BANGUNAN INDUSTRI
TUGAS AKHIR
Disusun oleh :
HENDRY GUNAWAN
11 0404 047
Dosen Pembimbing :
ABSTRAK
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
berkat-Nya hingga selesainya tugas akhir ini dengan judul “Analisis dan Design
Hoist Crane Pada Bangunan Industri”.Tugas akhir ini disusun untuk diajukan
sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam ujian sarjana Teknik Sipil
bidang Studi Struktur pada Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
pemahaman penulis.Dengan tangan terbuka dan hati yang tulus penulis menerima
saran kritik Bapak dan Ibu dosen serta rekan mahasiswa demi penyempurnaan
Penulis juga menyadari bahwa selesainya tugas akhir ini tidak lepas dari
bimbingan, dukungan dan bantuan semua pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini
1. Bapak Ir. Daniel Rumbi Teruna, M.T., Ph.D, IP-U, selaku pembimbing yang
bimbingan yang tiada hentinya kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir
ini.
ii
3. Bapak Ir. Andy Putra Rambe MBA, selaku sekretaris departemen Teknik Sipil
4. Bapak Prof.Dr.Ing Johannes Tarigan, M.T. &Ibu Rahmi Karolina, S.T., M.T.,
selaku pembanding yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam
akhir ini.
kontribusi besar kepada penulis dalam hal memberikan semangat dan arahan
stambuk 2008,2009 dan 2010 serta adik-adik angkatan 2012 sampai 2016 terima
kasih atas dukungan dan informasi mengenai kegiatan sipil selama ini.
iii
untuk semuanya.
Penulis
Hendry Gunawan
11 0404 047
iv
ABSTRAK. i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR NOTASI xiii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. LatarBelakang 1
1.2 Perumusan Masalah 7
1.3 MaksuddanTujuan 9
1.4. PembatasanMasalah 10
1.5. MetodePenelitian 10
1.6. SistematikaPembahasan 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13
2.1. TinjauanPustaka 13
2.1.1. PerencanaanKonstruksi 14
2.1.2. ProsedurPerencanaan 15
2.1.3. Sifat Baja sebagai Material Konstruksi 15
2.1.3.1. KekuatanTinggi 15
2.1.3.2. Permanen 16
2.1.3.3. Elastisitas 16
2.1.3.4. Daktalitas 17
2.1.3.5. Keseragaman 17
2.1.4. KelebihandanKelemahan Baja sebagai Material Konstruksi 17
2.1.5. Diagram Tegangan – Regangan 18
2.1.6. Sifat-sifatMekanis Baja Struktural 20
2.1.6.1. TeganganPutus(ultimate stress) 20
2.1.6.2. Teganganleleh (yielding stress) 20
2.1.6.3. Sifat-sifatMekanisLainnya 21
2.1.7. Baja Sturktural yang UmumDigunakan. 24
2.1.7.1. Profil Baja Wide Flange (WF) 25
v
vi
vii
DAFTAR PUSTAKA
viii
ix
xi
Fy Mutu Baja
L Panjang bentang
Mn Momen Nominal
Λ Kelangsingan Penampang
T Torsional Stress
J Konstanta Torsi
G Modulus Geser
LL Beban hidup
DL Beban Mati
t tebal flens
b lebar flens
tw tebal badan
hw tinggi badan
A Luas Profil
Cw Torsi Warping
xiii
Tegangan Terjadi
Tegangan Izin
Lendutan
B Lebar profil
be Lebar efektif
G Modulus geser.
H Tinggi profil
Ix Inersia sumbu x
Iy Inersia Sumbu y
J Konstanta torsi
regangan geser
L Panjang bentang
xiv
Perkembangan teknologi sekarang telah banyak menghasilkan kreasi yang bertujuan untuk
Terutama untuk bagian konstruksi dan industry yang dikenal dengan suatu alat yang dinamakan
crane.Crane sangat dibutuhkan untuk mengangkat serta memindahkan suatu barang dari satu
tempat ke tempat lainnya.Crane adalah gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan
rangka untuk mengangkat atau sekaligus mengangkat dan memindahkan muatan yang dpat
Crane merupakan salah satu pesawat pengangkat dan pemindah material yang banyak di
gunakan.Crane juga merupakan mesin alat berat (heavy equitment) yang memilki bentuk dan
kemampuan angkat yang besar dan mampu berputar hingga 360 derajat dan jangkauan hingga
Sumber: http://suryapatrialift.com/2016/09/02/jual-hoist-crane-malang-blitar-kediri/
1
Gambar 1.1 Hoist crane
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian ini yang akan diobservasi adalah hoist crane yang digunakan pada
barang yang penting atau pun proses produksi perpindahannya masih menggunakan tangan
sehingga sangat tidaklah ekonomis dalam hal tenaga maupun waktu sehingga perlu digunakan
alat yang memudah kan perpindahan barang yaituHoist Crane, Hoist Crane adalah salah satu dari
jenis pesawat angkat yang banyak dipakai sebagai alat pengangkat dan pengangkut pada daerah-
daerah industri, pabrik, maupun bengkel. Pesawat angkat ini dilengkapi dengan roda dan lintasan
rel agar dapat bergerak maju dan mundur sebagai penunjang proses kerjanya. Crane Hoist
digunakan dalam proses pengangkatan muatan dengan berat ringan hingga muatan dengan berat
medium. Crane Hoist biasa digunakan untuk pengangkatan dan pengangkutan muatan di dalam
ruangan.Letak Crane Hoist berada di atas, dekat dengan atap ruangan.Hoist Crane saat ini
memang sangat dibutuhkan dalam berbagai industri, Hoist Crane terbukti dapat meningkatkan
efektifitas kinerja perusahaan yang akhirnya akan mendatangkan profit untuk masa yang akan
datang
1. Gerakan naik/turun
2. Gerakan Transversal.
3. Gerakan Longitudinal
Gerakan ini adalah gerakan naik/ turun beban yang telah dipasang pada kait diangkat atau
diturunkan dengan menggunakan drum, dalam hal ini putaran drum disesuaikan dengan drum
yang sudah direncanakan. Drum digerakkan oleh motor listrik dan gerakan drum, dihentikan
dengan rem sehingga beban tidak akan naik atau turun setelah posisi yang ditentukan sesuai
(a)
2.Gerakan Transversal.
diperlukan motor troli, dimana motor troli ini akan bergerak pada gelagar utama.
(b)
3.Gerakan Longitudinal.
Gerakan ini adalah gerakan memanjang (longitudinal) disepanjang rel yang terdapat
dilokasi dimana portal crane berada. Gerakan ini diperoleh dengan pemakaian motor ke roda
jalan.
(c)
antara lain:
1. .
(a)
Jenis ini mempunyai empat buah roda gantung yang berjalan, yang masingmasing
pada bagian dalam rel. Jenis ini dioperasikan untuk beban ringan dengan penggerak
2. .
(b)
Jenis ini berjalan diatas dua buah rel, bobot jenis ini kira-kira diatas 550 ton. Jika
dioperasikan selama kurang dari 25% dari waktu kerja, maka dianjurkan memakai motor
Sering kali dalam pemasangan hoist crane banyak dihiraukan gaya –gaya yang terjadi pada
crane sehingga setelah beberapa tahun crane digunakan, terjadinya keruntuhan crane akibat
buckling. oleh karena itu dalam penelitian ini saya akan memfokuskan pada analisis gaya –gaya
yang terjadi pada hoist crane sehingga dapat dihasilkan design hoist crane yang optimal terhadap
“Buckling analysis of Cold Formed Steel” for Beams menyimpulkan bahwa total beban yang
dipikul oleh sebuah profil proporsional terhadap gaya lateral torsional yang terjadi
Penelitian yang dilakukan olehH.R.Kochar dalam jurnal nya yang berjudul “Lateral-
Torsional Buckling of Steel Beam” menyimpulkan bahwa Torsi yang terjadi pada sebuah
bangunan itu sangat fatal dan harus diperhitungkan berdasarkan bentuk profil dan total beban
yang dipikul
Penelitian yang dilakukan oleh Dongxiao Wu P. Eng dalam jurnal nya yang berjudul
“Crane Load and Crane Runway Beam” mengatakan bahwa selain gaya lateral,gaya horizontal
Penelitian yang dilakukan oleh A.Y.T dalam jurnal nya yang berjudul “Exact dynamic
stiffness for axial-torsional buckling of structural frames” mengatakan bahwa dalam menghitung
Permasalahan yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah bagaimana cara untuk
menhitung /menganalisis terjadinya buckling.sewaktu crane mengangkat beban yang sangat berat
sangat memungkinkan terjadinya lateral trosional buckling di bagian runway beam yang memikul
Oleh sebab itu,di dalam tugas akhir ini akan dibahas suatu gudang dengan crane dan beban
yang telah ditentukan dianalis untuk mengetahui perhitungan buckling dan juga ukuran – ukuran
Adapun profil yang digunakan dalam tugas akhir ini berupa 3 macam profil yaitu :
(a)
(c)
Gambar 1.3.Profil bangunan yang ditinjau (a)Profil IWF, (b)Profil IWF dengan channel cap
1. untuk melakukan analisis terhadap buckling yang dialami oleh tiap profil sehingga
2. bobot yang dihasilkan akan membantu penulis dalam mendesign runway beam sehinga
Pembatasan masalah yang diambil dari pengerjaan tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:
1. Profil yang ditinjau hanya 3 model yakni profil IWF ,profil I dengan channel cap dan
10
Dalam penulisan tugas akhir ini, metode penulisan yang digunakan oleh penulis adalah
dengan mengumpulkan teori-teori dan rumus-rumus yang dibutuhkan untuk melakukan analisa
melalui beberapa sumber antara lain: text book (buku-buku yang berkaitan dengan tugas akhir
ini), jurnal-jurnal, standar-standar yang berkaitan dengan tugas akhir ini dan sebagainya.
Kemudian, analisa dilakukan berdasarkan dengan teori-teori dan rumus-rumus yang telah
dikumpulkan. Dalam melakukan analisa tersebut, penulis akan menggunakan bantuan perangkat
Gambaran garis besar penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tata cara perhitungan dan analisa yang dilakukan di penelitian ini.
Berisi tentang hasil analisa dan perhitungan lalu perbandingan hasil penelitian
tugas akhir.
11
12
TINJAUAN PUSTAKA
Baja adalah bahan dasar vital untuk industri.Semua segmen kehidupan,mulai dari peralatan
dapur,transportasi,generator pembangkit listrik,sampai kerangka gedung dan jembatan
menggunakan baja.Eksploitasi besi baja menduduki peringkat pertama di antara barang
tambang logam dan produknya melingkupi hampir 95 persen dari produk barang berbahan
logam
Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan beberapa
elemen lainnya, termasuk karbon. Kandungan unsur karbon dalam baja berkisar antara
0.2% hingga 2.1% berat sesuai grade-nya. Elemen berikut ini selalu ada dalam baja: karbon,
mangan, fosfor, sulfur, silikon, dan sebagian kecil oksigen, nitrogen dan aluminium. Selain
itu, ada elemen lain yang ditambahkan untuk membedakan karakteristik antara beberapa
jenis baja diantaranya: mangan, nikel, krom, molybdenum, boron, titanium, vanadium dan
niobium(Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).
13
Dengan kata lain, Tujuan dari perencanaan struktur adalah untuk menghasilkan
suatu struktur yang stabil, cukup kuat, awet, stabil, dan memenuhi tujuan-tujuan lainnya
seperti ekonomi dan kemudahan pelaksanaan.Suatu struktur disebut stabil bila ia tidak
mudah terguling, miring, atau tergeser, selama umur bangunan yang direncanakan.
14
Sifat yang dimiliki baja yaitu kekakuannya dalam berbagai macam keadaan
pembebanan atau muatan, terutama tergantung pada:
Cara peleburannya
Jenis dan banyaknya logam campuran
Proses yang digunakan dalam pembuatan
Kekuatan baja per volume adalah paling tinggi jika dibandingkan dengan material
lain baik dari segi tarik, tekan maupun lentur. Baja struktural umumnya mempunyai
15
2.1.3.2. Permanen
Sifat-sifat baja baik sebagai bahan bangunan maupun dalam bentuk struktur dapat
terkendali dengan baik sekali dikarenakan sifat – sifat baja tidak berubah terhadap waktu
dan hampir seluruh bagian baja memiliki sifat - sifat yang sama sehingga menjamin
kekuatannya.
Para ahli dapat mengharapkan elemen elemen dari konstruksi baja ini akan
berperilaku sesuai dengan yang diperkirakan dalam perencanaan. Dengan demikian bisa
dihindari terdapatnya proses pemborosan yang biasanya terjadi dalam perencanaan akibat
adanya berbagai ketidakpastian
2.1.3.3. Elastisitas
16
2.1.3.5. Keseragaman
Bahan konstruksi baja adalah bahan yang diproduksi oleh pabrik sehingga sifat
baja lebih homogen dan konsisten. Bentuk dan kualitas lebih terkendali sehingga bangunan
dari material baja akan lebih sesuai dengan perencanaan.
Dibandingkan dengan konstruksi lain seperti beton atau kayu pemakaian baja
sebagai bahan konstruksi mempunyai keuntungan dan kerugian, yaitu:
17
b) Kekurangan:
Baja dapat terkena karat sehingga membutuhkan perawatan
Memerlukan biaya yang cukup besar dalam pengangkutan
Dalam pengerjaannya diperlukan tenaga ahli dalam hal konstruksi baja
Bila konstruksi terbakar maka kekuatannya berkurang
Gambar 2.1 batang yang diberikan beban aksial dan grafik hubungan antara beban
yang diberikan dengan perpendekan yang terjadi
18
19
Dalam SNI 03 – 1729 – 2002, sifat baja struktural yang digunakan dalam desain
suatu struktur bangunan harus memenuhi persyaratan minimum yang diberikan.
Tegangan putus (ultimate stress) adalah nilai tegangan yang terjadi disaat baja
telah mencapai kekuatan maksimum (ambang batas) yang bias mengakibatkan baja
terpustus. Tegangan putus untuk perencanaan (Fu) tidak boleh diambil melebihi nilai yang
telah ditetapkan
Tegangan leleh (yield stress) adalah nilai tegangan yang terjadi saat melampaui
tegangan dasar atau masuk ke daerah inelastis (gambar2.2), maka material akan meregang
dengan sangat cepat. Tegangan Leleh untuk perencanaan (Fy) tidak boleh diambil melebihi
nilai yang telah ditetapkan
20
Sifat – sifat mekanis lain baja struktural untuk maksud perencanaan ditetapkan
sebagai berikut :
a) Modulus Elastisitas : E = 200.000 Mpa
Pada umumnya bahan struktural berperilaku elastis dan linear saat mulai
dibebani sampai titik tertentu maka akan berubah kurvanya seperti pada gambar
2.3.
21
…..pers (3.2)
…..pers (3.3)
22
…..pers(3.4)
Dengan ketentuan saat mengalami tarik regangan bernilai positif dan sebaliknya. Untuk
bahan isotropic utuk bahan seperti meral memiliki nilai poisson ratio antara 0,25 sampai
0,35. Untuk bahan seperti gabus maka memiliki nilai poisson sebesar 0. Pada beton
didapatkan nilai poisson sebesar 0,1 sampai 0,2. Poisson ratio memiliki nilai limit atau
batas sebesar 0,5 salah satu bahan yang kita kenal memiliki nilai poisson tersebut adalah
karet.
d) Koefisien Pemuaian : α = 12 x 10 ^ -6 / ºC
Pemuaian adalah perubahan suatu benda yang bisa menjadi bertambah panjang, lebar, luas,
atau berubah volumenya karena terkena panas(kalor).Singkat cerita pemuaian adalah
perubahan ukuran benda jika terkena suhu.Koefisien pemuaian adalah bilangan yang
menyatakan pertambahan panjang tiap satuan panjang zat pertingkatan suhu tabel koefisien
muai panjang adalah sebagai berikut:
23
Adapun jenis – jenis baja struktural yang umum digunakan adalah profil baja
giling/ canai panas (rolled steel shape) dan profil baja yang dibentuk dalam keadaan dingin
(cold formed steel shapes).
24
Profil WF (Wide Flange) adalah salah satu profil baja struktural yang paling populer
digunakan untuk konstruksi baja. Namun, profil ini ternyata punya banyak nama. Ada yang
menyebutnya dengan profil H, HWF, H-BEAM, IWF, dan I. ``Profil WF terutama
digunakan sebagai elemen struktur balok dan kolom. Semakin tinggi profil ini, maka
semakin ekonomis. Untuk banyak aplikasi profil M mempunyai penampang melintang
yang pada dasarnya sama dengan profil W, dan juga memiliki aplikasi yang sama.
Gambar 2.5.penampang I- WF
25
Profil C merupakan salah satu profil baja tipis yang dibentuk secara dingin (cold
formed), dan banyak digunakan untuk struktur yang ringan, misalnya untuk balok gording.
Apabila dilihat dari bentuk geometri profil C yang tidak simetris, serta rasio lebar dan tebal
(b/t) yang besar, maka stabilitas dari profil semacam ini sangat kurang. Kegagalan yang
dialami oleh profil C ini biasanya ialah kegagalan karena stabilitas, misalnya profil akan
mengalami tekukan atau puntiran yang besar sebelum kekuatan bahannya mencapai
tegangan lelehnya.
26
27
Besaran faktor keamanan yang diberikan lebih kurang sama dengan 1,5 / faktor
reduksi ( ) ; nilai factor reduksi ( ) sebesar 0,9 sehingga boleh dipastikan bahwa nilai
safety factor ( ) adalah sebesar 1,67 ; dengan kesimpulan bahwa nilai tegangan izin tidak
lebih besar dari 0,6 Fy. Perencanaan memakai ASD akan memberikan penampang yang
lebih konvensional.
28
Metode LRFD menggunakan beban terfaktor sebagai beban maksimum pada saat
terjadi keruntuhan. Beban servis akan dikalikan dengan faktor amplikasi yang tentunya
lebih besar dari 1 dan selanjutnya akan menjadi beban terfaktor. Selain itu kekuatan
nominal (kekuatan yang dapat ditahan bahan) akan diberikan faktor resistansi juga sebagai
faktor reduksi akibat dari ketidak sempurnanya pelaksanaan dilapangan maupun di pabrik.
Besaran faktor resistansi berbeda – beda untuk setiap perhitungan kekuatan yang
ditinjau, misalnya : untuk kekuatan tarik digunakan faktor reduksi 0,9 dan untuk kekuatan
tekan digunakan faktor reduksi 0,75. Dapat dilihat bahwa untuk penampang yang sama
29
Klasifikasi profil adalah salah satu tahapan awal dalam perencanaan struktur baja.
Klasifikasi profil dipakai untuk antisipasi terhadap tekuk lokal dari elemen – elemen
penyusun profilkarena perbedaan nilai momen nominal yang dapat dilihat pada gambar
2.10.
Elemen non kompak adalah konfigurasi geometri penampang yang satu tigkat
lebih kecil jika dibandingkan dengan penampang kompak. Ketika penampang non –
kompak dibebani maka serat tepi terluar dapat mencapai nilai tegangan leleh sehinggaakan
membentuk tekuk lokal terlebih dahulu.
30
Suatu komponen yang mendukung beban transversal seperti beban mati dan beban
hidup menurut SNI 1729-2015 memiliki beberapa persyaratan, yaitu:
31
Ketika kuat leleh tercapai pada serat terluar (gambar 2.11.2), tahanan
momen nominal sama dengan momen leleh Myx, dan besarnya adalah :
…..persamaan(2.9)
…..persamaan(2.10)
32
c) Stabilitas
Jika balok dapat dihitung pada keadaan stabil dalam kondisi plastis
penuh maka kekuatan momen nominal dapat diambil sebagai kapasitas
momen plastis.
…..persamaan(2.11)
d) Kuat Lentur Nominal dengan Pengaruh Tekuk Lateral (LTB)
33
34
√ ( )
[√ √ ]
( )
....persamaan(2.12)
35
36
3.1. Pendahuluan
IWF
37
Sistem Truss
38
39
40
Pada tugas akhir ini beban mati yang akan bekerja haya ada 1 macam, yaitu : berat
sendiri balok dengan mengunakan baja.
41
Pada tugas akhir ini beban hidup yang akan bekerja haya ada 1 macam, yaitu : berat
hoist crane.
42
Beban hidup derek adalah berdasarkan nilai kapasitas dari derek tetapi pada
bagian beban rencana untuk balok, runway beam dan sebagainya harus memasukan
nilai dari gaya impak vertikal dan lateral yang diakibatkan oleh derek yang bergerak.
43
Pada balok runway beam tentunya memiliki gaya horizontal . Gaya lateral
diasumsikan bekerja arah horizontal pada permukaan traksi dari balok runway. Gaya
lateral pada derek balok runway beam dengan troli bertenaga listrik menurut SNI
1727-2013 diambil nilai sebesar 20 % dari jumlah nilai kapasitas derek dan beban
dari alat angkat dan troli.
44
45
Kuat lentur nominal, Mn , harus nilai terendah yang diperoleh sesuai dengan
keadaan batas dari leleh (momen plastis) dan tekuk torsi lateral.
[ - ( )]
Mn = Fcr Sx ≤ Mp
Dimana:
46
√√
( )
Keterangan :
Mmax = Momen maksimum pada bentang yang ditinjau.
MA = Momen pada ¼ bentang.
MB = Momen pada ½ bentang.
MC = Momen pada ¾ bentang.
Cb = Koefisien pengali momen tekuk torsi lateral.
=Panjang bentang antara 2 pengekang yangberdekatan,mm.
= Jari-jari girasi terhadap sumbu tengah, mm.
A = Luas penampang, mm2.
47
48
49
Rasio
λr batas tidak DESKRIPSI
No ELEMEN lebar
langsing PENAMPANG
tebal
50
Cover-plate / pelat
7 diaphragm antar alat √
sambung
9 pipa √
51
Sayap profil
gilas I-WF, √ √
UNP dan Tee
Sayap profil
tersusun I-WF,
√ √
simetri ganda
dan tunggal
Lengan profil
√ √
siku tunggal
Sayap profil I-
WF dan UNP
√ √
pada sumbu
lemah
Lengan profil
√ √
Tee
Badan profil I
simetri ganda √ √
dan UNP
52
Sayap profil
kotak
√ √
ketebalan
sama
Sayap pelat
penutup/
diaphragm √ √
antar alat
sambung
Badan profil
kotak
√ √
ketebalan
sama
pipa √ √
53
ϴ = 10
H = 8 meter
H’ = 6 meter
Lportal = 6 meter
54
4.3 PEMBEBANAN
Pembebanan yang ditinjau sebagai beban desain dalam perhitungan perencanaan struktur
portal baja dalam penelitian ini yaitu :
Jadi , digunakan 12 buah gording dengan jarak 1,2 m dan 1 buah gording dengan jarak
0,832 meter.
55
1,2 DL + 1,6 LL
Pada arah sumbu lemah ( sumbu y ) digunakan track stang dengan jarak antar track
stang sebesar 2 meter.
q = 6,37 kg/m
Ix = 265 cm4
Iy = 27 cm4
ry = 1,82 cm
J = 2432 mm4
56
57
H/t = 150/3 = 50
1. Terhadap sumbu - x
Untuk perhitungan kekuatan nominal profil kompak kanal melengkung di sumbu major
dapat dilihat pada SNI 1729:2015 bagian F2
a. Kondisi Leleh
Lb = 2000 mm
Lp = √ 920,93 mm
√
rts = √ 23,15 mm
c = ( )√ = 1,00
Lr = √ √( ) ( ) = 2792 mm
58
Mn> Mux
2. Terhadap sumbu – y
Untuk perhitungan kekuatan nominal profil kompak kanal melengkung di sumbu major
dapat dilihat pada SNI 1729:2015 bagian F6
a. Kondisi Leleh
Mn = ( ) = 125,83 kgm
Mn> Mux
59
0,9< 1
√ 18,46 mm
60
Balok hoist crane direncanakan dengan menggunakan balok double box-girder dengan
data profil sebagai berikut :
B = 300 mm
H =1000 mm
tw = 10 mm
tf = 14 mm
Hw = 974 mm
H0 = 988 mm
Ix =( ) *( ) ( ) + = 3,151.109 mm4`
Iy =( ) ⁄ ( ) =2,828.108 mm4
Zx =* + ( ) =3,65.106 mm3
Zy = * ( ) + 1,78.107 mm3
61
23043 kgm
11328,125 kgm
Momen ultimit :
62
λ = B/2.tf = 10,71
Kekuatan nominal penampang untuk penampang boks dapat dilihat pada SNI
1729:2015 bagian F7 yaitu :
Kondisi pelelehan :
Mn = Mp = Zx.Fy = kgm
Mn> Mu
63
45mm
Kuat tahanan geser nominal diatur dalam SNI 1729:2015 bagian G5 yaitu :
Untuk profil pelat badan dari simetri tunggal atau ganda yang direncanakan tanpa
memanfaatkan kekuatan pasca tekuk , kuat geser nominal adalah sebagai berikut :
Vn = 0,6 Fy Aw Cv
Vn = 281088 kg
ϕVn> Vu
64
Console direncanakan sebagai dudukan dari runway beam dan bridge beam dan bekerja
sebagai balok kantilever terhadap kolom struktur.
Zx = 1190 cm3
ry = 4,54 cm
Lp = √ 2306 mm
65
Mn> Mu
Maka gaya angin yang bekerja pada struktur portal baja adalah :
66
Kombinasi pembebanan ultimit yang disyaratkan pada SNI 1727:2013 pasal 2.3.2 adalah
sebagai berikut :
1. 1,4DL
6. 0,9DL + 1,0W
7. 0,9DL + 1,0E
67
1. Beban mati ( DL )
2. Beban hidup ( LL )
Beban hidup crane diposisikan pada kondisi crane diposisi sebelah kiri portal.
68
3. Beban angin ( WL )
Balok atap
Mu Vu
Struktur Kombinasi ( kgm ) ( kg )
1,4DL 12716 3030
1,2DL+1,6LL 21231,7 5096,5
Balok
1,2DL+1,0L+1,0W 10182 3306
1,2DL+1,0L-1,0W 24532 5011
Kolom
Mu Vu Pu
Struktur Kombinasi ( kgm ) ( kg ) ( kg )
1,4DL 11173,8 1900 7861,6
1,2DL+1,6LL 18059 3069 14662,945
Kolom
1,2DL+1,0L+1,0W 8543 1938 10778
1,2DL+1,0L-1,0W 21213 3443 12603,7
Tabel 4.1 Analisa Struktur Pada balok atap dan kolom
69
Mu = 25432 kgm
Vu = 5011 kg
Ix = 33500 cm4
Iy = 1870 cm4
Zx = 1668,8 cm3
Zy = 209,44 cm3
Sx = 1490 cm3
Sy =187 cm3
ry = 4,4 cm
λ = B/2.tf = 7,14
H/t = 50
70
a. Kondisi Leleh
Lb = 1200 mm
( Lb = jarak antar gording , karena gording juga berfungsi sebagai pengaku lateral pelat
sayap atas )
Lp = √ 2235 mm
Mn> Mu
71
Mu = 18059 kgm
Vu = 3069 kg
Pu = 14662,945 kg
Ix = 33500 cm4
Iy = 1870 cm4
Zx = 1668,8 cm3
Zy = 209,44 cm3
Sx = 1490 cm3
Sy =187 cm3
ry = 4,4 cm
λ = B/2.tf = 7,14
H/t = 50
72
a. Kondisi Leleh
Lb = 2000 mm
Lp = √ 2235 mm
Cw = = 888698800000 mm6
√
rts = √ 52,3 mm
c = ( )√ =1
J= ∑ = 468412,6 mm4
Lr = √ √( ) ( ) = 6673 mm
Mn = = 40051 kgm
Mn = 36045,9 kgm
73
Karena λ <4,71√ = 133 , maka tekuk yang terjadi adalah tekuk inelastis
Maka,
Fcr = ( ).Fy
Fe = = 960,94 N/mm2
Fcr = 216N/mm2
ϕPn = 115430 kg
Pu/ϕPn = 0,127
Mu/ϕMn = 0,501
+ ( )< 1
74
a. Profil WF
75
76
Beban dari bridge beam dan angkatan crane didistribusikan menjadi 2 beban terpusat pada
runway beam dengan jarak antar roda crane ( s ) sebesar 1500 mm.
77
Px
Py
Jadi , Px = 6328 kg
Py = 376 kg
78
Ix = 33500 cm4
Iy = 1870 cm4
Sx = 1490 cm3
Sy = 187 cm3
Zx = 1670 cm3
Zy = 300 cm3
ry = 44 mm
Hw = 422 mm
H0 = 436 mm
J = ∑( ) mm4
79
λ = B/2.tf = 6,25
a. Kondisi Leleh
Lb = 6000 mm
Lp = √ 2236 mm
√
rts = √ 52,3 mm
c = ( )√ = 1,00
Lr = √ √( ) ( ) = 6677 mm
Mn = ( ( )( ) 27300 kgm
80
Karena penampang adalah kompak sehingga tekuk lokal tidak terjadi.Maka momen
nominal penampang terhadap sumbu y adalah :
Torsi bekerja pada pelat sayap atas profil sehingga kelelehan yang terjadi adalah pada
pelat sayap atas profil.Maka tegangan geser akibat torsi pada pelat sayap atas adalah
:Rumus ini diambil dari rumus tegangan torsi dengan penampang tipis terbuka
( )( )
FT = ( )=2,01 Mpa
( )( )
Momen kearah sumbu y akibat torsi dikonversikan dari nilai tegangan yang terjadi
pada pelat sayap atas.
21,42 Mpa
Muy/ϕMny = 0,1175
81
Lendutan sumbu x :
Lendutan sumbu y :
82
Ix = 13600 cm4
Iy = 792 cm4
Sx = 641 cm3
Sy = 91 cm3
Zx = 718 cm3
Zy = 145,6 cm3
ry = 38,8 mm
Hw = 328 mm
H0 = 339 mm
A = 6314 mm2
A = 4407 mm2
e = 24,3 mm
Ix = 4180 cm4
Iy = 306 cm4
Sx = 335 cm3
Sy = 46,5 cm3
83
Yb = 249 mm
Yt = 110 mm
∑ ( ) ( )
84
Ae = Aatas
Iy(e) = Iy-atas
Te = 51,5 mm
Tabel 5-2Perhitungan
Menghitung property
properti penampangekuivalen
penampang ekuivalen :
A Yb A*Yb Ix0
Section 2 3
mm mm mm mm4
A 1925 5,5 10587,5 19410,42
B 2296 175 401800 20584405,33
C 6332 364,76 2309637,984 27181,66
∑ 10553 2722025,484 20630997,41
Yb = 257,94 mm
Yt = 132,57 mm
Radius girasi :
ry = √ = 35,48 mm
85
86
λ = B/2.tf = 7,95
H/t = 52,9
1. Terhadap sumbu - x
Lb = 6000 mm
aw = = 0,18
87
Lp = √ 1160 mm
Lr = √ √( ) ( ) = 10271 mm
Mn = ( ( )( ) 40570kgm
2. Terhadap sumbu y
Karena penampang adalah kompak sehingga tekuk lokal tidak terjadi.Maka momen
nominal penampang terhadap sumbu y adalah :
Torsi bekerja pada pelat sayap atas profil sehingga kelelehan yang terjadi adalah pada
pelat sayap atas profil.Maka gaya geser akibat torsi pada flens adalah :
( )( )
F T= ( )=0,891
( )( )
88
Muy/ϕMny = 0,1175
Lendutan sumbu x :
Lendutan sumbu y :
Jadi desain runway beam dengan profil WF+Channel cap dibutuhkan profil WF 350x175
dan UNP 250x90x9x13
89
Sx = 1010 cm3
Sy = 145 cm3
Zx = 1131 cm3
Zy = 101,92 cm3
ry = 44,8 mm
90
λ = B/2.tf = 9,0
H/t = 53,4
Lb = 2500 mm
Lp = √ 2640 mm
91
Perhitungan gaya ultimit dan dimensi pada sistem rangka dilakukan dengan bantuan
program analisa struktur SAP2000 dengan model sebagai berikut :
92
a. Tie Beam
Profil = C150.50.20.5
D/C = 0,071
b. Truss
Profil = L50.50.5
D/C = 0,122
93
Pembatasan perbandingan dari segi ekonomi dalam penelitian ini ditinjau dari berat besi
yang digunakan untuk memenuhi kriteria minimum dari syarat-syarat desain runway
beam.Hasil analisa perbandingan ditampilkan sebagai berikut :
Dari hasil perbandingan diatas , dapat dilihat bahwa tipe runway beam yang memberikan
sisi paling ekonomis dari segi berat material adalah dengan sistem rangka.
94
5.1 Kesimpulan
Tugas akhir ini membahas mengenai buckling yang diakibatkan oleh bridge beam
memikul beban yang terlalu berat serta mendesign profil sedemikian rupa sehingga didapat
design yang paling ekonomis.Dari analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan 3
2. Dari hasil analisis yang didapat pada panjang runway beam bentang 29 m profil
3. Pada runway beam dengan bentang 29m disimpulkan bahwa profil I dengan
4. Pada runway beam lendutan yang dihasilkanoleh channel cap lebih besar dari
profil lainnya
95
Beberapa saran untuk memberikan dorongan penelitian yang lebih jauh di masa yang
2. Profil Runway beam yang digunakan dapatdiganti denganprofil H beam, atau kanal U
3. Pengaruh panjang bridge beam dan beban yang bervariasi dapat menjadi suatu
96
American Institue of Steel Construction (AISC) (2010) “Spesification for Structural Steel”
Building, 14th ed.,Chicago,IL.
A.Y.T. Leung (2007) “Exact dynamic stiffness for axial-torsional buckling of structural
frames”,Hong Kong
Dongxiao Wu P. Eng. (Alberta Canada) (2012) “Crane Load and Crane Runway Beam
Design”
Duerr, Duerr, P.E. .(2015). “Lateral-Torsional Buckling of Suspended I-Shape Lifting Beams,
“Practice Periodical on Structural Design and Construction,vol. 21,No 1 “
Dux, P.F., and Kitipornchai, S. (1990). “Buckling of Suspended I-Beams.”Journal of
structural Engineering, Vol. 116,No7,pp. 1877-1891
Prakash M.Mohite dan Aakash C. Karoo (2015) “Buckling Analysis of Cold Formed Steel For
Beams”,India
Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1727-2013, Beban Minimum untuk Perancangan
Bangunan Gedung dan Struktur Lain, Jakarta
Standar Nasional Indonesia (SNI) 1729-2015, Spesifikasi untuk bangunan baja
structural,Jakarta
Wiryanto Dewobroto (AISC) (2010) “Struktur Baja - Perilaku,Analisis dan Desain”
Luminas Press., April 2015
xv