Anda di halaman 1dari 6

PONDASI MESIN

Dalam suatu pembangkit listrik, ada berbagai equipment dan atau mesin yang memegang
peranan penting. Mesin tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Pondasi yang menopang
mesin ini memegang peranan penting agar mesin tersebut tetap dapat bekerja dengan baik. Segi
desain pondasi tidak hanya dilihat dari kekuatan struktur dalam menahan beban static yang
bekerja namun juga beban dinamiknya.

Berikut adalah beberapa tipe pondasi mesin:


a. Block type (rigid foundation)
b. Box or caisson type
c. Wall type
d. Frame type
e. Non-rigid or flexible Type

Tipe yang umum digunakan adalah tipe block foundation dan tipe frame atau yang lebih
dikenal dengan table top foundation.
Table Top Foundation
Dalam mendesain pondasi mesin ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya
adalah:

1.Tipe Mesin
Ada 2 tipe mesin, yaitu centrifugal machine, dan reciprocating
machine. Reciprocating itu berasal dari kata reciprocate yang artinya membalas atau lebih
tepatnya bergerak maju-mundur pada satu garis lurus, prinsip kerja ini terjadi pada semua
“Engine” baik diesel engine maupun otto engine ataupun gas engine. Sedangkan
sentrifugal atau rotating terjadi pada semua peralatan/equipment yang berputar seperti
pompa, Motor, Electric Generator, semua jenis turbine baik steam turbine maupun gas
turbine. Kriteria dalam mendesain mesin centrifugal dan reciprocating pun berbeda. Berat
pondasi mesin untuk tipe centrifugal harus 2-3 kali berat dari mesinnya, sedangkan untuk
reciprocating machine harus memiliki berat pondasi 3-5 kali dari berat mesin yang
ditopangnya.

2. Daya Dukung Tanah


Untuk kondisi beban statik, kapasitas daya dukung pondasi adalah 50% dari daya
dukung izin tanah. Sedangkan untuk kondisi beban static & dinamik, daya dukung pondasi
harus lebih kecil dari 75% dari daya dukung izin tanah.

3. Eksentrisitas
Pusat massa dari kombinasi mesin dan pondasi (system pondasi mesin) harus
sedekat mungkin dengan pusat massa dari pondasi atau group pile. Jarak eksentrisitas
horizontal dibatasi hanya 5% dari panjang pondasi yang ditinjau.

4. Frekuensi
Agar tidak terjadi resonansi antara pondasi dan mesin maka frekuensi mesin dan
frekuensi natural dari system pondasi dibatasi. Jika frekuensi mesin (operating frequency,
ω) lebih kecil dari natural frekuensi system (ωn), maka ω/ ωn harus lebih kecil dari 0.8.
Jika operating frequency lebih besar dari natural frequency maka ω/ ωn harus lebih besar
dari 1.2 (Arya, Suresh, Design of Structures and Foundations for Vibrating Machines).

5. Vibrasi & Amplitudo


Batasan amplitude dari system pondasi mesin harus memenuhi batas yang diijinkan.
Biasanya batasan amplitude ini diberikan oleh manufaktur, namun jika tidak diberikan,
dapat digunakan grafik di bawah ini:

Derajat Kebebasan
Derajat Kebebasan pada Pondasi Mesin Akibat gaya dan moment yang terjadi akibat beban
dinamis, maka pondasi blok-type memiliki arah enam arah getran yaitu:
1. Translasi arahsumbu z (vertikal)
2. Translasi arah sumbu x (lateral)
3. Translasi arah sumbu y (longitudinal)
4. Rotasi pada sumbu x (pitching)
5. Rotasi pada sumbu y (rocking)
6. Rotasi pada sumbu z (yawing/torsi) Setiap arah gerakan pada pondasi blok dapat dibagi
kedalam enam bentuk displacement secara terpisah dan memiliki enam bentuk derajat kebebasan
dengan enam bentuk natural frekuensi
5

Jadi, kenyataannya pada pondasi block-type memiliki empat model getaran yang terjadi yaitu
dua mode tunggal (vertikal dan yawing) dan dua mode couple (rocking+ lateral dan pitching+
longitudinal).
2.4 Metode Analisa Beban Dinamis
Ada 3 metode yang digunakan dalam perhitungan amplitudo dan frekwensi pada mesin
(Shidarta, 2016: 22) yaitu:
1. Linear Elastic Weightless Spring Method / Metode Pendekatan
2. Linier Elastic Half – Space (EHS) 3. Lumped Parameter System. Pada metode Linear Elastic
Weightless Spring Method, tanah dianggap pegas. Redaman dimasukkan sebagai nilai yang
belum dicari (diabaikan), walaupun redaman tidak begitu mempengaruhi terhadap frekuensi
resonansi dari sistem, tetapi redaman memberi pengaruh yang cukup signifikan pada amplitudo
saat terjadi resonansi. Selama zona resonansi dapat dihindarkan dalam perencanaan pondasi,
pengaruh redaman pada amplitudo saat frekuensi kerja juga kecil bila dibandingkan dengan
amplitudo yang ada saat resonansi. Metode Elastic Half-Space menggunakan teori elastisitas,
terlihat lebih rasional tetapi lebih rumit. Dalam pemakaiannya untuk efek penanaman kerusakan
tanah yang terjadi akibat penggalian dan penimbunan, banyak massa tanah yang menyebabkan
getaran dan ketidaklinieran dari tanah akan membuat perhitungan makin rumit. Pada teori ini
pondasi dianggap homogen isotropik. Teori ini hanya untuk amplitudo yang kecil. Metode
Lumped Parameter System merupakan hasil penelitian dan pengembangan dari metode Elastic
Half-Space, dimana untuk mendapatkan harga suatu parameter dengan menggunakan cara atau
rumus dari teori Elastic Half- Space. Teori Lump Parameter System adalah sistem yang
digunakan untuk memperkaku blok pondasi dengan menggunakan massa, pegas dan dashpot.
Sistem ini menerapkan semua komponen massa, pegas dan redaman. Metode ini dikembangakan
oleh Lysmer dan Richart (1966) yang bersumber dari "Dynamic Boussinesq Problems". Metode
ini dikembangkan untuk pondasi lingkaran dengan radius r0. Dimana pondasi berada diatas tanah
(tidak tertanam). Dalam teori Lumped Parameter System, respon dinamis tanah terhadap pondasi
dan beban dinamis dapat dimodelkan sebagai: Pegas/spring dengan harga kekakuan "k"
Dashpot/damping/redaman dengan harga koefisien damping "c" Model pegas dan damping
tersebut bisa untuk memodelkan baik respons vertikal, horizontal, torsi, maupun rocking. Berikut
adalah pemodelan sistem pondasi mesin dan tanah pada metode Lumped Parameter System.

2.5 Teori Getaran


Berbicara mengenai pondasi mesin yang merupakan bagian dari pondasi beban dinamis maka
tidak lepas dari teori mengenai getaran harmonik. Getaran harmonik didefinisikan sebagai
pemindahan bolak balik suatu titik didalam suatu garis sedemikian rupa sehingga percepatan dari
titik tersebut proporsional terhadap jarak dari suatu posisi setimbang dan selalu mengarah
menuju posisi setimbang tersebut. Hal ini digambarkan pada gambar dibawah ini.

suatu sistem massa-pegas digetarkan oleh suatu gaya external sehingga mengalami getaran
harmonik, kemudian gaya external tersebut dihilangkan maka sistem akan bergetar secara
harmonik terus menerus dengan amplitudo dan frekuensi getaran yang sama. Getaran tersebut
akan berkurang sedikit demi sedikit yang pada akhirnya, akan berhenti jika pada sistem tersebut
terdapat peredam yang berfungsi sebagai pereduksi getaran.

Anda mungkin juga menyukai