LAPORAN PENDAHULUAN
PUTARAN KRITIS
Oleh:
Radinal Fernandes
NIM: 1507113616
LABORATORIUM KONSTRUKSI
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan
tepat waktu.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih pada kedua orang tua yang
sampai sekarang ini masih sudi membiyayai seluruh keperluan penulis dalam
pembuatan laporan ini. Terima kasih juga penulis ucapkan pada Bapak Feblil
Huda sebagai dosen pengampu mata kuliah Fenomena Dasar dan pada para
asisten yang membantu penulis dalam proses praktikum dan penulisan laporan
Putaran Kritis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini banyak kekurangan.
Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
menyempurnakan laporan ini guna untuk dunia pendidikan dan penulis sendiri.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR NOTASI
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari diadakannya praktikum ini antara lain :
1. Mengetahui karakteristik poros dan mengamati hubungan antara defleksi
yang terjadi dengan posisi rotor untuk berbagai tegangan.
2. Mengamati fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada tegangan
yang telah di tentukan.
3. Menentukan putaran kritis yang terjadi dengan berputarnya poros pada
variasi tegangan.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat di ambil dari praktikum ini adalah kita dapat
melihat fenomena-fenomena yang terjadi pada suatu poros yang telah diberi beban
diputar dengan kecepatan tertentu, dapat kita ketahui fenomena defleksi dan
putaran kritis, dan kita dapat mengetahui besarannya sehingga dapat dihindari
dalam operasi suatu sistem mekanik, dan juga dpat membantu kita dalam
merancang sebuah poros.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
m× g
k= …………………………………………………………....(2.1)
δ
Nc=
60
2π √ k
m
……………………..………………………………....(2.2)
Dimana :
m = Massa beban (kg)
g = Percepatan gravitasi bumi (m/s2)
δ = Defleksi (mm)
k = Konstnta kekakuan poros (N/m)
Nc = Putaran kritis poros (rpm)
Sumbu suatu poros akan terdefleksi dari kedudukan semulanya boila
dikenai beban. Poros harus kuat menahan defleksi yang berlebih sehingga
mencegah ketidak-sebarisan dan mempertahankan ketelitian dimensional terhadap
pengaruh beban. Digram bebda bebas yang dikenai beban dapat dilihat dibawah
ini:
P × a× b 2 2 2
δ= (L −a −b )……………………………..…………(2.3)
6×E×I ×L
Pa 2 2
Y max = (3 L −4 a )………………….....………………………(2.4)
4 EI
πd 4
I= ……………………………………………….………………(2.5)
64
Dimana :
E = Modulus elastisitas poros (mm4)
I = Momen inersia poros (N/mm2)
Dari kedua sistem diatas, Massa yang bergetar secara vertical mempunyai
frekuansi yang sama seperti massa yang bergetar secara horizontal, dengan osilasi
yang terjadi disekitar posisi keseimbangan.
k.δ
m. g P
k=
δ
= δ ……………………………………………..……………(2.6)
Dimana:
g = Gravitasi (9,81 m¿ s2)
P = Gaya (N)
Defleksi (δ) merupakan keadaan dimana sebuah batang dengan panjang L
yang dikenai beban sebesar P maka akan mengalami pelendutan sejauh X (mm).
Besarnya defleksi untuk setiap material berbeda-beda bergantung pada posisi
pembebanan, modulus elastisitas bahan (E), Inersia penampang (I), serta panjang
batang (L).
Bila terdapat beberapa benda yang berputar pada satu poros, maka dihitung
terlebih dahulu putaran-putaran kritis Nc1, Nc2, Nc3, …, dari masing-masing
benda tersebut yang seolah-olah berada sendiri pada poros, maka putaran kritis
total dari sistem Nc,tot dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
1 1 1 1
2
= 2 + 2 + 2 …………………………......…………
N c , tot N c 1 N c 2 N c 3
(2.7)
a b Nc
L (m) V m (kg) P (N) I (mm^4) δ (mm) keq (N/mm) Nc_T
(mm) (mm) (rpm)
125 1462
0.64 150 0,15 0.49 1480
175 1488
125 1462
0.64 150 0.2 0.44 1478 1.625 7.85 × 10^-9
175 1485
125 1461
0.64 150 0.25 0.39 1476
175 1485
4.1.2 Data penguian 2 pembebanan
a b Nc keq
L (m) V m (kg) P (N) I (mm^4) δ (mm) Nc_T
(mm) (mm) (rpm) (N/mm)
125 1473
0.64 150 0,16 0.16 1484
175 1488
125 1471
7.85 × 10^-
0.64 150 0.18 0.18 1481 3.25
9
175 1488
125 1467
0.64 150 0.2 0.2 1478
175 1483
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN