DISUSUN OLEH:
AQILAH AZ ZAHIRAH 09220210045
SUMAYYAH SYAHIDAH 09220210051
ZULKARNAIN 09220210027
MUHAMMAD ARDIANSYAH 09220210024
NURUL FADILLAH 09220210032
KELOMPOK IIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Pegas termasuk bahan elastis, yaitu bahan yang mudah diregangkan serta
selalu cenderung pulih ke keadaan semula, dengan mengenakan gaya reaksi atas
gaya tegangan yang meregangkan. Tegangan (stress) menyatakan kekuatan dari
gaya-gaya yang menyebabkan penarikan, peremasan atau pemuntiran, dan
biasanya dinyatakan dalam bentuk gaya per satuan luas. Sedangkan regangan
(strain) menyatakan hasil deformasinya.Perbandingan antara tegangan dan
regangan (dengan syarat-syarat tertentu) disebut dengan modulus Young (Young
& Freedman, 2002:335).
Dalam kehidupan sehari-hari pegas memiliki peranan penting.Sebagai
contoh, pegas dapat kita jumpai pada sepeda motor. Dimana pegas pada sepeda
motor sering disebut atau dikenal dengan namashuck breaker. Dengan adanya
shuck breaker ini maka kita merasa nyaman ketika mengendarai sepeda motor.
Hal ini terjadi karena shuck breaker tersebut memiliki sifat elastisitas (kembali
kebentuk semula) seperti sifat pegas pada umumnya. Pegas tidak hanya
dimanfaatkan pada sepeda motor, tetapi pada semua kendaraan yang selalu kita
gunakan.
Benda tidak elastic adalah benda yang tidak kembali kebentuk semula
setelah gaya yang mengubah benda dihapuskan. Dari definisi di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pegas adalah benda elastis.Pegas diterapkan dalam berbagai
bentuk dan dalam banyak konstruksi.Penggunaan pegas adalah agar suatu
konstruksi berfungsi dengan baik bukan suatu hal yang mutlak, melainkan suatu
pilihan sehubungan dengan pembuatan dan biaya. Sifat pegas yang terpenting
ialah kemampuannya menerima kerja lewat perubahan bentuk elastic dan ketika
mengendur.
1.2 Tujuan Percobaan
TUJUAN PUSTAKA
Menurut Oktavia, dkk (2015), konstanta pegas adalah besaranya gaya yang
dibutuhkan atau yang harus diberikan sehingga terjadi perubahan panjang sebesar
kg . m/s 2
satusatuan panjang. Satuan SI untuk konstanta pegasadalah N/m atau .
m
2.2 Elastisitas
2.2.1 Tegangan
Tegangan (stress) pada benda, misalnya kawat besi, didefinisikan
sebagaigaya persatuan luas penampang benda tersebut.Tegangan diberi simbol σ
(dibaca sigma).Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
…………...............................................................................(4.2.1)
Keterangan:
σ : Tegangan (N/m2)
Bila dua buah kawat dari bahan yang sama tetapi luas penampangnya
berbeda diberi gaya, maka kedua kawat tersebut akan mengalami tegangan yang
berbeda. Kawat dengan penampang kecil mengalami tegangan yang lebih besar
dibandingkan kawat dengan penampang lebih besar.Tegangan benda sangat
diperhitungkan dalam menentukan ukuran dan jenis bahan penyangga
ataupenopang suatu beban, misalnya penyangga jembatan gantung dan bangunan
bertingkat.
2.2.2 Regangan (strain)
……………………….……….…………...…..............……………(4.2.2)
Keterangan:
Selama gaya F yang bekerja pada benda elastis tidak melampaui batas
elastisitasnya, maka perbandingan antara tegangan (σ) dengan regangan (ε) adalah
konstan. Bilangan (konstanta) tersebut dinamakan modulus elastis atau modulus
Young (E).Jadi, modulus elastis atau modulus Young merupakan perbandingan
antara tegangan dengan regangan yang dialami oleh suatu benda.Secara matematis
ditulis seperti berikut.
…………………………………………….........……(4.2.3)
Keterangan:
Nilai modulus Young untuk beberapa jenis bahan ditunjukkan pada tabel
berikut.
Tabel 4.2.1 Nilai Modulus Young
Gambar
4.2.2 Sebuah
pegas pada
hukum hooke
Sebuah pegas di
renggangkan dengan gaya tarik F hingga pegas itu bertambah panjang sebesar x.
Hukum Hooke yang dinyatakan oleh Robert Hooke berbunyi:
“Jika gaya F tidak melampaui batas elastisitas pegas, maka pertambahan panjang
pegas berbanding lurus (sebanding) dengan gaya tariknya”
Hukum Hooke berbunyi bahwa besarnya gaya yang bekerja pada benda
sebanding dengan pertambahan panjang bendanya.
F = k .x ..................……………………………………..…………….(4.2.4)
Keterangan :
Ep = ½ k Δx2 ………………………………………..……….….(4.2.5)
Keterangan :
Apabila dua buah pegas yang memiliki tetapan pegas yang sama
dirangkaikan secara seri, maka panjang pegas menjadi 2x. Oleh karena itu,
persamaan pegasnya yaitu:
1
Ks = 2 k
………………………………….....................................................................
(4.2.6)Keterangan:
Ks = Persamaan pegas
k = Konstanta pegas (N/m)
2.5.2 Susunan Paralel
Apabila pegas disusun secara paralel, panjang pegas akan tetap seperti
semula, sedangkan luas penampangnya menjadi lebih 2x dari semula jika pegas
disusun 2 buah.
Adapun persamaan pegas untuk dua pegas yang disusun secara paralel,
yaitu:
………….....................................................................(4.2.7)
Kp = 2k
Keterangan:
Kp : Persamaan pegas susunan paralel
K : Konstanta pegas (N/m)
Menurut Serway dan Jewet (2009) pada penentuan pegas secara dinamis
dapat menggunakan persamaan pada gerak harmonik sederhana yang berlaku pada
sistem osilasi pegas. Konsep dasar gerak harmonik sederhana digunakan dalam
praktikum ini dikarenakan tinjauan materi pada kurikulum yang masih terbatas
pada materi ini dan belum merambah pada gerak harmonik teredam. Penentuan
konstanta pegas pengganti berdasarkan cara dinamis maka berdasar pada
persamaan:
4 π2 m
k= T2 ………...……………....……............................................( 4.2.8 )
Dimana :
k: konstanta pegas
m: massa beban
T : periode osilasi pegas
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertambahan panjang
pegas yaitu jenis bahan, diameter, jumlah lilitan dan suhu. Suhu adalah derajat
panas suatu benda. Suhu mempengaruhi semua sifat mekanis dari bahan
dan adanya suatu tegangan statis atau rata-rata juga menyebabkan perubahan
perlahan-lahan dalam bahan tersebut (Shigley dan Mitchell, 1984:307).
Baja yang paling umum dipakai untuk pegas adalah baja pegas
(SUP),baja pegaspembentukannyadilakukanpada temperatur tinggi, maka perlu
diberi perlakuan panas setelah dibentuk (Sularso dan Suga, 1979:313).
Variasi dalam diameter kawat dan diameter gulungan dari pegas
mempunyai suatu pengaruh pada konstanta pegas. Semakin besar
jumlah lilitan dan diameter pegas maka semakin kecil nilai dari konstanta
pegas tersebut (Setiawan dan Sutarno , 2011).
Penerapan pegas dalam kehidupan sehari-hari:
a. furniture, pada pembuatan sifat springbad dan juga kasar yang bertahan ban
bekas merupakan salah satu aplikasi dari proses
b. alat berburu, seperti ketapel, dan panah,konsep pegas juga terdapat pada alat
berburu.
c. olah raga, dalam olahragapun pegas saya digunakan untuk mendukung
konsepnya,misalnya pada lompat,jalan dan skygumpling ,dan masih banyak
lagi dalam kehidupan sehari-hari bahwa untuk kita uraikan di persatuan karena
selain berguna untuk alat olahraga dan masih banyak proses lainnya.
d. Rangkaian Pegas Seri yakni Rangkaian Seri Pegas jika ada sebuah Konstanta
Pegas Totalnya, jika ada n Pegas yang identik (konstanta k) maka Rumus
Konstanta Total nya ialah Ks = K/n
e. Rangkaian Pegas Paralel yakni jika Rangkaian Pegas Paralel maka Total
Konstanta’nya sama dengan Jumlah dari seluruh Konstanta Pegas yg disusun
oleh Paralel.
f. Kemudian didalam Energi Potensial Gaya Pegas itu mempunyai Energi
Potensial, entah itu Gayanya ditarik maupun ditekan karena usaha yg
dilakukan oleh Gaya F untuk menarik sebuah Pegas itu akan bertambah
panjang sebesar x besarnya sama, dengan perubahan energi potensial gaya
pegas itu sendiri.
g. Persamaan inilah yang disebut Hukum Hooke. Tanda negatif (-) dalam
persamaan menunjukan gaya pemulih berlawanan arah dengan arah
perpanjangan.
h. Yang dimaksud modulus elastis adalah perbandingan tegangan dengan
regangan. Modulus ini juga dapat disebut modulus Young. Tegangan (stress)
adalah gaya per satuan luas penampang.satuan tegangan adalah N/m2.
i. Regangan (strain) adalah perbandingan antara pertambahan panjang suatu
batang terhadap panjang awal mulanya bila batang itu diberi gaya.
j. Untuk menghitung energy potensial pada pegas, terlebih dahulu kita hitung
kerja atau usaha yang dibutuhkan untuk meregangkan pegas. Persamaan usaha
adalah W = F.s, dimana F adalah gaya dan s adalah perpindahan. Pada pegas
perpindahan adalah simpangan x, ketika menekan atau merenggangkan pegas
sejauh x, dibutuhkan gaya Fa yang berbanding lurus dengan x. secara
matematis ditulis Fa = k.x. Ketika ditekan atau direnggangkan pegas member
gaya dengan arah berlawanan ( Fb ) yang besarnya adalah Fb = -k.x.
k. Gaya rata-rata = F = ½ (0 + kx) = ½ kx. x adalah jarak maksimum pegas yang
diregangkan atau ditekan. Usaha alias kerja yang dilakukan adalah :
W=Fax=(1/2kx)(x)=½kx2
……………………………………………………...………(4.2.9)
l. Perlu anda ketahui bahwa Energi Potensial tidak mempunyai suatu persamaan
umum yang mewakili semua jenis gerakan. Untuk EP elastis telah kita
turunkan pada pembahasan di atas. Berbeda dengan EP, persamaan EK
bersifat umum untuk semua jenis gerakan. Energi Kinetik dimiliki benda
ketika bergerak. Rumus besarnya energi kinetik adalah :
EK = ½ mv2
……………………………………….........……………………………(4.2.10)
m. Misalnya kita letakan sebuah pegas di atas permukaan meja. Salah satu ujung
pegas telah diikat pada dinding, sehingga pegas tidak bergeser ketika
digerakan. Anggap saja permukaan meja sangat licin dan pegas yang kita
gunakan adalah pegas ideal sehingga memenuhi hukum Hooke.
n. Jika benda kita tarik ke kanan sehingga pegas teregang sejauh x, maka pada
benda bekerja gaya pemulih pegas, yang arahnya berlawanan dengan arah
tarikan kita. Ketika benda berada pada simpangan x, EP benda maksimum
sedangkan EK benda nol (benda masih diam).
o. Ketika benda kita lepaskan, gaya pemulih pegas menggerakan benda ke kiri,
kembali ke posisi setimbangnya. EP benda menjadi berkurang dan menjadi
nol ketika benda berada pada posisi setimbangnya. Selama bergerak menuju
posisi setimbang, EP berubah menjadi EK. Ketika benda tepat berada pada
posisi setimbang (x = 0), gaya pemulih pegas bernilai nol tetapi pada titik ini
kecepatan benda maksimum. Karena kecepatannya maksimum, maka ketika
berada pada posisi setimbang, EK bernilai maksimum.
p. Pada dasarnya osilasi alias getaran dari pegas yang digantungkan secara
vertikal sama dengan getaran pegas yang diletakan horisontal. (gravitasi hanya
bekerja pada arah vertikal, tidak pada arah horisontal). Berdasarkan hukum II
Newton, benda berada dalam keadaan setimbang jika gaya total = 0. Gaya
yang bekerja pada benda yang digantung adalah gaya pegas (F0 = -kx0) yang
arahnya ke atas dan gaya berat (w = mg) yang arahnya ke bawah. Total kedua
gaya ini sama dengan nol.
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1 Alat
1. Statif
b. pegas dinamis
Gambar 4.3.3 pegas dinamis
3. Ember kecil
4. Beban
1 2 3
Gambar 4.3.5 ( mb= 10gr) Gambar 4.3.6 (mb= 20 gr) Gambar 4.3.7 (mb= 30 gr)
5. Stopwatch
Untuk Pegas dinamis, ember masih tetap di gantung pada statif, dan
digatungkannya pegas dinamis pada statif. Sama seperti percobaan pada pegas
statis, pertama tama ditambahkan 10 gr beban pada ember kecil kemudian diatur
hingga ember tersebut sejajar dengan nol kemudian ditarik ke bawah. Setelah itu
dihitung 3,2,1,0 pada hitungan ke-0 dihitung dengan menggunakan stopwatch
sampai dengan sepuluh kali hitunganan getaran, setelah itu dicatat hasil dari
hitungan stopwatch tersebut. Kemudian ditambahkan beban 10 gr menjadi 20 gr
sesuai dengan prosedur sebelumnya, setelah itu 20 gr ditambahkan lagi menjadi
30 gr. Proses ini dilakukan sama seperti yang dilakukan pada percobaan 1 dan 2.
Tujuan dilakukan percobaan berulang ulang agar supaya mendapatkan hasil yang
akurat.
BAB IV
TABEL PENGAMATAN
Mp = 17,7 g
2 20 10.32 10.34 10.38
n = 12
ASISTEN
(Farhan Hairunsyam)
BAB V
PENGOLAHAN DATA
5. 1 Perhitungan nilai konstanta gaya pegas pada keadaaan statis untuk setiap
N
beban dalam satuan .
m
Fn = m . g
F1 = m1 . g
= 10 . 9,81
= 98,1 N
F2 = m2 . g F3 = m3 . g
= 20 . 9,81 = 30 . 9,81
= 196,2 N = 294,3
Xa1+Xb1+Xc1+d1 1,5+1,5+1,4+1,6
∑ x1 = = ∑ x1 = = 1,5 m
4 4
Xa2+Xb2+Xc2+Xd2 3,2+3,2+3,4+3,4
∑ x2 = = ∑ x2 = = 3,3 m
4 4
Xa3+Xb3+Xc3+Xd3 5,2+5,2+5,1+5,1
∑ x3 = = ∑ x3 = = 5,25 m
4 4
Fn
Kn =
∑ Xn
F1 98,1 N N
K1 = = = 65,4
∑ X1 1,5 m m
F2 196,2 N N
K2 = = = 59,45
∑ X2 3,2 m m
F3 294,3 N N
K3 = = = 57,14
∑ X3 5,15 m m
5. 2 Perhitungan nilai konstanta gaya pegas pada keadaan dinamis untuk setiap
beban.
T
Tn =
jumlah getaran
T 09,62
Ta1 = = Ta1 = = 0,82 s
jumlah getaran 12
T 10,32
Ta2 = = Ta2 = = 0,86 s
jumlah getaran 12
T 10,48
Ta3 = = Ta3 = = 0,87 s
jumlah getaran 12
T 09,64
Tb1 = = Tb1 = = 0,80 s
jumlah getaran 12
T 10,34
Tb2 = = Tb2 = = 0,86 s
jumlah getaran 12
T 10,85
Tb3 = = Tb3 = = 0,90 s
jumlah getaran 12
T 09,65
Tc1 = = Tc1 = = 0,80 s
jumlah getaran 12
T 10,38
Tc2 = = Tc2 = = 0,86 s
jumlah getaran 12
T 10,88
Tc3 = = Tc3 = = 0,91 s
jumlah getaran 12
T1 =
∑T =
Ta1 + Tb1 + Tc1
= T1 =
∑T =
0,82+ 0,80+ 0,80
= 0,81 s
n 3 n 3
T2 =
∑T =
Ta2 + Tb2 + Tc2
= T2 =
∑T =
0,86+0,86+ 0,86
= 0,86 s
n 3 n 3
T3 =
∑T =
Ta3 + Tb3 + Tc3
= T3 =
∑ T = 0,87+0,90+ 0,91 = 0,89 s
n 3 n 3
4 π2
Kn = 2 (me + mb + mp)
T
4 π2
K1 = (me + mb + mp)
T2
2
4 (3,14)
K1 = (6,12+ 10 + 17,7)
0,81
2
4π
K3 = (me + mb + mp)
T2
2
4 (3,14)
K1 = (6,12+ 30 + 17,7)
0,89
No Massa K
. (g) Periode (t) (N/m)
1646,3
1 10 0,81 5
2009,1
2 20 0,86 4
2384,7
3 30 0,89 6
Dari tabel (6.1.1) dapat kita analisis semakin besar massa yang
bekerja pada beban maka semakin besar gaya yang bekerja pada
beban itu dan akan menghasilkan simpangan yang semakin besar pula.
Dari tabel (6.1.2) dapat kita analisis semakin besar massa yang
bekerja pada beban maka semakin besar periode yang bekerja pada
beban tersebut.
BAB VII
PENUTUP
I. Kesimpulan
II. Saran
Artinya : Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca
DAFTAR PUSTAKA
Dianawati, Ajen. 2012. IPAL (Intisari Pengetahuan Alam Lengkap) SD. Tebing
Tinggi: Kawan Pustaka.
Oktavia, dkk. 2015. Tetapan Pegas. Jurnal Fisika Dasar Edisi Desember 2015.
Diakses dalam www.academia.edu , 30 Maret 2018, Makassar.
Serway, Raymond A. dan Jewett, John W. 2009. Fisika untuk Sains dan Teknik.
Jakarta: Penerbit Salemba Teknika.