Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


Kita akan membahas deformasi padatan dalam hal konsep tegangan dan
regangan. Tegangan adalah jumlah yang sebanding dengan gaya yang menyebabkan
deformasi; lebih khusus, tegangan adalah kekuatan eksternal yang bekerja pada objek
per unit luas penampang. Hasil dari tegangan adalah regangan, yang merupakan
ukuran tingkat deformasi. Ditemukan bahwa, untuk tegangan yang cukup kecil,
regangan sebanding dengan tegangan; konstanta proporsionalitas bergantung pada
material yang dideformasi dan pada sifat deformasi. Kami menyebut proporsionalitas
ini sebagai modulus elastisitas.
Dimana modulus elastisitas ini sendiri ada tiga tipe, yaitu modulus young,
puntir, dan volum. Pada praktikum ini, kami akan membahas modulus punter.
Modulus puntir adalah hubungan besaran tegangan tarik dan regangan tarik atau
dapat diartikan sebagai perbandingan antara tegangan geser dan regangan geser.
Modulus puntir sangat penting dalam fisika karena dengan mempelajarinya,
diharapkan kemudian kita bisa menggunakannya untuk menetukan nilai keelastisan
dari suatu benda (objek studi).
2.2 Tujuan Percobaan
2.2.1 Tujuan Instruksi Umum (TIU)
1. Mahasiswa dapat memahami peristiwa puntiran pada batang akibat
momen puntir
2. Mahasiswa dapat menetapkan konsep dari azas-azas fisika tentang
momen puntir
2.2.2 Tujuan Instruksi Khusus (TIK)
1. Mahasiswa dapat mengamati sudut puntir pada batang akibat dari
pengaruh momen puntir
2. Mahasiswa dapat menentukan shear modulus dari berbagai jenis
logam
3. Mahasiswa dapat menggambarkan grafik hubungan antara sudut puntir
(Ɵ) dengan Panjang (L)

1|Page Modulus Puntir


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Modulus Elastisitas
Sifat elastis adalah sifat bahan yang cenderung kembali ke bentuk semua
setelah gaya yang bekerja pada benda dihilangkan. Ambil sebuah pegas, lalu
regangkan. Tampak bahwa panjang pegas bertambah. Namun, begitu dilepaskan,
pegas kembali ke panjang semula. Sebaliknya, jika pegas ditekan dari dua ujungnya
maka panjang pegas berkurang. Namun, begitu tekanan dihilangkan, pegas akan
kembali ke panjang semula. Sifat pegas yang kembali ke keadaan semula setelah
gaya yang bekerja padanya dihilangkan disebut sifat elasis.
Namun, besar tarikan atau tekanan yang diberikan tidak boleh terlalu besar.
Jika pegas ditarik cukup jauh, bisa terjadi setelah tarikan dihilangkan, panjang akhir
pegas lebih besar daripada panjang semula. Begitu pula jika pegas ditekan cukup
jauh, bisajadi panjang akhir pegas lebih kecil daripada panjang semula. Kondisi ini
terjadi karena pegas telah melampaui batas elastisitasnya.
Sifat elastis tidak hanya dimiliki oleh pegas, tetapi juga oleh bahan lainnya.
Hampir semua bahan memperlihatkan sifat elastisitas. Ada bahan yang sangat elastis
seperti karet dan ada yang kurang elastis seperti keramik. Sifat elastis adalah sifat
bahan yang cenderung kembali ke bentuk semula ketika gaya yang bekerja pada
benda dihilangkan. Kawat besi yang ditarik dengan gaya tertentu mengalami
pertambahan panjang, dan jika gaya yang bekerja pada kawat tersebut dilepaskan,
maka panjang kawat besi kembali ke semula.
Ada benda yang sangat mudah diubah-ubah panjangnya, dan ada yang sangat
sulit diubah panjangnya. Benda yang bentuknya mudah diubah oleh gaya dikatakan
lebih elastis.
Pada kenyataannya, semua objek dapat dideformasi.Artinya, dimungkinkan
untuk mengubah bentuk atau ukuran suatu objek (atau keduanya) dengan
menerapkan kekuatan eksternal. Saat perubahan ini terjadi, bagaimanapun, kekuatan
internal diobjek menolak deformasi.
Modulus elastis karena itu didefinisikan sebagai rasio tegangan terhadap
regangan yang dihasilkan:

2|Page Modulus Puntir


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛
Modulus Elastis = 𝑅𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 …………………………………………………... (2.1.1)

Modulus elastis secara umum menghubungkan apa yang dilakukan pada benda padat
(gaya diterapkan) dengan bagaimana benda itu merespons (ia berubah bentuk sampai
batas tertentu). Ini mirip dengan konstanta pegas k dalam hukum Hooke yang
menghubungkan gaya yang diterapkan pada pegas dan deformasi resultan pegas,
diukur dengan ekstensi atau kompresinya. Ada tiga jenis deformasi dalam
menentukan modulus elastis antara lain:
1. Modulus Young, yang mengukur resistansi padatan terhadap perubahan
panjangnya
2. Modulus geser, yang mengukur tahanan terhadap gerakan bidang geser padat
yang melewati satu sama lain
3. Modulus curah, yang mengukur ketahanan padatan atau cairan terhadap
perubahan volumenya

2.1 Modulus Young


Misalkan sebuah benda memiliki panjang L. Jika benda tersebut
ditarik dengan gaya tertentu, maka panjang benda bertambah L . Besar
pertambahan panjang tersebut berbanding lurus dengan panjang semula, atau

L L …………………………………………………………………. (2.1.2)

Hubungan ini yang menjadi alasan mengapa menambah panjang karet


yang lebih panjang lebih mudah dilakukan daripada menambah panjang karet
yang lebih pendek. Untuk mengganti kesebandingan di atas dengan tanda
sama dengan, kita perkenalkan sebuah konstanta, , sehingga

L   L ………………………………………………………………. (2.1.3)

Konstanta  dikenal dengan regangan atau strain.

3|Page Modulus Puntir


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar 2.1 Kawat ditarik dengan gaya tertentu mengalami pertambahan


panjang

Ketika suatu gaya F ditekankan atau digunakan untuk meregangkan


sebuah benda yang memiliki luas penampang A, maka gaya tersebut disebar
ke seluruh penampang benda. Makin luas penampang benda yang dikenai
gaya, makin kecil gaya per satuan luas yang dirasakan permukaan, yang pada
akhirnya akan berpengaruh pada perubahan panjang benda. Yang lebih
menentukan perubahan panjang benda bukan besarnya gaya secara langsung,
tetapi gaya per satuan luas penampang. Besar gaya per satuan luas
penampang ini disebut tekanan atau stress,

𝐹
 𝐴
…………………………………………………………………. (2.1.4)

Dari hasil percobaan yang dilakukan orang pada sejumlah besar bahan
diamati sifat yang menarik, yaitu perbandingan tekanan dan regangan untuk
suatu benda selalu konstan. Pernyataan ini dapat diungkapkan dengan
persamaan berikut ini


Y = Konstan ………………………………………………………. (2.1.5)

Konstanta Y dikenal dengan modulus Young bahan. Dengan mensubtitusi


persamaan (2.1.3) dan (2.1.4) ke dalam persamaan (2.1.5) kita dapat juga
menulis,

𝐹/𝐴
Y ……………….………………………………………………. (2.1.6)
𝐿/𝐿

Atau,

4|Page Modulus Puntir


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
𝑌𝐴
F . L …………….………………………………………………. (2.1.7)
𝐿

Bandingkan persamaan (2.1.7) dengan hukum Hooke untuk pegas F kx.


Tampak kemiripan bukan? Kemiripan ini muncul karena bahan pun menunjukan
sifat elastis seperti pegas. Dari kemiripan tersebut dapat kita simpulkan bahwa untuk
bahan, “konstanta pegas” yang dimilikinya memenuhi persamaan

𝑌𝐴
k= ……………….……………………………………………….... (2.1.8)
𝐿

2.2 Modulus Geser


Disamping dapat menyebabkan panjang benda berubah (berkurang atau
bertambah), gaya dapat juga menyebabkan bentuk benda berubah. Misalkan kalian
memiliki sebuah balok karet. Salah satu sisinya dilengketkan di permukaan meja.
Pada sisi atas kalian dorong dengan gaya menyinggung permukaan karet. Apa yang
kalian amati? Tentu bentuk benda menjadi miring di mana sisi atas bergeser
(Gambar). Besarnya perubahan bentuk benda bergantung pada jenis bahan. Untuk
membedakan respons benda terhadap gaya geser tersebut maka didefinisikan suatu
besaran yang namanya modulus geser. Makin sulit benda berubah bentuk, maka
makin besar nilai modulus gesernya.

Gambar 2.2 Benda berbentuk balok yang dikenai gaya geser.

Gambar 2.3 Besaran-besaran yang mempengaruhi bentuk benda.

5|Page Modulus Puntir


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada sejumlah benda diamati
bahwa pergeseran posisi ujung atas benda saat dikenai gaya geser sebanding
dengan tinggi benda (Gambar 9.36), atau

L  L ……………….………………………………………………. (2.1.8)

Untuk mengubah tanda kesebandingan dengan tanda sama dengan,


kita perkenalkan konstanta  yang dinamai strain geser, sehingga

L  L …………….………………………………………………. (2.1.9)

Besarnya perubahan posisi ujung benda tidak bergantung


langsung pada besarnya gaya geser, tetapi bergantung pada gaya geser per satuan
luas permukaan yang disentuh gaya. Maka kita perlu memperkenalkan besaran
yang namanya tekanan geser,
𝐹
 𝐴
……………….………………………………………………. (2.1.10)

Tekanan geser agak berbeda dengan tekanan yang mengubah panjang benda. Pada
perhitungan tekananan geser, arah gaya sejajar dengan arah permukaan. Sedangkan
pada saat membahas perubahan panjang benda, arah gaya yang bekerja tegak lurus
permukaan. Berdasarkan eksperimen untuk sejumlah besar bahan diperoleh
hubungan yang menarik, yaitu Perbandingan antara tegangan geser dan
regangan geser selalu konstan,

G = Konstan ……………….………………………….……. (2.1.11)

Konstanta G dinamakan modulus geser. Dengan mensubtitusi persamaan


(2.1.9) dan (2.1.10) ke dalam persamaan (2.1.11) kita dapat menulis

𝐹/𝐴
Y …………….………………………………………………. (2.1.12)
𝐿/𝐿

Persamaan (2.1.12) juga mengambil bentuk hukum Hooke, dengan


“konstanta pegas”

𝐺𝐴
k …………….………………………………………………... (2.1.13)
𝐿

Modulus geser disebut juga modulus puntir, dan hanya terjadi pada
zat padat. Modulus puntir adalah cara untuk mengetahui benda-benda dan
gaya-gaya apa saja yang mempengaruhi benda-benda tersebut yang bias

6|Page Modulus Puntir


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
berputar. Modulus puntir disebut juga Modulus geser, dan hanya terjadi
pada zat padat.Puntiran adalah suatu perlakuan terhadap material yang
diberikan torsi yang tegak lurus terhadap diameter material tersebut pada
kedua ujungnya secara berlawanan.
Salah satu hal yang berpengaruh pada percobaan ini adalah gravitasi,
karena berkaitan dengan berat (massa), lalu hukum yang menyatakan
gaya tarik benda atau gaya tarik menarik benda berbanding lurus dengan dua
massa tersebut serta berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara
pusat dengan kedua benda tersebut.
Selain berhubungan dengan gravitasi, modulus geser atau modulus
puntir pun berkaitan dengan adanya gerak jatuh bebas dan gerak vertikal
ke atas. Gerak jatuh bebas mempengaruhi massa m dari benda juga oleh
gravitasi, Sedangkan kecepatan sama dengan nol.
S = v.t …………….………………………………………………….. (2.1.14)
Gerak vertikal keatas berlawanan dengan gaya gravitasi suatu benda
dalam hal ini arahnya yang membedakan. Gerak vertikal keatas
menunjukan gaya normal, yaitu gaya yang berlawanan dengan arah
gravitasi.
Besarnya suatu gaya normal sangat bergantung dengan besarnya
gaya gravitasi suatu benda. Kecepatannya adalah sebesar :
Vt = V0 – gt…………….……………………………………………. (2.1.15)
Kecepatan akhirnya:
Vt2 = Vo2 - 2gt…………….…………………………………………. (2.1.16)
Sebuah benda yang bekerja pada batang katrol, digunakan pada
sebuah katrol dengan menggunakan seutas tali sehingga benda
membentuk gaya ke atas lalu terjadi perubahan sudut.
Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi modulus puntir
(modulus geser) :
a. Panjang benda
b. Sudut puntir yang diberikan pada suatu benda
c. Momen gaya pada benda
d. Jari-jari benda

7|Page Modulus Puntir


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Secara umum puntiran terjadi bila balok atau kolom mengalami
perputaran terhadap sumbunya. Perputaran demikian dapat diakibatkan
oleh beban dengan titik kerja yang tidak terletak pada sumbu simetri. Bila
balok mengalami puntiran, maka lapisan-lapisan pada penampang balok
cenderung bergeser satu dengan yang lain. Karena kohesi maka bahan
akan melawan pergeseran tersebut sehingga timbullah tegangan geser
puntir pada balok. Hal ini dapat ditunjukkan dengan memuntir sebatang
rokok pada sumbu memanjang, akan timbul kerutan kerutan berbentuk spiral
pada permukaan rokok, kerutan ini menunjukkan garis geseran yang
terjadi. Contoh lain adalah sebatang kapur tulis yang dipuntir pada sumbu
memanjang, kapur akan terputus, bidang patahan adalah bidang geser
puntir.
Salah satu batang di jepit keras-keras di T, ujung lainya bebas
berputar dan pada badanya di pasang keras-keras roda p, maka roda itu
akan menghasilkan momen M terhadap batang. Dengan jarum penunjuk
yang melekat pada batang dan pembagian skala s dapat di baca sudut
puntiran batang, maka modulus puntir dapat di hitung dari:
G = (2.m.l)/(π.θ.R^4 )………….……………………………………. (2.1.17)
Atau
G = (360.g.r.l.m)/(π2.a2.R2 ) …….……………….…………………. (2.1.18)
Dimana : G = Modulus Puntir; l = panjang batang yang dipuntir; g = gaya
gravitasi; r = jari-jari roda P; m = massa beban; a = sudut puntiran
dalam derajat

2.3 Modulus Volum


Jika sebuah benda ditekan dari semua sisi, maka volum benda akan
berkurang. Dari sejumlah eksperimen diamati bahwa pengurangan volum V
memenuhi
i) Berbanding lurus dengan volum semula
ii) Sebanding dengan perubahan tekanan yang diberikan

8|Page Modulus Puntir


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

(a)

(b) (c) (d)

(f)
(e)

(g)

Gambar 3.1 Peralatan Praktikum Modulus Puntir


(a) Alat modulus puntir, (b)……

3.2 Prosedur Percobaan


Pertama-tama kami melakukan proses pengukuran yang dimulai dengan
menimbang massa dari beban yang akan digunakan dengan menggunakan neraca
analitik. Langkah selanjutnya, kami melakukan pengukuran panjang dari diameter

9|Page Modulus Puntir


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
roda (puly) secara vertical, horizontal, dan diagonal serta mengukur diameter dari
batang logam menggunakan jangka sorong.
Kemudian, kami mengatur skala pada busur derajat hingga jarumnya tepat
berada di tengah. Setelah itu, kami memasang beban pada roda untuk mengukur
beban yang nanti akan tercipta. Selanjutnya menyetel kembali panjang batang sesuai
ukuran yang ditentukan.

10 | P a g e Modulus Puntir
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1. Pertanyaan
1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang modulus puntir beserta dengan
persamaan matematisnya!
2. Jelaskan perbedaan gerak vertikal dan gerak horizontal beserta dengan
gambar!
3. Jelaskan pengaruh gaya gravitasi terhadap besarnya gaya normal serta
tuliskan persamaan matematisnya!
4. Jelaskan faktor-faktor yang berlaku pada percobaan modulus puntir!
5. Jelaskan mekanisme terjadinya puntiran!
6. Jelaskan perbedaan gerak sentrifugal dan sentripetal!
7. Suatu kendaraan bergerak dari keadaan diam hingga mencapai
kecepatan v1 km/jam, dimana kemiringan tanjakan jalan yang dilewati
sebesar 27o tanjakan. Hitunglah berapa kecepatan akhir kendaraan
tersebut setelah melewati tanjakan tersebut!
4.2. Jawaban
1. Modulus puntir adalah cara untuk mengetahui benda-benda dan
gaya-gaya apa saja yang mempengaruhi benda-benda tersebut yang bisa
berputar. Modulus puntir disebut juga Modulus geser, dan hanya terjadi
pada zat padat. Modulus puntir merupakan suatu besaran yang menentukan
kelebaman benda. Semakin besar modulus puntirnya, maka benda akan semakin
sulit berdeformasi apabila diberi tegangan memuntir. Untuk menentukan
modulus puntir dari suatu benda, dapat digunakan persamaan :
𝐹 𝐿0
G ..……….…………………………………………………. (4.1.1)
𝐴 𝐿

Keterangan : G = Modulus puntir (Pa); F = Gaya yang diberikan (N); Lo =


Panjang awal benda (m); A = Luas permukaan (m2); ΔL =
Perubahan panjang benda (m)

2. Gerak vertikal merupakan gerak benda yang arahnya vertikal tegak lurus dengan
bidang horizontal. Lintasannya berupa garis lurus ke atas. Sedangkan gerak
horizontal merupakan gerak arahnya tegak lurus terhadap arah vertikal dengan
lintasan berupa garis lurus ke samping.

11 | P a g e Modulus Puntir
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar 4.1 Perbedaan gerak vertikal dan gerak horizontal


3. Salah satu hal yang berpengaruh pada percobaan ini adalah gravitasi,
karena berkaitan dengan berat (massa), lalu hukum yang menyatakan
gaya tarik benda atau gaya tarik menarik benda berbanding lurus dengan
dua massa tersebut serta berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara
pusat dengan kedua benda tersebut. Selain berhubungan dengan gravitasi,
modulus geser atau modulus puntir pun berkaitan dengan adanya gerak
jatuh bebas dan gerak vertikal ke atas. Gerak jatuh bebas mempengaruhi
massa m dari benda juga oleh gravitasi, Sedangkan kecepatan sama
dengan nol.
S = v.t.............................................................................................(4.1.2)
Gerak vertikal keatas berlawanan dengan gaya gravitasi suatu benda
dalam hal ini arahnya yang membedakan. Gerak vertikal keatas
menunjukan gaya normal, yaitu gaya yang berlawanan dengan arah
gravitasi.
Besarnya suatu gaya normal sangat bergantung dengan besarnya
gaya gravitasi suatu benda. Kecepatannya adalah sebesar :
Vt = V0 – gt ...................................................................................... (4.1.3)
Kecepatan akhirnya:
Vt2 = Vo2 - 2gt ................................................................................. (4.1.4)
4. Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi modulus puntir
(modulus geser) :
a) Panjang benda
b) Sudut puntir yang diberikan pada suatu benda
c) Momen gaya pada benda

12 | P a g e Modulus Puntir
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
d) Jari-jari benda
5. Secara umum puntiran terjadi bila balok atau kolom mengalami
perputaran terhadap sumbunya. Perputaran demikian dapat diakibatkan
oleh beban dengan titik kerja yang tidak terletak pada sumbu simetri. Bila
balok mengalami puntiran, maka lapisan-lapisan pada penampang balok
cenderung bergeser satu dengan yang lain. Karena kohesi maka bahan
akan melawan pergeseran tersebut sehingga timbullah tegangan geser
puntir pada balok. Hal ini dapat ditunjukkan dengan memuntir sebatang
rokok pada sumbu memanjang, akan timbul kerutan kerutan berbentuk
spiral pada permukaan rokok, kerutan ini menunjukkan garis geseran
yang terjadi. Contoh lain adalah sebatang kapur tulis yang dipuntir pada
sumbu memanjang, kapur akan terputus, bidang patahan adalah bidang
geser puntir.
6.

13 | P a g e Modulus Puntir

Anda mungkin juga menyukai