OLEH :
MAKASSAR
2021
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pegas yang mengali panjang jika diberikan beban. Gerakan yang diberikan
apabila sebuah pegas diberi sebuah beban dan diberi simpangan disebut gerak
harmonis. Gerak jelas saja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari
besarnya jarak dari simpangan yang diberikan pada pegas oleh faktor tetapan adalah
pegas itu sendiri. Faktor nilai tetapan pegas gaya mempengaruhi periode yang
dialami oleh pegas tersebut sehingga dapat mempengaruhi frekuensi dari pegas
tersebut. Untuk menentukan nilai tetapan pegas dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu statis dan dinamis. Pegas merupakan salah satu contoh benda elastis.
Pertambahan panjang pegas yang mengali panjang jika diberikan beban. Gerakan
yang diberikan apabila sebuah pegas diberi sebuah beban disebut gerak harmonis
(Mikarjuddun, 2008).
1. Kami dapat memahami arti waktu periode getaran dan frekuensi getaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sebuah pegas. Semakin besar konstanta pegas (semakin kaku sebuah pegas),
semakin besar gaya yang diperlukan untuk menekan atau meregangkan pegas.
Tanda negatif menunjukkan bahwa gaya pemulih alias F mempunyai arah
berlawanan dengan simpangan x. Ketika kita menarik pegas ke kanan maka x
bernilai positif, tetapi arah F ke kiri (berlawanan arah dengan simpangan x).
Sebaliknya jika pegas ditekan, x berarah ke kiri (negatif), sedangkan gaya F bekerja
ke kanan. Jadi gaya F selalu bekeja berlawanan arah dengan arah simpangan x.
Sebaliknya semakin elastis sebuah pegas (semakin kecil konstanta pegas), semakin
kecil gaya yang diperlukan untuk meregangkan pegas. Untuk meregangkan pegas
sejauh x, kita akan memberikan gaya luar pada pegas, yang besarnya sama dengan
F = + kx. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa x sebanding dengan gaya yang
diberikan pada benda. Gaya pegas selalu bekerja terhadap posisi setimbangnya (x
= 0) gaya ini terkadang disebut gaya pemulih (Oktavia, 2015). Jika suatu benda
dapat merenggang atau mreyusut karna pengaruh gaya dari luar dan dapat
dikembalikan ke keadaan semula jika gaya yang bekerja padanya dihilangkan,
maka keadaan tersebut dikatakan mempunyai sifat elastis (misalanya pegas).
Ketika pada sebuah pegas dibebani dengan sebuah massa ml, maka gaya yang
menyebabkan pegas bertambah panjang adalah gaya dari massa tersebut sehingga
…………….………………..................................................................
m.g = k.x (4.2.2)
T = 2 √(𝑚/𝑘)
……………………................................................................................(4.2.3)
Dimana : T = Periode gtaran (s), m = Massa (gr), k = konstanta gaya pegas (N/m)
k= 𝐹Δx = 𝑚𝑔Δx
................................................................................................................(4.2.4)
Dimana : k = Konstanta pegas (N/m), F = Gaya pada pegas (N/m), Δx =
Pertambahan Panjang Pegas (m).
Jika beban yang digantungkan pada pegas dalam keadaan setimbang,
kemudian diberi sedikit usikan dengan menarik massa ke bawah atau menekannya
keatas kemudian melepaskannya kembali, maka pegas akan mengalami getaran.
Getaran ini akan menyebabkan adanya periode dan amplitudo dan juga percepatan
yang arahnya selalu menuju ke titik setimbang.
2.1.2 Tetapan Pegas
Pegas akan selalu memiliki sifat keelastisan. Sifat elastis diartikan sebagai
kemampuan suatu benda untuk kembali ke kedudukan semula setelah diberi gaya
dari luar. Apabila kita meninjau pegas, andai panjang pegas pada keadaan seimbang
adalah lo. Salah satu ujung pegas dihubungkan pada suatu neraca pegas dan ujung
yang lain ditarik sedemikian rupa sehingga pegas tersebut akan bertambah panjang.
Besar atau kecilnya pertambahan panjang pegas bergantung pada besar kecilnya
gaya yang digunakan untuk menarik pada pegas. Artinya semakin besar gaya yang
dipakai untuk menarik suatu pegas, maka akan semakin besar pula pertambahan
panjang yang dialami pegas, begitu pula sebaliknya (Riani, 2008). Apabila
digambarkan pada grafik, maka grafik antara beban dan pertambahan panjang yang
dialami pegas akan membentuk grafik linier yang naik ke atas. Dengan
menggunakan grafik antara beban dan pertambahan panjang pegas, konstanta atau
tetapan pegas dapat ditentukan dengan menghitung gradien grafik tersebut. Setiap
pegas akan memiliki tetapan pegas yang berbeda-beda antara yang satu dengan
yang lainnya. Tetapan pegas diartikan sebagai ukuran kekakuan yang dimiliki oleh
suatu pegas yang biasanya dilambangkan dengan huruf k dan memiliki satuan N/m.
Tentu saja nilai tetapan pegas dari setiap pegas berbeda-beda yang disebabkan
oleh berbagai faktor. Yang pertama adalah luas permukaan pegas. Semakin besar
luas permukaan suatu pegas maka akan semakin besar pula nilai tetapannya, begitu
pula sebaliknya. Yang kedua adalah suhu. Semakin tinggi suhu yang diterima oleh
suatu pegas maka akan semakin kecil nilai tetapannya, begitu pula sebaliknya. Saat
suhu tinggi, partikel-partikel penyusun pegas mendapat energi dari luar sehingga
memberikan energi pula kepada prtikel penyusun pegas untuk bergerak sehingga
ikatan antar partikel merenggang. Yang ketiga adalah diameter pegas. Semakin
besar diameter yang dimiliki suatu pegas maka akan semakin kecil nilai tetapannya,
begitu pula sebaliknya. Dan yang terakhir adalah jumlah lilitan pegas. Semakin
banyak jumlah lilitan yang dimiliki suatu pegas maka akan semakin besar nilai
tetapannya, begitu pula sebaliknya. Hal-hal tersebutlah yang menyebabkan nilai
tetapan setiap pegas tidak sama, tergantung pada kondisi yang dialami oleh setiap
pegas masing-masing.
2.1.2 Pegas Statis
Cara statis merupakan cara yang digunakan untuk menetukan nilai
konstanta pegas dengan menghitung pertambahan panjang pegas ketika diberi
beban (W). Dengan cara statis maka akan dapat dilihat pengaruh pertambahan
massa terhadap perubahan panjang pegas. Sedangkan cara dinamis adalah cara yang
digunakan apabila pegas yang diberi beban tadi dihilangkan bebannya maka pegas
akan mengalami getaran dengan periode tertentu. Dengan cara ini dapat dilihat
hubungan massa terhadap periode getaran suatu pegas (Santosa, 2015).
2.2 Hukum Hooke
Bunyi hukum Hooke bila pada sebuah pegas bekerja sebuah gaya, maka pegas
tersebut akan bertambah panjang sebanding dengan basarnya gaya yang
mempengaruhi pegas tersebut. Berdasarkan persamaan hukum hooke diatas,
pertambahan suatu panjang suatu benda bergantung pada besarnya gaya yang
diberikan, materi penyusun, dan dimensi benda (dinyatakan dalam konstanta k).
Benda yang dibentuk oleh materi yang berbeda akan memiliki pertambahan
panjang yang berbeda walaupun diberikan gaya yang sama, misalnya tulang dan
besi. Pegas dalam keadaan tanpa beban di tarik oleh sebuah gaya yang (f) sehingga
bertambah panjang (∆x) menurut hukum hooke :
....................................................................................
𝐹 = 𝑘 ∆𝑥 ...........................(4.2.5)
menggantikan gaya berat dengan gaya tarik, seandainya pada ujung batang logam
tersebut tidak digantungkan beban. Besarnya gaya yang diberikan pada benda
memiliki batas-batas tertentu. Jika gaya sangat besar maka regangan benda sangat
besar sehingga akhirnya benda patah. Jika sebuah benda diberikan gaya maka
hukum Hooke hanya berlaku sepanjang daerah elastis sampai pada titik yang
menunjukkan batas hukum Hooke. Jika benda diberikan gaya hingga
melewati batas hukum Hooke dan mencapai batas elastisitas, maka panjang benda
akan kembali seperti semula jika gaya yang diberikan tidak melewati batas
elastisitas.
Tapi hukum Hooke tidak berlaku pada daerah antara batas hukum
Hooke dan batas elastisitas. Jika benda diberikan gaya yang sangat besar hingga
melewati batas elastisitas, maka benda tersebut akan memasuki daerah plastis dan
ketika gaya dihilangkan, panjang benda tidak akan kembali seperti semula; benda
tersebut akan berubah bentuk secara tetap. Jika pertambahan panjang benda
mencapai titik patah, maka benda tersebut akan patah (Alkautsar, 2012).
Berdasarkan persamaan hukum Hooke di atas, pertambahan
panjang (∆L) suatu benda bergantung pada besarnya gaya yang diberikan (F) dan
materi penyusun dan dimensi benda (dinyatakan dalam konstanta k). Benda yang
dibentuk oleh materi yang berbeda akan memiliki pertambahan panjang yang
berbeda walaupun diberikan gaya yang sama, misalnya tulang dan besi. Demikian
juga, walaupun sebuah benda terbuat dari materi yang sama (besi, misalnya), tetapi
memiliki panjang dan luas penampang yang berbeda maka benda tersebut akan
mengalami pertambahan panjang yang berbeda sekalipun diberikan gaya yang
sama. Jika kita membandingkan batang yang terbuat dari materi yang sama tetapi
memiliki panjang dan luas penampang yang berbeda, ketika diberikan gaya yang
sama, besar pertambahan panjang sebanding dengan panjang benda mula-mula dan
berbanding terbalik dengan luas penampang. Makin panjang suatu benda, makin
besar besar pertambahan panjangnya, sebaliknya semakin tebal benda, semakin
kecil pertambahan panjangnya. Persamaan ini menyatakan hubungan antara
pertambahan panjang (∆L) dengan gaya (F) dan konstanta (k). Materi penyusun dan
dimensi benda dinyatakan dalam konstanta k. Untuk materi penyusun yang sama,
besar pertambahan panjang (delta L) sebanding dengan panjang benda mula-
mula (Lo) dan berbanding terbalik dengan luas penampang (A).
2.4 Gerakan Harmonika Yang Sederhana
Gerakan harmonika sederhana adalah suatu gerak dimana resultan gaya yang
bekerja pada titik,seimbang selalu, mengarah ke titik kesetimbangan, dan besar
resultan gaya sebanding dengan jarak titik sembarang ketuk kesetimbangan
tersebut. Contohnya gerak getaran beban pegas dan gerak beban pada ayunan
sederhana persamaan simpangan (g).
Y = A sin ө
.................................................................................................(4.2.6)
Y = A sin
V……....................................................................................................(4.2.8)
= Wa Cos wt
2
𝑉 = 𝑤 √𝐴 − 𝑌 2
.................................................................................. .........................(4.2.10)
Dimana : v = kecepatan (m/s), w = berat (kg), A2 = amplitudo (m),
Y = simpangan (m)
Persamaan percepatan (a).
………..𝑑𝑦
.................................................................... .........................(4.2.11)
𝑎=
𝑑𝑡
𝑎 = −𝑤 2 sin 𝑤𝑡
...............................................................................…....……..........(4.2.12)
𝑎 = 𝑚𝑥 = −𝑤 2 𝑦
pegas akan kembali seperti semula. Mengapa demikian ? hal itu disebabkan karena
benda-benda tersebut memiliki sifat elastis (Mikarajuddin, 2008).
Elastis atau elastsisitas adalah kemampuan sebuah benda untuk kembali
ke bentuk awalnya ketika gaya luar yang diberikan pada benda tersebut
dihilangkan. Jika sebuah gaya diberikan pada sebuah benda yang elastis, maka
bentuk benda tersebut berubah. Untuk pegas dan karet, yang dimaksudkan dengan
perubahan.
2.6 Tetapan Pegas
Tetapan pegas dari setiap pegas berbeda-beda yang disebabkan oleh berbagai
faktor. Yang pertama adalah luas permukaan pegas. Semakin besar luas permukaan
suatu pegas maka akan semakin besar pula niali tetapannya, begitu pula nilai
tetapannya, begitupula sebaliknya. Yang kedua adalah sushu, semakin tinggi sushu
yang diterima oleh suatu pegas maka akan semakin kecil nilai tetapannya,
begitupun sebliknya. Saat suhu tinggi, partikel-partikel penyusun pegas mendapat
energi dari luar sehingga memberikan energi pula kepada partikel penyusun pegas
untuk bergerak sehingga ikatan antar partikel merenggang. Yang ketiga adalah
diameter pegas, semakin besar diameter pegas akan semakin kecil nlai tetapannhya,
begitupun sebaliknya. Dan yang terakhir adalah jumlah lilitan pegas, semakin
banyak jumlah lilitan pegas maka akan semakin besar pula nilai tetapannya,
begitupula sebaliknya. Hal-hal tersebutlah yang menyebabkan nilai tetapan pegas
tidak sama, tergantung pada kondisi yang dialami oleh setiap masing-masing pegas
(Oktavia, 2015).
2.7 Periode Dan Frekuensi Getaran
Getaran adalah gerak bolak balik secara terus menerus melalui titik
kesetimbangan.Priode (T) adalah waktu yang di butuhkan untuk melakukan suatu
geteran penuh ditulis:
𝑡
........................................................................................ .....................…(4.2.13)
𝑇=
𝑛
Frekuensi (f) adalah banyaknya getaran yang akan terjadi dalam satu satuan waktu,
di tuliskan :
𝑛
𝐹= ..................................................................... ……………….(4.2.14)
𝑙
ditulis Fa = k.x. Ketika ditekan atau direnggangkan pegas member gaya dengan
arah berlawanan ( Fb ) yang besarnya adalah Fb = -k.x.
Ketika benda kita lepaskan, gaya pemulih pegas menggerakan benda ke kiri,
kembali ke posisi setimbangnya. EP benda menjadi berkurang dan menjadi nol
ketika benda berada pada posisi setimbangnya. Selama bergerak menuju posisi
setimbang, EP berubah menjadi EK. Ketika benda tepat berada pada posisi
setimbang (x = 0), gaya pemulih pegas bernilai nol tetapi pada titik ini kecepatan
benda maksimum. Karena kecepatannya maksimum, maka ketika berada pada
posisi setimbang, EK bernilai maksimum Pegas yang diletakan vertikal pada
dasarnya osilasi alias getaran dari pegas yang digantungkan secara vertikal sama
dengan getaran pegas yang diletakan horisontal. Bedanya, pegas yang
digantungkan secara vertikal lebih panjang karena pengaruh gravitasi yang bekerja
pada benda (gravitasi hanya bekerja pada arah vertikal, tidak pada arah horisontal).
Gaya pegas yaitu gaya tarik yang ditimbulkan oleh suatu pegas. Munculnya
gaya pegas karena adanya sifat elastis/lenting. Pegas mempunyai sifat yang elastis
ya g artinya dapat mempertahankan bentuknya dan kembali kebentuk semula
setelah diberi gaya. Sehingga gaya pegas bisa dikatakan gaya pada suatu pegas
untuk kembali ke bentuk semula.
1. Dinamometer
Dinamometer, adalah alat pengukur gaya. Biasanya digunakan untuk
menghitung besar gaya pada percobaan di laboratorium. Di dalam dinamometer
terdapat pegas. Pegas tersebut akan meregang ketika dikenai gaya luar. Misalnya
anda melakukan percobaan mengukur besar gaya gesekan. Ujung pegas dikaitkan
dengan sebuah benda bermassa. Ketika benda ditarik, maka pegas meregang.
Regangan pegas tersebut menunjukkan ukuran gaya, di mana besar gaya
ditunjukkan oleh jarum pada skala yang terdapat pada samping pegas.
2. Shock-breaker
Ketika sepeda motor melewati jalan berlubang, gaya berat yang bekerja
pada pengendara (dan gaya berat motor) akan menekan pegas sehingga pegas
mengalami mampatan. Akibat sifat elastisitas yang dimilikinya, pegas meregang
kembali setelah termapatkan. Perubahan panjang pegas ini menyebabkan
pengendara merasakan ayunan. Dalam kondisi ini, pengendara merasa sangat
nyaman ketika sedang mengendarai sepeda motor. Pegas yang digunakan pada
sepeda motor atau kendaraan lainnya telah dirancang untuk mampu menahan gaya
berat sampai batas tertentu. Jika gaya berat yang menekan pegas melewati batas
elastisitasnya, maka lama kelamaan sifat elastisitas pegas akan hilang.
3. Per
Pada sepeda ada per yang diletakan dibawah jok hal ini untuk
mempermudah ketika duduk disepeda agar ketika duduk tidak keras dan lebih
fleksibel. selain itu ada lagi yaitu pulpen modern yang menggunakan per akan
digunakan dan ketika sudah tidak gunakan dengan menekan bagian bawahnya.
4. Alat Perkakas
Beberapa jenis perkakas, seperti kunci inggris membutuhkan pegas untuk
dapat bekerja dengan baik. Dengan adanya pegas, maka kunci inggris dan juga
perkakas lainnya bisa digunakan dan juga bermanfaat. Kunci yang terbuat dari
bahan campuran besi dan baja ini sangat kuat dan cukup tahan lama dalam masanya,
hal ini karena manfaat timah yang dapat membuat kombinasi dari besi dan baja
lebih kuat sehingga sangat cocok untuk penggunaan perkakas konstruksi lainnya.
5. Alat Otomotif
Pegas juga sering dimanfaatkan untuk penggunaan di dalam bidang
otomotif dan juga teknik mesin. Bagian-bagian dari suatu mesin juga
memanfaatkan konstruksi pegas seperti per-klep, per-kopling.Dikatakan keamanan
karena pegas cukup baik dalam hal menarik maupun menahan kendaraan yang
melaju maupun berhenti, berbeda dengan kendaraan tradisional yang tidak terlalu
menggunakan pegas, seperti delman. Manfaat delman yang banyak di gunakan
BAB III
PROSEDUR KERJA
(d) (e)
Untuk Pegas dinamis, ember masih tetap di gantung pada statif, dan
digantungkannya pegas dinamis pada statif. Sama seperti percobaan pada pegas
statis kami pertama tama menambahkan 10 gr beban pada ember kecil kemudian
mengatur hingga ember tersebut sejajar dengan nol kemudian ditarik ke bawah.
Setelah itu kami menghitung 5,4,3,2,1,0 pada hitungan ke-0 kami pun memulai
menghitung dengan menggunakan stopwatch sampai dengan sepuluh kali hitungan
getaran, setelah itu kami mencatat hasil dari hitungan stopwatch tersebut.
Kemudian menambahkan beban 10 gr menjadi 20 gr sesuai dengan prosedur
sebelumnya, setelah itu 20 gr ditambahkan lagi menjadi 30 gr. Proses ini dilakukan
sama seperti yang dilakukan pada percobaan 1 dan 2.
BAB IV
2. Kondisi dinamis
No Massa Waktu t (s) Keterangan
Beban (kg)
𝑻𝐚 𝑻𝐛 𝑻𝐜 𝑻𝐝
1. 0,01 1,036 1,039 1,039 1,037 M𝑒 = 0,00061
ASISTEN
(SAIFUL)
BAB V
PENGOLAHAN DATA
5.1 Perhitungan nilai konstanta gaya pegas pada keadaan statis untuk setiap
beban dalam satuan N/m.
a. F = M . g
F1 = 0,01 . 9,81
= 0,0981 N
F2 = 0,02 . 9,81
= 0,1962 N
F3 = 0,03 . 9,81
= 0,2943 N
𝐱 𝐚 +𝐱 𝐛 +𝐱 𝐜 +𝐱 𝐝
b. ∑𝐱𝐧 =
𝐧
0,0001 + 0,0001 + 0,00011 + 0,001
∑𝑥1 =
4
= 0,0003275 m
0,0002 + 0,0002 + 0,0002 + 0,00022
∑x2 =
4
= 0,000205 m
0,0003 + 0,0003 + 0,00035 + 0,0003
∑x3 =
4
= 0,0003125 m
𝐅𝐧
c. Kn =
∑𝐱𝐧
F1
K1 =
∑x1
0,0981
= = 299,54 N/m
0,0003275
F2
K2 =
∑x2
0,1962
= = 957,07 N/m
0,000205
F3
K3 =
∑x3
0,2943
= = 941,76 N/m
0,0003125
5.2 Perhitungan Nilai Komstanta Gaya Pegas pada Keadaan Dinamis untuk
Setiap Beban dalam Satuan
𝐓
Tn = 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐠𝐞𝐭𝐚𝐫𝐚𝐧
𝑇
𝒂. 𝑇𝑎1 = jumlah 𝑎1
getaran
1,036
= = 0,1036 s
10
𝑇𝑏1
𝑇𝑏1 =
jumlah getaran
1,039
= = 0,1039 s
10
𝑇𝑐1
𝑇𝑐1 =
jumlah getaran
1,039
= = 0,1039 s
10
𝑇𝑑1
𝑇𝑑1 =
jumlah getaran
1,037
= = 0,1037 s
10
𝑇
𝑏. 𝑇𝑎2 = jumlah 𝑎2
getaran
1,073
= = 0,1073 s
10
𝑇𝑏2
𝑇𝑏2 =
jumlah getaran
1,074
= = 0,1074 s
10
𝑇𝑐2
𝑇𝑐2 =
jumlah getaran
1,074
= = 0,1074 s
10
𝑇𝑑2
𝑇𝑑2 =
jumlah getaran
1,075
= = 0,1075 s
10
𝑇
𝑐. 𝑇𝑎3 = jumlah 𝑎3
getaran
1,113
= = 0,1113 s
10
𝑇𝑏3
𝑇𝑏3 =
jumlah getaran
1,112
= = 0,1112 s
10
𝑇𝑐3
𝑇𝑐3 =
jumlah getaran
1,116
= = 0,1116 s
10
𝑇𝑑3
𝑇𝑑3 =
jumlah getaran
1,111
= = 0,1111 s
10
Tabel 4.5.1 Hubungan Periode dan Massa
No. Massa Beban Periode (s)
(Kg) Ta Tb Tc Td
1. 0,01 0,1036 0,1039 0,1039 0.1037
2. 0,02 0,1073 0,1074 0,1074 0,1075
3. 0,03 0,1113 0,1112 0,1116 0,1111
∑𝑇 Tan+Tbn+Tcn+Tdn
a. T = =
𝑛 n
∑𝑇1 Ta1+Tb1+Tc1+Td1
𝑇1 = =
𝑛 4
0,1036+0,1039+0,1039+0,1037
=
4
= 0,1037 s
∑𝑇2 Ta2+Tb2+Tc2+Td2
𝑇2 = =
𝑛 4
0,1073+0,1074+0,1074+0,1075
=
4
= 0,1074 s
∑𝑇3 Ta3+Tb3+Tc3+Td3
𝑇3 = =
𝑛 4
0,1113+0,1112+0,1116+0,1111
=
4
= 0,1113 s
𝟒𝛑𝟐
b. K = (me + mb + mc)
𝐓𝟐
4 (3,14)2
K1 = (0,00061 + 0,01 + 0,000008)
(0,1037)2
39,4384
= x (0,010618)
0,01075
= 38,957 N/m
4 (3,14)2
K2 = (0,00061 + 0,02 + 0,000008)
(0,1074)2
39,4384
= x (0,020618)
0,01153
= 70,523 N/m
4 (3,14)2
K3 = (0,00061 + 0,03 + 0,000008)
(0,1113)2
39,4384
= x (0,030618)
0,01238
= 97,538 N/m
BAB VI
ANALISA PENGOLAHAN DATA
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Dari praktikum konstanta gaya pegas kami dapat menarik kesimpulan bahwa:
1. Kami memahami peristiwa gerak harmonis pada pegas, dimana gerak
harmonis adalah gerak bolak balik dalam jalur keseimbangan yang
dipengaruhi oleh massa,simpangan,periode,frekuensi, dan konstanta.
2. Kami dapat memahami arti waktu atau periode yang didefinisikan sebagai
waktu yang diperlukan untuk mengelakukan sustu getaran sedangkan
frekuensi adalah banyaknya getaran dalam waktu tertentu.
3. Serta dapat menyimpulkan bahwa semakin besar massa ,simpangan, akan
semakin besar pula.
4. Gerak harmonik adalah gerak bolak balik benda melalui suatu titik
kesetimbangan dengan banyaknya getaran dalam satu skon selalu konstan.
7.2. Saran
7.2.1. Asisten
Kami harap asisten tetap semangat dan bersabar dalam membimbing kami.
7.2.2 Saran Untuk Praktikum
Kerja samanya lebih ditingkatkan lagi dan lebih teliti lagi saat mengerjakan
laporan.
7.3 Ayat yang berhubungan
(QS. Al-Kahfi :54)
“Dan sesungguhnya kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam al-qur’an ini
bermacam-macam perumpamaan.Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak
membantah.”
Hubungan antara (Q.S. Al- Kahfi : 54) dengan getaran yaitu:
Apabila kita perluas makna ayat di atas dengan peristiwa atau gejala fisis
bahwa Allah menciptakan alam semesta dengan wujudnya atau materinya selalu
bergerak secara berulang-ulang. Gerakan berulang dalam ruang berdimensi satu
kita sebut dengan getaran.
DAFTAR PUSTAKA