Anda di halaman 1dari 9

ARAHAN PENGATURAN DAN PENGENDALIAN

BANGUNAN DI KECAMATAN PINANG


KOTA TANGERANG
Windriarti Hendrojogi
Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta

Abstract
Kecamatan Pinang is located in Kota Tangerang. The region has an important role
in the regional development, specially for Kota Tangerang and DKI Jakarta.
Nowadays the physical development some part of Kecamatan Pinang is very poor
and crowded. There are no building development guidelines that guiding the
physical development of settlement, commercial actifitives and other infrastructure.
These conditions certainly caused many visual as well as economical and social
problems. Commercial activities is obstructed, and the environment become
unsave and uncomfortable. Concernng those it is necessary to formulate the
building development guidelines which is comprised of Building Demarcation Line
(GSB), Buliding Coverage Ratio (KDB), Floor Coverage Ratio (KLB), and Building
Elevated (TB). It is hope that the building code would create safety, pleasant,
productive, and sustainable spatial in Kecamatan Pinang.

Kata kunci : Arahan, pengaturan dan pengendalian, Kecamatan Pinang

1. PENDAHULUAN • Sinkronisasi pembangunan fisik antara


Kecamatan Pinang dengan wilayah sekitarnya
Kecamatan Pinang merupakan salah satu dari 13
belum ada.
kecamatan yang ada di Kota Tangerang (Badan
Pusat Statistik Kota Tangerang, 2006a). Dalam Melihat permasalah di atas, maka upaya menata,
beberapa tahun terakhir, kecamatan ini tumbuh dan mengarahkan, dan mengendalikan perkembangan
berkembang cukup pesat sebagai sebuah kawasan dan pertumbuhan Kecamatan Pinang perlu
perkotaan, seiring dengan pesatnya perkembangan diselenggarakan sedini mungkin. Tujuannya adalah
Kota Tangerang dan juga DKI Jakarta. Akan tetapi, untuk mewujudkan penataan ruang yang aman,
kondisi fisik di wilayah ini berkembang tanpa nyaman, produktif dan berkelanjutan sesuai dengan
memperdulikan kaidah-kaidah yang berlaku, tujuan penyelenggaraan penataan ruang yang
sehingga terlihat semakin semrawut. Selain itu, diamanatkan dalam Undang-Undang Republik
makin meningkatnya intensitas kemacetan lalu lintas Indonesia Nomor 26 Tahun 2007.
di wilayah tersebut telah berdampak pada inefisiensi Salah satu upaya yang bisa ditempuh adalah
koleksi dan distribusi barang dan jasa, yang pada menyusun arahan pengaturan dan pengendalian
gilirannya dapat menurunkan daya saing kawasan bangunan melalui pengaturan :
dan produk yang dihasilkan.
(1) Garis Sempadan Bangunan (GSB).
Beberapa permasalahan yang cukup menonjol di
Kecamatan Pinang saat ini di antaranya adalah : (2) Koefisien Dasar Bangunan (KDB).
• Pembangunan fisik di atas lahan (land (3) Koefisien Lantai Bangunan (KLB).
coverage) secara penuh (100%).
(4) Ketinggian Bangunan (TB).
• Keserasian estetika di beberapa fungsi kawasan
Tujuan penyusunan arahan pengaturan dan
seperti antara kawasan perdagangan/jasa dan
pengendalian bangunan di Kecamatan Pinang
kawasan permukiman, belum tercipta.
adalah untuk :
• Ruang parkir di beberapa fungsi kegiatan a. Menjabarkan kebijakan Rencana Tata Ruang
komersial tidak tersedia, sehingga on street Wilayah Kota Tangerang secara lebih rinci dan
parking telah mengakibatkan terhambatnya lebih terarah.
kelancaran arus lalu lintas di badan jalan.
b. Mewujudkan lingkungan perkotaan yang aman,
• Ruang terbuka hijau terus berkurang, sehingga nyaman, produktif, berkesinambungan, dan
berakibat pada penurunan kualitas lingkungan. indah secara visual.

___________________________________________________________________________________________________
62 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 10 No. 1 April 2008 Hlm. 62-70
c. Menciptakan estetika kota yang mendukung menambah atau melampaui total KDB dan KLB
terciptanya pola interaksi antarkegiatan yang yang berlaku di kawasan tersebut.
efisien.
c. Performance Zoning, yaitu aturan untuk
d. Mewujudkan peningkatan kualitas kehidupan memberi kesempatan membangun melebihi
dan penghidupan masyarakat di Kecamatan aturan yang berlaku sepanjang tidak melewati
Pinang. batas-batas ambang tertentu.
Sedangkan sasaran yang hendak dicapai adalah : d. Interim and Antidemolition Ordinance,
merupakan peraturan yang berlaku di kawasan
a. Tercapainya pembangunan fisik yang sesuai
tertentu yang memiliki keunikan yang khas yang
dengan arahan yang ditetapkan.
termasuk perlindungan terhadap kawasan/objek
b. Tercapainya pembangunan sistem infrastruktur yang memiliki nilai historis (urban heritage).
wilayah yang baik.
e. Special District, yakni aturan tertentu yang
c. Tercapainya kemudahan orientasi untuk sebuah diberlakukan untuk suatu kawasan tertentu pula.
fungsi kegiatan.
f. Signage Ordinance, merupakan ketentuan
mengenai billboard iklan/penandaan untuk
2. BAHAN DAN METODE
menghindari ketidakserasian di suatu kawasan.
2.1. Konsep
2.2. Metode
Arahan pengaturan dan pengendalian bangunan
Berdasarkan konsep di atas, maka untuk menyusun
harus mempertimbangkan berbagai kebijakan,
arahan pengaturan dan pengendalian bangunan di
termasuk kondisi fisik serta aspek ekonomi, sosial,
Kecamatan Pinang, digunakan metode di bawah ini
dan budaya. Pengaturan dan pengendalian (Departemen Pekerjaan Umum. 1996:22-27) :
bangunan merupakan penjabaran peruntukan lahan
yang telah ditetapkan untuk jangka waktu tertentu, 1. Garis Sempadan Bangunan (GSB)
yang menyangkut aspek jumlah, besaran, dan
GSB atau building demarcation line adalah garis
luasan bangunan, termasuk penetapan fungsi
batas dalam mendirikan bangunan di suatu persil
bangunan, kebutuhan ruang terbuka hijau, fasilitas
atau petak yang tidak boleh dilewatinya. Garis ini
umum, dan fasilitas sosial.
bisa membatasi fisik bangunan ke arah depan,
Aspek-aspek yang termasuk dalam arahan
belakang, ataupun samping. Lebar GSB biasanya
pengaturan dan pengendalian bangunan terdiri dari :
dihitung seperempat dari lebar Daerah Milik Jalan
(DMJ) dan ditarik dari batas Garis Sempadan Pagar
1. Pembentukan dan penataan wajah kota dengan
(GSP). Khusus untuk kawasan perdagangan dan
penataan ketinggian bangunan (skyline kota).
jasa komersial, GSB minimum adalah 5 (lima) meter
2. Pengendalian intensitas kawasan melalui KDB dari batas GSP.
(koefisien dasar bangunan), KLB (koefisien Garis Sempadan Samping/Belakang Bangunan
lantai bangunan), GSB (garis sempadan (GSpS/GSpB), yaitu sempadan yang membatasi
bangunan), dan batas tepi bangunan dengan jarak terdekat bangunan terhadap garis batas
batas lahan lainnya. samping atau belakang kapling, dihitung dari garis
batas kapling terhadap batas terluar samping/
Untuk merangsang pertumbuhan, khususnya belakang bangunan yang berfungsi sebagai ruang,
pada pusat-pusat kegiatan di Kecamatan Pinang, untuk pertimbangan faktor keselamatan
dibutuhkan pula fleksibilitas penerapan perturan
antarbangunan.
kegiatan dengan memperhatikan ketentuan aturan
yang dituangkan dalam (Levi, 1997:113) :
2. Koefisiensi Dasar Bangunan (KDB)
a. Incentive Zoning, yakni kelonggaran untuk KDB atau buliding coverage ratio adalah angka
membangun melebihi ketentuan yang persentase berdasarkan perbandingan jumlah luas
ditetapkan dengan kompensasi keharusan
lantai dasar bangunan terhadap luas tanah
membangun ataupun menyediakan sarana
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai
yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
sesuai rencana tata ruang kota.
secara langsung.
Pengaturan KDB ditujukan untuk mengatur
b. Transfer Zoning, yaitu hak untuk memindahkan proporsi antara daerah terbangun dan tidak
kepadatan atau ketinggian bangunan yang terbangun serta untuk mengatur intensitas kepadatan
dimiliki dan diizinkan untuk dipindahkan bangunan. KDB merupakan satu ukuran yang
sebagian atau keseluruhan ke lokasi lain tanpa mengatur proporsi luas penggunaan lahan terbangun
dan tidak terbangun pada satu kapling. Maksud luas

___________________________________________________________________________________________________
Arahan Pengaturan Dan Pengadalian...............(Windriarti Hedrojogi) 63
lahan terbangun di sini adalah luas total lantai dasar dihitung setengahnya (50%) selama tidak
dimana pada suatu struktur bangunan yang melebihi 10% dari luas denah dasar yang
kompleks memiliki aturan perhitungan tersendiri. diperkenankan sesuai KDB yang berlaku.
Secara matematis, KDB dapat dinyatakan dalam
persamaan : • Luas lantai bangunan yang dipergunakan
untuk parkir diperkenankan hingga 150% dari
Luas Lantai Bangunan KLB yang ditetapkan.
KDB = X 100% [1]
Luas Kapling
• Ramp dan tangga terbuka dihitung
setengahnya (50%) selama tidak melebihi
Ketentuan pengaturan KDB bertujuan untuk : 10% dari luas denah dasar yang
a. Menjaga keseimbangan dan kelestarian diperkenankan.
lingkungan. 4. Ketinggian Bangunan (TB)
b. Menciptakan keserasian lingkungan baru dan TB atau building elevated merupakan jumlah
lingkungan lama yang sudah terbentuk. lantai penuh dalam satu bangunan dihitung mulai
c. Menjaga keseimbangan antara bangkitan lantai dasar sampai puncak atap suatu bangunan,
kendaraan yang ditimbulkan oleh bangunan yang dinyatakan dalam meter; atau TB adalah angka
dan rencana jaringan jalan. yang membatasi ketinggian suatu bangunan yang
dapat berupa lapis/tingkat bangunan, atau dalam
d. Menerapkan ketentuan Peraturan Daerah satuan ketinggian (meter).
Nomor 8 Tahun 1994 tentang Garis Pengaturan ketinggian bangunan selain dapat
Sempadan dalam Wilayah Kota Tangerang. membentuk terciptanya kesan klimaks dan
3. Koefisiensi Lantai Bangunan (KLB) antiklimaks, juga bertujuan untuk menciptakan
skyline kawasan, agar tercipta kesan dinamis.
KLB atau floor coverage ratio adalah besaran Kecenderungannya adalah makin dekat dengan
ruang yang dihitung dari angka perbandingan jumlah pusat kota atau pusat kegiatan, maka bangunan
luas seluruh lantai bangunan terhadap luas tanah akan semakin rapat dan tinggi, yang mencerminkan
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai intensitas kegiatan yang kian tinggi pula. Pada
sesuai rencana teknis ruang kota. prinsipnya, bangunan bertingkat hanya diizinkan
KLB merupakan ukuran yang menunjukkan pada penggunaan lahan yang menuntut intensitas
proporsi total luas lantai suatu bangunan dengan luas penggunaan ruang yang tinggi, seperti lahan untuk
kapling dimana bangunan tersebut berdiri. Secara kegiatan perdagangan dan jasa komersial.
matematis, KLB dapat dinyatakan dengan Arahan pengaturan ketinggian bangunan di
persamaan berikut : wilayah Kecamatan Pinang adalah untuk (a)
menciptakan keamanan dan kenyamanan
Total Luas Lantai Bangunan lingkungan serta ritme kesan visual yang indah, dan
KLB = X 100% [2]
Luas Kapling (b) menciptakan efektivitas dan efisiensi
pemanfaatan lahan. Sedangkan faktor-faktor yang
Dalam perhitungan KLB, ada beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam pengaturan dan
yang harus diperhatikan, yakni : pengendalian ketinggian bangunan adalah :

• Luas lantai adalah jumlah total luas lantai • Daya dukung lahan, yakni kemampuan lahan di
sampai dinding terluar. wilayah perencanaan dalam mendukung
• Luas lantai ruangan yang beratap dan konstruksi bangunan-bangunan di atasnya.
berdinding > 1,2 meter di atas lantai ruang • Daya tampung lahan, yakni ketersediaan lahan
tersebut, dihitung penuh. yang terbatas di wilayah perencanaan, yang
• Luas lantai ruang yang bersifat terbuka dan menuntut pembangunan fisik secara vertikal.
berdinding < 1,2 meter di atas lantai ruang • Faktor keselamatan terhadap bangunan dan
tersebut, dihitung setengahnya (50%) selama pemakai bangunan itu sendiri.
tidak melebihi 10% dari luas denah dasar
yang diperkenankan sesuai KDB berlaku. • Estetika kawasan dan lingkungan di sekitarnya.
• Luas overstek < 1,2 meter tidak dimasukkan Sedangkan ketinggian bangunan berdasarkan
dalam perhitungan sebagaimana yang jumlah lantai bangunan, dihitung tanpa mengikutkan
dimaksud di atas. ruang basement. Berkaitan dengan aturan KDB dan
KLB, jumlah lantai bangunan dapat ditentukan
• Luas ruang berdinding > 1,2 meter di atas berdasarkan persamaan :
lantai ruang tersebut, tetapi tidak beratap

___________________________________________________________________________________________________
64 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 10 No. 1 April 2008 Hlm. 62-70
KLB sekitar 2,8% (Badan Pusat Statistik Kota Tangerang,
Jumlah lantai bangunan = [3]
KDB 2006b).

Pengaturan ketinggian bangunan diharapkan :


• Terjadi pemanfaatan lahan secara optimal agar
tercipta keamanan dan kenyamanan
lingkungan.
• Terjadi pembangunan yang sesuai dengan daya
dukung dan daya tampung lahan.
• Landmark kawasan dapat menonjol.
• Terjadi keserasian bangunan dan lingkungan.
Selanjutnya, hubungan antara GSB, KDB, KLB,
dan TB untuk bangunan renggang dapat dilihat pada
Gambar 1.

BANGUNAN TUNGGAL 4 LANTAI


Gambar 2. Orientasi Wilayah Kecamatan Pinang,
Luas Persil = A m2
Kota Tangerang
Luas Lantai Dasar = a m 2
Luas Lantai Total = (a + b + c + d) m 2

Untuk KDB = 70%


KDB = a/A = 70% Sebagian besar lahan di wilayah Kecamatan
KLB = (a + b + c + d)/A = 2,8
Pinang dimanfaatkan untuk kegiatan permukiman
dan sekitar 22,93% masih berupa lahan sawah. Dari
d

c
luas wilayah 2.159 ha, sekitar 495 ha di antaranya
b
merupakan lahan sawah dan 1.664 ha lainnya
a
berupa lahan bukan sawah (lihat Gambar 3).
Selanjutnya, sekitar 1.529,97 ha dari lahan bukan
sawah merupakan kawasan pemukiman dan 10,51
ha berupa bangunan lainnya, 0,88 ha
JARAK BEBAS (GSB) DEPAN
JARAK BEBAS (GSB) SAMPING
ladang/tegal/kolam/ kebun, 22,78 ha lahan yang tidak
JARAK BEBAS (GSB) BELAKANG diusahakan, sedangkan 99,87 ha sisanya berupa
Gambar 1. Hubungan Antara GSB, KDB, KLB, dan lahan lain-lain (Badan Perencanaan Pembangunan
TB bagi Bangunan Renggang Daerah Kota Tangerang, 2003).
Permukiman merupakan fungsi kegiatan yang
mendominasi wilayah Kecamatan Pinang. Kawasan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN permukiman tersebar di seluruh wilayah kecamatan
dengan berbagai tipe rumah dan berbagai jenis
3.1. Ar a h an P en g at u r a n D an tingkat hunian, mulai dari perumahan sederhana
P en g en d al i an B an g u n an D i hingga perumahan mewah. Sebagian perumahan
Ke c am at a n P in an g dibangun sendiri oleh masyarakat dan sebagian lagi
dibangun oleh pengembang. Beberapa dari kawasan
Kecamatan Pinang merupakan hasil pemekaran dari
perumahan ini membentuk kawasan tersendiri, atau
Kecamatan Cipondoh (Peraturan Daerah Kota
bisa disebut distrik, seperti Perumahan Kota Modern
Tangerang Nomor 23 Tahun 2000 tentang RTRW
dan Taman Banjar Wijaya.
Kota Tangerang). Batas wilayah administrasi
Beberapa kawasan permukiman eksklusif di
Kecamatan Pinang di sebelah utara adalah
Kecamatan Pinang dapat dijadikan titik referensi
Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Tangerang,
sebagai kawasan yang memiliki ciri khusus dengan
sebelah timur Kecamatan Karang Tengah dan
ketersediaan ruang terbuka hijau yang baik. Orientasi
Kecamatan Ciledug, sebelah selatan Kebupaten
bangunan di kawasan perumahan menengah ke atas
Tangerang, dan sebelah barat Kecamatan
ini cenderung mengarah ke dalam. Sebagian besar
Tangerang dan Kecamatan Cibodas (Gambar 2).
kawasan permukiman berbentuk klaster, dengan
Luas wilayah Kecamatan Pinang sekitar 21,59
2 tingkat privasi yang tinggi. Fasade bangunan di
km dengan penduduk berjumlah 121.027 jiwa
kawasan ini relatif baik dan tertata rapi dengan
(2005), sehingga kepadatan penduduk mencapai
2 penghijauannya. Dengan kondisi seperti ini, maka
5.698 penduduk/km . Rata-rata pertumbuhan
kepadatan bangunan di kawasan ini relatif sedang.
penduduk Kecamatan Pinang selama 2003-2005

___________________________________________________________________________________________________
Arahan Pengaturan Dan Pengadalian...............(Windriarti Hedrojogi) 65
Pesaw ahan, Lahan Lainnya,
22,93% 4,63% Tidak Diusahakan,
menurunkan daya saing kawasan dan produk yang
1,06% dihasilkan.
Kondisi di Kecamatan Pinang di atas harus
segera diantisipasi agar dampak yang ditimbulkan
Bangunan tidak semakin parah. Salah satu cara yang bisa
Lainnya, 0,49%
ditempuh adalah dengan menyusun arahan
pengaturan dan pengendalian bangunan. Untuk
menyusun arahan tersebut, ada beberapa kebijakan
yang perlu dipertimbangkan, sebagaimana diuraikan
Ladang/Tegal/Kola
m/Kebun, 0,04% secara singkat di bawah ini.
Permukiman,
70,86%
3.2. Visi dan Misi Kota Tangerang
Gambar 3. Jenis Penggunaan Lahan di Di dalam Rencana Strategis Kota Tangerang
Kecamatan Pinang Tahun 2004-2008, dikemukakan bahwa visi
pembangunan Kota Tangerang adalah Kota
Berbeda dengan perumahan eksklusif, kondisi Tangerang sebagai kota industri, perdagangan
perumahan yang dibangun oleh pengembang dan permukiman yang ramah lingkungan dalam
maupun masyarakat terkesan padat dan kumuh. masyarakat yang berakhlak mulia (akhlakul
Kondisi sebagian besar unit rumah yang ada sangat karimah). Sedangkan misinya terdiri dari :
tidak teratur, bahkan beberapa unit di antaranya telah
berubah fungsi menjadi warung atau toko. Secara 1. Memulihkan dan mendorong pertumbuhan
umum, penataan lingkungan di kawasan ekonomi kota.
permukiman ini masih kurang baik, terutama 2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas
kurangnya penghijauan dan ruang terbuka hijau. pelayanan publik.
Kegiatan perdagangan dan jasa yang
berkembang di Kecamatan Pinang di antaranya 3. Penguatan tata kepemerintahan yang baik.
berupa pasar, toko, warung, supermarket, restoran, 4. Mewujudkan pembangunan yang ramah
dan perkantoran. Kegiatan perdagangan dengan lingkungan.
skala pelayanan lokal Kecamatan Pinang dapat
mendorong terjadinya kegiatan ekonomi skala kota. 3.3. Kebijakan Pengembangan Tata Ruang
Kegiatan ini akan memberikan kontribusi terhadap
kegiatan ekonomi yang lebih luas apabila tersedia Di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
fasilitas perdagangan yang dapat memenuhi Tangerang 2001-2011, dikemukakan bahwa
kebutuhan penduduk dan secara luas dapat kebijakan pengembangan tata ruang Kota
mencakup Kota Tangerang dan wilayah sekitarnya. Tangerang adalah sebagai berikut :
Bentuk bangunan aktivitas perdagangan di 1. Memantapkan fungsi Kota Tangerang sebagai
wilayah ini cukup bervariasi dari unit berdiri sendiri pusat industri, perdagangan dan jasa,
(single unit), unit deret bertingkat/ruko, hingga pemukiman, dan pariwisata.
bangunan besar. Kegiatan perdagangan dan jasa ini
lokasinya menyebar hampir di seluruh wilayah, 2. Mengembangkan kota dalam rangka
khususnya di Jalan Serpong Raya dan di sekitar mendukung otonomi daerah.
Pasar Bengkok–Jalan KH Hasyim Ashari.
3. Mengembangkan partisipasi para pelaku
Kepadatan bangunan di kawasan perdagangan
pembangunan, kemitraan, dan pemberdayaan
dan jasa cukup bervariasi, dari sedang sampai masyarakat dalam penataan ruang.
tinggi. Tingginya koefisien dasar bangunan (KDB),
bahkan ada yang mencapai 100%, mengakibatkan 4. Mengendalikan jumlah penduduk Kota
tidak tersedianya area parkir. Kondisi ini berakibat Tangerang tahun 2010 maksimal 2.706.327
terjadinya on street parking yang pada gilirannya jiwa, serta diatur sebaran penduduknya sesuai
menyebabkan terjadinya antrian atau kemacetan dengan daya dukung dan daya tampung ruang
di badan jalan. Kurang baiknya jaringan setiap Bagian Wilayah Kota (BWK).
infrastruktur serta tidak tersedianya sarana yang
5. Mengatur dan mengendalikan pemanfaatan
memadai, mengakibatkan terhambatnya mobilitas
ruang dengan cara mendorong, menstabilkan,
orang, barang, dan jasa, baik lokal maupun
dan membatasi perkembangan kota sesuai
regional. Semakin meningkatnya intensitas
tipologi masalah dan potensi pengembangan
kemacetan lalu lintas di wilayah ini, akan
setiap BWK.
berdampak pada inefisiensi koleksi dan distribusi
barang dan jasa, yang pada gilirannya dapat

___________________________________________________________________________________________________
66 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 10 No. 1 April 2008 Hlm. 62-70
6. Mengusahakan keterpaduan pembangunan dan eksisting, kecenderungan di masa datang, nilai
pembinaan wilayah dengan daerah-daerah di ekonomis lahan, serta pengaturan KDB dan
sekitar Kota Tangerang. KLB dalam rangka meningkatkan produktivitas
lahan dengan prinsip intensifikasi dan
7. Mengurangi dan menghilangkan daerah-daerah
ekstensifikasi lahan.
rawan banjir dan rawan kemacetan lalu lintas
secara sistematis dan berkelanjutan. 3. Prioritas alih fungsi lahan nonproduktif, yaitu
lahan kosong, tegalan, dan belukar.
8. Mempersiapkan Sub BWK menjadi BWK.
4. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan komersial
9. Melestarikan fungsi dan keserasian lingkungan
(perdagangan dan jasa).
hidup di dalam penataan ruang dengan
mengoptimalkan daya dukung dan daya 5. Pemanfaatan sempadan Kali Angke dan Sungai
tampung lingkungan hidup. Cisadane sebagai ruang terbuka hijau.
6. Pemanfaatan Situ Cipondoh sebagai kawasan
3.4. Rencana dan Strategi Pengembangan Tata
konservasi air dan wisata skala regional.
Ruang
7. Alokasi ruang untuk pengembangan kegiatan
Arahan rencana pengembangan tata ruang
perumahan besar-menengah-kecil disertai
Kecamatan Pinang, sebagaimana terlihat pada Tabel
dengan fasilitas pendukungnya.
1, yang berkaitan dengan pengaturan dan
pengendalian bangunan ditekankan pada 8. Alokasi ruang untuk pengembangan Kawasan
(Pemerintah Kota Tangerang, 2000) : Pendidikan Terpadu dengan skala pelayanan
regional dan kota.
a. Mendukung dan memperhatikan fungsi
Kecamatan Pinang sebagai pusat kegiatan jasa 9. Alokasi ruang untuk pengembangan kegiatan
dan permukiman serta peranan Kota Tangerang transportasi (pengembangan jaringan jalan).
sebagai gerbang utama wilayah Provinsi Banten
dengan DKI Jakarta. Tabel 1. Rencana Pemanfaatan Lahan di
Kecamatan Pinang
b. Mengembangkan kawasan perumahan pada
Fungsi Kegiatan Lokasi
bagian utara dan selatan, terutama pada lahan
perumahan yang akan dibangun pengembang Pemerintahan Jl. Sultan Ageng Tirtayasa yang terletak
di tengah-tengah wilayah Kecamatan
dan telah mendapatkan izin pembangunan. Pinang
c. Merangsang perkembangan kegiatan perkotaan Permukiman Menyebar di seluruh wilayah
pada koridor tengah dengan mengarahkan Kecamatan Pinang
kegiatan perdagangan dan jasa. Perdagangan Menyebar di beberapa koridor Jl. KH.
dan Jasa Hasyim Ashari, Jl. Serpong Raya, dan
d. Mengembangkan dan menata kembali kawasan Jl. MH Thamrin
komersial di sepanjang koridor utama Jl. Industri Jl. Serpong Raya
Hasyim Ashari dan Jl. Serpong Raya–Jl. MH Sarana dan Menyebar di seluruh wilayah sesuai
Thamrin. prasarana dengan tingkat pelayanan
Pariwisata Situ Cipondoh
e. Mengatasi permasalahan banjir yang ada di Ruang terbuka Menyebar di sepanjang koridor jalan, di
Kecamatan Pinang, seperti pengurangan titik hijau kawasan permukiman, di bawah jalur
banjir dengan menyediakan sistem jaringan SUTET, dan sempadan sungai dan situ
drainase yang terintegrasi antarkawasan. Sumber: Pemerintah Kota Tangerang (2000), diolah.

f. Mengurangi permasalahan kemacetan lalu


lintas pada pusat-pusat kegiatan ekonomi 3.5. Rencana Struktur Tata Ruang Kecamatan
perdagangan dan jasa, terutama di wilayah Pinang
pertigaan Pasar Bengkok.
Konsep pengembangan tata ruang wilayah
Sementara itu, strategi pengembangan tata ruang Kecamatan Pinang adalah sector theory, dimana
Kecamatan Pinang ditekankan pada (Pemerintah struktur ruang suatu wilayah dipengaruhi oleh pola
Kota Tangerang, 2000) : jaringan jalan, lokasi pusat kegiatan, dan
1. Pengembangan penggunaan lahan yang penggunaan lahan lainnya yang berkembang secara
bersifat strategis (memiliki kepentingan regional lebih merata dan tidak terpusat.
dan kota). Pembentuk struktur ruang utama di Kecamatan
Pinang adalah Jalan Tol Jakarta–Merak yang
2. Pemanfaatan lahan baru dengan membagi wilayah Kecamatan Pinang menjadi dua
memperhatikan kondisi pola penggunaan lahan bagian, yaitu utara dan selatan Jalan Tol Jakarta–

___________________________________________________________________________________________________
Arahan Pengaturan Dan Pengadalian...............(Windriarti Hedrojogi) 67
Merak. Selain itu, keberadaan dua ruas jalan utama d. pada koridor jalan arteri primer dan arteri
di bagian barat dan bagian timur membuat sekunder serta kawasan komersial lainnya.
perkembangan wilayah ini menjadi memusat dengan Penataan parkir dilakukan dengan
adanya pola memita (ribbon pattern) yang mengikuti pengembangan sistem off street parking.
jalur jalan regional (perhatikan Gambar 4).
e. Mengoptimalkan pelayanan transportasi
regional maupun lokal.
f. Perencanaan sistem jaringan jalan untuk
membentuk struktur jaringan jalan yang hirarkis
dengan pemantapan jaringan jalan arteri dan
pengembangan jalan-jalan penghubung
(kolektor) melalui peningkatan kualitas dan lebar
jalan serta pembangunan jalan-jalan baru di
jalur-jalur tertentu.

3.7. Arahan Pengaturan dan Pengendalian


Bangunan di Kecamatan Pinang
Merujuk pada konsep dan metode pengaturan dan
pengendalian bangunan yang sudah dikemukakan
pada bab 2, serta berbagai pertimbangan
kebijakan yang diketengahkan pada subbab 3.1
hingga subbab 3.5 di atas, maka berikut ini dapat
dipaparkan arahan pengaturan dan pengendalian
bangunan di Kecamatan Pinang.
Sumber : Hasil analisis, 2006. Dengan menggunakan rumus [1] hingga [3],
Gambar 4. Struktur Tata Ruang Kecamatan Pinang diperoleh GSP, GSB, KDB, KLB, TB di Kecamatan
Pinang sebagaimana dituangkan dalam Tabel 2
hingga Tabel 4. Karena hanya terdapat tiga kegiatan
Kegiatan yang terpusat pada satu lokasi akan utama, yaitu permukiman, industri, dan
menyebabkan pola pergerakan memusat pada lokasi perdagangan/jasa, maka penyusunan arahan
itu dan mengakibatkan kemacetan lalu lintas. Untuk pengaturan dan pengendalian tata bangunan di
menghindari hal tersebut, maka diterapkan konsep kecamatan ini tidak terlalu complicated,
pengembangan tata ruang kota yang mengarahkan sebagaimana dapat dilihat secara grafis pada
perkembangan pada beberapa lokasi, tidak terpusat Gambar 5.
di sepanjang jalur jalan utama, sehingga
perkembangan kota lebih merata. Konsep pusat-sub
pusat kota ini dapat menciptakan pelayanan yang
efisien baik dalam pemanfaatan ruang maupun
jangkauan pelayanan yang disediakan.
3.6. Strategi Pengembangan Transportasi

Strategi pengembangan sistem transportasi di


Kecamatan Pinang meliputi (Pemerintah Kota
Tangerang, 2000) :
a. Penataan lokasi pangkalan ojek dan becak di
persimpangan jalan utama.
b. Penataan jalan lingkungan perumahan terutama
di perumahan berpenduduk padat dan dibangun
oleh perorangan. Untuk menghindari
ketidakteraturan, maka pemberian izin
pembangunan rumah perlu mempertimbangkan Gambar 5. Arahan Pengaturan KDB, KLB dan
penyediaan lahan untuk jalan, sehingga tidak Ketinggian Bangunan
seluruh persil lahan dibangun.
c. Penataan sistem pergerakan atau pengaturan
lalu lintas, termasuk penataan parkir terutama

___________________________________________________________________________________________________
68 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 10 No. 1 April 2008 Hlm. 62-70
Tabel 2. Garis Sempadan Pagar (GSP) dan Garis Sempadan Bangunan (GSB)
DMJ GSP GSB GSpS GSpB
Fungsi Jalan Nama Ruas Jalan
(m) (m) (m) (m) (m)
Jalan tol a. Jalan Tol Jakarta–Merak
b. Rencana Jalan Tol JORR 2 (Serpong-Tangerang- 70 35 25 2 4
Bandara Soekarno Hatta)
Jalan arteri a. Jalan Serpong Raya
33,5 16,75 10 2 4
b. Jl. MH Thamrin
Jalan kolektor primer a. Jl. KH Hasyim Ashari 26 13 8 2 4
b. Jl. KH Mas Mansyur 40 20 8 2 4
c. Jl. Frontage Tol Jkt-Merak (di bawah SUTT) 26 13 8 2 4
d. Jl. Frontage Tol Jkt-Merak (tidak di bawah SUTT) 26 13 8 2 4
e. Jl. Frontage Tol JORR 2 26 13 8 2 4
Jalan kolektor a. Jl. Sultan Ageng Tirtayasa
sekunder b. Jl. Rasuna Said
c. Jl. Kyai Maja
d. Jl. Utama Alam Sutera 18 9 5 2 3
e. Jl. Akses Graha Raya
f. Rencana Jalan Promenade Sungai Cisadane; GSS=20m
g. Rencana jalan Promenade Kali Angke
Jalan lokal primer/ a. Jl. PLN
jalan utama b. Jl. Kavling DPR
c. Jl. Pinang Griya Permai
d. Jl. Kunciran Mas 11 5,5 4 2 3
e. Jl. Buana Agung Raya
f. Jl. Pepabri Raya
g. Jl. Kompleks Sekretariat Negara
Jalan lokal sekunder Jalan-jalan lingkungan kompleks perumahan < 11 5,5 3 1 2
Sumber : Hasil analisis, 2006.
Keterangan : a. Garis Sempadan Pagar (GSP) = ½ x ROW.
b. Garis Sempadan Bangunan (GSB) ditarik dari GSP.
c. GSpS = Garis Sempadan Samping
d. GSpB = Garis Sempadan Belakang
e. Penetapan fungsi jalan berdasarkan tinjauan RTRW Kota Tangerang 2001-2011.

Tabel 3. Arahan Pengaturan KDB di Kecamatan Pinang


Penggunaan Lahan Pengaturan KDB Lokasi
• Perdagangan dan jasa komersial Blok peruntukan dengan KDB Sub BWK Utara blok U1, U5,
• Perumahan kavling kecil dan rumah susun sangat tinggi (61% - 75%) Sub BWK Selatan blok S1, S4
• Perumahan kavling sedang
• Perkantoran Blok peruntukan dengan KDB Sub BWK Selatan blok S1, S3,
• Industri tinggi (51% - 60%) S4
• Sarana umum
• Perumahan kavling besar Blok peruntukan dengann KDB Sub BWK Utara blok U1 - U5,
• Kegiatan pemerintahan menengah (21% - 50%) Sub BWK Selatan blok S2
• Ruang terbuka hijau KDB rendah (6% - 20%) Tersebar di seluruh Sub BWK
Sumber : Hasil analisis, 2006.

Tabel 4. Arahan Pengaturan KDB, KLB dan Ketinggian Bangunan di Kecamatan Pinang
Penggunaan Lahan KDB KLB Ketinggian Bangunan
Minimal Maksimal
Kawasan perdagangan, jasa komersial dan industri KDB sangat tinggi 75% 3,00 – 22,5 4 lantai 30 lantai
eksisting (Jalan Serpong Raya)
Kawasan perdagangan dan jasa komersial di Jl. KDB sangat tinggi 75% 2,25 – 4,50 3 lantai 6 lantai
Hasyim Ashari
Industri rumah tangga KDB tinggi 60% 0,60 – 1,20 1 lantai 2 lantai
Jalur frontage toll KDB Tinggi 60% 2,40 – 9,00 4 lantai 15 lantai
Permukiman kepadatan tinggi KDB tinggi 60% 0,60 – 1,20 1 lantai 2 lantai
Permukiman kepadatan sedang KDB menengah 50% 0,40 – 1,00 1 lantai 2 lantai
Fasilitas sosial dan fasilitas umum KDB menengah 50% 0,40 – 1,00 1 lantai 2 lantai
Ruang terbuka hijau KDB sangat rendah 20% 0,00 – 0,10 1 lantai 1 lantai
Sumber : Hasil analisis, 2006.

___________________________________________________________________________________________________
Arahan Pengaturan Dan Pengadalian...............(Windriarti Hedrojogi) 69
4. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Berdasarkan hasil arahan pengaturan dan Badan Perencana Pembangunan Daerah Kota
Tangerang. 2004. Data Pokok Kota Tangerang
pengendalian bangunan di Kecamatan Pinang di
Tahun 2003.
atas, maka berikut ini ada beberapa hal yang harus
ditindaklanjuti, yakni :
Badan Pusat Statistik Kota Tangerang. 2006a. Kota
a. Harus dilakukan sosialisasi tentang arahan Tangerang Dalam Angka 2005.
pengaturan dan pengendalian bangunan agar Badan Pusat Statistik Kota Tangerang. 2006b.
seluruh lapisan masyarakat dapat melakukan Kecamatan Pinang Dalam Angka Tahun 2005.
pembangunan sesuai ketentuan yang berlaku.
Departemen Pekerjaan Umum. 1996. Pedoman
b. Arahan pengaturan dan pengendalian Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan,
bangunan di Kecamatan Pinang harus Jakarta.
diterapkan untuk mewujudkan lingkungan
perkotaan yang aman, nyaman, produktif, Levi, John M. 1997. Contemporary Urban Planning,
berkesinabungan, dan indah secara visual, Fourth Edition, Prentice-Hall, New Jersey.
serta dapat menciptakan pola interaksi
Pemerintah Kota Tangerang. 2000. Peraturan
antarkegiatan yang efisien dan optimal,
sehingga dapat meningkatkan daya saing Daerah Kota Tangerang Nomor 23 Tahun 2000
Kecamatan Pinang. Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Tangerang 2001-2011.
c. Diterapkannya manajemen pengawasan agar
tidak terjadi lagi penyimpangan dalam
pembangunan.

___________________________________________________________________________________________________
70 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 10 No. 1 April 2008 Hlm. 62-70

Anda mungkin juga menyukai