PENDAHULUAN
Pembangunan jembatan seperti rencana Jembatan Suramadu
akan lebih ekomonis apabila menggunakan konstruksi bangunan atas
dengan bentang yang panjang apalagi apabila kondisi laut relatif dalam
dengan kondisi tanah keras dangkal. Berbicarakan jembatan panjang,
maka mau tidak mau harus membicakan bentang tunggal minimum
yang dapat dibangun. Banyak bentuk dan variasi konstruksi jembatan
yang ada dan sudah dibangun di Indonesia, mulai dari gelagar beton
bertulang, beton pratekan atau komposit, pelengkung beton atau baja,
rangka baja sampai dengan jembatan gantung dan cable-stayed.
Bentuk konstruksi bangunan atas jembatan tersebut ternyata
ada batasan maksimum bentang yang dapat dibangun dan apabila
dilampaui akan menjadi tidak ekonomis. Merupakan suatu kenyataan
pula, kabel yang hanya memiliki kemampuan dalam kekuatan tarik saja
telah memberikan kontribusi yang sangat besar pada pembangunan
jembatan berbentang panjang di dunia.
JEMBATAN KABEL
Jembatan dengan kabel sebagai elemen utama pendukung konstruksi umumnya
dipakai dalam bentuk konfigurasi gantung, cable-stayed atau kombinasi kedua sistem
tersebut. Jembatan gantung pertama yang dibangun adalah jembatan Menai di Inggris
pada tahun 1826 dengan bentang 177m. Selanjutnya, pada awal abad 20 sudah banyak
dibangun jembatan gantung diantaranya adalah Golden Gate di San Francisco dengan
bentangan 1.280m. Jembatan gantung terpanjang saat ini adalah Jembatan Akashi
Kaikyo yang menghubungkan Pulau Honshu dan Shikoku di Jepang dengan bentangan
bersih 1.991m tahun 1998.
1
Sedangkan jembatan dengan konfigurasi cable-stayed dimana sistem deck
jembatan didukung oleh kabel yang dihubungkan langsung ke tower umumnya di pakai
untuk jembatan dengan bentangan ”sedang” sampai dengan 450m. Jembatan
terpanjang yang menggunakan konfigurasi cable-stayed adalah Jembatan Tatara di
Jepang dengan bentang utama 890m.
Kombinasi dari konfigurasi jembatan gantung dan cable-stayed merupakan
alternatif untuk mendapatkan bentangan lebih panjang. Dimana konsep jembatan
gantung tidak kompetitif untuk bentang ”pendek”, sedangkan jembatan cable-stayed
yang ada telah mencapai batas maksimumnya. Struktur jembatan yang menggabungkan
kedua konsep jembatan kabel ini dikenal dengan nama jembatan Hibrida yang
merupakan rekayasa dalam usaha untuk mendapatkan bentangan jembatan ”ultra-
panjang”.
KONSTRUKSI KABEL
Beberapa hal penting yang harus menjadi perhatian apabila membicarakan kabel
pada konstruksi jembatan adalah: material pembentuk, cara pembuatan dan konstruksi
kabel serta masalah transportasinya. Material akan mempengaruh kekuatan dan
ketahanan. Sedangkan konstruksi kabel akan mempengaruh kekakuan yang diperlukan
dalam perencananaan. Selanjutnya, cara pembuatan kabel dan transportasi akan
mempengaruhi panjang kabel (bentang) yang dapat dicapai.
2
Kabel-baja merupakan elemen dasar bagi kabel modern yang berfungsi sebagai
pendukung jembatan yang biasanya lebih kuat dibanding baja struktural. Kawat baja
galvanis berdiameter 5mm biasanya digunakan sebagai komponen pembentuk kabel
jembatan gantung dan sedangkan apabila kawat baja tersebut disusun dalam bentuk
bundel 7-wire strand dengan diameter 12,7mm dan 15,3mm, umumnya digunakan pada
jembatan cable-stayed.
Dilihat dari segi kekuatannya, kawat baja 5 kali lebih kuat dibanding baja struktu-
ral yang umumnya digunakan untuk baja tulangan pada konstruksi beton. Namun daya
tahan terhadap perpanjangan saat putus adalah 1/5 kali dibanding baja struktural. Hal ini
dikarenakan, kandungan karbon pada kawat baja hampir 5 kali dibanding baja stuktural
oleh karena itu kabel baja sulit untuk dilas.
Tipikal modulus elastisitas nominal dari sebuah kabel 7-wire strand sekitar
195.000MPa, lebih rendah 5–6% dibanding satu buah kawat. Pengurangan dari
kekakuan ini akibat puntiran kawat-kawat dalam helical strand, dimana kurva
perpanjangan strand tidak seperti pada individual kawat-kawat. Hal ini karena masing-
masing kawat-kawat berbentuk spiral arah sumbu memanjang strand.
Pengurangan kekakuan tersebut akan cukup besar pada konstruksi kabel yang
lebih komplek seperti pada konstruksi kabel dengan jumlah kawat 115 buah pada kabel
spiral-strand diameter 57,9mm yang biasanya dipakai untuk jembatan gantung. Pada
konstruksi spiral strand ini, modulus elastisitas berkurang menjadi sekitar 165.000MPa.
3
Brake Force
No. Cable Code Nos Cable
(kN)
1 CABLE-1906 19 5301
2 CABLE-3106 31 8649
2 CABLE-3706 37 10323
3 CABLE-4306 43 11997
4 CABLE-5506 55 15345
5 CABLE-6106 61 17019
6 CABLE-7306 73 20367
2 CABLE-8506 85 23715
7 CABLE-9106 91 25389
Spiral Strand
Spiral-strand terdiri dari kawat-kawat bulat digalvanis berdiameter besar yang
dipuntir bersama-sama. Kawat-kawat tersebut diuntai dalam satu atau lebih layer,
umumnya dengan arah yang berlawanan, untuk mencapai diameter yang diperlukan.
Layer-
1Nos:1Add:2763191243718561
246
9130 4
Gambar 3. Konstruksi Kabel Gantung
Apabila akan digunakan pada jembatan gantung dengan bentangan yang cukup
panjang, maka prefabricated spiral-strand tidak ekonomis lagi, dimana reel yang
digunakan untuk transportasi akan cukup besar. Untuk itu biasanya digunakan aerial
spanning parallel wire, dimana masing-masing kawat dengan diameter 4.0894 mm s/d
4.8514 mm, dipasang secara paralel melintas di atas sadel-sadel tower jembatan.
Keuntungan lain dari penggunaan teknik aerial spinning parallel wire adalah
pada kestabilan kekakuan yang mendekati kekakuan dari kabel tunggal. Keuntungan
lain penggunaan kabel dari kawat-kawat sejajar adalah pada proses reeling yang lebih
mudah dibandingkan prefabricated spiral-strand yang diameter maksimum yang dapat
dibuat sangat terbatas.
5
Gambar 3. Tipikal Locked Coil Strand
Structural Rope
Structure Rope biasanya terdiri dari 6 buah strand (untaian kawat) yang dipuntir
mengelilingi steel core. Diameter kawat digalvanis biasanya kecil sehingga memberikan
kelenturan yang tinggi. Biasanya modulus elastisitas kurang dari setengah modulus
elastisitas baja struktural. Kabel jenis ini sering dipakai untuk jembatan gantung pejalan
kaki karena kemudahan dalam angkutan termination pada saat pemasangan. Kabel ini
mudah untuk dibengkokan sehingga dalam program pengadaan jembatan gantung
pejalan kaki dapat disediakan sebelum rencana konstruksi dibuat. Dari segi pengadaan
secara massal untuk jembatan gantung kaki, kabel ini lebih menguntungkan.
Kekurangan adalah pada rendahnya kekakuan dan dan mudah putusnya kabel akibat
diameter kawat yang relatif kecil. Disamping dipakai untuk jembatan gantung pejalan
kaki, kabel ini banyak dipakai untuk hauling dan lift.
6
Gambar 5. Tipe Struktural Rope
7
Gambar 6. Grafik Prestretching
PENUTUP
Pengetahuan akan teknologi kabel dan perilakunya mutlak diperlukan untuk
mengantisipasi pembangunan jembatan berbentang panjang di Indonesia.
Pemilihan jenis kabel disamping ditentukan oleh panjang bentang yang akan
dibuat, juga dipengaruhi oleh kemudahan dalam penyetelan kekencangan dan
transportasinya. Pemilihan kabel akan sangat mempengaruhi perilaku lendutan
(bending) vertikal jembatan.
Penggunaan Spiral Strand dan Locked Coil Strand pada masa lalu banyak juga
dipakai pada jembatan cable-stayed dengan jumlah kabel yang digunakan tidak terlalu
banyak.