TINJAUAN PUSTAKA
1. Anggit : 2018
2. Lubis : 2017
2.2 Jembatan
Jembatan ini didesain dengan struktur beton bertulang sesuai standard yang ada.
Material yang dipakai berupa beton segar dengan tulangan sebagai pengaku pada
strukturnya. Umumnya perencanaan gelagar dengan beton betulang biasa
menggunakan perencanaan gelagar/balok T. Untuk gambar Jembatan Beton
gelagar T dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar Jembatan Balok T
Sumber http://mrifqiaufa.blogspot.com/2019/03/perancangan-struktur-
jembatan.html
Diakses pada 13-12-2019
Gambar 2.5 Momen Tahanan Internal Pada Balok Beton Prategang dan
Beton Bertulang
(Sumber: Supriyadi dan Agus, 2007)
2.5 Pembebanan
Peraturan pembebanan jembatan di Indonesia mengacu pada Peraturan
Standar Pembebanan Untuk Jembatan (SNI 1725 2016), Peraturan
Perencanaan Jembatan Bina Marga (Bridge Management System 1992),
Perencanaan Struktur Beton Untuk
Jembatan (RSNI T-12-2004), dan Pedoman Perencanaan Pembebanan
Jembatan Jalan Raya SKBI– 1.3.28.1987. Pada desain struktur balok
Jembatan Sirnoboyo ini, beban rencana diperhitungkan berdasarkan Peraturan
Standar Pembebanan Untuk Jembatan (SNI 1725 2016) yang terdiri dari :
1. Beban permanen,
2. Beban lalu lintas,
3. Beban dari lingkungan.
2.5.1 Beban Permanen
1. Berat Sendiri (MS)
Berat sendiri jembatan merupakan berat elemen struktural ditambah dengan
elemen non struktural yang dipikul dan bersifat tetap (Adriwitya : 2019)
15
𝐿 ≥ 30 𝑚 → 𝑞 = 9,0 − (0,5 + ) 𝑘𝑃𝑎 (3.2)
𝐿
Beban lajur “D” ditempatkan tegak lurus terhadap arah lalu lintas
seperti gambar 3.8 di bawah ini
𝑟2
Batas kern atas, 𝑘𝑡 = 𝑦𝑏
Letak tendon (cgs) dipengaruhi oleh besar momen pada setiap titik, maka
eksentrisitas tendon e berubah sesuai dengan besar momen. Perencanaan tata letak
tendon dilakukan dengan peninjauan sebagai berikut.
1. Batas bawah didasarkan saat transfer, agar tegangan pada serat atas ≤ tegangan
ijin. Lengan minimum dari kopel tendon,
𝑀𝑜
𝑎𝑚𝑖𝑛 =
𝑃𝑡
Batas eksentrisitas atas,
𝑒𝑠𝑏 = 𝑎𝑚𝑖𝑛 + 𝑘𝑏
Pertambahan lebar daerah tendon jika diperbolehkan terjadi tegangan tarik,
𝑓𝑡𝑖 . 𝐴𝑘𝑏
𝑒𝑠𝑏′ =
𝑃𝑡
𝑒𝑠𝑏′ = 𝑒𝑠𝑏 + 𝑒𝑠𝑏′ = 𝑎𝑚𝑖𝑛 + 𝑘𝑏 + 𝑒𝑠𝑏′
(Adriwitya : 2019)
2. Batas atas didasarkan saat layan. Jika tendon diletakkan di luar batas ini maka
beban yang dapat dipikul berkurang atau tegangan serat bawah yang terjadi >
tegangan ijin.
𝑀𝑇
𝑎𝑚𝑎𝑥 =
𝑃𝑒
Batas eksentrisitas atas,
𝑒𝑠𝑡 = 𝑎𝑚𝑎𝑥 + 𝑘𝑡