Anda di halaman 1dari 15

BAB2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1

Jembata" Bentang Panja.,g.


Yang dikatakan jembatan bentang panjang ada!ah jembatan yang memiliki panjang

bentang tengah 2: 200 m berdasarkan Peraturan Bina Marga. Jembatan bentang panjang
memiliki dua tipe, yaitu jembatan cable

stayed dan jembatan suspension,jembatan

gantung. Perbedaan mendasar antara jembatan cable stayed dengan jembatan gantung
ada!ah pada perletakan kabelnya seperti terlihat pada Gambar 2.1 dengan Gambar 2.2 dan
Gambar 2.3. Pada jembatan cable stayed, kabel diletakan pada pilon dan gelagar tetapi
pada jembatan gantung kabel terletak banya pada pi!on.

Gambar 2.1 Jembatan Normandie.

Gambar 2.2 Jembatan Brooklyn.

Gambar 2.3 Jembatan Golden Gate.

6
Sllatu penelitian antara jembatan gantung dan jembatan cable-stayed menunjukkan
bahwa kelebihan jembatan cable-stayed lebih unggul daripada jembatan gantung.
Kelebihan jembatan cable-stayed antara lain rnsio panjang bentang utama dan tinggi
pilon yang lebih murnh. Keuntungan yang menonjol dari jembatan cable-stayed adalah
tidak diperlukan pengangkeran kabel yang bernt dan besar seperti jembatan gantung.
Gaya-gaya angker pada ujung kabel bekelja secara vertikal dan biasanya diseimbangkan
dengan berat dari pi!on dan pondasi tanpa menambah biaya konstruksi lagi.
Bentang tengah jembatan cable stayed terbatas, sampai saat ini panjang bentang
maksimumnya 1000 m. Jadi jika panjang bentang tengah sebuah jembatan yang sedang
direncanakan di atas 1000 m, jembatan bentang panjang yang direncanakan tidak bisa
menggunakan tipe cable stayed. Jembatan bentang panjang yang digunakan adalah tipe
suspension. Jembatan suspension!gantung memiliki panjang bentang tengah mencapai
2000 m.
Pada tahun

1883, dibangun jembatan gantung, yang dapat dikatakan paling

spektakuler pada jaman tersebut, Jembatan Brooklyn seperti terlihat pada Gambar 2.2 di
kota New York, Amerika Serikat, yang pada saat itu menunjukkan kehebatannya
tersendiri. Gambar 2.3 adalah gambar Jembatan Golden Gate di kota San

Fransisco,

Amerika Serlkat merupakan jembatan gantung yang sangat terkenal di seluruh dunia.

2.2

Jembatan Cable Stayed.


Jembatan cable stayed merupakan kombinasi antara jembatan klasik beton

pratekan dengan jembatan gantung. Jembatan cable stayed sudah dikenal sejak lebih dari
200 tahun yang lalu (Walther, 1988) yang pada awal era tersebut umumnya dibangun
dengan menggunakan kabel vertikal dan miring seperti Dryburgh Abbey Footbridge di
Skotlandia tahun 1817 dan Jembatan Niagara Falls di Amerika Serikat tahun 1855.

7
Konstruksi jembatm cable-stayed terdiri atas sistem struktur yang meliputi suatu
gelagar menerus yang didukung oleh pemmjang berupa kebel yang dibentang miring dan
dihubungkan ke

pilon sebagai tunjangan utamanya. Kabel-kabel tersebut umumnya

menyebar dari satu atau lebih tiang tekan penyangga. Untuk jembatan dengan bentang
yang cukup panjang diper!ukan struktur kabe! yang berfungsi . sebagai pilonpilon
penghubung dalam memikul sebagian besar dari

beban jembatan yang kemudian

dilimpahkan ke pondasi.
Gaya-gaya pada jembatm cable stayed mengalami pergerakan. Beban--beban yang
bekelja pada jembatan ditmggung oleh gelagar. Behan yang ditmggung o!eh gelagar
akan menjadi gaya-gaya yang bekelja pada gelagar. Gaya-gaya yang ditanggung oleh
gelagar disalurkan ke kabel dan pilon. Gaya yang ditmggung oleh kabel kemudian
diteruskan menl!iu pilon. Kemudian pilon menyalurkan gaya-gaya dari kabel dan gelagar
ke pondasi. Pondasi kemudian menyalurkan gaya-gaya tersebut ke dalam tmah.
Dewasa in

jembatan cable

stayed mengalami banyak perkembangan dan

mempunyai bentuk yang bervariasi baik dari segi jenis material yang digunakan maupun
segi estetika. Pada tahun 1960, banyak jembatan cable stayed telab dibangun di seluruh
dr.mia, seperti Jembatm Brotonne seperti terlihat pada Gambar 2.4, Jembatm Nonnandie
seperti yang terlihat pada Gambar 2.1 di Perancis, dan Jembatan Sun Shine Sky Way di
Amerika Serikat yang terlihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.4 Jembatan Brotonne.

Gambar 2.5 Jembatan Soo Shine Sky Way.

2.3

Elemellt Jembatan Cable Stayed.


Jembatan cable stayed memiliki dua bagian utama yaitu struktur bagian atas atau

super structure dan struktur bagian bawah atau lawer structure. Super structure jembatan
cable stayed memiliki beberapa elemen. Secara garis besar, super structure jembatan
cable stayed seperti

yang terlihat pada Gambar 2.6 memilki elemen-elemen utama,

seperti : pilon yang disebut juga tower atau menara, kabel, dan gelagar atau dek.
Pembahasan mengenai pilon terdapat pada sub bah 2.4.
_ _

,_Tower

'-Deck

Gambar 2.6 Jembatan cable stayed


2.3.1 Kabel
Sistem kabel merupakan salah satu bal yang mendasar dalam perencanaanjembatan
cable-stayed. Kabel digooakan untuk menopang dek atau gelagar diantara dua tumpuan

dan memindahkan beban tersebut ke pilon. Secara umum sistem kabel dapat diiihat
sebagai

9
a.

Tatanan kabel tranversal


Tatanan kabel transversal dapat dibuat satu atau dua

bidang dan

seballknya

ditempatkan secara simetri. Adapun perencanaan yang menggunakan sistem tiga


bidang kabel tetapi sampai sekarang belum dapat diterapkarl di lapangan.

Sistem satu bidang


Sistem ini dilihat dari segi estetika sangat menguntungkan karena kabel tidak
terlihat bersilangan sehingga struktur terlihat indah. Posisi kabel ditempatkan
ditengah-tengah gelagar dan membatasi dua arah jalur lalu-lintas. Posisi pilon
yang mengikuti bidang kabel mengurangi Iebar Jantai gelagar sehingga perlu
di!akukarl penambahan

Iebar

sampai batas yang dibutuhkan. Jembatan

bentang panjang pada umumnya memerlukan menara yang tinggi akibatuya


menyebabkan dimensi pilon pada bagian bawah gelagar membesar.

Gambar 2.7 Kabel sistem satu bidang.

Sistem dua bidang


Sistem kabel dua bidang dapat berupa bidang vertikal sejajar atau dua bidang
miring yang pada

sisi atas menyatu. Kabel akan terlihat sangat miring

mendekati arah horizontalnya sehingga harus melakukan pelebaran jembatan.

10

Gambar 2.8 Kabel sistem dua bidang.

Sistem tiga bidang


Perencanaan jembatan dengan sitem tiga bidang akan dipergunakan apabila
gelagar didesain dengan Iebar I!Iltuk memenuhi kebutuhan jalur lalu-lintas
yang banyak.

b.

Tatanan kabellongitudinal.
Penataan kabel longitudinal pada jembatan sangat bervariasi tergantung dari
perencanaan dan pengalaman dalam menentl.lkan perbandingan antara bentang
dengan tinggi pilon. Pada jembatan dengan bentang yang pendek mungkin dengan
menggooakan ka.bel tunggal sudah cukup untuk menahan beban renca.na. Jembatan
dengan bentang utama yang panjang diperlukan tatanan kabe! cukup banyak
sehingga rnenghasilkan dasar tatanan kabellongitudinal sepeti :

Tipe radiating
Dimana susunan kabel dipusatkan pada ujung atas pilon dan disebar sepanjang
bentang pada gelagar. Kelebihan tipe ini memiliki kemiringan rata-rata kabel
cukup besar terhadap arah vertikalnya sehingga komponen gelagamya
mengalami gaya horizontal yang tidak terlalu besar. Dalam perencanaan dan
pendetilan sambungan diatas ujung menara sangat sulit.

Gambar 2.9 Kabel tipe radiating.

Tipe harp
Kabel-kabel dipasang sejajar dan disambWlgkan ke pilon dengan ketinggian
yang berbeda-beda antara kabel satu dengan yang lainnya. Susunan kabel
seperti ini memberikan efek

estetika yang

sangat indah

tetapi

menara

mengalami momen ientur yang besar.

Garnbar 2.10 Kabel tipe harpa.

Tipe fan
Merupakan solusi tengah antara tipe radial dengan tipe harpa. Kabel disebar
pada bagian atas pilon dan pada gelagar sepanjang bentang, menghasilkan
kabel

tidak

sejajar. Penyebaran kabel

pada

pilon

akan

memudahkan

pendetailan tulangan.

Gambar 2.11 Kabel tipe kipas.

Tipe star
Memiliki bentuk yang betlawanan dengan tipe radial dimana kabel terpusat
pada

gelagar. Bentuk ini memberikan efek

menyulitkan pendetailan sambungan pada

estetika yang

baik

namun

gelagar. Dukungan antara dua

tumpuan tetap jembatan hanya ada pada pertemuan kabel sehingga momen
lentur yang akan tetjadi menjadi lebih besar.

12

Gambar 2.12 Kabel tipe bintang.


Pemilihan tatanan kabel tersebut didasarkan atas berbagai hal

karena akan

memberikan pengaruh yang berlainan terhadap perilaku stuktur terutama pada bentuk
pilon dan tampang dek atau gelagar. Selairl itu akan berpengaruh pula pada metode
pelaksanaan, biaya dan arsitektur jembatan.
Kabel yang tedapat pada jembatan cable stayed harus ditumpu oleh sesuatu agar
posisi kabel tidak bergerak dari posisi rencana. Tumpnan kabel tersebut adalab angker.
Biasanya angker terletak pada puncak pilon dengan earn tidak dapat bergerak/tejepit atau
dapat bergerak atau kombinasi keduanya.
2.3.2 Gelagar.
Pada umumnya jembatan cable-stayed menggunakan deck!ge!agar baja, rangka,
beton atau

beton pratekan sebagai gelegar utama. Pemilihan gelagar tergantung pada

ketersediaan baban, metode pelaksanaan konstruksi dan

harga konstruksi. Penilaian

parameter tersebut tidak hanya tergantung pada perhitungan semata melainkan masalah
ekonomi dan estetika lebih dominan.
Bentuk gelagar jembatan cable stayed sangat bervariasi namun yang paling sering
digunakan ada dua yaitu stljfoning trnss dan solid web (Podolny dan Scalzi, !976).
Stiffening truss digunakan untuk struktur baja dan solid web digunakan untuk struktur
baja atau beton baik

beton bertulang maupun beton prategang. Gambar 2.14 adalah

contoh gambar stiffening trnss.

l3

Gambar 2.13 Contoh stiffening truss.


Pada awal perkembangan jembatan cable stayed modem, stiffening truss bauyak
digunakau tetapi sekarang sudah mulai ditinggalkan dan jarang digunakan dalam desain,
karena mempuyai banyak kekurangan. Kekurangannya adalab membutubkan fabrikasi
yang besar, perawatan yang relatif sulit, dan kurang menarik dari segi estetika. Meskipun
demikian dapat digunakan sebagai gelagar dengan alasan memiliki sifat aerodinamik
yang bailc.
Gelagar yang tersusun dari solid web yang terbuat dari baja atau beton cenderung
terbagi atas dua tipe, yaitu:
a.

Gelagar plat (plate girder), dapat terdiri dari dua atau banyak gelagar.

b.

Gelagar box (box girder), dapat terdiri dari satu atau susunan box yang dapat
berbentuk persegi panjang atau trapesium.
Jernbatan bentang panjang seperti cable stayed

menyajikan suatu

sistem

tiga

dimensi. Konstruksi baja,

merupakan jembatan yang


beton

maupun komposit

merupakan bahan-baban yang dapat membentuk lantai jembatan. Pada struktur gelagar
seperti balok girder dapat berupa box baja dan beton atau suatu sistem yang merupakan
gabungan baja yang terangkai menjadi balok girder, struktur komposit balok lantai yang
melintang.

2.4

Pilon.

Piton merupakan konstruksi beton atau baja dalam arab vertikal pada jembatan
bentang panjang.

Pilon dapat berbentuk kotak atau hollow. Pilon berfungsi untuk

14

menglmbungkan kabe! dari

bentang utama

dengan bentang pinggir. Untuk dapat

melakukannya diperl!lkan suaru penahan yang disebut angker. Hubungan pilon dengan
angker dapat menahan gaya tarik kabel dalam arah vertikal dan horisontal pada puncak
pilon. Oleh karena itu maka pilon dapat direncanakan sebagai kolom sehingga dapat
menahan gaya vertikal dan dapat juga sebagai kantilever agar dapat menahan gaya
horisontal. Selain itu, pilon

juga

menahan reaksi

vertikal

dari gelagar yang juga

menumpunya.
Pilon yang terdapat pada jembatan cable stayed juga memerlukan tumpuan yang
dapat menahan pilon tetap pada posisi semula. Tumpuan pada pilon memiliki tiga
macam, yaitu :

a.

Tumpuan pada pondasi jembatan.


Dengan tumpuan yang terletak pada pondasi jembatan maka bagian pilon yang
teljepit terletak pada bagian kaki pi!on. Pilon dengan kaki yang terjepit relatif
fleksibel karena kekakuan struktur bertarnbah

b.

Tumpuan pada super structure atau bangunan atas.


Tumpuan dapat

gaya

horisontal tambahan akibat

dari

gaya

gesekan yang

bertambah.
c.

Hinged tower atau pilon dengan perletakan sendi.


Tumpuan pilon seperti ini dapat digunakan pada keadaan tanah yangjelek.
Bentuk, ukuran, dan bahan pembentuknya dapat berbeda-beda antara pilon pada

suatu jembatan cable stayed dengan pilon pada suatu jembatan cable stayed lainnya.
Pemilihan pilon

sangat dipengaruhi oleh

bentuk

kabel,

estetika, dan

kebutuhan

perencanaan serta pertimbangan biaya. Tipe pilon dari berbagai konstruksi dapat berupa
portal berbentuk trapezium, pilon kembar, pilon A, dan pilon tunggal. Tinggi pHon
ditentukan dari beberapa hal seperti sistem kabel, jumlah kabel dan perbandingan estetika

15
dalam tinggi pilon dan panjang bentang, ll!ltuk iru direkomendasikan. perbandingan antara
bentang terpanjang dan tinggi pilon antarn 0,19- 0,25.
Demikian pula dengan pilon yang digunakan pada Jembatan Suramadu, pemi!iban
pilon yang akan digunakan baik dari ukurnn, baban pembenruk pilon, serta bentuknya,
juga

hams

melalni

pertimabangan-pertimbangan yang

telah

disebutkan

diatas.

Kemampuan seorang perencana akan terlihat dari pemi!ihan pilon yang tepa:t.
Bentuk-bentuk pilon yang umum digunakan adalab seperti yang ditunjukan Gambar

2.13.

Tipe Portal

TipeKembar

u
p

'1\\

TipeA

I!''

f} \\

/f=d\10,

1J

Tipe Tunggal

Gambar 2.14 Tipe pilon yang tmmm digunakan.

!6
Selain benrulc pilon yang sering digunakan, masih ada pilon benruk lain
seperti pilon ripe Y dan pilon tipe V.

Gambar 2.15 Pilon ripe V.

Gambar2.17
Pilon ripe Y dengan celab.

Gambar 2.16 Pilon ripe Y.

Gambar2.18
Pilon tipe Y dengan celah Iebar.

17

2.5

Kriteria Desain.
Analisa desain jembatan cable stayed dilakukan da!am dua langkah, yang pertama

adalah analisa dua dimensi dan lcemudian analisa tiga dimensi. Analisa dua dimensi
dilakulcan untuk menentukan profil dan geometris jembatan, dimensi pilon, gelagar, dan
kabel. Analisa tiga

dimensi dilaksanalcan untuk menemulcan perilaku dan

perfonna

jembatan dari beban lalu lintas dan beban sementara serta beban gempa.
Pendelcatan desain dalam perencanaan jembatan cable stayed menggunalcan konsep
ULS atau

Ultimate Limit States. Gaya-gaya yang dapat menyebabkan suatu jembatan

menjadi tidak aman, merupakan gaya-gaya batas atau

ultimate actions dan

jembatan yang disebabkarulya merupakan keadaan batas puncak atau

respon

ULS. Keadaan

batas puncalc adalah:


a.

Kehilangan keseimbangan s:tatis aldbat sliding, overturning atau terangkat baik


sebagian maupun keseluruhan jembatan.

b.

Kerusalcan bagian jembatan akibat komsi yang menyebabkan keruntuhan dapat


teljadi.

c.

Keadaan puma elastis atau tekuk dimana keruntuhan dapat teljadi pada satu
atau lebih bagian jembatan.

d.

Keruntuhan pondasi yang menyebablcan pergerakan yang berlebiban, atau


keruntuhan bagian-bagian penting jembatan.
Aksi ultimate didefinisikan sebagai adanya kemungkinan 5% keadaan untuk

dilampaui selama umur rencana jembatan.


Dibawah ini disampaikan butir-butir metode analisis jembatan cable stayed pada
pilon utama dalam rangka analisa statik :

Modelisasi dan analisa beban;

Analisa tingkah laku pada kondisi beban kelja;

18

2.6

Analisa kekuatan batas.

Peratunm Staudar Perencanaan.


Dalam melakulqm analisis struktur jembat:an, beban-beban yang akan bekelja yang

disesuaikan dengan peraturan yang berlaku. Ada banyak sekali peraturan yang berlaku
yang dapat digunakan dalam desain. Peraturnn yang berlaku di

setiap negara

kemungkinan akan berbeda antara negara satu dengan negara lainnya.


Peraturan perencanaan jembatan dikenal dengan Bridge Manajemen System, BMS
'92 menggunakan pendekatan analisa kekuatan batas atau limit state. Pendekatan analisa
ini sangat berbeda dengan yang umumnya digunakan selama ini yaitu analisa tegangan
batas atau

Working Stress Design. Pendekatan limit state ini sedikit lebih

kompleks

dibandingkan dengan cara tegangan batas, namun demikian cara ini lebih realitis dan
rasionil sehingga lebih ekonomis. Penggunaan cara limit state ini telah diterapkan di
Australia sejak 1992 dengan Austroads-nya, di negara Eropa dengan Eurocode dan
negara Amerika Serikat beberapa tahun yang lalu.
Peraturan perencanaan jembatan Bina Marga (BMS '92) merupakan pegangan
dalam perencanaan jembatan di Indonesia. Peraturan ini memberikan saran perencanaan
jembatan yang dapat menjamin tingkat keamaan, kegunaan dan tingkat penghematan
yang masih dapat diterima dalam perencanaan struktur jemhatan atau dengan kata lain
merupakan standar minimum yang menjamin keamanan, kegunaan dan penghematan
dalam perencanaanjembatan.
Peraturan Bina Marga ini mencakup perencanaan jembatan jalan raya dan pejalan
k:aki. Untuk jembatan bentang panjang dan penggunaan struktur yang tidak umum atau
yang menggunakan material dan metode barn harus diperlakukan sebagai jembatan
khusus.

19
Prinsip umum perencanaan yang diatur daiam peraturan ini, hams didasarkan pada
prosedur yang memberikan kemungkinan-kemungkinan yang

dapat diterima. untuk

mencapai suatu kondisi batas selama umur rencana jembatan. Dengan asumsi jembatan
dibangun memenuhi persyaratan perencanaan dan dipelihara dengan baik selama umur
rencana. Umur rencana peraturan ini adalah 50 tahun.
Jembatan-jembatan

tidak

direncanakan

untuk

dapat

mendukung

semua

kemungkinan beban, seperti beban yang ditimbulkan akibat perang. Namun demikian
setiap aksi atau pengaruh yang teljadinya yang dapat diramalkan sebelwnnya, harus
dipertimbangkan dalam perencanaan.
Standar perencanaan peraturan yang dipakai dalam pembebanan terbagi menjadi
dua jenis klas:tikasi yaitu standar geometrik perencanaan jalan dan standar perencanaan
struktur jembatan. Contoh Standar perencanaan geometrikjalan:

Perencanaan Geometrik Jalan Raya atau Geometric Design

of Rural Roads,

Directorate of Planning Directorate General of Highways, September 1997.


b.

Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Kota atau Standard Specification for

Geometric Design of Urban Roads, Direktorat Jenderal Bina Marga, Maret 1992.
c.

Standar spesifikasi untuk Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Direktorat


Bipran, Direktorat Jenderal Bina Marga, Desember 1990.

d.

A Policy on Geometric Design of Highways and Street, AASHf0-1994.

e.

Manual Kapasitas Jalan Indonesia atau Indonesian Highway Capacity Manual,


!997.
Sedangkan contoh standar perencanaan struktur jembatan:

a.

Peraturan Muatan Perencanaan Jembatan Jalan raya, Pebruari 1988.

b.

Perencanaan Taban Gempa untuk Jembatan Jalan Raya, April 1983.

c.

Peraturan Beton Bertulang Indonesai, 197!.

Anda mungkin juga menyukai