perlu ada kategorisasi


aktifitas
 Pemberian pad
notasi/identifikasi
tingkatan intensitas aktifitas yang aada
dapat dilakukan dengan memberi tanda
dengan alpabet, numeric / graphis, dll.
 Pengamat memberikan catatan pada
setiap data individu baru dalam setting,
kemudian merekam aktifitasnya dilokasi
 tersebut.
Hasil ditabulasikan untuk
kemudian
dilakukan
dipresentasikan evaluas kemudian
dalam bentuk master
i,map
(peta master).

Gambar 5.3 Contoh pemetaan perilaku


pengguna
pada area amatan
69
Metode Perancangan Arsitektur

5) Pencatatan Spesimen Perilaku


Merupakan kegiatan yang berupa
pengamatan langsung dilapangan melalui
sampling responden berupa individu atau
group yang diharapkan dapat mewakili
karakteristik kelompok tertentu. Tujuannya
adalah mendapatkan gambaran pola
perilaku pada suatu lingkungan tertentu.
Kegiatan ini dapat dianalogikan seperti
pengambilan contoh darah untuk dianalisa
dengan tujuan untuk melihat komponen
yang ada dalam darah tersebut yang mana
kemudian dapat digambarkan. Gambaran
hasil dari kegiatan ini adalah pola lingkungan
sebagai hasil analisis dari kegunaan dan
spesimen perilaku, contohnya:
 Bentuk komunikasi yang ada di
lingkungan tersebut
 Fungsi bangunan
 Ruang-ruang dalam (interior) sebagai
wadah kegiatan
 Perabot dalam ruang sebagai unsur
pendukung kegiatan dalam ruang.

3. Teknik Wawancara
Teknik wawancara bertujuan untuk berinteraksi
dengan klien, serta mendapatkan
tanggapan.komentar terhadap segala sesuatu yang
menyangkut perencanaan dan perancangan.
Berdasarakan macamnya,70teknik wawancara terbagi
atas dua macam, yakni wawancara
Metode Perancangan Arsitektur

terbuka (tak berstruktur), dan wawancara tertutup


(berstruktur). Kelemahan dari metode ini adalah
terkadang jawaban dari narasumber / klien bias atau
bersifat subjektif.

71
Metode Perancangan Arsitektur

“…Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di


bumi, tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan
Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan
bagi orang-orang yang tidak
beriman”
(QS 10 : 101)

BAB VI
IDENTIFIKASI DALAM
PERENCANAAN
alam tahap identifikasi dalam perencanaan,
D terdapat dua tahap identifikasi yang dilakukan
dalam upaya penyusunan perencanaan
arsitektur
fungsi yakni identifikasi
dan identifikasi lokasi. Proses identifikasi yang
tepat dan meyeluruh akan turut mempertajam proses
analisis

VI.1 IDENTIFIKASI FUNGSI


1. Fungsi
Garis besar fungsi adalah penguraian secara garis
besar tentang fungsi dari judul yang ditetapkan, yaitu
berupa pengertian dan cakupan artinya. Pengertian
dan penjelasan fungsi meliputi arti dan detail
kegiatannya, baik jenis, pelaku, sifat dan syarat.
Contoh: pengertian dari rumah sakit ibu dan anak
adalah rumah sakit yang melayani dan merawat
kesehatan ibu yang sakit kandungan dan kehamilan
dilengkapi dengan fasilitas

72
Metode Perancangan Arsitektur

persalinan, pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan ibu


dan anak, serta berada dibawah pengawasan
dokter.
Ditinjau dari filosofinya, fungsi merupakan nilai-nilai
dari hal-hal yang bersifat abstrak yang mendasari
adanya latar belakang dari fungsi. Filosofi fungsi
menunjukkan sifat dan karakter dari suatu kegiatan
yang terjadi dan menimbulkan kesan dari suatu
keadaan. Tiga hal yang terkait dengan filosofi fungsi
adalah :
a) Citra
Adalah ekspresi dari penampilan kulit luar
bangunan dan merupakan wujud sampul
penutup bangunan. Tampilan dari bangunan
akan menimbulkan kesan dan pesan bagi
masyarakat yang beranggapan bahwa tampilan
harus sesuai dengan fungsinya (form follows
function). Dengan kata lain citra bangunan
merupakan pernyataan dari jati diri bangunan
yang terekspresi dalam pengolahan bentuk,
warna, maupun material tampak bangunan

b) Nuansa
Adalah keadaan yang ditimbulkan oleh
lingkungan di sekeliling bangunan sehingga
memperkuat citra bangunan. Pengolahan tapak
disekeliling bangunan dapat mewujudkan
kesesuaian tampilan dengan persyaratan
fungsinya. Kesatuan antara citra dan nuansa
dapat mendukung keberadaan fungsi. Bentuk
dan nuansa bangunan memiliki ciri khas yang
berbeda-beda. Contoh 73
Istana Negara, nuansa
yang diharapkan adalah kemegahan dan salah
satu hal yang dapat dilakukan untuk
mendapatkan nuansa ini adalah penataan
sirkulasi, penggunaan kolom
Metode Perancangan Arsitektur

berukuran besar dan peletakan gerbang masuk


utama (main gate). Selain itu nuansa dapat
ditimbulkan dari terdapatnya halaman yang luas,
jumlah anak tangga yang cukup banyak, serta
material penutup yang mewah dan mahal, seperti
marmer atau granito.

Gambar 6.1 Citra kemegahan yang ditampilkan


pada bangunan Istana Negara

c) Suasana
Adalah keadaan yang dapat dirasakan
pengunjung didalam ruangan yang terdiri dari
perpaduan kesan antara tampilan dinding,
plafon, lantai, lampu, furniture dan aksesoris lain
sesuai yang dikehendaki oleh sang arsitek.
Aspek keserasian dan kesinambungan antara
nuansa di luar bangunan dengan suasana di
dalam harus tetap terjaga. Perlu ada kesesuaian
kesan antara citra dengan nuansa lingkungan
dan suasana di dalam bangunan walaupun

74
Metode Perancangan Arsitektur

pada beberapa kasus hal ini tidak menjadi hal


yang mutlak.

Gambar 6.2 Kesinambungan suasana interior dari


Sidney Opera (atas) dengan tampilan
eksteriornya (bawah)

Di dalam setiap bangunan yang dirancang oleh


arsitek selalu berdasarkan pada fungsi-fungsi
dengan kegiatan- kegiatan yang terjadi didalamnya.
Secara keseluruhan fungsi dapat dibagi dalam
kelompok-kelompok antara lain sebagai berikut :
a) Fungsi Utama 75
Metode Perancangan Arsitektur

Merupakan fungsi pokok yang ruang-ruang


dalam bangunan dipergunakan oleh sebagian
besar kelompok pelaku kegiatan. Fungsi utama
merupakan pemikiran logis bahwa kegiatan
utama dan terbesar tersebut harus ada. Fungsi
utama ini mempunyai persyaratan untuk
perletakannya
penentuan tempat, sehingga dan benar dala
harus tepat
bangunan atau dalam tapak bila fungs m
tersebut berupa bangunan. i utam
a

Gambar 6.3 Ruang rawat inap sebagai bagian


utama dari sebuah Rumah Sakit
Sebagai contoh bagian utama rumah sakit adalah
ruang rawat inap yang dilengkapi dengan ruang
pengelola, manajemen office, ruang poliklinik,
ruang unit gawat darurat, ruang operasi dan
sebagainya.

b) Fungsi Penunjang
Merupakan penunjang dari kegiatan-kegiatan
utama. Dengan kegiatan dari fungsi penunjang,
76
maka fungsi
Metode Perancangan Arsitektur

pokok dapat terselenggara dengan baik, aman


dan nyaman. Hubungan fungsi penunjang
dengan fungsi utama dapat bersifat langsung
maupun tidak langsung namun tetap
memperhatikan aspek pencapaian (accebility)
dari ke dua fungsi tersebut. Sebagai contoh pada
Rumah Sakit mempunyai fungsi penunjang
seperti laboratorium, Ruang CT Scan, dapur,
laundry, ruang mayat, dan ruang penunjang
medis lainnya.

Gambar 6.4 Ruang laboratorium sebagai


bagian penunjang dari sebuah Rumah
Sakit

c) Fungsi Pelengkap
Merupakan fungsi yang melengkapi kegiatan-
kegiatan yang sudah ada. Keberadaannya pun
tidak mutlak dan tidak selalu harus terkait
dengan fungsi utama dan fungsi penunjang.
Akan tetapi fungsi pelengkap dapat menjadi
faktor daya tarik dan penambah
77 nilai
Metode Perancangan Arsitektur

fungsi serta ikut menentukan keberhasilan fungsi-


fungsi lain.

Gambar 6.5 Foodcourt sebagai bagian


pelengkap dari sebuah Rumah
Sakit

2. Ruang Lingkup Fungsi


Yang dimaksud ruang lingkup disini adalah
penggolongan tingkat dan status perekonomian atau
status finasial dari pemakai dan pengguna fungsi.
Kemampuan financial tersebut secara logika dapat
mempengaruhi pola perilaku sehari-harinya.
Pembagian golongan ini sebenernya tidak tedapat
pemisahan yang jelas diantara level satu dengan
level yang lainnya. Hal ini dikarenakan kondisi
perekonomian pemakai sulit dibedakan dengan suatu
garis pemisah yang jelas. Pola hidup dan cita rasa
dapat diprediksi, meskipun masih bersifat relatif dari
sudut pandang pengamatnya. Kondisi finansial juga
akan berpengaruh 78dimensi dan kualitas
bangunannya.
Metode Perancangan
Arsitektur

Gambar 6.6 Bangunan


Apartement

Gambar 6.7 Bangunan Rumah Susun


Sederhana

Contoh kasus pada bangunan hunian vertikal,


penampilan apartement untuk golongan atas akan
berbeda dengan penampilan rumah susun untuk
golongan bawah. Dimensi dan ukuran pada
apartemen meskipun memiliki keterbatasan akan
tetapi dapat digolongkan lebih besar daripada rumah
susun.

79
Metode Perancangan Arsitektur

3. Radius Pelayanan
Radius pelayanan adalah jarak pelayanan fungsi dan
pelayanan yang dapat dijangkau oleh pemakai fungsi
tersebut. Capaian tersebut berkaitan erat dengan
jenis dan ruang lingkup fungsi, yaitu tipologi
bangunan dan golongan tingkat sosial perekonomian
dari pengguna atau pemakai fungsi. Tingkat radius
pelayanan ini merupakan cerminan kemampuan dari
potensi fungsi yang akan bersinggungan dengan
potensi lain baik yang sejenis atau tidak, bersinergi
atau berlawanan. Contoh: kedekatan antara mall
dengan hotel dapat saling menguntungkan, berbeda
antara mall dengan sekolah. Cakupan area yang
dapat dilayani oleh potensi fungsi ini meliputi :
1) Pelayanan sekitar tapak
2) Pelayanan tingkat lingkungan
3) Pelayanan tingkat wilayah
4) Pelayanan tingkat kota
5) Pelayanan tingkat regional/propinsi
6) Pelayanan tingkat internasional
4. Asumsi Yang Akan Datang

Kemampuan arsitek untuk menciptakan sarana dan


prasarana yang tadinya tidak ada menjadi ada dapat
mengurangi kesenjangan dan kesalahan asumsi
yang akan datang. Asumsi ini didapat dari
pengalaman bertahun-tahun diiringi ketelitian dalam
mengkaji fenome yang terjadi di masyarakat maupun
fenomena dalam bidang kearsitekturan masa lalu,
sekarang dan yang akan datang. Asumsi yang akan
datang dalam perencanaan menyentuh dua aspek
yakni fungsi dan tapak. 80
Metode Perancangan Arsitektur

Pada fungsi, sebuah rancangan arsitek dapat


mempengaruhi sikap dan pola kehidupan masyarakat
penggunanya. Asumsi fungsi meliputi memprediksi
pemilihan fungsi yang tepat pada sebuah tapak dan
lokasi yang sesuai di masa yang akan datang.
Selain itu asumsi yang tepat diperlukan
ketepatannya terkait dalam pemilihan lokasi,
penampilan bangunan,pemilihan style, luas lantai
yang efektif sehingga memberikan keuntungan
komersial yang direncanakan.

Gambar 6.6 Asumsi pengembangan kawasan


disekitar
Ka’bah di masa yang akan datang

Sedangkan memprediksi kemungkinan


berkembangnya lokasi dan tapak dapat dikaitkan
dengan peruntukan daerah baru yang menjadi
pertimbangan tepat-tidaknya fungsi yang akan
dibangun. Dengan demikian keberhasilan rancangan
arsitek dapat dicapai karena sudah disesuaikan
dengan kebutuhan dan keinginan pengguna dan
pemiliknya serta membawa
81dampak positif
Metode Perancangan Arsitektur

bagi lingkungan, masyarakat, pengguna, pemilik atau


investornya.

V.2. IDENTIFIKASI LOKASI

Lokasi adalah kawasan atau area yang luas, baik


yang terletak dibagian wilayah perkotaan, pinggir
kota, maupun luar kota. Sementara Tapak adalah
kavling tanah yang dibatasi oleh pagar pembatas
dan terletak disuatu lokasi maupun kawasan.
Identifikasi lokasi merupakan proses pencarian
lokasi dan tapak untuk dipilih dan ditentukan. Proses
ini dilakukan secara bertahap dan urut dimulai dari
penentuan kriteria dan syarat tapak, alternatif tapak,
dan penentuan tapak.

1. Kriteria Penentuan Lokasi dan Tapak


Sebelum penentuan tapak dilakukan diperlukan
acuan dan pedoman pemilihan lokasi terlebih
dahulu. Hal ini dilakukan agar kelak kedepannya
tidak terjadi konflik kepentingan dan interaksi negatif
antara fungsi dengan potensi fungsi disekitar tapak
maupun lingkungan. Beberapa kriteria dalam
menentukan pemilihan tapak diantaranya :
- Lokasi
- Penguasaan/pembebasan lahan
- Peruntukan
- Ukuran
- Bentuk
- Karakteristik tapak
82
Metode Perancangan Arsitektur

- Akses jalan dan pencapaian ke


tapak
- Ketampakan (visibility)
- Guna Lahan

Gambar 6.7 Ilustrasi peta peruntukan wilayah

Sebagai contoh syarat dan kriteria pemilihan lokasi


dan tapak untuk museum, yakni diantaranya :
 Lokasi tidak boleh dekat dengan daerah
kumuh
yang mudah terbakar
 Tanah harus kering dan tidak berair
 Lokasi mudah dicapai kendaraan umum
 Luas tapak memadai dan sebanding dengan
citra dan penampilan museum
 Tapak sesuai RTRW dan RTRK yang
ditentukan oleh Pemda

83
Metode Perancangan Arsitektur

 Syarat-syarat lain sesuai dengan jenis


museum dan keinginan yang diminta oleh
pemilik

2. Potensi Terkait
Setiap fungsi yang dibangun pasti akan berinteraksi
dengan potensi-potensi lain. Potensi tersebut dapat
berada disekitar tapak atau bahkan berada didalam
tapak. Potensi tersebut juga perlu dipertimbangkan
dalam perencanaan dan perancangan. Fungsi dari
fasilitas dan potensi yang dirancang tersebut dapat
merupakan fungsi baru atau pengembangan fungsi
yang telah ada. Untuk memastikan fungsi dan
potensi yang akan dibangun dapat mempengaruhi
pemilihan tapak, diperlukan data data aktual yang
terletak pada suatu kawasan.

3. Alternatif Lokasi & Tapak


Dari kriteria persyaratan penentuan yang sudah
dibuat dapat diperkirakaan lokasi dan tapak yang
sesuai. Hal ini dapat dilihat dari garis besar fungsi
sejenis pada lokasi- lokasi didalam peta kota,
kepadatan penduduk, dan kerapatan letak
bangunan, termasuk keterkaitannya dengan fungsi-
fungsi lain secara jarak capaian. Dengan demikian
dapat ditentukan beberapa alternatif lokasi dan tapak
dengan kesetaraan kualitas fungsi.

84
Metode Perancangan
Arsitektur

Gambar 6.8 Menentukan alternatif lokasi dan


tapak
4. Pemilihan Tapak
Untuk menentukan tapak yang tepat dari alternatif-
alternatif lokasi yang dipilih, perlu dilakukan langkah-
langkah dengan menggunakan matriks pemilihan
berupa tabel korelasi.

Skala penilaian yang digunakan adalah skala 1


(sangat kurang) sampai dengan 5 (sangat baik).
Proses pemilihan tapak akan lebih tepat dan teliti
jika angka skalanya semakin kecil, misal skala 1
sampai dengan 10.

Tabel 6.1 Contoh tabel pemilihan tapak

85
Metode Perancangan
Arsitektur

“Sebagian tanda dari baiknya keislaman


seseorang ialah meninggalkan sesuatu
yang tidak bermanfaat.” (Hadits hasan,
diriwayatkan Tirmidzi dan lainnya)

BAB VII
ANALISIS
PERENCANAAN
nalisis menjadi tahap penting dalam
A proses perencanaan. Setiap aspek fisik
dan non
sasaran fisik menjadi
analisis perencanaan, mulai dari aspek
fungsi dan kegiatan, aspek pengguna, besaran
ruang, potensi tapak dan kawasan, kondisi eksisting
hingga aspek sosial, budaya dan teknologi

VII.1. ANALISIS NON FISIK

1. Analisis Fungsi dan Kegiatan


Jenis Kegiatan
Dari kompilasi data yang telah arsitek kumpulkan,
sebaiknya dikelompokkan dulu jenis
kelompok
86
Metode Perancangan Arsitektur

kegiatannya, utama, penunjang dan pelengkap,


kemudian
baru diuraikan lebih detail setiap jenis kelompok
kegiatan. Misal pada perencanaan dan
hotel, maka didapat perancangan kelompok
menginap, penerimakegiatan tamu, para
pelayanan
tamu tamu,
pengelola hotel, kelompok fungsi penunjang (dapur,
foodcourt, gym dsb), kelompok pelayanan lainnya
(security, area parkir, dsb) dan seterusnya.

Dari berbagai kelompok tersebut dapat diuraikan lagi


menjadi lebih rinci, sebagai contoh : kelompok tamu
menginap kelas standar, khusus, atau VIP, kelompok
penerima tamu untuk aktifitas check in/check out,
pembayaran, penerima keluhan, kelompok pelayanan
tamu, termasuk kegiatan penyiapan makan dan
minum tamu, pembersihan kamar, laundry dan
sebagainya.

Pelaku Kegiatan
Dari studi kelayakan dan pengumpulan data yang
telah dilakukan dapat ditentukan jumlah dan status
jabatan dari masing-masing pelaku kegiatan. Hal ini
harus dilakukan untuk mendapatkan standar ukuran
kegiatan maupun tingkat kenyamanan yang sesuai
dengan status sosialnya. Dengan diketahuinya
jumlah pelaku kegiatan beserta status dan
jabatannya dapat ditentukan ruang, kualitas
keamanan dan kenyamanan yang dipersyaratkan.

Sifat Kegiatan
Jenjang keadaan
telah diketahui dan
sifat kondisi
dari pelaku kegiatan
masing-masing dalam
jenis dan
suatu
pelaku fungsi dapat membedakan urutan sifat
kegiatan. Apabila 87
Metode Perancangan Arsitektur

kegiatan akan memudahkan peletakan ruang-ruang


dalam perencanaan denah bangunan.
Tabel 7.1 Jenis sifat kegiatan

Kedudukan kegiatan-kegiatan tersebut merupakan


urutan penempatan ruang dalam bangunan, atau
sering diistilahkan sebagai hirarki kegiatan atau
tingkatan kegiatan.

Syarat Kegiatan
Pelaku dan penggunan sebuah fungsi didalam
melakukan kegiatannya memerlukan suasana dan
kondisi tertentu. Keadaan ini dapat dilakukan apabila
memenuhi syarat fungsi dan kegiatan yang
ditetapkan. Persyaratan kegiatan umumnuya
meliputi keadaan yang diinginkan yang berkatian
dengan utilitas bangunan, seperti terang- gelap,
dingin-panas, basah-kering, hening-ramai dsb.
Tujuan dari pengondisian adalah untuk mendapatkan
kenyamanan dan kelancaran dalam menjalankan
aktifitas.

Standar Kegiatan
Setiap gerak manusia memerlukan ruang yang
disesuaikan dengan postur tubuh dari pengguna dan
pemakai fungsi. Selain itu 88
jumlah pelaku juga harus
Metode Perancangan Arsitektur

disesuaikan dengan jenis kegiatan dan sifat


kegiatannya dimana seluruhnya dinyatakan dalam
satuan ukuran- ukuran. Ukuran-ukuran ini digunakan
sebagai acuan dalam menentukan dimensi ruang,
peralatan dan perlengkapan furniture, serta pola
perilaku.Beberapa literature dapat digunakan dalam
menentukan standar kegiatan, diantaranya Data
Arsitektur (Neufert) dan Building Types (De Chiara).

Tabel 7.2 Contoh analisis fungsi dan kegiatan

2. Analisis Sosial Ekonomi


Tingkat Penghasilan Pengguna
Menurut tatanan kehidupan sosial perekonomian,
masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga
golongan besar, yakni golongan berpenghasilan
rendah, sedang dan tinggi. Masing-masing golongan
memiliki selera dan cita rasa yang berbeda,
sehingga tercipta lingkungan kehidupan yang
bertingkat-tingkat dan bervariasi.
Anggaran Biaya
Pada harus
serta tahap ini meliputi
diprediksi perhitungan teknik
dalam pertimbangan ekonomi
bangunan,
89
Metode Perancangan Arsitektur

pelaksanaannya, baik yang berkaitan dengan


keuntungan finansial secara langsung maupun
keuntungan sosial kemasyarakatan. Anggaran biaya
pada umumnya didapat dari owners yang nsudah
menganggarkan untuk proyek. Pada pelaksanaan
bangunan awalnya anggaran dihitung secara garis
besar dengan cara membagi harga per meter
persegi harga perkiraan bangunan.

Efektif dan Efisien


Perencanaan bangunan dengan teknologi modern
tak pelak membutuhkan kondisi yang
memungkinkan mencapai bentuk-bentuk yang unik
dan spektakuler. Akan tetapi pada tahap
perancangan terkadang tidak hanya memperhatikan
segi efektif dan efisien semata, tapi kearah
keindahan, monumentalitas serta komersialitas yang
akan mempengaruhi bentuk dan pemakaian material
dan pelaksanaan yang pada akhirnya berimbas
pada aspek anggaran biaya

Ekspresi
Penampilan suatu bangunan menunjukkan sifat,
bentuk dan karakter fungsi. Terbuka atau tertutup, ke
luar atau ke dalam, kokoh ataupun ringan, semua
tergantung kepada fungsi kegiatannya. Ekspresi juga
dapat diakibatkan dari material strukturnya, apakah
ringan atau berat tergantung dari filosofinya.

3. Analisis Sosial Budaya


Pola Perilaku
dengan pengguna lainnya tergantung faktor latar
Pola Perilaku dapat berbeda-beda antara satu
90
pengguna
Metode Perancangan Arsitektur

belakang budayanya masing-masing. Perilaku antara


pengguna dari latar belakang budaya asia akan
berbeda dengan perilaku dari pengguna dengan
latar belakang budaya eropa misalnya.

Adat Istiadat
Perancangan bangunan pada daerah tertentu perlu
mempertimbangkan dan mengantisipasi adat istiadat
yang masih dipegang erat oleh warga dan
masyarakatnya, dan biasanya adat istiadat ini
menjadi semacam pakem dalam setiap aspek
kehidupan warganya termasuk dalam aspek
perencanaan dan perancangan bangunannya. Adat
istiadat sendiri umumya bersumber dari kearifan lokal
dan berorientasi pada keseimbangan ekologi dalam
kehidupan jangka panjang.

Tradisi
Seperti adat istiadat, tradisi merupakan ciri khas yang
dimiliki masyarakat secara turun temurun dan
merupakan aset yang sangat berharga bagi
peradaban manusia. Pada kasus-kasus tertentu
tradisi dapat berpengaruh secara signifikan terhadap
tipologi bangunan-bangunan tradisional yang sarat
akan filosofi.

Kepercayaan
Kepercayaan merupakan keyakinan akan adanya
penjaga dan pengawas kehidupan serta segala
sesuatu memiliki jiwa yang hidup. Manifestasi dari
kepercayaan ini adalah ritual-ritual ibadah, baik dari
aliran kepercayaan nenek moyang sampai dengan
agama samawi yang dianut 91 pengikutnya. Dalam
Islam sendiri bahwa setiap langkah
Metode Perancangan Arsitektur

dan perilaku umatnya mengandung nilai ibadah di


mata Allah SWT, mendorong manusia untuk
memberikan kontribusi postif baik terhadap kepada
sesame manusia maupun ke lingkungan sekitarnya.

4. Analisis Kejiwaan
Persepsi
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang
mempunyai derajat paling tinggi dibandingkan
makhluk- makhluk lain di dunia. Dengan
kreatifitasnya manusia mampu menciptakan
lingkungan untuk ditata dan diatur menjadi indah dan
dapat dipergunakan oleh masyarakat. Akan tetapi
merupakan sifat manusia juga yang tidak dapat
mengendalikan diri sehingga mengakibatkan
kerusakan dan disharmoni dalam system dan tatanan
kehidupan masyarakat dan lingkungan. Persepsi
manusia akan lingkungannya tergantun dari aksi dan
reaksi yang tiap-tiap individu terima dan mereka
ciptakan sendiri.

Stimulus
Stimulus atau rangsangan dapat diciptakan oleh hasil
karya arsitek kepada setiap pelaku kegiatan yang
berinteraksi dengan karyanya. Stimulus tersebut
dapat memicu kemampuan personifikasi atau
kemampuan merasakan dari pelaku kegiatan pada
setiap titik rancangannya. Rasa tersebut dapat
berkaitan dengan gerakan badan, dimensi, warna,
ukuran dan skala, pencahayaan, pengudaraan
bahkan kenyamanan utilitasnya.
92
Reaksi
Metode Perancangan Arsitektur

Penampilan atau ekspresi bangunan menunjukkan


fungsi kegiatannya.Ribuan ekspresi diakibatkan oleh
sifat fungsinya yang dapat menimbulkan reaksi
positif ataupun negatif.

Tingkatan (Levelling)
Yang dimaksud dengan tingkatan adalah tingkat
pendidikan dan mata pencaharian yang akan
mempengaruhi pola kehidupan individu maupun
sekelompok masyarakat. Ketepatan menganalisis
dan menilai harus didasarkan kepada pemahaman
bahwa untuk siapa bangunan itu dirancang, baik
latar belakangnya maupun pola perilakunya.

VII.2. ANALISIS FISIK


1. Analisis Tapak
Analisis tapak digunakan untuk mengurai dan
mendalami masalah yang terkait lahan dan lokasi
dimana projek akan dilaksanakan. Ada beberapa
point yang perlu dianalisis dalam analisis tapak,
yakni :

Analisis dimensi
yang terdiri dari Dimensi dan bentuk ukuran tapak,
garis kontur tanah, arah dan garis edar matahari,
rencana dan
jenis jalan

93
Metode Perancangan
Arsitektur

Gambar 7.1 Contoh analisis dimensi


tapak

Gambar 7.2 Contoh Analisis bentuk


tapak

94
Metode Perancangan Arsitektur

Analisis Peraturan Daerah, yakni analisis mengenai :


 Rencana Tata Ruang Kota (RTRK)
 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
 Koefisien Dasar Bangunan (KDB), untuk
mencari Luas Dasar Bangunan (LDB)
maksimum yang diizinkan, dengan rumus
LDB = KDB x luas tapak.
 Koefisien Luas Bangunan (KLB), merupakan
faktor
perhitungan untuk mencari luas lantai
bangunan dalam bentuk angka untuk
memperoleh Luas Total Bangunan (LTB),
rumusnya adalah LTB = KLB x luas tanah
 Koefisien Daerah Hijau (KDH), bertujuan
untuk penghijauan dan taman dengan
besaran standar adalah 40% dari luas tapak.
 Koefisien Tapak Basement (KTB), merupakan
angka persentas perbandingan antara luas
tapak dengan basement dari luas tanah
perpetakan atau daerah perencanaan yang
dikuasai owner.
 Tinggi Bangunan, dinyatakan dalam perda
dalam jumlah lantai.
 Garis Sempadan Bangunan (GSB),
merupakan
garis batas dinding bangunan bagian depan
rumah atau bangunan yang boleh didirikan.
Jarak GSB dengan pagar jalan ditentukan
95
setengah lebar jalan
Metode Perancangan Arsitektur

 Garis Sempadan Jalan (GSJ), merupakan


batas jalan yang berhimpit dengan pagar
pekarangan bagian depan
 Garis Sempadan Sungai (GSS), merupakan
jarak antar tepi bagunan dengan badan
sungai, sebesar 1xlebar sungai hingga 50
meter dari bibir sungai untuk daerah luar
kota.
 Garis Sempadan Pantai (GSP), jarak antara
garis pantai dengan batas bangunan
biasanya sekitar 50-100 meter dari garis
pantai.

Analisis Potensi
Merupakan tahap pembahasan mengenai
penjabaran dan penguraian tentang fungsi-fungsi
yang ada kaitan dengan fungsi yang dirancang.
Potensi ini dapat berada di dalam tapak maupun
diluar tapak. Secara sifatnya potensi tapak
dibedakan menjadi dua jenis yakni (1)Potensi alam
dan (2)Potensi buatan. Selain itu yang dianggap
potensi adalah fungsi sejenis yang berbeda atau
sejenis yang berada di sekitar tapak.

96
Metode Perancangan
Arsitektur

Gambar 7.3 Ilustrasi analisis potensi tapak

Analisis Klimatologi
 Iklim
Secara garis besar, Indonesia berada pada
daerah beriklim tropis, sehingga kelembaban
udara kadang begitu tinggi dan mempengaruhi
kualitas material bangunan yang akan dipakai,
begitupula dengan pengondisian udara dalam
pengaturan suhu dan kelembababan udara
ruangan. Selain itu curah hujan menjadi faktor
krusial bagi perencanaan dan perancangan
bentuk bangunan, baik fasad maupun atap

97
Metode Perancangan
Arsitektur

Gambar 7.3 Ilustrasi analisis iklim (curah hujan)

 Garis Edar Matahari


Pengaruh garis edar terkait dengan paparan sinar
radiasi matahari. Intensitas sinar matahari yang
diterima kulit bangunan, baik bidang padat dan
kaca perlu diantisipasi. Dalam perancangan,
garis edar matahari akan mempengaruhi
penentuan as dan kulit penutup bangunan. Pada
bangunan yang memiliki bentuk massa
memanjang as bangunannya diusahakan sejajar
dengan garis edar matahari

98
Metode Perancangan
Arsitektur

Gambar 7.4 Ilustrasi analisis garis edar matahari

 Angin
Angin terjadi disetiap lokasi dan tapak yang yang
diakibatkan adanya perbedaan suhu udara. Pada
bangunan pengaruh angin sangat dirasakan pada
bidang-bidang lebar fasad dan atap bangunan.
Pengaruh angin juga berdampak pada sudut
kemiringan atap.

99
Metode Perancangan
Arsitektur

Gambar 7.5 Ilustrasi analisis pergerakan angin

Analisis Topografi
Merupakan penjabaran dan uraian tentang kondisi
tanah dari tapak yang telah dipilih sebagai lokasi
letak bangunan. Pada analisa tapak, hal yang
dianalisis adalah
 Jenis tanah / kondisi geologi
 Bentuk permukaan tanah (datar, landai,
tegak atau curam). Pada tahap ini
melakukan kajian peta geografis yang
dinyatakan dalam bentuk garis kontur. Garis
kontur ini didapat dari pengukuran dengan
alat theodolit maupun pencitraan udara.
Kerapatan garis kontur menandakan
kemiringan bentuk tanah, yaitu renggang
berarti kemiringan landai, rapat berarti
kemiringan rapat.
100
Metode Perancangan
Arsitektur

Gambar 7.6 Analisis garis kontur pada


tapak

 Potong dan urug / cut and fill


Untuk kepentingan pelaksanaan proyek
diperlukan daerah yang rata. Pada daerah
dengan kontur yang memiliki kemiringan
yang tinggi perlu dilakukan cut
(pemotongan tanah) dan fill
(pengurugan).Dengan demikian seorang
arsitek harus mempunyai kemampuan
untuk membaca peta kontur tapak.

Gambar 7.7 teknik cut and fill pada


tapak
101
Metode Perancangan Arsitektur

 Aliran air permukaan atau drainase


Aliran air permukaan haruslah
direncanakan dan diarahkan sedemikian
rupa sehingga tidak mempengaruhi
perletakan bangunan dan kegiatan-
kegiatan didalamnya.

Gambar 7.8 Analisis arah aliran air


permukaan

102
Metode Perancangan Arsitektur

Analisis Pencapaian
Tahap ini diperlukan untuk mengetahui dan
menguraikan arah terbesar pemakai serta pengguna
bangunan datang ke tapak. Hasil analisis ini
digunakan sebagai panduan penentuan letak pintu
gerbang dan titik tangkap ke arah bangunan. Untuk
itu diperlukan peta kota yang lebih besar
disesuaikan dengan radius pelayanan fungsi yang
bersangkutan. Hasil dari analisis pencapaian akan
juga mempengaruhi as atau sumbu bangunan, letak
pintu gerbang tapak dan titik tangkap massa
bangunan.

Gambar 7.9 Analisis pencapaian ke tapak

Analisis Sirkulasi
Analisis ini dilakukan untuk mengambil gambaran
lebih detail tentang hal-hal yang berkaitan dengan
pergerakan dan sirkulasi oleh pengguna bangunan.
Tahap ini sebagai kelanjutan dari tahap analisis
pencapaian yang telah

103
Metode Perancangan Arsitektur

menentukan arah terbesar pemakai datang dengan


berbagai macam sarana dan cara.

Gambar 7.10 Analisis sirkulasi tapak

Dalam analisis sirkulasi ini juga di bahas mengenai


jenis jalan , sarana dan fasilitas pejalan kaki, titik
halte kendaraan umum (jika ada), titik lampu
lalulintas (traffic light) dan fasilitas penyeberangan
jalan.

Analisis Arah Pandang


Kajian ini menyangkut arah pandang dari pengguna
dan pemakai fungsi bangunan. Dengan
104
mempertimbangkan
Metode Perancangan Arsitektur

hasil analisis dimensi, potensi, pencapaian dan


sirkulasi, maka arah pandang dapat dilakukan dari
arah dalam ataupun luar tapak.

Gambar 7.11 Analisis arah pandang

Analisis Ruang Kota


Ruang kota adalah ruang terbuka tingkat kota.
Bentuk fisiknya dapat berupa taman terbuka, plaza,
lapangan upacara, atau tempat parker kendaraan
tamu. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui peran
dan pengaruh ruang
105
Metode Perancangan Arsitektur

kota terhadap letak bangunan pada suatu kawasan


dan tapak. Secara garis besar ruang kota terbagi
dalam dua tipe, yakni Ruang Kota Horizontal, yakni
ruang terbuka yang bersifat melebar ke samping
maupun memanjang, serta Ruang Kota Vertikal,
yakni berupa ruang yang muncul akibat perbedaan
ketinggian bangunan pada suatu kawasan yang
biasa disebut dengan skyline

Gambar 7.13 Ilustrasi Ruang Kota Vertikal


(atas) dan Horisontal (bawah)

Analisis Vegetatif
Tahap ini merupakan kajian yang menyangkut
keberadaan tanaman dan tumbuhan yang berada
dalam tapak dan disekitar tapak. Tanaman dapat
menjadi potensi geografis dan historis serta dapat
berperan 106
Metode Perancangan Arsitektur

dalam menjaga dan mengendalikan kelembaban dan


temperatur dilingkungan tapak.
Dengan dipertahankannya vegetasi dalam suatu
tapak maka perancangan harus mempertimbangkan
dan mengikuti keberadaan, posisi dan perletakan
dari vegetasi itu sendiri.

Gambar 7.14 Contoh analisis vegetasi tapak

Analisis Utilitas Kota


Analisis utilitas kota merupakan pengungkapan
semua fasilitas penunjang kota yang harus
disediakan oleh Pemda, yang meliputi jaringan-
jaringan listrik, air bersih, riol kota, telepon, dan gas.
Kelengkapan datanya akan
mempengaruhi biaya yang harus dirancang agar
tidak menimbulkan permasalahan anggaran biaya
dikemudian hari.

107
Metode Perancangan
Arsitektur

Gambar 7.15 Illustrasi Analisis utilitas tapak

Analisis Kebisingan
Kebisingan adalah suara berisik yang melebihi
standar normal yang mampu diterima telinga
manusia. Analisis kebisingan bertujuan untuk
mendapatkan gambaran
terkait arah dan sumber kebisingan berasal dan
pengaruhnya terhadap bangunan dan penghuninya.

Gambar 7.16 Illustrasi Analisis Sumber


Kebisingan
108
Metode Perancangan Arsitektur

Cara yang paling umum digunakan dalam meredam


kebisingan yang masuk ke tapak adalah penggunaan
vegetasi sebagai noise buffer.

Gambar 7.17 Vegetasi sebagai buffer noise pada


tapak

2. Analisis Teknologi Bangunan


a) Rekayasa Teknik dan Konstruksi
Terdapat lima jenis sistem struktur yang
sering digunakan hingga saat ini, yakni:
- Sistem struktur Bentuk Aktif
- Sistem struktur Vektor Aktif
- Sistem struktur Blok Aktif
- Sistem struktur Permukaan Aktif
- Sistem struktur Vertikal

109
Metode Perancangan Arsitektur

b) Analisis Sistem Utilitas Bangunan


Yang termasuk dalam anal`isis system utilitas
bangunan, diantaranya adalah :
- Jaringan Air bersih dan kotor
- Jaringan listrik dan Penerangan
- Jaringan Penyegar Udara
- Jaringan Komunikasi dan Tata Suara
- Jaringan Sampah
- Jaringan Pemadam Kebakaran
- Jaringan Penangkal Petir
- Jaringan Keamanan

VII.3. ANALISIS KAWASAN DAN


WILAYAH
1. Komponen Analisis Kawasan
Dalam melakukan kawasan,
analisis komponen- maka menjadi
komponen
penting dalam perencanaan, yakni : aspe
berikut k
1) Perkembangan sosial penduduk, dimana
analisis ini mencoba memahami aspek
demografi dari penduduk yang mendiami
kawasan tersebut
2) Prospek Pertumbuhan Ekonomi,
merupakan gambaran dari sektor pendorong
ekonomi serta kegiatan ekonomi yang telah
berjalan yang mampu mendorong
produktivitas kawasan
3) Daya dukung fisik dan lingkungan,
110
mengenai kemampuan fisik lingkungan dan
tahan
Metode Perancangan Arsitektur

terhadap kegiatan yang dilakukan


terhadapnya dalam waktu yang
berkelanjutan
4) Legalitas konsolidasi perencanaan,
merupakan kesiapan administrasi dari
aparat Pemda terkait
data lahan yang direncanakan
untuk dikembangkan dan terkait
dengan aspek legal
hukum
5) Daya dukung prasarana dan fasilitas
lingkungan, yakni terkait dengan
tersedianya berbagai jenis infrastruktur,
jangkauan pelayanan, banyaknya
penduduk yang terlayani serta besarnya
kapasitas pelayanan
6) Kajian signifikan dari historis kawasan,
berkaitan dengan aspek nilai-nilai muatan
historis yang
melekat pada kawasan yang dapat menjadi
aset potensi daerah atau Negara yang
memerlukan
konservasi dan pelestarian
(1) Jaringan air bersih dan
. kotorSistem
2. Analisis Jaringan listrikKawasan
Utilitas
(2)
Analisis Jaringan sampah untuk mengidentifikasi
ini bertujuan
.
keberadaan fasilitas
Jaringan Pemadam penunjang yang mampu
(3)
memberikan kelancaran dan kenyamanan kegiatan
Kebakaran
. kawasan, diantaranya
didalam 111 adalah :
(4)
.
Metode Perancangan Arsitektur

“…hendaklah Setiap diri memperhatikan apa


yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan”
(QS 59:18)

BAB VIII
SINTESIS PERENCANAAN
intesis merupakan tahap lanjutan dari analisis.
S Pada tahap ini merupakan titik pijak dari tahap
perencanaan menuju perancangan. Hasil sintesis
merujuk kepada hasil analisis yang sebelumnya telah
dibahas.

VIII.1. SINTESIS NON FISIK


1. Sintesis Fungsi
a) Program Ruang & Besaran Ruang
Merupakan sekumpulan ruang yang didapat dari
paduan analisis jenis kegiatan, pelaku kegiatan,
sifat kegiatan dan syarat kegiatan. Ruang yang
didapatkan akan memenuhi kebutuhan ruang
dan dinamakan program ruang. Sedangkan
besaran ruang adalah perhitungan dimensi
bangunan yang berasal dari luas ruang per
ruang, menjadi luas total lantai, hingga luas total
bangunan. Luas Ruang sendiri didapat dari hasil
11
2
Metode Perancangan Arsitektur

perkalian antara jumlah pelaku kegiatan dengan


standar furnitur dari setiap kegiatan, ditambah
luas sirkulasi (15-20% dari luas ruang)

Tabel 8.1 Contoh program ruang dan besaran


ruang

b) Urutan Kegiatan
Pada tahapan ini, urutan ruang didasarkan pada
tahap program ruang. Urutan juga disesuaikan
dengan sifat kegiatannya. Urutan kegiatan ini
diperlukan bagi fungsi kegiatan yang didalamnya
membutuhkan proses yang berkesinambungan
dan berurutan.

c) Diagram Hubungan Ruang


Merupakan kesimpulan yang didapatkan dari
tahap analisis dengan menggunakan diagram
gelembung. Skema diagram ini dimaksudkan
untuk mempermudah arsitek dalam
mengelompokkan ruangan yang berdasarkan
urutan kegiatan sehingga
113
Metode Perancangan Arsitektur

gabungan ruang terasa mengalir dan tidak


tumpang tindih.

Gambar 8.1 Diagram gelembung sebagai


gambaran hubungan antar ruang

d) Diagram Matrix
Tahap ini merupakan tahap kesimpulan nonfisik
fungsi yang didasarkan kepada penggabungan
dan pengelompokan hubungan ruang dan sifat
ruang yang sejenis. Didalam diagram matrix juga
dicantumkan tingkat hubungan antar ruang
dimana masing-masing jenis hubungan diberikan
tanda yang berbeda dan spesifik, sehingga
memudahkan dalam mencocokkan dan
mengevaluasi
fisiknya. perancangan
Output dari diagram ini adala
pengelompokan ruangan h
kedekatan ruang yang menjadi dasar deraja
berdasarkan dalam
konsep dalam penzonaan dan perancangan t
penataan (lay out) ruang

114
Metode Perancangan
Arsitektur

Gambar 8.2 Contoh sederhana dari diagram


matriks

Gambar 8.3 Contoh diagram matriks dengan tanda


dan informasi yang lebih spesifik.

115
Metode Perancangan Arsitektur

2. Sintesis Sosial Ekonomi


a) Efektif dan efisien
Luas dan bentuk lantai diperoleh dari standar
dimensi modul lantai yang dikaitkan dengan
modul furniture. Oleh sebab itu faktor efektif dan
efisiensi sangat besar dipengaruhi oleh
penggunaan mebel yang sesuai dengan luas
dan bentuk lantai bangunan.
b) Anggaran Biaya
Proses sintesis anggaran biaya melalu
Rancangan Anggaran Biaya (RAB) tidak dapat
dilepaskan dari aktifitas pada tahap identifikasi
fungsi, termasuk sasaran dan tujuan
pembangunan. Anggarn biaya untuk sebuah
rumah tinggal masyarakat ekonomi menengah
ke bawah akan berbeda dengan yang menengah
ke atas. Termasuk dalam tipologi dan citra yang
ingin dihasilkanpun akan berbeda. Hal ini tentu
berdampak pada rencana anggaran biaya yang
akan dikeluarkan.

3. Sintesis Sosial Budaya


Tahap ini merupakan kesimpulan dari tahapan
analisis sosial budaya, yang meliputi:
a) Adat Istiadat
Untuk fungsi-fungsi yang termasuk kelompok
tipologi bangunan hunian, budaya dan religi
sudah menjadi keharusan untuk mengungkap
adat istiadat yang berlaku di suatu daerah. Akan
tetapi tidak semua fungsi bangunan yang
dirancang harus mempertimbangkan adat
istiadat dan budaya. Dus,
116
Metode Perancangan Arsitektur

adat istiadat tidak hanya dalam penerapan fisik


bangunan semata, tetapi acara-acara ritual
sebagai persyaratan adat setempat bagi
kelancaran proses pembangunan.
b) Pola Perilaku
Pola perilaku pengguna terkadang tidak selalu
berhubungan dengan adat istiadat. Pada instansi
pemerintahan, swasta, perletatakan ruangan dan
lantai dari pimpinan dan staff perlu dibedakan.
Terlebih lagi bila hal tersebut terkai dengan faktor
keamanan dan kerahasiaan pada suatu instansi
c) Pakem dan Standar
Bagi masyarakat Indonesia sejak dahulu para
leluhur telah memahami bahwa ada
keterkaitannya antara hubungan manusia
dengan lingkungan alamnya. Mereka pada
akhirnya menemukan pakem (aturan) dan
standar (ukuran) dalam berbagai bidang dan
pekerjaan. Mereka menggunakan ukuran tubuh
kepala keluarga sebagai standar ukuran
bangunan, mulai dari lebar jari, lebar telapak
tangan, panjang lengan dan ukuran tubuh
lainnya. Dengan demikian secara nalar dan
logika akan tercapai sebuah keharmonisan gerak
tubuh kepala keluarga dengan ukuran rumahnya
Gambar
8.4 Salah
satu
pakem
atau
standar
pengukura
11 n secara
7
tradisional
Metode Perancangan Arsitektur

menggunakan anggota tubuh.


4. Sintesis Kejiwaan
a) Bentuk Bangunan dan Kawasan
Bentuk bangunan umumnya disesuaikan dengan
citra atau ekspresi dan penampilan tipologi
fungsi. Masing- masing fungsi mempunyai sifat,
kesan dan karakter sesuai dengan jenis
kegiatannya. Dalam bukunya DK Ching, Bentuk
Rupa dan Tatanan, bentuk bangunan
dikatagorikan menjadi 4 tipe yakni bulat, persegi,
segitiga dan organik dengan sifatnya masing-
masing.
b) Warna
Warna akan menunjang pembentukan ekspresi
dan bentuk bangunan dan memunculkan kesan
dari fungsi itu sendiri. Pemakaian warna bisa
sebagai standar bangunan umum namun sering
ditentukan juga oleh kesukaan dari owner itu
sendiri. Ketepatan pemilihan warna dan material
sesuai dengan fungsi dan letaknya akan
memerlukan pengalaman dan penghayatan yang
mendalam

VIII.2. SINTESIS FISIK

1. Sintesis Tapak
Sintesis tapak merupakan hasil penarikan
kesimpulan dari analisis tapak, dimana pada proses
sintesis ini output yang dihasilkan meliputi:
a) Penentuan Gerbang Utama dan samping
Tahap ini merupakan penentuan dari alternatif-
alternatif pintu masuk118
ke dalam tapak. Ketepatan
pemilihan pintu gerbang tapak akan sangat
Metode Perancangan
Arsitektur
menentukan kemudahan-
adany
sirkulasi dalam tapak. kemudahan
a
b) Pendaerahan Tapak (Zoning)
Merupakan pembagian area berdasarkan sifat
dan hirarki tapak. Zoning tapak sendiri
ditentukan berdasarkan peletakan pintu gerbang
tapak, pintu
gerbang samping tapak, potensi sekitar tapak,
sirkulasi dan kondisi topografi tapak

Gambar 8.5 Contoh sintesis zoning tapak

c) Titik Tangkap
Kesimpulan untuk menentukan daerah tapak
yang mudah dilihat oleh penggunaan dan
masyarakat luas. Adapun yang menjadi
pertimbangannya adalah pencapaian dan arah
pandang, dimensi tapak, topografi, dan potensi
sekitar tapak.

119
Metode Perancangan
Arsitektur

Gambar 8.6 Contoh titik tangkap suatu bangunan


dari arah persimpangan jalan utama

d) Orientasi
Merupakan kesimpulan mengenai arah tapak
menghadap. Arah tapak sendiri terdiri dari
orientasi massa bangunan. Hal yang menjadikan
pertimbangan dalam mengambil sintesis
orientasi adalah : ruang Kota, topografi dan
potensi sekitar tapak

Gambar 8.6 Contoh penentuan orientasi


tapak
120
Metode Perancangan Arsitektur

e) Garis Imajiner (Skyline)


Merupakan kesimpulan mengenai tinggi
bangunan terhadap bangunan dan lingkungan
sekitar. Hal yang menjadikan pertimbangan
dalam mengambil sintesis skyline adalah
Peraturan Daerah, Ruang Kota, Sirkulasi dan
Potensi Kota (nilai ekonomis) serta yang paling
utama adalah kesesuaian dengan lingkungan
sekitar. Jangan sampai ketinggian bangunan
yang direncanakan dan dirancang menimbulkan
dampak negatif pada aspek sosial dan
kenyamanan pada lingkungan di sekitar
bangunan.

Gambar 8.7 Skyline bentukan perbedaan


ketinggian bangunan

Aspek skyline yang berhubungan dengan


ketinggian bangunan haruslash berlandaskan
kepada pemaksimalan fungsi dari kegiatan
utama banguna dan bukan karena dibuat
semata-mata karena unsur prestige atau
bermegah-megah.

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu” (QS


1102:1)

“Belum akan datang kiamat sehingga manusia


berlomba-lomba dengan bangunan-bangunan
yang 121
megah” (HR. Bukhari)
Metode Perancangan Arsitektur

2. Sintesis Bangunan
a) Filosofi Bentuk
Filosofi bentuk sangat terkait dengan ekspresi
dan citra bangunan yang akan di tunjukkan.
Ekspresi dan citra bangunan sendiri tergantung
kepada sifat fungsi dan orientasi kegiatan,
topografi, titik tangkap serta potensi sekitar
tapak.
b) Alternatif Bentuk Dasar
Dari pengamatan analisis tapak,filosofi bangunan
dan sintesis kejiwaan seorang arsitek dapat
menentukan alternative bentuk dasar bangunan
yang merupakan cerminan daya kreatifitasnya.
Sebagai pertimbangan dalam menentukan
alternatif bentuk dasar, maka harus
mempertimbangkan faktor sintesis kejiwaan,
filosofi fungsi, topografi dan potensi sekitar tapak.

Gambar 8.8 proses transformasi bentuk


dengan filosofi

122
Metode Perancangan Arsitektur

c) Titik Berat Tapak


Pada umumnya bangunan diletakkan pada pusat
tapak, sehingga keseimbangan dan optimalisasi
lahan akan tercapai. Akan tetapi mengingat
diperlukan juga mendapatkan sudut pandang
dan titik tangkap yang baik maka terkadang titik
berat tapak bisa dilakukan sedikit pergeseran
sesuai kebutuhan.
d) As Bangunan
Lingkungan yang harmonis merupakan
perpaduan antara keseimbangan letak dan
bentuk bangunan serta suasana yang terjadi
akibat masyarakat penggunanya. As bangunan
dapat berbentuk lurus, sejajar, mengikuti garis
kontur atau membuat sudut istimewa terhadap
jalan.
e) Tinggi Bangunan
Apabila pada suatu tapak memiliki bangunan
majemuk yang mempunyai fungsi yang berbeda
(mix used) maka masa bangunan akan memiliki
ketinggian yang sama ataupun berbeda. Pada
lokasi tapak yang luas, perletakan bangunan
disesuaikan dengan peruntukan (zoneplan)
sehingga bangunan utamalah yang menjadi
patokan ketinggian bangunan terhadap
bangunan penunjang lainnya.

3. Sintesis Teknologi
a) Struktur dan Konstruksi
Sintesis struktur dan konstruksi akan
menghasilkan sebuah kesimpulan mengenai
sistm struktur dan
123 konstruksi yang
memungkinkan digunakan dalam
Metode Perancangan Arsitektur

projek sesuai dengan fungsi beserta jenis ruang


dan dimensinya yang diperoleh dalam analisis
fungsi.
b) Utilitas Bangunan dan Kawasan
Sebuah bangunan dan kawasan secara
operasional akan berjalan dengan lancer bila
didukung dengan fasilitas-fasilitas pendukung
berupa jaringan utilitas. Jaringan utilitas ini
sendiri meliputi jaringan air bersih dan air kotor
(plumbing), Jaringan tenaga listrik, Pengudaraan,
pencahayaan, komunikasi dan tata suara
(akustik), sirkulasi vertikal dan sampah
c) Bahan Bangunan
Material yang dipergunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan bangunan tergantung pada jenis,
bentuk dan dimensi struktur serta detail
pemakaiannya. Ada material yang berasal dari
alam dan ada pula yang dibuat dan direkayasa
oleh manusia. Jenis bahan matrial untuk struktur
akan berbeda dengan bahan untuk finishing.
Sifat dan karakter material tersebut perlu
dipahami agar penggunaannya tepat dan benar
sesuai dengan yang dibayangkan arsitek.

124
Metode Perancangan Arsitektur

“Jikalau akan melakukan suatu urusan,


pertimbangkanlah manfaat dan mudharatnya,
kalau urusan itu bermanfaat kerjakanlah akan
tetapi jikalau urusan itu banyak mudharatnya
tinggalkanlah”
(HR MUSLIM)

BAB IX
PERENCANAAN BERDASAR
ANALISIS PERILAKU
endekatan perilaku menekankan pada
P dialektik
hubunganantara ruang dengan manusia
dan masyarakat yang
menghuni ruangmemanfaatkan atau
tersebut. pendekatan tersebut
yang
menekankan pada perlunya memahami perilaku
manusia serta masyarakat yang menghuni di
daerah- daerah tertentu dalam memanfaatkan
ruang

IX.1. BATASAN LINGKUP PENGERTIAN


Karya rancangan arsitektur pada prinsipnya selalu
berorientasi pada penciptaan ruang , bentuk dan
tatanan (Ching,DK, 1989). Ketiga faktor tersebut
terkomposisi & terususun serta selalu ”berada” (terletak
pada) suatu tempat tertentu (site pada locus tertentu).
Aspek lokasi (locus) dan tapak (site) tidak bisa lepas
dengan masalah lingkungan,baik lingkungan alam
125
atau binaan (terbangun)
Metode Perancangan Arsitektur

yang secara empirik /nyata berada disekitar locus


atau
site tersebut.
Satu faktor penting yang perlu diketahui adalah
ruang sebagai wadah kegiatan dalam proses
perancangannya harus selalu mempertimbangkan
faktor pengguna , dalam hal ini yang dominan adalah
faktor manusia. Dalam kehidupannya ( baca:
memanfaatkan ruang , baik ruang dalam maupun
ruang luar ) manusia sebagai makhluk sosial,
biologis dan psikis selalu mempunyai tuntutan-
tuntutan yang berhubungan dengan kepentingan
primer maupun sekundernya. Untuk memenuhi
tuntutan tersebut manusia harus beraktifitas (
melakukan kegiatan
) dengan pola perilaku tertentu.

Menurut Edward T.Hall (seorang sosiolog) ruang


dapat mempengaruhi perilaku seseorang yang
berada didalamnya, atau sebaliknya dari sisi
arsitektur, ruang diciptakan untuk
mengakomodasikan kebutuhan– kebutuhan
penggunanya yang tercermin pada pola perilakunya

Melihat hal tersebut diatas maka perencanaan


rancang bangun arsitektur sebagai kegiatan awal
dari sebuah proses merancang sangat penting dan
perlu mempertimbangkan kedua faktor pokok yang
sangat penting yakni perilaku dan lingkungan

Di kelompok
dalam menganalisa perilaku
besar. Apa saja yang yang
merekaperlu
diperhatikan adalah bagaimana orang
lakukan, menggunakan
elemen arsitektur secara
126 pribadi, berpasangan,
kelompok kecil, dan
Metode Perancangan Arsitektur

bagaimana aktifitas saling berkait, apa pengaruhnya


terhadap si pengguna, dan bagaimana elemen fisik
itu berpengaruh terhadap kegiatan
Mengamati perilaku di dalam seting-seting secara
fisik menghasilkan data tentang aktifitas orang-orang
dan hubungan-hubungan yang diperlukan untuk
mendukung mereka; tentang keteraturan-keteraturan
perilaku; penggunaan-penggunaan yang diharapkan,
penggunaan- penggunaan baru, dan
penyalahgunaan-penyalahgunaan dari suatu tempat;
dan tentang kemungkinan dan kendala-kendala
tingkah laku yang lingkungan akibatkan.

IX.2. POLA AKTIFITAS

Setiap aktifitas individu adalah suatu pola dari sistem


aktifitasnya secara keseluruhan. Sistem aktifitasnya
merupakan suatu aliran aktifitas selama suatu
periode waktu yang spesifik (Chapin dan Brail,
1969). Klasifikasi Chapin-Brail (1969) adalah suatu
konsep yang memiliki nilai karena mereka
membedakan 3 dasar dari pengaruh perilaku
manusia.

1) Tingkatan dari interaksi


Aktifitas dikategorikan menurut dari individu itu
beraktifitas. Apakah sendiri, dengan kelompok
keluarga, ataupun dengan orang lain.
2) Lokasi
Lokasi dari suatu aktifitas itu berada sangat
menentukan dari subjek yang akan diamati
12
aktifitasnya. 7
Metode Perancangan Arsitektur

3) Kewajiban dan kebebasan untuk menentukan


Setiap individu dimungkinkan untuk melakukan
berbagai aktifitas. Ada yang dilakukan menurut
keinginannya. Namun ada pula yang merupakan
suatu kewajiban karena keadaan.

IX.3. HUBUNGAN ARSITEKTUR DENGAN


PERILAKU

Menurut Barker (1968): “Seting perilaku sebagai


konsep kunci bagi analisis manusia dalam Arsitektur”
, sedangkan Stokols (1976) berpendapat bahwa
terdapat empat pandangan mengenai pengaruh
desain arsitektur dengan perilaku manusia sebagai
pengguna, yakni:

1. Pendekatan Kehendak Bebas (Free-will


Approach); lingkungan tidak memiliki dampak
apapun terhadap perilaku
2. Determinisme Arsitektur (Architectural
3. Determinism);
Kemungkinan lingkungan yang dibangun
(Environment
membentuk
Possibilism);perilaku manusia
Lingkunga
lingkungan di dalamnya
sebagai al wadah
n dimana perilaku akan muncul
4. Probabilisme Lingkungan (Environmental
Possibilism). Organisme dapat dapat memilih
variasi respon pada
berbagai situasi lingkungan, dan pada saat itu
muncul pula probabilitas yang berkaitan
dengan contoh- 128
contoh kasus desain.
Metode Perancangan Arsitektur

Setting perilaku sebagai dasar analisis


interaksi lingkungan-perilaku:
1) Pola perilaku tetap atau tipe perilaku yang
berulang
kali
2) Aturan-aturan dan tujuan-tujuan sosial
sebagai norma-norma yang
berlaku
3) Ciri-ciri fisik kritis dari seting = unsur dan
lingkungan fisik tidak terpisahkan dengan
perilaku
4) Tempat waktu, kerangka waktu dimana perilaku
terjadi.

Dalam memetakan kelompok pengguna bangunan,


seorang arsitek dapat menggungakan tiga
pendekatan yang spesifik, diantaranya:

1) Berdasarkan Perkembangan manusia ,


Berhubungan dengan perkembangan manusia
dari lahir sampai usia lanjut.
2) Berdasarkan kelompok aktifitas tertentu,
Berkaitan dengan latar/setting perancangan,
misal pendidikan, perkantoran, perumahan, dsb
3) Berdasarkan kelompok dengan karakteristik
tertentu, Berkaitan dengan karakter tertentu ,
misal terkait dengan budaya, etnis, disabilitas,
kelas sosial, agama/keyakinan, dsb

129
Metode Perancangan Arsitektur

Untuk menentukan suatu seting perilaku yang


akan diamati dapat diambil data-data informasi
yang dapat dikategorikan ke dalam empat hal,
yakni:
a) Manusia / pengguna ; Data yang dapat
diambil adalah siapa yang beraktifitas dan
mengapa, siapa yang menentukan seting
perilaku di area pengamatan.
b) Besarnya karakteristik ; Berapa orang/jam
yang berada disini, berapa besar ruangan
yang dibutuhkan, berapa sering dan untuk
berapa lama seting itu dipergunakan.
c) Objek Perilaku ; Tipe seperti apa dan
berapa banyak perilaku yang terjadi,
bagaimana kemungkinan-kemungkinan
stimulasi, respon, dan adaptasi yang
mungkin terjadi
d) Pola Aktifitas
Aktifitas apa yang terjadi disana,
seberapa unik dan berulang hal-hal yang
dilakukan pemakai

130
Metode Perancangan Arsitektur

Sesungguhnya Allah indah dan


senang kepada keindahan..
(HR. Al-Baihaqi)

BAB X
KONSEP PERANCANGAN
ARSITEKTUR
onsep perancangan merupakan titik tolak
K perancangan, yang merupakan uraian-uraian
dari ide dan kreativitas yang ditentukan oleh
arsitek
2014). (Laksito, dari rancangan sangat diwarnai
Keberhasilan
oleh pola pikir dan kearifan kreativitas perilaku
arsitek, apalagi ditambah oleh keahlian arsitek
dalam merespon pola perilaku masyarakat, budaya,
kemajuan rekayasa ilmu teknologi serta lingkungan
alam disekitar tapak dan lokasi. Pada bab ini akan
dibahas seputar pokok-pokok dalam konsep
perancangan arsitektur.

X.1. TOPIK DAN TEMA


Topik dimaknai sebagai salah satu pendekatan
dalam perancangan bangunan dan kawasan,
sedangkan Tema merupakan uraian-uraian dari
topik bangunan dengan tujuan untuk memperjelas
maksud dan tujuan dari topik.
Dalam penetapan topik didahului dengan latar
belakang yang menjelaskan berbagai alasan untuk
mengangkat dan mewarnai permasalahan
perancangan yang 131 dimaksud. Dengan
menggunakan topik paling tidak seorang arsitek
dapat membatasi ruang lingkup detail penguraian
Metode Perancangan Arsitektur

materinya agar lebih efektif dan efisien dalam


mengelola waktu, tenaga dan pola pikir dalam
perancangan.

Gambar 10.1 Menara Mesiniaga , contoh


penerapan topik dan tema pada karya
arsitektural

Konsistensi arsitek dalam menerapkan topik dan


tema sejak awal hingga akhir merupakan urutan
proses perancangan bangunan secara baik, benar
dan menyeluruh. Setelah menentukan topik dan
tema maka langkah selanjutnya dari tahap
perancangan adalah menentukan strategi
perancangan. Laksito (2014) menguraikan empat
jenis pendekatan dalam strategi perancangan, yakni
:

132
Metode Perancangan Arsitektur

1. Pendekatan Kejiwaan / Psikologi


Aspek kejiwaan terhadap bentuk psikologis ruang
dan lingkungan meliputi :
a) Privasi
Merupakan interaksi status simbol seseorang
sebagai utama terhadap ruang pribadinya.
Ruang tersebut bisa dalam bentuk terkecil, yaitu
meja kerja lengkap dengan lemari arsipnya yang
seakan-akan membentuk sebuah kapsul
pembatas jarak dengan orang lain disekitarnya.

Gambar 10.2 privasi dapat diperoleh dari


penataan furniture sedemikian
rupa

b) Ruang sekitar pribadi


Merupakan sarana komunikasi yang berupa jarak
antar individu yang menjadi personal space nya.
Jarak ini dibedakan menjadi jarak intim (0-0,5 m),
jarak personal (0,5-1,3 m), jarak sosial (1,3-4m),
dan jarak publik (4-8,3 m).
133
Metode Perancangan Arsitektur

c) Kontak Pandang (eye contact)


Merupakan hubungan indera penglihatan dengan
benda-benda disekitarnya sebagai faktor stimulus
motivator individu. Faktor stimulus ini dapat
berupa permainan warna dinding, ornamen,
pernak-pernik, lukisan dsb
d) Pembatas Ruang
Merupakan pembatas arah pandang seseorang
yang dapat berupa pembatas ruang yang padat
maupun transparan, ataupun yang bersifat
imajiner, seperti permainan perbedaan
ketinggian level lantai contohnya.

Gambar 10.3 unsur pembatas ruang yang


dibentuk oleh mezzanine

e) Tata Letak dan Jenis Perabot


Kualitas dan kuantitas furnitur dapat
menunjukkan status sosial pelakunya.

134
Metode Perancangan Arsitektur

f) Keintiman dan kesenangan


Secara kejiwaan, faktor yang berpengaruh pada
kesan intim dalam ruangan adalah penggunaan
warna serta intensitas pencahayaan (terang,
temaram, gelap).
g) Kepadatan pemakai (density)
Merupakan perbandingan antara besaran ruang
dengan jumlah pengguna berdasarkan sifat ruang
dan kegiatannya. Semakin banyak pelaku
kegiatan maka semakin terasa sifat publik dari
ruang tersebut, begitupun sebaliknya.

Gambar 10.4 kepadatan di suatu ruang tunggu

h) Ekologi Perilaku
Semakin tinggi nilai ekonomis suatu ruang maka
semakin tinggi pula status sosial pemakai
ruangnya.

135
Metode Perancangan Arsitektur

2. Pendekatan Teknologi
Pendekatan teknologi terkait dengan pemilihan sistim
struktur yang akan digunakan dalam pembangunan
sebuah fasilitas. Untuk melaksanakan pemilihan
struktur tersebut diperlukan kriteria-kriteria sebagai
berikut :

a) Keamanan struktural yang memadai


b) Ketahanan dan keamanan struktur dan material
terhadap kebakaran
c) Kemudahan pelaksanaan konstruksi
d) Daya tahan struktur terhadap iklim dan gempa
e) Ketersediaan material, kaitannya dengan faktor
biaya
f) Skala dimensi, kaitannya dengan ukuran dan sifat
materialnya sesuai dengan penampilan atau citra
bangunan.
g) Integrasi fungsi, antara sistem struktur, material,
jaringan utilitas dan sistem sirkulasinya harus
dipertimbangkan.
h) Kekukuhan struktur, dengan melihat kondisi
geografis daerah dan lokasinya.
i) Kemampuan ekonomi dan alokasi anggaran
biaya terkait pemilihan sistem struktur
j) Visualisasi struktur, dengan tujuan mengekspose
sistem struktur sebagai bagian dari konsep
perancangan dan meningkatkan unsur estetika
bangunan.

136
Metode Perancangan Arsitektur

3. Pendekatan Ekonomi
Perencanaan dan perancangan bangunan juga dapat
dimulai dari sudut ekonomi bangunan, yaitu
berdasarkan kemampuan finansial owners. Selain
pertimbangan tersebut, pendekatan ekonomi lainnya
berupa hal-hal yang bersifat entangible, yakni yang
berkaitan dengan faktor berikut :
a) Ekonomis tapak lokasi dan lahan
b) Penampilan bangunan dan proses konstruksi
c) Kemudahan operasional
d) Pemasaran dan penjualan
e) Aspek pemasaran dan penjualan

4. Pendekatan Budaya
Arsitektur merupakan bagian dari kebudayaan
kesenian dalam bidang seni bangunan, tetapi dalam
aplikasinya tidak dapat dilepaskan dari unsur-unsur
kebudayaan lainnya. Cerminan ekspresi budaya
kearsitekturan dapat dianalogikan seperti teori hirarki
kebudayaan manusia (Maslow Triangles), dimana
eksistensi manusia paling mendasar dan pokok
terdiri dari :
1) Kebutuhan fisiologis, dimana arsitektur
mengakomodir kebutuhan manusia akan wadah
beraktifitas
2) Rasa aman, dari segala ancaman alam maupun
makhluk hidup lainnya
3) Kebutuhan Sosial untuk dapat berinteraksi
dengan manusia lain

137
Metode Perancangan Arsitektur

4) Harga diri, kebutuhan untuk menunjukkan


eksistensi keberadaannya diantara
lingkungannya.
5) Aktualisasi diri, dimana segala atribut dan pernak-
pernik yang melekat pada individu
dapat
menghasilkan penilaian tertentu dari masyarakat
terhadap individu itu sendiri.

X.2. KONSEP PERUNTUKAN (ZONEPLAN)

Zoneplan adalah peruntukan daerah perletakan dari


program ruang dan fungsi yang ditempatkan arsitek
pada suatu tapak, bangunan, maupun kawasan.
Peruntukan ini merupakan kombinasi antara
penzoningan sintesis nonfisik (diagram matriks)
dengan sintesis fisik tapak.
Dalam menempatkan ruang sesuai dengan
persyaratan dan zoning nya, arsitek harus sudah
mulai mengembangkan kreativitasnya yang diiringi
dengan pemikiran secara komprehensif. Secara
garis besar zoneplan dibagi menjadi dua bagian,
yakni :

1. Zoneplan Horisontal
Merupakan penentuan peruntukan ruang dan
kegiatan dari fungsi pada permukaan tapak secara
mendatar. Masalah yang timbul terkait penetuan
konsep zoneplan horisontal sudah dapat terdeteksi
dalam tahap penentuan sintesis fisik.
138
Metode Perancangan
Arsitektur

Gambar 10.5 Contoh konsep zoneplan horisontal

2. Zoneplan Vertikal
Merupakan peruntukan dan penempatan program
ruang disetiap lantai dalam bangunan.
Pertimbangan- pertimbangan didapatkan dari hasil
sintesis nonfisik hubungan ruang (diagram
gelembung dan diagram matriks). Sebelum
menentukan letak program ruang tetapkan dahulu
hirarki sifat kegiatannya disetiap lantai.

Gambar 10.6 Contoh konsep zoneplan


vertikal 139
Metode Perancangan Arsitektur

X.3. KONSEP TATA RUANG LUAR

Ruang luar merupakan sisa dari luas tapak dikurangi


luas dasar bangunan. Dengan demikian luasan
ruang luar tersebut tergantung dari besaran
prosentase koefisien dasar bangunan (KDB). Secara
garis besar tata ruang luar dibagi menjadi dua jenis,
yakni :

1. Ruang Luar Aktif


Merupakan sisa tapak yang diolah menjadi taman
yang masyarakat penggunanya dapat ikut aktif
memanfaatkannya.

Gambar 10.7 Ruang luar


aktif

140
Metode Perancangan Arsitektur

2. Ruang Luar Pasif


Merupakan sisa tapak yang diolah menjadi taman
akan tapi masyarakat pemakai tidak ikut aktif
didalamnya.

Gambar 10.8 Ruang luar pasif

X.4 KONSEP SIRKULASI

1. Sirkulasi Dalam Tapak


Setelah ditetapkannya zoneplan dalam tapak maka
tahap berikutnya adalah merancang jalan
penghubung antar peruntukan tersebut. Hal ini
dinamakan sirkulasi dalam tapak. Berdasarkan tipe
penggunanya maka sirkulasi dalam tapak dibedakan
menjadi tiga jenis, yakni :

141
Metode Perancangan Arsitektur

a) Sirkulasi Manusia
Merupakan pergerakan yang dilakukan manusia
sebagai pengguna dan pemakai utama
bangunan. Sirkulasi ini dapat berbentuk
sederhana hingga kompleks dan rumit.

b) Sirkulasi Kendaraan
Merupakan pergerakan kendaraan yang dipaka
pengguna dan pemakai bangunan. i
perancangan sirkulasi kendaraan, Dala
perlu
disesuaikan m
dengan standar dan dimensi
kendaraan, jalan dan parkir dengan fungsi
tipologi bangunannya. Jenis kendaraan memiliki
dimensi yang berbeda yang berdampak juga
pada perancangan area pergerakan (manuver)
dari kendaraan itu sendiri.

c) Sirkulasi Barang
Pada fungsi-fungsi tertentu, sirkulasi didalam
tapak justru didominasi oleh pergerakan benda
dan barang, misalnya perencanaan dan
perancangan pabrik, pelabuhan bongkar muat,
atau komplek pergudangan. Pada bangunan
umum seperti kantor, rumah sakit atau hotel
sirkulasi barang sebaiknya memiliki jalur
tersendiri agar kesan yang ditimbulkan tidak
merusak pandangan dari pengunjung lainnya.

142
Metode Perancangan
Arsitektur

Gambar 10.9 Contoh konsep sirkulasi tapak

2. Sirkulasi dalam Bangunan


Untuk memperlancar pergerakan manusia didalam
bangunan maka diperlukan penentuan dan letak
sirkulasi yang tepat dengan fasilitas dan sarana
penunjangnya. Penentuan dimensi atau lebar
sirkulasi pergerakan manusia didalam bangunan
disesuaikan dengan frekuensi atau kepadatan
hubungan ruang yang telah didapat dari
143
Metode Perancangan Arsitektur

sintesis nonfisik yang berupa diagram gelembung.


Sirkulasi hubungan ruang tersebut berjenjang sesuai
dengan hirarki ruang dan bangunan. Semakin privat
sifat ruangnya maka semakin kecil lebar koridornya.
Sirkulasi yang terjadi pada masa bangunan tunggal
tidak jauh berbeda dengan bangunan majemuk.
Arah, dimensi dan bentuk sirkulasi tergantung pada
topik dan tema perancangan yang telah ditentukan
oleh arsitek sejak awal proses. Berdasarkan arahnya
maka sirkulasi dalam bangunan terbagi menjadi dua
tipe, yakni :
a) Sirkulasi Horisontal, berupa selasar, koridor
b) Sirkulasi Vertikal, berupa tangga, eskalator dan
elevator.

X.5. KONSEP ORIENTASI BANGUNAN

Konsep ini merupakan sikap arah menghadap


bangunan yang ditunjukkan oleh kegiatan-kegiatan
didalamnya. Dari jenis dan sifat kegiatannya ada
bangunan yang bersifat tertutup dan terbuka.
Begitupula pola kegiatannya, ada bangunan yang
menghadap arah pandangan ke dalam, seperti
museum, mall dan perpustakaan. Namun ada juga
yang membutuhkan pandangan keluar, seperti hotel
dan revolving restaurant.
1. Orientasi ke luar
Merupakan sikap arah menghadap bangunan yang
menunjukkan kesan terbuka dan menerima
(welcome) terhadap masyarakat luas dan lingkungan
sekitar tapak. 144
Metode Perancangan
Arsitektur

Gambar 10.10 Revolving restaurant, contoh


orientasi keluar

2. Orientasi ke dalam
Orientasi ini merupakan sikap arah pandang yan
ditunjukkan bangunan bahwa kegiatan-kegiatan g
terjadi didalamnya tidak membutuhkan view yan
g
pandangan ke luar. Kegiatan-kegiatannya cenderung
mengarah kepada obyek-obyek didalam bangunan atau
itu sendiri, sehingga ekspresi bangunannya
cenderung tertutup.

Gambar 10.11 Museum Gugenheim, contoh


orientasi ke dalam
145
Metode Perancangan Arsitektur

X.6. KONSEP TITIK TANGKAP


BANGUNAN

Titik tangkap merupakan daerah pada bangunan


yang menajdi pusat perhatian pengunjung dari luar
lokasi. Letaknya disesuaikan dengan daerah titik
tangkap yang didapatkan dari hasil sintesis fisik fisik
tapak. Ada beberapa hal yang menjadi kunci saat
menentukan arah dan letak titik tangkap yang tepat,
yakni
1. Analisis view dan pencapaian
2. Analisis potensi tapak dan kondisi topografi
3. Pada daerah yang telah ditentukan sebagai
daerah titik tangkap sangat tepat untuk
meletakkan logo, tower, indentitas ataupun ciri-
ciri khas dari bangunan.

Gambar 10.12 Penerapan titik tangkap pada


elemen bangunan

146
Metode Perancangan Arsitektur

X.7. KONSEP AS BANGUNAN DAN


KAWASAN
As bangunan disini diartikan sebagai poros arah, baik
membujur, melintang atau menyudut dari rencana
bangunan. As bangunan didapat dari hasi
pertimbangan beberapa analisis, yakni :
1. Analisis potensi tapak
2. Arah pandang dari bangunan
3. Analisis Klimatologi
4. Analisis topografi tapak

Gambar 10.13 As bangunan yang menyesuaikan


bentuk tapak yang memanjang

X.8. KONSEP DIMENSI BANGUNAN


Pengertian dimensi bangunan dalam arti fisik adalah
besaran ketebalan dan tinggi bangunan. Dalam
memperoleh konsep dimensi yang tepat, maka harus
didasarkan pemahaman dan pertimbangan hal-hal
berikut :

147
Metode Perancangan Arsitektur

1. Hasil analisis Perda, terkait Luas Dasar


Bangunan (LDB) dan Luas Total Bangunan
(LTB)
2. Dimensi dan As bangunan
3. Teknologi bangunan, khususnya yang terkait
sintesis struktur dan faktor fisika bangunan
(pencahayaan, akustik bangunan)
4. Zoneplan dan tipologi bangunan

Gambar 10.14 konsep dimensi dan ketinggian


lantai

148
Metode Perancangan Arsitektur

X.9 KONSEP BENTUK MASSA


BANGUNAN

Setelah proses-proses pengkonsepan dilakukan


dengan penghayatan, maka seorang arsitek akan
memasuki tahapan dalam usaha mendapatkan
bentuk massa bangunan yang diinginkan. Semua
hasil sentesis dan konsep diramu dan dirangkai
menjadi satu perpaduan yang menghasilkan bentuk
massa bangunan dalam bentuk sketsa-sketsa
imajiner. Bentuk bangunan pada tahap ini sudah
mulai spesifik karena sudah memunculkan image,
cirri atau gaya khas dari arsitek itu sendiri.

Gambar 10.15 konsep transformasi bentuk


massa bangunan

149
Metode Perancangan Arsitektur

X.10. KONSEP STRUKTUR DAN


KONSTRUKSI
BANGUNAN
Pada tahap ini, akan diputuskan system struktur yang
mana yang akan dipakai dalam bangunan. Ide dan
dimens bentuk bangunan
konsep struktur yang
yang diambil dipadukan
bersumber daridengan
prinsip
ifungsi dan
bangunan. Dalam proyek nyata, penetapan
estetik struktur yang tepat dan akurat sebaiknya
a
dikonsultasikan dengan pihak kontraktor. Umumnya
system
jenis struktur bangunan dibedakan berdasarkan:

1. Ketinggian bangunan, terdiri dari


- Bangunan bertingkat rendah (1-3 lantai)
- Bangunan Walk Up (4-8 lantai)
- Bangunan bertingkat tinggi (9-40 lantai)
- Bangunan pencakar langit (>40 lantai)

2. Bangunan Bentang Lebar


Dengan melihat bentuk dan jenis lebar bentangan
yang ditentukan arsitek, maka akan diketahui
pula material yang digunakan pada jenis struktur
bentang lebar tersebut, dimana secara garis
besar pilihan struktur terdiri dari :
- Struktur beton
- Struktur besi baja
- Struktur kayu

150
Metode Perancangan
Arsitektur

Gambar 10.16 Struktur rangka


baja

Gambar 10.17 Struktur rangka


kayu

151
Metode Perancangan Arsitektur

X.11. KONSEP UTILITAS BANGUNAN

Penggunaan utilitas bangunan meliputi jaringan


instalasi air, jaringan listrik, pengudaraan ruang,
jaringan komunikasi dan system suara, sistem
pemadam kebakaran, pembuangan Limbah,
penangkal petir, sistem keamanan, dan sistem
sirkulasi vertikal.

1. Jaringan Instalasi Air


Merupakan sistem jaringan pemipaan yang
mengalirkan dan memindahkan air dari suatu tempat
ke tempat lain. Jaringan ini dibedakan atas jaringan
pemipaan untuk air bersih, air kotor, air jaringan
kebakaran dan air hujan.

Gambar 10.18 Illustrasi sistem utilitas jaringan air


bersih pada bangunan bertingkat

152
Metode Perancangan Arsitektur

2. Jaringan Listrik
Sumber listrik umumnya berasal dari PLN maupun
generator pada bangunan itu sendiri. Jaringan listrik
sendiri tidak hanya meliputi unsur pencahayaan pada
bangunan, tapi juga meliputi operasional utilitas
bangunan, dari lift dan eskalator, mesin pengolah
limbah, sistem keamanan dan hal-hal lain yang
memerlukan pasokan energi listrik. Dalam konteks
konsep jaringan listrik, seorang arsitek harus mampu
memastikan sumber dan kapasitas listrik sesuai
dengan bangunan yang direncanakan, begitu juga
dengan skema distribusi jaringan listrik hingga
pemanfaatan alternatif-alternatif sumber energi listrik
dalam perancangannya.

Gambar 10.19 Rencana peletakan titik lampu

3. Jaringan Pengudaraan Ruangan


Untuk mencapai kenyamanan, kesehatan dan
kesegaran hidup dalam rumah tinggal atau
bangunan – bangunan 153
Metode Perancangan Arsitektur

bertingkat, khususnya di daerah beriklim tropis


dengan udara yang panas dan tingkat kelembaban
tinggi, diperlukan usaha untuk mendapatkan udara
segar baik udara segar dari alam dan aliran udaran
buatan. Cara memperoleh udara segar dari alam
adalah dengan cara memberikan bukaan pada
daerah yang diinginkan dan memberikan ventilasi
yang sifatnya menyilang. Udara yang nyaman
mempunyai kecepatan tidak boleh lebih dari 5
km/jam dengan suhu/ temperatur kurang dari 30°C
dan banyak mengandung O2.

Gambar 10.20 Illustrasi penghawaan udara


dalam ruangan
Daerah di Indonesia kebanyakan kurang memberikan
kenyamanan karena udaranya panas (23 -34°C),
udaranya kotor (berdebu, berasap) dan angin tidak
menentu, khususnya pada bangunan tinggi, angin
mempunyai
15
4
Metode Perancangan Arsitektur

kecepatan tinggi. Karena keadaan alam yang


demikian, maka diperlukan suatu cara untuk
mendapatkan kenyamanan dengan menggunakan
alat penyegaran udara (air condition).

Gambar 10.21 Skema jaringan penghawaan


buatan (AC)
155
Metode Perancangan Arsitektur

4. Jaringan Pemadam Kebakaran


Instalasi pemadam kebakaran merupakan salah satu
sarana utilitas yang cukup penting dalam suatu
bangunan, sehingga memerlukan perencanaan yang
tepat dan teliti dalam pengadaannya. Yang termasuk
dalam peralatan jaringan pemadam kebakaran ini
adalah
:
- Jaringan air semprot (sprinkler)
- Jaringan Hydrant
- Jaringan Halon Gas

Gambar 10.22 Skema jaringan air semprot


(sprinkler)

156
Metode Perancangan
Arsitektur

Gambar 10.23 Skema jaringan hydrant

5. Jaringan Pembuangan Limbah


Pada bangunan-bangunan bertingkat tinggi, kegiatan
para pemakainya akan menghasilkan limbah dalam
jumlah yang cukup besar volumenya. Permasalah ini
dapat diantisipasi dengan menyediakan lubang-
lubang pembuangan limbah yang terletak pada core
bangunan, termasuk didalamnya pemipaan air kotor.
Sedangkan limbah yang berasal dari hasil kegiatan
kawasan juga harus mendapat perhatian arsitek.
Perencanaan area penampungan limbah sementara
harus disertakan dalam perancangan bangunan
secara keseluruhan.

157
Metode Perancangan Arsitektur

DAFTAR PUSTAKA
Alexander. C, 1979, The Timeless Way of Building,
London, Oxford University Press
Archer, L.B, 1974, Design Awareness and Planned
Creativity in Industry, Ottawa, Office of Design
Department of Industry, Trade and Commerce
Asimow, Morris, 1962, Introduction to Design, Los
Angeles, Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall
Barker, Roger G, 1968, Ecological Psychology:
Concepts and Methods for Studying the
Environment of Human Behavior, Kansas,
Standford University Press
Booker, P.J, 1962, Principles and Precedents
Engineering Design, London, Institution of
Engineering Designers
Ching, DK, 1996, Architectural Graphics, Seattle,
John Wiley & sons Ltd
Ching, DK, 2007, Architecture: Form, Space and
Order 3rd Ed, Seattle, John Wiley & sons Ltd
Dafidoff, Paul, 1962, A Choice Theory of Planning,
Journal of The American Institute of Planners,
XXVIII, p 103- 115
Eppi P Suriadjaja dkk, 1986, Persepsi Bentuk dan
Konsep Arsitektur, Jakarta, Djambatan
Jones, JC, 1990, Developments in Design
Methodology, New York, John Wiley & sons Ltd
Laksito, Boedhi, 2014, Metode Perencanaan &
Perancangan Arsitektur, Jakarta, Griya Kreasi
158
Metode Perancangan Arsitektur

Reswick, J.B, 1965, Prospectus for an Engineering


Design Center, Cleveland OH, Case Institute of
Technology
Shrode, William A, 1974, Organization and
Management: Basic Systems Concepts,
Michigan, R.D Irwins
Stokols, D,1976, Toward Psychological Theory of
Alienation, Psych Rev 82: 26-44
Wade, J.W, 1977, Architecture, problems, and
purposes: Architectural design as a basic
problem-solving process, Wisconsin, London,
John Wiley & sons pub
WHITE, EDWARD T, 1997, Introduction to
Architectural Programming, University of
Michigan, Architectural Media
Zainun, Achmad, 1999, Elemen Mesin- I, Bandung,
PT Rafika Aditama

159

Anda mungkin juga menyukai