Anda di halaman 1dari 10

PUTRAN KRITIS PADA POROS

By.
Dr. Ir. Arwizet K., ST., MT.

A. Latar Belakang
Dalam konstruksi pemesinan banyak sekali ditemukan komponen-
komponen yang berputar dan mekanisme yang menyebabkan momen-momen
disekitar batang atau poros.  Poros dalam hal ini mempunyai peranan penting
terutama sebagai media penambah gaya yang menghasilkan usaha (kerja).
Suatu poros yang berputar pada kenyataannya tidak berada pada
keadaan yang lurus, melainkan berputar dengan posisi melengkung. Pada
suatu putaran tertentu lengkungan poros tersebut mencapai harga maksimum.
Putaran yang menyebabkan lengkungan poros mencapai harga
maksimum tersebut dinamakan dengan putaran kritis. Dan keadaan tersebut
di atas namakan efek Whirling Shaft. Fenomena whirling ini terlihat sebagai
poros berputar pada sumbunnya, dan pada saat yang sama poros yang
berdefleksi juga berputar relatif mengelilingi sumbu poros.
Hal ini akan selalu terjadi, bahkan pada sistem sudah seimbang. Pada
sistem yang seimbang, hal ini dapat di sebabkan oleh defleksi terjadi sampai
keadaan seimbang yang berkaitan dengan kekakuan poros tercapai. Poros
yang melewati putaran kritis lalu akan mencapai keadaan seimbang.

B. Pengertian Putaran Kritis


Apabila pada suatu poros yang didukung diantara dua bantalan
dipasang disk maka poros tersebut akan mengalami defleksi statis. Defleksi
tersebut disebabkan oleh berat disk (jika masa poros diabaikan). Defleksi
akan bertambah besar akibat gaya sentrifugal pada saat poros berputar.
Putaran kritis poros adalah putaran yang mengakibatkan terjadinya
defleksi maksimum pada poros. Hal ini mengakibatkan poros berputar sambil
bergetar dengan amplitude yang besar. Gejala ini disebut whirling shaft.
Terjadinya whirling shaft pada permesinan dapat mengakibatkan :
 Timbulnya getaran yang berlebihan, getaran ini kemudian
diinduksikan ke komponen mesin lainnya dan sekelilingnya.
 Kerusakan mekanik yang disebabkan oleh:
 Tegangan bending yang besar pada poros.
 Gesekan antara poros dan rumah.
 Beban yang diterima bearing menjadi berlebih.
 Pada akhirnya semua hal ini diatas akan memperpendek umur
(komponen) mesin
Putaran kritis dapat juga didefinisikan batas antara putaran mesin
yang memiliki jumlah putaran normal dengan putaran mesin yang
menimbulkan getaran yang tinggi. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor
bakar, motor listik dan lain-lain. Selain itu, timbulnya getaran yang tinggi
dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jadi
dalam perancangan poros perlu mempertimbangkan putaran kerja dari poros
tersebut agar lebih rendah dari putaran kritisnya.
Bila putaran mesin dinaikan maka akan menimbulkan getaran
(vibration) pada mesin tersebut. Batas antara putaran mesin yang mempunyai

1
jumlah putaran normal dengan putaran mesin yang menimbulkan getaran
yang tinggi disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor
bakar, motor listrik, dll.
Selain itu, timbulnya getaran yang tinggi dapat mengakibatkan
kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jadi dalam perancangan
poros perlu mempertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut agar lebih
rendah dari putaran kritisnya. Suatu fenomena yang terjadi dengan
berputarnya poros pada kecepatankecepatan tertentu adalah getaran yang
sangat besar, meskipun poros dapat berputar dengan sangat mulus pada
kecepatan-kecepatan lainnya.
Pada kecepatan-kecepatan semacam ini dimana getaran menjadi
sangat besar, dapat terjadi kegagalan diporos atau bantalan-bantalan. Atau
getaran dapat mengakibatkan kegagalan karena tidak bekerjanya komponen-
komponen sesuai dengan fungsinya, seperti yang terdapat pada sebuah turbin
uap dimana ruang bebas antara rotor dan rumah sangat kecil. Getaran
semacam ini dapat mengakibatkan apa yang disebut dengan olakan poros
atau mungkin mengakibatkan suatu osilasi puntir pada suatu poros, atau
kombinasi keduanya.
Mungkin kedua peristiwa tersebut berbeda, namun akan dapat
ditunjukkan bahwa masing-masing dapat ditangani dengan cara serupa
dengan memperhatikan frekuensi-frekuensi pribadi dari osilasi. Karena
poros-poros pada dasarnya elastic, dan menunjukkan karakteristik-
karakteristik pegas, maka untuk mengilustrasikan pendekatan dan untuk
menjelaskan konsep-konsep dari suku-suku dasar yang dipakai dan digunakan
analisa sebuah sistem massa dan pegas yang sederhana.
Sistem memiliki energi dalam sendiri, dimana bila diberi gaya
gangguan pada frekuensi pribadinya (natural frequency), akan menimbulkan
getaran dengan amplitudo yang besar. Setiap benda yang bergerak
mempunyai energy kinetik dan setiap pegas memiliki energy potensial.
Mesin- mesin umumnya dibuat dari bahan dengan modulus elastisitas
tertentu, yang berarti mempunyai sifat elastisitas sehingga dapat berprilaku
seperti pegas. Setiap elemen mesin memiliki massa dan bergerak dengan
kecepatan tertentu., berarti elemen mesin tersebut memiliki energy kinetik.
Ketika suatu sistem dinamik bergetar, terjadi perpindahan energi dari
potensial ke kinetik ke potensial dan seterusnya, berulang-ulang dalam
system tersebut. Poros sebagai elemen mesin yang sangat penting, juga
bergerak/berputar pada kecepatan tertentu dan mengalami lenturan
(deflection) akibat momen puntir (torsion) dan atau momen bengkok
(bending).
Bila suatu poros atau elemen mesin yang lain diberi beban yang
berubah terhadap waktu atau beban bolak-balik, poros tersebut akan bergetar.
Apabila poros menerima beban acak (transient), seperti ketukan palu, poros
akan bergetar pada frekuensi pribadinya. Contoh yang sama juga dapat dilihat
pada bunyi bel, dimana bunyi dihasilkan dari gangguan pada frekuensi
pribadi bel. Hal-hal ini dinamakan dengan getaran bebas. Jika poros
menerima beban yang berubah terhadap waktu, seperti beban sinusoidal
secara terus menerus, maka poros akan bergetar sesuai dengan frekuensi gaya
gangguan tersebut. Ketika frekuensi gaya gangguan sama (coincide) dengan

2
salah satu frekuensi pribadinya, maka simpangan atau amplitudo respon
getarannya akan lebih besar dari amplitudo gaya gangguan. Hal inilah yang
disebut dengan resonansi. Bila putaran mesin dinaikan maka akan
menimbulkan getaran (vibration) pada mesin tersebut.

Gambar 1. Grafik X/Y vs Frequency ratio r


Batas antara putaran mesin yang mempunyai jumlah yang mempunyai
jumlah putaran normal dengan putaran mesin yang menimbulkan getaran
yang tinggi disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor
bakar, motor listrik, dan lain-lain. Selain itu, timbulnya getaran yang tinggi
dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jadi
dalam prencangan poros perlu mempertimbangkan putaran kerja dari poros
tersebut agar lebih rendah dari putaran kritisnya.

C. Poros Yang Digunakan PadaPutaran Kritis


Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya
berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi
(gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan elemen pemindah lainnya.
Poros bias menerima beban lenturan, beban tarikan, beban tekan atau beban
puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan
lainnya.
Ada beberapa pengklasifikasian poros yaitu :
1. Berdasarkan Pembebanan
a. Poros transmisi (transmission shafts)Poros transmisi lebih dikenal dengan
sebutan shaft. Shaft akan mengalami beban puntir berulang, beban lentur
berganti ataupun kedua-duanya. Pada shaft, daya dapat ditransmisikan
melalui gear, belt pulley, procket rantai, dll.
b. Poros gandar merupakan poros yang dipasang diantara roda-roda kereta
barang. Poros gandar tidak menerima beban puntir dan hanya mendapat
beban lentur. Bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar.
c. Poros spindle merupakan poros transmisi yang relatip pendek, seperti
poros utama mesin perkakas dimana beban utamanya berupa beban
puntiran. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus
kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.

3
2. Bedasarkan Bentuk
a. Poros Lurus.
Poros ini dapat digolongkan atas poros lurus umum.
b. Poros Engkol.
Poros ini berbeda dengna poros diatas, poros ini digunakan sebagai poros
utama pada mesin torak.

3. Hal-hal penting dalam perencanaan poros


a. Kekuatan Poros.
b. Kekakuan Poros.
c. Korosi.
d. Material poros
Karena poros-poros pada dasarnya elastis, dan menunjukkan karakteristik-
karakteristik pegas, maka untuk mengilustrasikan pendekatan dan untuk
menjelaskan konsep-konsep dari suku-suku dasar yang dipakai dan digunakan
analisa sebuah sistem massa dan pegas yang sederhana.
a. Massa Bergerak di Bidang Horizontal
Gambar dibawah memperlihatkan suatu massa dengan berat W
pound yang diam atas suatu permukaan licin tanpa gesekan dan diikatkan
ke rangka stationer melalui sebuah pegas. Dalam analisa, massa pegas
akan diabaikan.
Massa dipindahkan sejauh x dari posisi keseimangannya, dan
kemudian dilepaskan. Ingin ditentukan tipe dari gerakan maa dapat
menggunakan persamaan-persamaan Newton dengan persamaan energi.

Gambar 2. Massa Bergerak di Bidang Horizontal

b. Massa Bergetar di Suatu Bidang Vertical


Gambar dibawah memperlihatkan massa yang digantung
dengan sebuah pegas vertical. Bobot menyebabkan pegas melendut
sejauh xo.
Bayangkan massa ditarik kebawah pada suatu jarak xo dari
posisi keseimbangannya dan kemudian dilepaskan dan ingin diketahui
geraknya sebagai efek gravitasi.

4
Gambar 3. Massa Bergetar di Suatu Bidang Vertical

Massa yang bergetar secara vertical mempunyai frekuansi


yang sama seperti massa yang bergetar secara horizontal, dengan osilasi
yang terjadi disekitar posisi keseimbangan.
c. Olakan Poros
Akan dibahas olakan poros untuk mengilustrasikan mengapa poros
menunjukkan lendutan yang sangat besar pada suatu kecepatan dari
operasi, meskipun poros dapat berputar secara mulus pada
kecepatankecepatan yang lebih rendah atau lebih tinggi.
Gambar dibawah menunjukkan sebuah poros dengan panjang L cm
ditumpu oleh bantalan pada ujung-ujungnya, sebuah piringan yang
dipandang sebagai sebuah massa terpusat dan beratnya W Newton, aksi
giroskop dari massa akan diabaikan, dan selanjutnya akan diasumsikan
poros bergerak melalui sebuah kopling yang bekerja tanpa menahan
lendutan poros. Poros dipandang vertical sehingga gravitasi dapat
diabaikan, meskipun hasil-hasil yang didapatkan akan sama apakah poros
vertikal atau horizontal.
Apabila titik berat dari massa ada disumbu punter, maka tidak akan
ada ketakseimbangan macam apapun yang dapat menyebabkan poros
berputardisuatu sumbu lain diluar sumbu poros. Namun dalam prakteknya,
kondisi semacam ini tidak dapat dicapai, dan titik berat piringan ada
disuatu jarak e yang boleh dikatakan kecil, dari pusat geometri piringan.
Dengan titik berat yang diluar sumbu putar atau sumbu bantalan, terdapat
suatu gaya inersia yang mengakibatkan poros melendut, dimana
lendutan pusat poros dinyatakan dengan r pada gambar dibawah :

5
Gambar 4. Olakan Poros

Pusat geometri dari piringan , O adalah sama dengan pusat poros


pada piringan. Ketika poros berputar, titik tinggi T akan berputar terhadap
sumbu bantalan S. Gaya inersia piringan diseimbangkan oleh apa
yang dapat disebut dengan gaya pegas dari poros ketika poros berputar.
Gaya inersia,untuk sebuah massa yang berpuatr terhadap satu pusat tetap,
adalah :
W
(r  e) 2
g
Gaya pegas dari poros dapat dinyatakan dengan Kr, dimana k
adalah laju pegas poros, yakni gaya yang diperlukan per cm lendutan
poros pada piringan. Dengan menyamakan jumlah gaya-gaya pada gambar
dengan nol, dengan termasuk gaya inersia, maka didapatkan
W
(r  e) 2  kr  0
g
Dengan menata kembali suku-sukunya:
W 2

r g

e k  W 2
g
Kecepatan berbahaya dari operasi suatu poros tertentu
dinyatakan dengan kecepatan putaran kritis atau kecepatan olakan, yakni
kecepatan dimana perbandingan r/e adalah tah hingga. Operasi pada suatu
kecepatan yang mendekati kecepatan kritis juga tak dikehendaki

6
karena besarnya perpindahan pusat piringan dari sumbu putar.
Kecepatan kritis dapat diperoleh untuk kondisi dimana persamaan diatas
sama dengan nol :
W
k  2  0
g
Sebuah metode alternative adalah dengan menulis laju pegas k
dalam suku-suku suatu beban spesifik dan lendutan spesifik, beban yang
sama dengan berat piringan, yaitu P=W. Lendutan resultan akan berupa
lendutan static dari poros horizontal, dibawah aksi beban piringan,
lendutan static tersebut dinamakan xst.
P W
k 
r X st

d. Efek Gesekan Terhadap Kecepatan Kritis


Meskipun persamaan teoritik yang diturunkan sebelumnya
menunjukkan suatu putaran dengan jari-jari yang besarnya tak hingga pada
kecepatan kritis, namun kondisi semacam ini secara praktek tidak
mungkin. Menurut hasil-hasil yang diperoleh dari persamaan teoritik,
poros yang berputar pada putaran kritis tentu saja akan patah atau
terdistorsi. Tetapi, kitatahu bahwa poros-poros yang berjalan pada
kecepatan kritis tidak perlu patah, dan mungkin berjalan dengan sangat
kasar tetapi tanpa distorsi permanent.

Gambar 5. Efek Gesekan Terhadap Kecepatan Kritis

Dari analisa didapatkan hubungan perbandingan maksimum dari


r/e tidak tak hingga apabila gesekan diperhitungkan. Tetapi terdapat satu
daerah pada suatu kecepatan yang tidak jauh dari kecepatan yang dihitung
dengan tanpa gesekan. Juga, harga r/e pada kecepatan-kecepatan yang
agak jauh dari kecepatan olakan tidak terlalu banyak berbeda dengan atau
tanpa gesekan. Dalam praktek, biasanya gesekan diabaikan dan kecepatan
olakan dihitung dengan tanpa gesekan, dengan kesalahan yang sangat
kecil.

7
Gambar 6. Grafik Kecepatan Olakan/Kecepatan Poros

2.1.3 Kondisi Yang Dapat Diterapkan Pada Percobaan


Respon amplitudo menunjukkan besaran tanpa dimensi
(dimensionless ratio) dari perbandingan amplitudo output dan input. Setiap
redaman, ditunjukkan dengan perbandingan redaman, akan mengurangi rasio
amplitudo resonansi. Frekuensi pribadi disebut juga frekuensi kritis atau
kecepatan kritis.

Gambar 7. Model Fisik Poros Dengan Beban Ditengah

Gambar 8. Model Fisik Poros Dengan Beban Sembarang


m g
k

60 k
Nc 
2 m
Dimana :
m = Massa beban (kg)
g = Percepatan gravitasi bumi (m/s2
 = Defleksi (mm)
k = Konstanta kekakuan poros (N/mm)
Nc = Putaran kritis poros (rpm)

8
Bila terdapat beberapa benda berputar pada satu poros, maka dihitung
lebih dahulu putarn-putaran kritis Nc1, Nc2, Nc3,…, dari masing-masing benda
tersebut yang seolah-olah berada sendiri pada poros, maka putaran kritis
keseluruhan dari sistem Nc0 dapat ditentukan oleh :
1 1 1 1
2
 2  2  2 ....
N c 0 N c1 N c 2 N c 3
Sumbu suatu poros akan terdefleksi (melentur) dari kedudukannya
semula bila dikenai beban. Poros harus kuat untuk menahan defleksi yang
berlebihan, sehingga mencegah ketidak-sebarisan dan mempertahankan
ketelitian dimensional terhadap pengaruh beban. Persamaan-persamaan
diferensial untuk menentukan defleksi poros dicari dengan asumsi defleksi
kecil dibandingkan dengan panjang poros.

Gambar 9. Getaran Pada Poros


Diagram benda bebas struktur/poros yang dikenai beban, F dapat
dilihat pada gambar berikut :

Gambar 10. Struktur Yang Dikenai 1 Beban

Gambar 11. Struktur Yang Dikenai 2 Beban

9
Gambar 12. Struktur Yang Dikenai 3 Beban
Defleksi maksimum pada poros yang dikenai 1 beban dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut :
P  a b

6 E  I  L
 L2  a 2  b 2 
Defleksi maksimumpada poros yang dikenai 2 beban dan 3 beban
ditentukan dengan metode superposisi.

10

Anda mungkin juga menyukai