Anda di halaman 1dari 10

REVIU ANALISIS GAYA KABEL JEMBATAN GANTUNG JENIS

SUSPENDED-CABLE
STUDI KASUS JEMBATAN KACA SERUNI POINT BROMO

Indra Sidik Permadi Achmad Riza Chairulloh


Balai Geoteknik Terowongan dan Struktur Balai Geoteknik Terowongan dan Struktur
Direktorat Jenderal Bina Marga | Direktorat Jenderal Bina Marga|
Kementerian PUPR Kementerian PUPR
Jln. A.H. Nasution No. 264 Ujungberung Bandung Jln. A.H. Nasution No. 264 Ujungberung Bandung
indrasidik@pu.go.id

Abstract

The used of suspension cable bridge becoming one of option that commonly applied for crossing bridge
including the pedestrian crossing because its could used for long spans. The types of suspension bridges
include suspended-cable, suspension-cable and cable-stayed. For determining maximum tension in the
cable, several parameters are used, that are tension, span length, sag, and cable length. In this case,
span length of bridge is 120 meter using suspended-cable type and laminated glass with Sentryglass
Plus as floor structure. Based on the planning data, the live load of the glass bridge plan refers to the
SE No. 02/SE/M/2010 of 5 kN/m2 with a safety factor (SF) of glass bridge cables of 2.5. This SF value
does not recommended criteria by Helvetas,SF = 3. If the pedestrian live load is adjusted according to
the Helvetas rule, an increase in the safety factor is obtained to 3.2. This is in accordance with the
assumption based on Helvetas that adding spans can reduce live loads because the possibility of
extreme loads is very small/rare.

Key Words: Suspended-cable bridge

Abstrak

Penggunaan jembatan gantung menjadi salah satu opsi yang banyak digunakan sebagai jembatan
penyebrangan termasuk jembatan pejalan kaki karena dapat melintasi bentang yang panjang. Adapun
jenis dari jembatan gantung antara lain suspended-cable, suspension-cable, dan cable-stayed. Untuk
menemukan tegangan maksimum pada kabel, perlu untuk mengetahui hubungan yang melibatkan
tegangan, bentang, sag dan panjang kabel. Dalam hal ini, jembatan gantung didesain dengan bentang
120 meter dengan jenis suspended-cable dan struktur lantai teruat dari kaca laminasi (laminated glass)
dengan perkuatan menggunakan Sentryglass Plus (SGP). Berdasarkan data perencanaan, beban hidup
rencana jembatan kaca mengacu pada SE Menteri No. 02/SE/M/2010 tahun 2010 sebesar 5 kN/m2
dengan faktor keamanan (SF) kabel jembatan kaca sebesar 2,5. Nilai SF ini belum masuk kriteria yang
dianjurkan oleh Helvetas yaitu SF kabel = 3. Jika beban hidup pejalan kaki disesuaikan dengan
peraturan Helvetas, diperoleh peningkatan faktor keamanan menjadi 3,2. Hal ini sesuai asumsi
berdasarkan Helvetas bahwa penambahan bentang dapat mereduksi beban hidup karena kemungkinan
terjadinya beban ekstrim sangat kecil/jarang terjadi.

Kata Kunci: jembatan gantung, suspended-cable


PENDAHULUAN
Jembatan dengan kabel sebagai komponen utama penahan beban banyak digunakan karena
kemampuannya mengatasi bentang yang panjang. Alasan penggunaan jembatan gantung dalam proyek-
proyek bantuan di seluruh dunia adalah bahwa strukturnya relatif sederhana dan telah terbukti nyaman
untuk konstruksi di daerah pedesaan karena dapat melintasi bentang yang panjang (Hermansson &
Holma, 2015). Istilah jembatan yang didukung oleh kabel mencakup banyak jenis jembatan yang
berbeda, misalnya jembatan gantung suspended-cable, suspension-cable, dan cable-stayed. Jembatan
gantung sederhana terdiri dari kabel utama, batang penggantung (Hanger), lantai untuk pejalan kaki
dan juga pegangan tangan (Handrail). Teknologi jembatan penyeberangan sangat bervariasi dalam hal
desain, biaya, dan fungsi. Dari sudut pandang struktural, jembatan penyeberangan telah memberikan
sejumlah tipe, masing-masing dengan fungsi menyediakan transportasi yang aman melewati rintangan.
Jenis jembatan yang dibangun hanya untuk melewatkan pejalan kaki umumnya jenis jembatan gantung
sederhana (simple suspension bridge). Jembatan tersebut hanya menggantungkan sistem lantai dengan
batang penggantung yang dijepit pada kabel utama yang dibentangkan dari ujung ke ujung jembatan.
Perbedaan antara jembatan suspension-cable dan suspended-cable ditunjukkan pada Gambar. 1, di
mana kabel biru menunjukkan penahan beban di keduanya (Avery Louise Bang, 2007).

Gambar. 1. Perbedaan jembatan gantung jenis suspension dan suspended

Meskipun dinamakan jembatan gantung sederhana, namun aspek-aspek perencanaannya harus


terpenuhi seperti kekuatan, kestabilan, dan kenyamanan. Elemen kabel sebagai penahan beban menjadi
kriteria utama dalam merencanakan jembatan gantung jenis suspended-cable. Dalam perbandingan
antara menggunakan kabel atau balok tunggal sebagai elemen penahan beban untuk beban transversal,
keduanya menunjukkan perilaku yang berbeda. Karena kekakuan lenturnya yang rendah, kabel bekerja
pada tegangan tarik murni sementara balok bekerja pada gabungan tegangan tekan dan tarik pada
penampang melintangnya.

Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pengecekan hasil desain jembatan gantung tipe suspended-
cable terhadap design code.

TINJAUAN PUSTAKA
Desain jembatan jenis suspended-cable sangat tipikal. Dua buah fondasi utama ditempatkan di setiap
sisi bentang dan ketinggiannya bisa sama (level bridge) atau bisa berbeda (inclined bridge). Fondasi
utama ini biasanya dirancang sebagai fondasi gravitasi atau memerlukan batang angkur apabila ruang
untuk fondasi gravitasi terbatas. Kabel dapat dipasang dapat disesuaikan atau tidak dapat disesuaikan
dengan fondasi utama. Pegangan dan kabel bagian bawah berfungsi sebagai elemen penahan beban dan
keduanya dihubungkan dengan batang penggantung di sepanjang jembatan. Bagian atas batang
penggantung (hanger) terhubung ke kabel pegangan (handrail) sedangkan di bagian bawah diikatkan
ke balok melintang. Balok melintang diikatkan ke kabel utama untuk menahan pelat lantai. Jika ada
kebutuhan untuk stabilisasi angin, ikatan angin (windguys) dapat ditambahkan ke struktur. Visualisasi
memanjang jembatan yang dijelaskan di atas dapat dilihat pada Gambar. 2. Sedangkan, tipikal bentuk
jembatan secara melintang dapat dilihat pada Gambar. 3.

Gambar. 2. Tipikal jembatan gantung tipe suspended-cable (Viktor Hermansson & Jonas Holma, 2015)

Komponen utama dari jembatan gantung pejalan kaki jenis suspended-cable sesuai Gambar. 2 adalah:

1. Anchor : Angkur kabel utama dan kabel pegangan


2. Abutment : Kepala jembatan
3. Walkway cable : Kabel utama
4. Tiers : Kepala pilar
5. Tower : Pilar
6. Tower Foundation : Fondasi pilar
7. Handrail cable : Kabel pegangan (handrail)
8. Deck System : Sistem lantai

Gambar. 3. Tipikal bentuk melintang jembatan gantung suspended-cable

Jembatan gantung menggunakan kabel sebagai elemen penahan beban utama. Untuk penyederhanaan,
diasumsikan bahwa kabel tidak memiliki kekakuan lentur dan karena itu hanya dapat mentransfer
tegangan tarik. Oleh karena itu, konfigurasi geometri sangat penting untuk kabel, misalnya lengkungan
(sagging). Dengan elemen kabel, akan ada reaksi horisontal pada tumpuan seperti pada Gambar. 4
yang umumnya lebih besar dari reaksi vertikal sedangkan balok hanya akan mengalami reaksi vertikal
pada tumpuan.

Kabel
Balok

Gambar. 4. Reaksi tumpuan untuk kabel dan balok


Keuntungan menggunakan kabel dibandingkan dengan balok adalah efisiensi material. Hal ini karena
kabel mentransfer beban dengan cara yang paling efisien yaitu tegangan tarik murni. Gimsing (Gimsing,
1997) menggambarkan ini dengan membandingkan kabel dengan sagging 3 meter dan balok untuk
kasus beban yang sama, lihat Gambar. 5.

Gambar. 5. Kabel dan balok yang dirancang untuk beban yang seragam, 27 kN / m, dalam bentang 30 meter (Gimsing,
1997)

Dengan asumsi kabel adalah material tanpa gesekan dan sangat fleksibel, kabel menggantung di busur
parabola (Pugsley, 1957). Asumsi utama adalah bahwa intensitas beban terdistribusi vertikal, beban
dianggap konstan. Kabel fleksibel sempurna dianggap tidak memberikan perlawanan terhadap lentur
pada titik mana pun dan dengan demikian gaya tarik yang dihasilkan bersinggungan dengan kurva pada
titik mana pun di kabel. Dengan demikian, untuk menemukan tegangan maksimum pada kabel, perlu
untuk mengetahui hubungan yang melibatkan tegangan, bentang, sag dan panjang kabel (Meriam,
2007).

Gambar. 6. Skema untuk menentukan momen di Tengah Bentang

Design Sag (Bd) dan Hoisting Sag (Bh) kabel perlu ditentukan sedemikian rupa untuk mengetahui
elevasi kabel sebelum diberi beban serta saat penarikan awal kabel. Desain sag dan hoisting sag kabel
non-prestretch berdasarkan Bridge to Prosperity didasarkan pada bentang yang digunakan seperti
tertera pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Nilai sag jembatan gantung suspended-cable (Bridge to Prosperity)
No Bentang Jembatan Desain Sag (Bd) Hoisting Sag (Bh)
1 Kurang dari 80 m 5.00% 4.00%
2 Lebih dari 80 m 4.55% 3.65%
Persamaan untuk menentukan tegangan horisontal adalah sebagai berikut:

𝑊 𝐿
𝑇
8ℎ
𝑇 . 𝛥ℎ 𝑊 .𝐿
𝑇 𝑇 𝑇
𝐿 2
Dimana:
Wc = Beban terdistribusi merata
Tx , Ty = Gaya horisontal, gaya vertikal
L = Panjang bentang dalam meter
h = Sag kabel dalam meter
Gaya total kabel di ujung pilar:
.
𝑇 𝑅 𝑅

Gaya pada masing-masing kabel:S


𝑇
𝑇
𝑁
Dimana:
TMAX = Tegangan total kabel
N = Jumlah kabel
Tc = Gaya pada masing-masing kabel

Perencana harus memilih jumlah kabel berdasarkan ketersediaan kabel dan kekuatan putusnya masing-
masing. Jumlah kekuatan desain jalan dan kabel pegangan harus melebihi tegangan kabel setelah
memperhitungkan faktor-faktor desain tegangan yang diijinkan. Setiap kabel mengambil beban
proporsional dengan luas penampang, dengan demikian jika menggunakan ukuran kabel yang berbeda,
masing-masing kabel akan mengambil beban proporsional dengan rasio luas penampang.

Untuk menemukan tegangan pada kabel, beban pada kabel harus dihitung. Berikut ini perincian
pendekatan desain yang direkomendasikan oleh American Association of State Highway dan
Transportation Officer (AASHTO) pasal 3.16 dan dokumen "Spesifikasi Panduan untuk Desain
Jembatan Pejalan Kaki" (AASHTO, 1997). Beban vertikal yang bekerja pada jembatan gantung, yaitu
beban mati dan beban hidup, adalah faktor yang paling berkontribusi untuk desain kabel. Pada
pembahasan studi kasus ini, penulis melakukan reviu terhadap gaya kabel berdasarkan pedoman
perencanaan Bridge to Prosperity dan Helvetas. Helvetas tidak memperbesar beban karakteristiknya,
sebagai gantinya faktor keamanan yang digunakan adalah 3 antara jumlah beban dan kapasitas
struktural.

Beban hidup adalah perkiraan beban dari pejalan kaki dan angin yang bekerja di jembatan. Eurocode
dan Helvetas memiliki rekomendasi untuk beban hidup karakteristik, baik dari angin, dan dari pejalan
kaki. Beban hidup 4.07 kN/m2 (85 lb/ft2) ditetapkan kecuali panjang bentang jembatan lebih besar dari
37 meter (400 ft). Kemudian beban hidup secara perlahan dikurangi antara 37 meter dan 79 meter (850
ft), di mana saat itu standar minimum 3.11 kN/m2 (65 lb/ft2) digunakan. Batas beban minimum 3.11
kN/m2 (65 lb/ft2) digunakan untuk memberikan ukuran konsistensi kekuatan dengan spesifikasi LRFD,
yang menentukan 4.07 kN/m2 (85 lb/ft2) dikurangi faktor beban yang ditunjukkan dalam spesifikasi
Desain LRFD (AASHTO, 1997). Rumusnya adalah sebagai berikut:

𝐿𝐿 85 0.25 15/√𝐴
Dimana A adalah total luas (ft2) dari luas permukaan jalan. Oleh karena itu, menggunakan area
penampang lebar lantai 1,0 meter, Tabel 2 berikut ini akan berlaku beban hidup untuk lebar lantai
jembatan 1 meter.
Tabel 2. Beban Hidup untuk Lebar Lantai Jembatan 1 meter
Bentang Beban Hidup (Imperial) Beban Hidup (Metric)
1-37 m 85 lb/ft2 4.07 kN/m2
38-78 m Reduksi secara proporsional dari 85 lb/ft2 Reduksi secara proporsional dari 4.07
ke 65 lb/ft2 kN/m2 ke 3.11 kN/m2
79+ m 65 lb/ft2 3.11 kN/m2

Rekomendasi Helvetas untuk beban hidup pejalan kaki bervariasi dengan panjang bentang karena
kemungkinan kelebihan beban ekstrim berkurang dengan bentang panjang (Helvetas, 2004).

Beban hidup yang direkomendasikan oleh Helvetas dapat dilihat pada Gambar. 7 di bawah ini.

Gambar. 7. Beban hidup mengacu pada Helvetas

PEMBAHASAN STUDI KASUS


Pada tulisan ini, penulis memilih studi kasus jembatan kaca Seruni Point Bromo, karena jembatan ini
mempunyai jenis suspended-cable. Untuk analisis dilakukan secara perhitungan manual mengikuti
referensi berdasarkan Bridge to Prosperity, Helvetas dan Eurocode. Jembatan kaca merupakan proyek
yang mendukung sektor pariwisata pada program KSPN di kawasan Bromo Tengger Semeru. Jembatan
ini berjenis suspended-cable dengan panjang bentang 120 meter. Komponen yang membedakan dari
jembatan ini hanya pada lantainya saja yang terbuat dari kaca laminasi (laminated glass) dengan
perkuatan laminasinya menggunakan bahan Sentryglass Plus (SGP). Jembatan kaca yang telah
diterapkan ditunjukkan pada Gambar. 8.
Gambar. 8. Jembatan kaca yang berlokasi di kawasan wisata Bromo Tengger Semeru (2022)

Berikut data teknis hasil perencanaan jembatan kaca ditunjukkan pada Tabel 3 yang diterapkan di
kawasan wisata Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur.
Tabel 3. Data teknis perencanaan jembatan kaca
Kriteria Data Teknis Perencanaan
Panjang Bentang 120 meter
Sistem Rangka Rangka Baja
Material Lantai Kaca Laminasi SGP
Segmen Lantai 3 meter
Jenis Kabel Wire rope
Diameter Kabel 44 mm
Min. Breaking Load 1370 kN (Spesifikasi Teknis)
Lebar Lantai Variasi lebar lantai
Variasi 1 1.8 meter Proporsi 70% dari panjang bentang
Variasi 2 3 meter Proporsi 30% dari panjang bentang
Beban hidup rencana 5 kN/m2
Beban angin rencana 1.8436 kN/m
Berat Volume Baja 7850 kg/m3
Berat Volume Kaca 2500 kg/m3

Gambar. 9. Potongan memanjang jembatan kaca


Gambar. 10. Potongan melintang pada segmen lantai variasi 1 (lebar lantai 1.8 meter)

Gambar. 11. Potongan melintang pada segmen lantai variasi 2 (lebar lantai 3 meter)

Beban mati merupakan berat dari komponen-komponen jembatan termasuk berat sendiri kabel.
Penentuan beban mati dilakukan dengan mengasumsikan komponen-komponen yang akan digunakan
di jembatan. Beban mati merupakan jumlah dari semua bobot sendiri material jembatan. Beban mati
diasumsikan berdasarkan hasil konsep desain segmen sistem lantai dan lantai kaca hasil perencanaan
yang telah direkapitulasi sesuai dengan Tabel 4.
Tabel 4. Asumsi beban mati pada jembatan kaca
Komponen Asumsi Bentuk/dimensi Berat (kN/m)
Kabel Utama Wire Rope D44 mm 12 buah 1.56
Lantai Kaca Var 1 L= 1.8 m, t= 25 mm, BJ=2500 kg/m3 0.77
Lantai Kaca Var 2 L= 3 m, t= 25 mm, BJ=2500 kg/m3 0.55
Gelagar Melintang Utama 2UNP 200.70.7.10 0.27
Gelagar Melintang Pembagi WF.125.125.6,5.9 0.20
Gelagar Memanjang WF.200.100.5,5.8 0.67
Railling + Tiang Sandaran Sesuai Gambar Rencana 0.79
Hanger Baja Bulat D32 0.10
Total Beban Mati 4.90
Sedangkan beban hidup adalah perkiraan beban dari pejalan kaki dan angin yang bekerja di jembatan.
jembatan kaca memiliki 2 variasi lebar lantai dengan beban rencana 5 kN/m2. Detail perhitungan beban
hidup pejalan kaki untuk jembatan kaca ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Beban hidup rencana pejalan kaki di jembatan kaca
Beban Hidup Rencana Proporsi Berat (kN/m)
Lebar Lantai Eksisting Helvetas Eksisting Helvetas
1.8 meter 5 kN/m2 3.42 kN/m2 70% 6.30 4.31
2
3 meter 5 kN/m 3.42 kN/m2 30% 4.50 3.08
Total Beban Hidup Pejalan Kaki 10.80 7.39

Untuk data beban angin arah lateral jembatan kaca direncanakan sebesar 0.2 kN/m sedangkan menurut
Helvetas, beban angin rencana yaitu sebesar 0.5 kN/m.

Untuk menghitung beban efektif kumulatif, setiap kombinasi beban yang mungkin terjadi harus
diperiksa untuk digunakan sebagai kontrol (batas maksimum). Kombinasi beban yang digunakan,
diambil dari Tabel 3.22.1A dalam AASHTO (1997) ditunjukan pada Tabel 6.
Tabel 6. Kombinasi beban mati, hidup dan angin berdasarkan AASHTO
Uraian Konfigurasi Rencana (kN/m) Helvetas (kN/m)
Kombinasi 1 (DL + LL) 15.07 12.29
Kombinasi 2 (DL + WL)/1,25) 4.08 4.32
Kombinasi 3 (DL+LL+0,3W)/1,25) 9.01 7.49

Untuk jembatan dengan bentang > 80 meter, maka nilai sag rencana, 𝐵 𝑙 4,55% = 5.46 meter
dan nilai pre-sagging, 𝐵 𝑙 3,65% = 4.37 meter. Pada kedua sisi dasar pilar sama tingginya (∆H
= 0), sehingga batas ketinggian titik terendah ℎ dari jembatan tidak perlu dihitung, karenanya titik
terendah berada tepat di tengah dan dapat dihitung sebagai berikut:

4𝐵 𝛥𝐻
𝑓 5.46 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
16𝐵

Hasil reviu analisis gaya kabel menurut data-data perencanaan jembatan dan Helvetas ditunjukkan pada
Tabel 7.
Tabel 7. Gaya kabel hasil reviu analisis studi kasus jembatan kaca
Tx (kN) Ty (kN) Tmax (kN) N TN (kN) SF
Rencana 6469.76 942.00 6537.97 12 544.8 2.5
Helvetas 5063.38 737.23 5116.77 12 426.4 3.2

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil reviu analisis gaya kabel jembatan gantung (suspended cable) studi kasus pada
jembatan kaca dan dilakukan pengecekan terhadap referensi desain dari Bridge to Prosperity dan
Helvetas, diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Jika menggunakan konfigurasi beban sesuai Tabel 3.22.1A dalam AASHTO (1997),
konfigurasi antara beban hidup ditambah beban mati menjadi yang dominan dibandingkan
dengan konfigurasi dengan beban angin.
2. Berdasarkan data perencanaan, beban hidup rencana jembatan kaca mengacu pada SE Menteri
No. 02/SE/M/2010 tahun 2010 sebesar 5 kN/m2 dengan faktor keamanan (SF) kabel jembatan
kaca sebesar 2,5. Nilai SF ini belum masuk kriteria yang dianjurkan oleh Helvetas yaitu SF
kabel = 3.
3. Jika beban hidup pejalan kaki disesuaikan dengan peraturan Helvetas, diperoleh peningkatan
faktor keamanan menjadi 3,2. Hal ini sesuai asumsi berdasarkan Helvetas bahwa penambahan
bentang dapat mereduksi beban hidup karena kemungkinan terjadinya beban ekstrim sangat
kecil/jarang terjadi. Reduksi beban hidup mencapai 31% dari beban rencana 5 kN/m2.

DAFTAR PUSTAKA
AASHTO. (1997). Guide Specification for Design of Pedestrian Bridges. Washington DC: AASHTO.
Bang, A. L. (2007). Cable-Suspended Pedestrian Bridge Design for Rural Construction. B.S. University
of Lowa.
Dyrbye, C., & Hansen, S. (1997). Wind Loads on Structures. John Wiley & Sons Ltd. Eurocode. (2006).
Design of Steel Structures-Part 1-11 Design of Structures with Tension Components. Brussel:
Eurocode.
Gade, D. W. (1972). Bridge Types in the Central Andes. Annals of the Association of American
Geographers, v. 62 (1), 94-109.
Gimsing, N. J. (1997). Cable supported bridges (Second Edition ed.). Chichester: John Wiley & Sons
Ltd.
Hermansson, V., & Holma, J. (2015). Analysis of Suspended Bridges for Isolated Communities.
Sweden: Faculty of Engineering, LTH.
Indonesia, S. N. (2017). Persyaratan Perancangan Geoteknik. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
LSTB. (2004). Technical Manual, Volume A: Design. Ministry of Local Depelovment. Peters, T.
(1987). Transitions in Engineering: Guillaume Henri Dufour and the Early 19th Century Cable
Suspension Bridges. Geneva: Birkhauser.
Prosperity, B. t. (2011). Design and Material Quantities Vol 3 Part 1. Bridges to Prosperity.
Ryall, M., Parke, G., & Harding, J. (2000). The Manual of Bridge Engineering. London: Thomas
Telford Publishing.
Soeriaatmadja, F. (2018). A Set of Sustainable Urban Landscape Indicators and Parameters to Evaluate
Urban Green Open Space In Bandung City. 3rd International Symposium for Sustainable
Landscape Development, 179.
Sommerhalder, A. A. (2010). Landscape and Well-Being: A Scoping Study on the Health Promoting
Impact of Outdoor Environments. International Journal of Public Health, 56-59.

Anda mungkin juga menyukai