Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang


berfungsi untuk menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang
disalurkan dari struktur atas ke tanah dasar pondasi yang cukup kuat
menahannya tanpa terjadinya differential settlement pada sistem
strukturnya. Untuk memilih tipe pondasi yang memadai, perlu
diperhatikan apakah pondasi itu cocok untuk berbagai keadaan di
lapangan dan apakah pondasi itu memungkinkan untuk diselesaikan
secara ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya.
Pondasi mesin merupakan salah satu bagian terpenting dalam
bangunan industri. Berbagai tipe pondasi mesin dibuat sesuai dengan
jenis mesin yang akan ditempatkan diatasnya. Jenis – jenis pondasi mesin
tersebut antara lain : pondasi mesin tipe blok, tipe box, tipe dinding, dan
tipe rangka. Dari berbagai macam pondasi mesin tersebut, pondasi mesin
tipe blok merupakan jenis pondasi mesin yang sering digunakan. Hal ini
dikarenakan pada umumnya pondasi mesin jenis tersebut mempunyai
peranan yang sangat penting sebagai pendukung mesin – mesin
pembangkit tenaga listrik yang diletakkan diatasnya seperti generator ,
turbin dan lain sebagainya.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pondasi mesin?
2. Apa saja tipe-tipe pondasi Mesin?
3. Apa saja parameter desain pondasi mesin?
4. Bagaimana cara perhitungan pada pondasi mesin?

1
I.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian pondasi mesin
2. Menjelaskan tipe-tipe pondasi mesin
3. Menjelaskan parameter desain pada pondasi mesin
4. Menjelaskan langkah perhitungan pondasi mesin

2
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Pondasi Mesin


Pondasi mesin merupakan pondasi yang digunakan untuk menopang
beban dinamis berupa getaran yang dihasilkan oleh mesin yang berada di atas
pondasi tersebut. Pada pondasi mesin perhitungan yang dilakukan terbagi
atas dua yaitu perhitungan analisis statis yang hanya memperhitungkan beban
statis berupa berat sendiri dan perhitungan analisis dinamis yang
memperhitungkan berupa getaran dari mesin.
Untuk pondasi yang menopang beban dinamis ini digunakan
perhitungan yang jelas berbeda dengan pondasi yang hanya menopang beban
statis, dimana harus memperhatikan adanya beban dinamis akibat kerja
mesin selain beban statis yang ada.
Analisis dinamis pada pondasi mesin memperhitungkan beban
dinamis yang berasal dari getaran mesin. Adapun macam-macam getarannya
ialah getaran vertikal dan horizontal, getaran torsi, dan getaran rocking.

Pondasi dinamis / mesin harus memenuhi kriteria-kriteria berikut ini:

Untuk beban statis:


a. Daya dukungnya memenuhi
b. Settlement memenuhi (tidak berlebihan)

Untuk beban dinamis

a. Tidak boleh terjadi resonansi (frekuensi mesin sama dengan frekuensi


alami dari sistem mesin pondasi tanah.
b. Amplitudo pondasi < Amplitudo izin

3
Dalam mendesain pondasi mesin , beberapa aturan umum yang harus
diperhatikan agar menghindari kemungkinan terjadinya resonansi:
a. Frekuensi resonansi dari system pondasi –tanah harus lebih kecil dari
setengah frekuensi operasi mesin ( Fresonansi < 0,5Fmesin ) untuk
mesin lebih dari 1000 rpm.
b. Untuk mesin kecepatan rendah (350 - 400rpm ), Frekuensi resonansi
dari system pondasi – tanah harus lebih besar dari dua kali frekuensi
operasi mesin ( Fresonansi > 2Fmesin )
c. Frekuensi resonansi dan frekuensi alami dari pondasi dapat dikurangi
dengan menaikkan massa system (m), denga nmengurangi luas sentuh
dasar(ro), dan dengan mengurangi modulus geser G ( mengurangi
konstanta pegas).

Frekuensi dasar dari sistem pondasi dapat meningkat dengan


kekakuan tanah (pemadatan, campuran dan pemadatan, atau tumpukan).
Getaran amplitudo menurun dalam kasus ini dan kita mungkin perhatikan
meningkatnya kepadatan tanah baik itu peningkatan G dan berat tanah yang
menggabungkan untuk superposisi efek.

4
II.2 Tipe – Tipe Pondasi Mesin
Berikut adalah beberapa tipe pondasi mesin:
a. Block type (rigid foundation)
b. Box or caisson type
c. Wall type
d. Frame type
e. Non-rigid or flexible Type

Pondasi yang baik dipilih berdasarkan tipe mesin yang akan dipasang.
Kompresor dan reciprocating mechines, pondasi berbentuk blok sesuai untuk
digunakan seperti pada gambar 1a. Beberapa pondasi terdiri dari tumpuan yang
terletak pada kaki pondasi. Apabila dua atau lebih pondasi yang memiliki
karakteristik sama akan dipasang, maka akan lebih menguntungkan apabila
digandengkan pada satu pndasi telapak menerus.
Pondasi blok memiliki masa yang besar, maka memiliki natural frekuensi lebih
kecil. Bagaimanapun, jika akan dibangun pondasi lebih ringan, pondasi tipe bok
atau kaison dapat dilakukan, lihat pada gambar 1b. Masa pondasi berkurang dan
natural frekuensi akan meningkat. Mesin tumbuk (hammers) sebaiknya diletakkan
diatas pondasi blok, tetapi pada dasarnya akan terjadi sedikit perbedaan pada
reciprocating maschines.

5
Mesin turbin uap memiliki pondasi yang komplek yang mungkin terdiri dari
system dinding dan kolom dan balok dan slab seperti pada gambar 1c. beberapa
elemen pada pondasi relative fleksibel kebalikan dari pondasi kaku (rigid mass) dari
bok atau pondasi tipe kaison.
Analisa pondasi blok sedikit berbeda dari pondasi komplek ini. Terdapat
beberapa metode analisis untuk keduanya pondasi blok dan pondasi kaison.
Pondasi yang memikul peralatan vibrasi (mesin) berdasarkan pengalaman
harus memiliki displasemen pada struktur kaku (rigid body displacements).
Displasemen siklik dari pondasi terdapat kemungkinan 6 moda, antara lain:
a. Translasi arah vertikal,
b. Translasi arah longitudinal,
c. Translasi arah lateral,
d. Rotasi arah sumbu vertical (disebut, yawing),
e. Rotasi arah sumbu longitudinal (disebut, rocking), and
f. Rotasi arah sumbu lateral (disebut, pitching).
Vibrasi pada pondasi kaku (rigid body displacemen) dapat dilihat pada gambar
2.

Pada pembahasan ini teori fundamental pondasi vibrasi, pada berbagai variasi
modes, diatas elastic media akan dibahas.

6
II.3 Parameter Desain Pondasi Mesin
Parameter yang diperlukan dalam desain pondasi mesin
Untuk memperoleh desain yang sempurna, perlu diketahui seluruh
informasi yang diperlukan:
Data mesin:
1. Layout mesin
2. Frekuensi operasi (untuk menghindari resonansi, dan kekakuan tanah
dipengaruhi oleh frekuensi)
3. Besarnya gaya-gaya unbalanced
4. Titik bekerjanya gaya-gaya unbalanced
5. Amplitudo vibrasi yang di izinkan

Data parameter dinamis tanah:


1. Modulus geser (shear modulus).
Ini juga bisa didapat dari E (modulus young atau Vs(kecepatan
perambatan gelombang geser).
Modulus geser tanah ditentukan oleh :
- Jenis tanahnya
- Confining pressure/stress level
- Strain level
- Derajat kejenuhan
- Frekuensi dan jumlah siklis beban
- Besarnya beban dinamis
- Dynamic prestrain

7
Didalam pondasi mesin, besarnya tergantung dinamis umumnya
relative rendah. Sehingga, data modulus geser yang diperlukan adalah
modulus geser pada small strain level atau pada daerah elastis

Cara memperoleh modulus geser:


a) Menggunakan rumus empiris
b) Dengan metode laboratorium
c) Dengan menggunakan metode lapangan
Pondasi dinamis Selain harus mampu memikul beban statis dari
mesin dan pondasinya, juga memikul beban-beban dinamis dari mesin.
Beban dinamis (unbalanced forces) mesin berupa getaran-getaran akibat
pergerakan dari bagian-bagian mesin (misalnya gerakan engkol pada
mesin torak).

Respon vibrasi dari pondasi mesin yang terpenting adalah frekuensi


resonansi dan amplitudo getaran. Tidak boleh terjadi resonansi (frekuensi
mesin sama dengan frekuensi alami dari sistem mesin pondasi tanah dan
amplitudo pondasi harus lebih kecil dari amplitudo izin. Respon saat
operasi sebaiknya tidak mengganggu struktur, peralatan, pekerja dan
mesin di sekitarnya.

2. Damping
3. Poisson Ratio
Informasi mengenai data mesin diperoleh dari manufaktur, sedangkan
informasi mengenai data dinamis tanah harus dicari.

8
Dalam mendesain pondasi mesin ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
diantaranya adalah:

1. Tipe mesin
Ada 2 tipe mesin, yaitu centrifugal machine, dan reciprocating
machine. Reciprocating itu berasal dari kata reciprocate yang artinya
membalas atau lebih tepatnya bergerak maju-mundur pada satu garis
lurus, prinsip kerja ini terjadi pada semua “Engine” baik diesel engine
maupun otto engine ataupun gas engine. Sedangkan sentrifugal atau
rotating terjadi pada semua peralatan/equipment yang berputar seperti
pompa, Motor, Electric Generator, semua jenis turbine baik steam
turbine maupun gas turbine. Kriteria dalam mendesain mesin centrifugal
dan reciprocating pun berbeda. Berat pondasi mesin untuk tipe
centrifugal harus 2-3 kali berat dari mesinnya, sedangkan untuk
reciprocating machine harus memiliki berat pondasi 3-5 kali dari berat
mesin yang ditopangnya.

2. Daya dukung tanah


Untuk kondisi beban statik, kapasitas daya dukung pondasi
adalah 50% dari daya dukung izin tanah. Sedangkan untuk kondisi
beban static & dinamik, daya dukung pondasi harus lebih kecil dari 75%
dari daya dukung izin tanah.

3. Eksentrisitas
Pusat massa dari kombinasi mesin dan pondasi (system pondasi mesin)
harus sedekat mungkin dengan pusat massa dari pondasi atau group pile.
Jarak eksentrisitas horizontal dibatasi hanya 5% dari panjang pondasi
yang ditinjau.

4. Frekuensi
Agar tidak terjadi resonansi antara pondasi dan mesin maka frekuensi
mesin dan frekuensi natural dari system pondasi dibatasi. Jika frekuensi
mesin (operating frequency, ω) lebih kecil dari natural frekuensi system

9
(ωn), maka ω/ ωn harus lebih kecil dari 0.8. Jika operating frequency
lebih besar dari natural frequency maka ω/ ωn harus lebih besar dari 1.2
(Arya, Suresh, Design of Structures and Foundations for Vibrating
Machines).

5. Vibrasi & Amplitudo


Batasan amplitude dari system pondasi mesin harus memenuhi batas
yang diijinkan. Biasanya batasan amplitude ini diberikan oleh
manufaktur, namun jika tidak diberikan, dapat digunakan grafik di
bawah ini:

10
II.4 Persamaan Dinamis Pondasi Mesin

Pondasi mesin yang bergetar dimodelkan dengan persamaan dinamik


berikut:

mu’’ + cu’ + ku = F sin(wt)

Dimana:
u, u’, u’’ = perpindahan, kecepatan, percepatan
m = massa pondasi dan mesin
c = nilai damping
k = kekakuan pada arah yang ditinjau
F = gaya dinamis
w = frekuensi mesin
Solusi lengkap dari persamaan diferensial di atas adalah:

Dua suku pertama bersifat sementara (transient) karena pengaruh pangkat -


zwnt. Sehingga yang perlu diperhitungkan cukup respon steady state yang
ada terus menerus selama mesin bekerja.

11
Amplitudo
Respon steady state di atas bisa ditulis ulang menjadi:

dimana:

Jika nilai w (frekuensi mesin) sangat kecil sehingga sehingga w <<


wn sehingga rumus amplitudo di atas menjadi:

Rumus amplitude di bagian sebelumnya, dengan mensubstitusi

maka menjadi

12
dengan mengeluarkan mw2 menjadi:

Jika nilai w (frekuensi mesin) sangat besar sehingga w >> k/m dan w >>
c/m sehingga rumus amplitudo di atas menjadi:

Dari penyederhanaan di atas maka pada mesin yang memiliki frekuensi


sangat tinggi, tidak perlu menghitung k dan c, kita sudah dapat
memperkirakan amplitudonya.

13
Dengan rumus-rumus di atas kita sudah dapat menghitung:

1. Frekuensi system (pondasi + mesin) yang dihitung dengan rumus

Nilai frekuensi ini harus < 0.3 frekuensi mesin atau > 1.3 frekuensi
mesin. Hal ini untuk memastikan bahwa frekuensi sistem di luar zona
resonansi.

14
2. Amplitudo Deformasi (Deformasi Maksimum).
Deformasi maksimum harus dicek sehingga nilainya kurang dari
persyaratan yang diizinkan. Amplitudo yang berlebih dapat
menyebabkan kerusakan pada mesin dan atau mengganggu orang yang
ada di sekitarnya.

Dari persamaan di atas terlihat bahwa perilaku dinamis suatu sistem


dipengaruhi oleh; massa, nilai redaman, nilai kekakuan, gaya dinamis
dan frekuensi mesin. Dalam menghitung pondasi dinamis, hal yang
paling rumit adalah mencari nilai k dan c, karena nilainya pada umumnya
bedasarkan rumus-rumus dan grafik-grafik dengan banyak parameter.

15
Perlu dipahami juga sebelumnya bahwa dalam analisa dinamis ini
ditinjau pada suatu sistem single-degree-of-freedom (SDOF). Dalam
pondasi mesin, ada tiga arah utama yang harus ditinjau; pergerakan vertikal,
pergerakan horizontal dan pergerakan rocking. Sebenarnya ada arah lain
yaitu pitching dan horizontal longitudinal, tap kedua arah itu
perhitungannya identik dengan perhitungan horizontal dan rocking sehingga
tinggal mengubah orientasi saja.

Arah Getaran pada pondasi block

Untuk menentukan nilai kekakuan (K) dan damping ratio (D), digunakan
referensi dari buku Suresh Arya et al (1979). Rumus dalam buku Suresh
Arya et al sebenarnya mengacu pada model Richart-Whitman (1967) dan
Richart, Hall dan Wood (1970), namun dengan tambahan pengaruh bagian
pondasi yang masuk dalam tanah (embedment factor).

16
Kekakuan (K)
Untuk pondasi berbentuk kotak di atas tanah, maka kekakuannya adalah:

17
Damping Ratio (D)
Untuk pondasi berbentuk kotak di atas tanah, maka damping rasionya (D)
adalah:

18
II.5 Langkah-Langkah Perhitungan
1) Cara Perhitungan Respon Pondasi terhadap Vibrasi Vertikal

Pertama persamaan gerak dari pondasi lingkaran kaku disajikan


dalam persamaan (22), prosedur ini akan mudah untuk mendapatkan
frekuensi resonansi (resonant frequency) dan amplitude dari vibrasi
dalam model matematik. Prosedur umum sebagai berikut.

A. Resonan Frekuensi (resonant frequency)


1. Perhitungan natural frekuensi

2. Perhitungan damping ratio Dz

3. Perhitungan resonan frekuensi (adalah frekuensi pada displasemen


maksimum), untuk gaya bolak-balik konstan (constant force-type
excitation)

Ini juga telah diperlihatkan oleh Lysmer bahwa, Bz ≤ 0,3 perkiraan


persamaan ini adalah;

Untuk pondasi dengan masa tipe rotasi eksitasi adalah;

19
Berkaitan dengan persamaan Lysmer’s untuk fm adalah sebagai
berikut;

B. Amplitudo dari vibrasi pada saat reonansi

Amplitudo vibrasi Az pada saat resonansi untuk gaya konstan-tipe


bolak-balik (excitation) dapat diperoleh sbb:

Dimana;

Substitusi nilai kz dan Dz ke dalam persamaan ,

Amplitudo vibrasi untuk masa rotasi-tipe eksitasi vertical dapat


diberikan sbb;

Dimana U = m1.e (m1 = total masa rotasi disebabkan gaya eksitasi)

20
C. Amplitudo vibrasi pada frekuensi selain resonansi

Pada gaya bolak-balik (force type excitation), amplitude vibrasi


dapat dihitung sbb;

Dengan memasukkan harga kz dan Dz pada persamaan diatas akan


diperoleh,

Pada gambar 1 dapat dilihat grafik dari Az/(Q0/kz) versus ω/ω0.


Sehingga dengan mengetahui nilai dari Dz dan ω/ω0 , pertama bias
diperoleh nilai Az/(Q0/kz), dan dengan cara itu dapat diperoleh nilai
Az.
Dengan cara yang sama, untuk masa rotasi –tipe eksitasi, besarnya
amplitude vibrasi dapat diperoleh sbb,

21
Gambar 1: Grafik dari Az/(Q0/kz), θ/(Mz/kz), Az(Q0/kz), dan α/(T0/kz)
versus ω/ωn gaya konstan-tipe vibrasi. (Note: D = Dz untuk vibrasi
vertical, D = Dz untuk rocking, D = Dz untuk sliding, D = Dz untuk
vibrasi lateral).
Gambar 2, menunjukkan grafik hubungan dari Az/(m1e/m) versus
ω/ωn , dimana nilai maginitude dari Az dapat diperoleh.
Prosedur ini menjelaskan hubungan bahwa pondasi lingkaran
kaku memiliki jari-jari r0. Apabila pondasi persegi panjang dengan
panjang L dan lebar B dengan cara konvensional dapat dicari jari-
jari ekivalen, dan selanjutnya dapat digunakan dalam persamaan ini.
Hal ini dapat dilakukan dengan menyamakan luas area pondasi
dengan area lingkaran ekivalen. Maka,

atau,

dimana, r0 = jari-jari lingkaran ekivalen.


Prosedur untuk mentransfer luas dari berbagai bentuk ke bentuk
yang ekivalen dengan lingkaran dengan luas yang sama memberikan
hasil yang baik dalam evaluasi respon pondasi untuk rasio L/B ≤ 2.
Dobry dan Gazetas (1986) memeprlihatkan bahwa cara tersebut

22
memiliki keterbatasan, dan rasio L/B memiliki pengaruh yang
signifikan pada kekakuan dinamik dan nilai damping, khususnya
untuk pondasi panjang.

Gambar 2: Grafik dari Az/(U/m), θ/(m1ez’/I0), Az/(m1e/m),


α/[m1e(1/2x)Jzs], versur ω/ωn untuk masa rotasi-tipe eksitasi (Note:
D = Dz untuk vibrasi vertical, D = Dz untuk rocking, D = Dz untuk
sliding, D = Dz untuk vibrasi lateral).
Dalam hal ini sangat tidak mungkin menghilangkan vibrasi di daerah
berdekatan dengan pondasi. Bagaimanapun, upaya yang dapat
dilakukan adalah mengurangi permasalahan vibrasi sebanyak
mungnkin. Richart (1962) mengumpulkan panduan untuk
menentukan nilai amplitiudo vibrasi vertical yang diijinkan untuk
frekuensi tertentu dari vibrasi, dan disajikan pada gambar 3. Data
yang disajikan pada gambar 3 merujuk kepada amplitude maksimum
yang diijinkan untuk vibrasi. Ini dapat dikonversi kepada percepatan
maksimum yang diijinkan dengan persamaan sbb:
Kecepatan maksimum = (displasemen maksimum) x ω2

23
Gambar 3: Amplitudo vibrasi vertical yang diijinkan (after
Richart, 1962)

Sebagai contoh pada gambar 3, batas amplitudo dari


displasemen pada frekuensi kerja (operating frequency) adalah 2000
cpm adalah 0.005 in (0,127 mm). Dan maksimum percepatan yang
berkerja pada frekuensi 2000 cpm adalah:

Pada desain pondasi mesin, prosedur umum seperti diatas, mungkin


harus diingat untuk menghindari kondisi resonansi yang mungkin
terjadi.
1. Frekuensi resonansi dari sistem hubungan pondasi-tanah, harus
lebih kecil dari separuh operating frekuensi pada mesin dengan
kecepatan tinggi (high speed machines yang mana operating
frekensi ≥ 1000 cpm). Pada kasus tersebut, saat menghidupkan
dan menghentikan mesin akan terjadi vibrasi pada frekuensi
resonansi.

24
2. Untuk mesin kecepatan rendah (low-speed) yaitu (operating
frekuensi antara 350-400 cpm), frekuensi resonansi dari system
hubungan pondasi-tanah harus memenuhi kurang lebih dua kali
dari operating frekuensi.
3. Untuk semua tipe pondasi, peningkatan berat akan menurunkan
frekuensi resonansi.
4. Peningkatan nilai r0 akan meningkatkan frekuensi resonansi
dari pondasi
5. Peningkatan nilai modulus geser (shear modulus) (contoh
melalui grouting) akan meningkatkan frekuensi resonansi dari
pondasi.

2) Cara Perhitungan Respon Pondasi yang Memikul Beban Rocking

Prosedur perhitungan respon pondasi menggunakan persamaan sebagai


berikut:

A. Frekuensi resonansi
1. Hitung natural frekuensi

25
2. Hitung damping rasio Dθ

3. Hitung frekuensi resonansi

(untuk gaya eksitasi konstan)

(untuk rotating mass-tipe eksitasi)

B. Amplitudo frekuensi pada saat resonansi


(untuk gaya eksitasi konstan)

(untuk rotating mass-tipe eksitasi)

m1 = total rotating mass disebabkan oleh eksitasi


e = eksentrisiti setiap masa

C. Amplitudo vibrasi pada frekuensi selain resonansi


Untuk gaya konstan-tipe eksitasi ;

26
Grafik θ/(Mykθ) versus ω/ωn diberikan pada gambar 1, untuk rotating
mass –tipe eksitasi :

Gambar 2, menunjukkan grafik θ/(m1ez’/I0) versus (ω/ωn).


Pada kasus pondasi empat persegi panjang, hubungan ini akan
digunakan untuk mendapatkan jari-jari ekivalen sbb;

Definisi B dan L dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4: Jari-jari ekivalen dari pondasi kaku empat persegi

27
II.6 Contoh Soal dan Penyelesaiannya
1. Sebuah pondasi menerima gaya tipe vibrasi vertical.
Diberikan data: Berat total dari pada pondasi blok dan mesin (W) =
150.000 lb, unit weight tanah ϒ = 115 lb/ft3; μ = 0,4; G = 3000 lb/in2;
amplitude dari gaya vibrasi Q0 = 1500 lb; operating frekuensi f = 180
cpm, dan dimensi pondasi adalah panjang 20 ft, lebar 6 ft.
a. Tentukan besarnya resonan frekuensi, buktikan bahwa;

b. Tentukan amplitude vibrasi pada saat resonansi.

Penyelesaian:
a. Ini adalah pondasi empat persegi panjang, jadi perhitungan luas
ekivalen menggunakan persamaan adalah;

Mass ratio :

Dari persamaan dapat dihitung resonan frekuensi,

Maka;

Dari persamaan diperoleh;

28
2. Piston horizontal-tipe compressor terlihat pada gambar berikut

Operating frekuensi adalah 600 cpm. Amplitudo dari gaya horizontal


unbalance dari kompresor adalah 30 kN, dan gaya itu menimbulkan
gerakan rocking pada pondasi diperkirakan pada titk Q (lihat gambar
b). Momen inersia masa kompresor yang dipasang pada sumbu
b’Ob’ adalh 16x105 kg-m2 (lihat gambar c). Hitunglah:
a. Frekuensi resonansi
b. Amplitude dari vibrasi rocking pada resonansi

29
Penyelesaian:
Momen inersia pondasi blok dan kompresor terpasang pada sumbu
b’Ob’:

Asumsi bahwa berat volume beton adalah 23,58 kN/m3.


Wpondasi blok = (8 x 6 x 3)(23,58) = 3395,52 kN = 3395,52 x 103 N

Perhitungan radius ekivalen pondasi;

a. Menghitung frekuensi resonansi

b. Menghitung amplitudo vibrasi pada saat resonansi

= 30 x 4 = 120 kN-m.

(m1eω2)z’ = Mz

30
Maka :

31
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
1. Pondasi mesin merupakan pondasi yang digunakan untuk menopang
beban dinamis berupa getaran yang dihasilkan oleh mesin yang berada
di atas pondasi tersebut.
2. Pondasi yang baik dipilih berdasarkan tipe mesin yang akan dipasang.
3. Parameter desain pondasi mesin memerlukan data mesin dan data
parameter dinamis tanah yang berupa modulus geser (shear modulus),
damping dan poisson ratio.
4. Analisis dinamis pada pondasi mesin memperhitungkan beban dinamis
yang berasal dari getaran mesin (getaran vertikal dan horizontal, getaran
torsi, dan getaran rocking).

III.2 Saran
Sebaiknya dalam mendesain pondasi mesin harus diperhatikan hal-hal
seperti tipe mesin, daya dukung tanah, eksentrisitas, frekuensi, vibrasi &
amplitudo sehingga memenuhi syarat perencanaan.

32

Anda mungkin juga menyukai