Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

TERMOKIMIA DAN HUKUM HESS

Oleh :
Nama : Maya Riska Amelia
NIM : 201910901047
Kelompok/ Kelas : 7 / Teknik Pertambangan
Asisten : Elsha Dwi Herdasari

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2020
I. JUDUL

Termokimia dan Hukum Hess

II. TUJUAN

Tujuan pada praktikum termokimia dan hukum hess adalah :

1. Menentukan kalor jenis kalorimeter sederhana.


2. Menentukan perubahan entalpi reaksi ∆H1 , ∆H2 dan ∆H3.
3. Mempelajari penjumlahan perubahan entalpi reaksi yang berlansung bertahap.

III. PENDAHULUAN

3.1 MSDS (Material Data of Sheet)

3.1.1 Aquades (H2O)

Aquadest memiliki sifat fisik antara lain,yaitu berbentuk cair, tidak berbau,
tidak ada rasa, dan tidak berwarna. Aquadest memiliki sifat kimia antara lain, yaitu
pH netral, titik didih pada 100°C, tekanan uap 23 hPa pada 20 °C, kelarutan dalam air
larut sepenuhnya, dapat didistilasi dalam kondisi tidak terurai (undecomposed) pada
tekanan normal, viskositas dinamis 0,952 mPa.s pada 20 °C. Aquades
diklasifikasikan sebagai bahan yang tidak mudah meledak, sifat oksidator tidak ada.
Akuades tidak berbahaya, dan juga tidak ada cara penanganannya (Labchem, 2020).

3.1.2 Asam Klorida (HCl)

Asam klorida memiliki sifat fisik antara lain, yaitu berbentuk cair, tidak
berwarna, tidak berbau. Sifat kimia pH 1,2 pada 20℃, densitas 1,00 g/cm3 pada 20℃,
kelarutan dalam air pada 20℃. Bahayanya menyebabkan gangguan pada kulit dan
gangguan mata berat. Cara penanganannya pakailah sarung tangan pelindung dan
pelindung mata, jika terkena kulit cuci dengan banyak sabun dan air, jika terkena
mata bilas dengan hati-hati dengan air selama beberapa menit, jika terjadi iritasi pada
kulit dapatkan saran medis, jika iritasi mata berlanjut dapatkan saran medis, lepaskan
pakaian yang terkontaminasi dan cuci sebelum digunakan kembali (Labchem, 2020).

3.1.3 Natrium Hidroksida (NaOH)

Natrium hidroksida memiliki rumus kimia NaOH. Natrium Hidroksida


merupakan bahan kimia yang memiliki sifat fisik padat seperti Kristal padat atau
sebuk kristal, berwarna putih dan tidak memiliki bau. NaOH memiliki pH sebesar 14
dan massa molekulnya sebesar 40 g/mol. natrium hidroksida memliki titik lebur
sebesar 323 oC dan titik didih sebesar 1388oC. NaOH memiliki densitas sebesar 2130
g/cm3dan konsentari saturasinya sebesar 671 kg/m3. Bahan ini juga merupakan
bahan yang tembus cahaya, higroskopis dan zat yang memiliki reaksi dasar. NaOH
apabila terkena mata dapat menyebabkan kerusakan mata. Pertolongan pertama yang
dapat dilakukan jika bahan terkena mata adalah dengan membilas mata dengan air
untuk beberapa menit, lanjutkan dengan melepas lensa kontak jika memakai dan
dilanjutkan membilas. NaOH apabila terkena kulit dapat meneyebabkan kulit terbakar
yang parah. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan jika terkena kulit adalah
dengan membilas bagian kulit yang terkena NaOH dengan air yang mengalir. Resiko-
resiko yang membahayakan tersebut dapat dihindari dengan menggunakan kaca mata
pelindung, sarung tangan pelindung, masker dan jas laboratorium (Labchem ,2020).
3.2 Tinjauan Pustaka

Energi dibutuhkan untuk memutuskan ikatan-ikatan dan energi pada ikatan-


ikatan yang terbentuk, sehingga hampir semua reaksi kimia melibatkan perubahan
energi. Perubahan energi yang terjadi dapat berupa kalor pembentukan, kalor
pembakaran, kalor pelarutan, dan kalor netralisasi. Energi bisa dilepaskan (eksoterm)
atau bisa juga ditangkap (endoterm). Reaksi eksoterm adalah reaksi kimia dengan
sistem melepaskan kalor. Pada reaksi ini suhu campuran reaksi akan naik dan energi
potensial dari zat-zat kimia yang terikat akan turun sehingga sistem melepaskan kalor
kelingkungan, sedangkan reaksi endoterm adalah reaksi kimia dengan sistem
menyerap kalor dari lingkungan. Pada reaksi ini terjadi kenaikan energi potensial zat-
zat yang bereaksi atau terjadi penurunan energi kinetik sehingga suhu sistem turun
(Justiana Muchtardi,Sandri.2009:41).

3.2.1 Termokimia

Termokimia meliputi hukum kekekalan energi, hukum kekekalan energi


menyatakan bahwa energi tidak dapat dimusnahkan ataupun diciptakan akan tetapi
hanya dapat diubah dari bentuk energi yang satu menjadi bentuk energi yang lain.
Nilai energi suatu materi yang hanya dapat diukur hanyalah perubahan energi,
demikian juga dengan entalpi yang hanya dapat diukur hanyalah perubahan
entalnpinya saja (Utami Budi.2009:39).

Hukum kekekalan energi biasanya didefinisikan sebagai kapasitas untuk


melakukan kerja. Pada suatu contoh sistem terisolasi oleh jumlah energi total yaitu
merupakan hasil konstan melalui proses kimia, energi tersebut dapat diubah menjadi
energi dalam bentuk lain misalnya energi mekanik, energi listrik, energi cahaya, dan
lain-lain. Pengertian ini memunculkan suatu hukum yang dinamakan hukum
kekekalan energi. Hukum ini menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan, namun energi dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk energi lain.
Beberapa contoh perubahan wujud energi adalah sebagai berikut :
1. Energi radiasi diubah menjadi energi panas,perubahan ini terjadi ketika kita
berjemur dibawah terik matahari. Energi radiasi ini akan diubah menjadi
energi termal pada kulit kita.
2. Energi potensial menjadi energi listrik. Perubahan ini contohnya teerjadi pada
PLTA yang memanfaatkan potensial air terjun untuk menggerakkan turbin
pembangkit listrik (Tim penyusun, 2005 : 48).

3.2.2 Entalpi (H)

Entalpi (H) adalah jumlah energi yang dimiliki sistem pada tekanan tetap.
Perubahan entalpi (ΔH) pada reaksi endoterm merupakan selisih anatara entalpi
produk dengan entalpi pereaksi (Hp - Hr) sehinggga ΔH bernilai positif. Sebaliknya,
pada reaksi eksoterm entalpi produk lebih kecil dari pada entalpi pereaksi, oleh
karena itu perubahan entalpi (ΔH) merupakan selisih antara entalpi pereaksi dengan
entalpi produk (Hr – Hp) sehingga ΔH bernilai negatif. (Justiana
Muchtardi,Sandri.2009:44)

Beberapa jenis perubahan entalpi standar, yaitu:

a. Perubahan entalpi pembentukan standar (∆Hf˚)

Merupakan perubahan entalpi yang terjadi pada pembentukan 1 mol suatu


senyawa dari unsur-unsur yang paling stabil pada keadaan satandar.

b. Perubahan entalpi penguraian standar (∆Hd˚)

Merupakan perubahan entalpi yang terjadi pada penguraian 1 mol suatu


senyawa menjadi unsur-unsurnya yang paling stabil pada keadaan standar.
c. Perubahan entalpi pembakaran standar (∆H˚c)

Adalah perubahan entalpi yang terjadi pada pembakaran 1 mol suatu zat secara
sempurna. Pembakaran merupakan reaksi suatu zat dengan oksigen, dengan demikian
bila suatu zat dibakar sempurna dan zat itu mengandung:

- C à CO2
- H à H2O
- S à SO2 (Susanto.2003:46).

3.2.3 Hukum Hess


Hukum Hess menyatakan bahwa untuk suatu keseluruhan tertentu, perubahan
entalpi selalu sama, tak peduli apakah reaksi itu dilaksanakan secara langsung
ataukah secara tak langsung dan lewat tahap-tahap yang berlainan
(Keenan,dkk.1998:479).

Hubungan antara kapasitas panas dan kalor jenis dapat dinyatakan dalam
rumus : C = m x c. Panas reaksi pada suatu sistem dapat diukur dengan menggunakan
rumus : q = m x c x ΔT . (Justiana Muchtardi,Sandri.2009:4)

Hukum Hess sangat bermanfaat dalam menentukan entalpi reaksi yang


biasanya sangat sulit ditentukan melalui sebuah eksperimen. Hukum Hess dapat
digunakan untuk menghitung jumlah total perubahan entalpi untuk setiap tahapnya
walaupun menggunakan rute raksi yang berbeda. Artinya, kalor reaksi hanya
bergantung pada keaadaan awal (pereaksi) dana keadaaan akhir (produk) saja dan
tidak bergantung dengan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapainya. Jika
sauatu reaksi dikalikan atau dibagi dengan sebuah angka, maka perubahan entalpinya
juga harus dikali ataupun dibagi. Jika persamaan itu dibalik, maka perubahan entalpi
harus dibalik juga (Baharuddin, 2013).

Menurut (Baharuddin, 2013), entalpi atau biasa dinotasikan H merupakan


kandungan kalor atau panas yang dimiliki oleh setiap zat. Entalpi (H) yang dimiliki
oleh suatu zat tidak dapat diuku, melainkan yang dapat diukur hanyalah perubahan
entalpi (ΔH) dari suatu reaksi kimia. Perubahan entalpi sendiri dapat dirumuskan
sebagai berikut :

ΔH = Hproduk - Hreaktan

Reaksi dapat dikatakan termasuk reaksi endoderm apabila Hproduk lebih


besar daripada Hraktan, sehinga perubahan entalpi memiliki tanda positif. Berbanding
terbalik dengan reaksi yang dapat dikatakan sebagai reaksi ekstoterm apabila
Hproduk lebih kecil daripada Hreaktan, sehingga peruahan entalpi memiliki tanda
negatif (Baharuddin, 2013). Menurut (Muhsin,2016), kalor didefinisikan sebagai
energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya
kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut.
Pada saat suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu
juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit. Hasil
percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu
benda(zat) bergantung pada 3 faktor yaitu,massa

Q = m. c. Δt

zat, jenis zat (kalor jenis), danperubahan suhu. Secara matematis dapat dirumuskan :

Dimana :
Q adalah kalor yang dibutuhkan (J)
M adalah massa benda (kg)
C adalah kalor jenis (s (J/kg°C)
Δt adalah perubahan suhu (°C)
IV. Metodologi Percobaan

4.1 Alat dan Bahan


4.1.1 Alat
- Kalorimeter sederhana
- Thermometer (0 - 100℃ )
- Gelas kimia 200 mL
4.1.2 Bahan
- Aquades
- NaOH (Pellet)
- Larutan HCL 0,5M
- Larutan NaOH 0,5M
4.2 Skema Kerja
4.2.1 Menentukan kalor jenis kalorimeter

Aquadest

- Diisi kalorimeter dengan 50 ml aquades


- Didiamkan selama 5 detik dan catat suhunya (t1)
- Dipanaskan 50 ml aquades dalam gelas kimia 200 ml sampai
suhu sekitar 65 °C dan catat suhu tepatnya (t2)
- Dituang aquades ke dalam calorimeter dengan segera
- Diaduk dengan baik dan dicatat suhu tertingginya (t3)
- Dihitung kalor jenis kalorimeter.

Hasil
4.2.2 Kalor pelarutan NaOH

NaOH
- Diisi kalorimeter dengan 100 ml aquades
- Didiamkan aquades beberapa saat dan dicatat suhunya
dengan tepat (t1)
- Ditimbang NaOH padat sekitar 2 gr dengan cepat
- Dicatat berat tepatnya (dititip botol tempat NaOH sesegera
mungkin)
- Dimasukkan NaOH ke dalam calorimeter dan diaduk
dengan cepat sehingga semua NaOH larut
- Diperhatikan perubahan suhunya dan dicatat suhu
tertingginya

Hasil

4.2.3 Kalor reaksi antara larutan HCl dengan larutan NaOH


HCl

- Dimasukkan 50 ml HCl 0,5 M ke dalam calorimeter


- Didiamkan larutan HCl 0,5 M didalam calorimeter
beberapa saat dan dicatat suhunya dengan tepat
- Diukur 50 ml larutan NaOH 0,5 M dan dipindah ke dalam
gelas kimia
- Didiamkan larutan NaOH 0,5 M beberapa saat
- Diukur dan dicatat dengan tepat suhunya
- Dituang 50 ml NaOH ke dalam calorimeter dan diaduk
dengan cepat
- Diperhatikan perubahans suhunya dan dicatat suhu
tertingginya

Hasil
4.2.4 Kalor reaksi antara larutan HCl dengan NaOH padat
HCl

- Dimasukkan larutan HCl 0,5 M ke dalam calorimeter


sebanyak 100 ml
- Didiamkan larutan HCl didalam calorimeter beberapa saat
dan dicatat dengan tepat suhunya
- Ditimbang NaOH padat sekitar 2 gr dengan cepat dan
dicatat dengan tepat beratnya (ditutup botol tempat NaOH
sesegera mungkin)
- Dimasukkan NaOH ke dalam calorimeter dan diaduk
dengan cepat
- Diperhatikan perubahan suhunya dan dicatat suhu
tertingginya

HCl

4.3 Prosedur Kerja

4.3.1 Menentukan Kalor Jenis Kalorimeter

Percobaan pertama yang dilakukan pada praktikum ini adalah menentukan


kalor jenis kalorimeter. Aquades pertama-tama sebanyak 50 ml diisikan ke
calorimeter, kemudian aquades di kalorimeter didiamkan selama 5 detik dan suhu t1
dicatat dengan tepat. Aquades sebanyak 50 ml diambil dan dipanaskan didalam gelas
kimia 200 ml sampai aquades mencapai suhu sekitar 65 oC kemudian suhu t2 yang
diperoleh dicatat dengan tepat. Aquades yang telah dipanaskan hingga mencapai suhu
sekitar 65 oC dituangkan ke dalam calorimeter kemudian aquades diaduk dengan baik
dan suhu tertingginya dicatat yang diberi label t3. Data-data yang telah diperoleh
digunakan untuk menghitung kalor jenis kalorimeter.
4.3.2. Kalor Pelarutan NaOH

Percobaan kedua yang dilakukan yaitu kalor pelarutan NaOH. Aquades


sebanyak 100 ml diisikan ke dalam kalorimeter, selanjutnya aquades didiamkan
beberapa saat dan suhu t1 yang dihasilkan dicatat dengan tepat. Langkah sekanjutnya
yaitu NaOH ditimbang sebanyak kurang lebih 2 gram dan berat NaOH yang
dihasilkan dicatat serta botol tempat NaOH ditutup sesegera mungkin. NaOH yang
telah ditimbang dan dicatat beratnya dimasukkan ke dalam kalorimeter dan NaOH
didalam kalorimeter diaduk dengan cepat sehingga semua NaOH larut dalam
aquades. Perubahan suhu yang terjadi diperhatikan dan suhu tertinggi yang dihasilkan
dicatat dengan teliti.

4.3.3. Kalor Reaksi Antara Larutan HCl Dengan Larutan NaOH

Larutan HCl 0,5 M diambil dan diukur sebanyak 50 ml yang kemudian


dimasukkan ke dalam kalorimeter. Larutan HCl 0,5 M yang telah dimasukkan ke
dalam kalorimeter didiamkan beberapa saat dan suhu yang dihasilkan dicatat dengan
tepat dan teliti. Langkah selanjutnya yaitu larutan NaOH 0,5 M diambil dan diukur
sebanyak 50 ml yang kemudian larutan dipindahkan ke dalam gelas kimia. Larutan
NaOH 0,5 M yang telah dimasukkan ke dalam gelas ukur didiamkan beberapa saat
tertelebih dahulu dan suhu yang dihasilkan dicatat dengan tepat. NaOH sebanyak 50
ml dituangkan ke dalam kalorimeter yang selanjutnya NaOH diaduk dengan cepat.
Perubahan suhu yang terjadi diperhatikan dan suhu tertinggi yang dihasilkan dicatat
dengan teliti.

4.3.4. Kalor Reaksi Antara Larutan HCl dengan NaOH Padat

Percobaan ke empat yaitu kalor reaksi antara larutan HCl dengan NaOH
padat. Pertama-tama larutan HCl 0,5 M sebanyak 100 ml dimasukkan kedalam
kalorimeter. Larutan HCl didalam kalorimeter didiamkan terlebih dahulu selama
beberapa saat dan perubahan suhu yang terjadi dicatat dengan tepat. Langkah
selanjutnya yaitu NaOH padat diambil dan ditimbang sekitar kurang lebih 2 gram
dengan cepat kemudian berat NaOH yang telah ditimbang dicatat dengan tepat. Boto;
tempat NaOH ditutup sesegera mungkin. NaOH yang telah ditimbang dan dicatat
beratnya dimasukkan ke dalam kalorimeter yang selanjutnya diaduk dengan cepat.
Perubahan suhu yang terjadi diperhatikan dan suhu tertinggi yang dihasilkan dicatat
dengan teliti.

V. Data dan Perhitungan

5.1 Data

5.1.1 Data Menentukan Kalor Jenis Kalorieter

Suhu akuades dingin (t1) = 28,6°C

Suhu akuades panas (t2) = 65°C

Suhu akuades campuran (t3) = 42,6°C

∆t4 = t3 - t1 = 42,6°C - 28,6°C = 14°C

∆t5 = t3 - t2 = 42,6°C - 65°C = 22,4°C

5.1.2 Data Kalor Pelarutan NaOH

Volume akuades = 100 mL

Suhu akuades (t1) = 27,6°C

Massa NaOH padat = 2,05 gram

Suhu larutan (t2) = 32,6°C


5.1.3 Data Kalor Reaksi Antara Larutan HCl dengan Larutan NaOH

Volume larutan HCl = 50 mL

Volume larutan NaOH = 50 mL

Suhu larutan HCl (t1) = 26,6°C

Suhu larutan NaOH (t2) = 26,6°C

Suhu campuran (t3) = 28,6°C

5.1.4 Data Kalor Reaksi Antara Larutan HCl dengan NaOH Padat

Volume larutan HCl = 100 mL

Suhu larutan HCl (t1) = 26,6°C

Massa NaOH padat = 2 gram

Suhu campuran (t3) = 34,3°C

5.2 Perhitungan

5.2.1 Perhitungan Menentukan Kalor Jenis Kalorieter

Kalor yang dilepas akuades panas

Q1 = kalor jenis air × ∆t5 × massa air

= 4,20 joule/g.°C × 22,4°C × 50 gram

= 4704 joule
Kalor yang diterima akuades dingin

Q2 = kalor jenis air × ∆t4 × massa air

= 4,20 joule/g.°C × 14°C × 50 gram

= 2940 joule

Kalor yang diterima kalorimeter

Q3 = q 1 - q2

= 4704 - 2940

= 1764 joule

Kapasitas kalor kalorimeter

q3
Cp =
∆ t4

1764
=
14

= 126 joule/°C

5.2.2 Perhitungan Kalor Pelarutan NaOH

Suhu akuades dingin (t1) = 27,6°C

Massa NaOH = 2,05 gram; jumlah mol NaOH = 0,05


mol

Suhu larutan (t2) = 32,6°C

∆t = t2 - t1

= 32,6°C - 27,6°C

= 5°C
Volume air = 100 mL; massa air = 100 gram

Kapasitas kalor kalorimeter (Cp) = 126 joule/°C

Kalor yang diserap kalorimeter (q3) = 1764 joule

Jumlah kalor yang dihasilkan oleh pelarutan 0,05 mol NaOH adalah

Q1 = (massa air panas × ∆t × kalor jenis air) + (Cp × ∆t)

= (100 gram × 5°C ×4,20 joule/g.°C) + (126 joule/°C ×


5°C)

= 2100 joule + 630 joule

= 2730 joule

Kalor pelarutan (∆H1)

q1
∆H1 =
mol NaOH

2730
=
0,05

= 54600 joule/mol

5.2.3 Perhitungan Kalor Reaksi Antara Larutan HCl dengan Larutan


NaOH

Suhu larutan HCl (t1) = 26,6°C

Suhu larutan NaOH (t2) = 26,6°C

(t 1+t 2) (26,6 ° C+26,6 ° C)


Suhu awal rata-rata (t) = = =
2 2
26,6°C

Suhu campuran (t3) = 28,6°C


Perubahan suhu (∆t) = ∆t = t3 - t = 28,6°C - 26,6°C = 2°C

Massa larutan = 100 gram

Kalor yang menyertai reaksi antara HCl dan NaOH adalah

Q1 = (massa larutan × ∆t × kalor jenis larutan) + (Cp × ∆t)

= (100 gram × 2°C ×4,20 joule/g.°C) + (126 joule/°C × 2°C)

= 840 joule + 252 joule

= 1092 joule

Jumlah mol NaOH yang bereaksi adalah

0,5 mol/l
Mol NaOH = 50 mL ×
1000 mL/l

= 0,025 mol

Kalor sebesar q1 dihasilkan oleh reaksi antara 0,025 mol NaOH dengan HCl

Kalor netralisasi (∆H2) yang dihasilkan oleh NaOH setiap berreaksi

q1
∆H2 =
0,025 mol

1092 joule
=
0,025 mol

= 43680 joule/mol

5.2.4 Perhitungan Kalor Reaksi Antara Larutan HCl dengan NaOH Padat

Suhu larutan HCl (t1) = 26,6°C

Massa NaOH padat = 2 gram ; mol NaOH = 0,05 mol

Suhu campuran (t3) = 34,3°C


∆t = t3 - t1

= 34,3°C - 26,6°C

= 7,7°C

Massa larutan HCl = 100 gram

Besarnya kalor yang dihasilkan oleh reaksi 0,05 mol NaOH adalah

Q3 = (massa larutan × ∆t × kalor jenis larutan) + (Cp × ∆t)

= (100 gram × 7,7°C ×4,20 joule/g.°C) + (126 joule/°C ×


7,7°C)

= 3234+ 970,2

= 4204,2 joule

Besarnya kalor yang menyertai reaksi 1 mol NaOH dengan HCl adalah

q3
∆H3 =
mol NaOH

4204,2 jouleule
=
0,05 mol

= 84084 joule/mol
VI. Hasil dan Pembahasan
6.1 Hasil
6.1.1 Menentukan Kalor Jenis Kalorimeter

Bahan ∆t4 °C ∆t5 °C Q1 (J) Q2 (J) Q3 (J) Cp (J/°C)


Akuades 14 22,4 4704 2940 1764 126

6.1.2 Kalor Pelarutan NaOH

Bahan Q1 (J) ∆H1 (J/mol)


100 mL Akuades + 2 gram NaOH 2730 54600

6.1.3 Kalor Reaksi Antara Larutan HCl dengan Larutan NaOH

Bahan Q1 (J) ∆H2 (J/mol)


Larutan HCl + Larutan NaOH 1092 43680

6.1.4 Kalor Reaksi Antara Larutan HCl dengan NaOH Padat

Bahan Q3 (J) ∆H3 (J/mol)


Larutan HCl + NaOH Padat 4204,2 84084

6.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini adalah melakukan percobaan mengenai
penentuan tetapan kalorimetri dengan menggunakan kalorimeter. Penentuan
yang ditentukan ini mengenai kalor tetapan kalorimeter
Termokimia berkaitan erat dengan penentuan kualitas kalor, melalui
pengukuran maupun perhitungan. Perhitungan ini memungkinkan untuk
menemukan secara tidak langsung, kualitas kalor yang mungkin sulit untuk
diukur secara langsung. Semakin keras gerakan molekul dalam suatu sistem,
semakin panas sampel dan besar energi termalnya. Energi termal sisem
sangat bergantung pada jumlah partikel yang ada sehingga sedikit sampel
pada suhu yang tinggi, dapat memiliki energi termal yang lebih kecil
dibandingkan dengan sampel yang lebih besar pada suhu yang lebih rendah.
Suhu dan energi termal harus benar-benar dibedakan.
Praktikum kimia kali ini mencari perubahan ∆H pada suatu reaksi
yang menggunakan kalorimeter sederhana. Praktikum dilakukan dengan 4
percobaan yang berbeda-beda. Pada percobaan pertama dilakukan dengan
percobaan mengenai menentukan kalor jenis kalorimeter. Percobaan kedua
dilakukan percobaan kalor pelarutan NaOH. Percobaan ketiga dilakukan
dengan percobaan mengenai kalor reaksi antara larutan HCl dan larutan
NaOH. Percobaan keempat dilakukan dengan percobaan mengenai kalor
reaksi antara larutan HCl dengan NaOH padat. Percobaan pertama dilakukan
untuk menentukan kapasitas kalor kalorimeter. Percobaan kedua,ketiga,dan
keempat dilakukan untuk mendapatkan nilai ∆H1, ∆H2, ∆H3.
Percobaan pertama yaitu percobaan mengenai menentukan kalor jenis
kalorimeter yang dilakukan dengan cara kalorimeter diisi dengan 50 ml
akuades, diamkan selama 5 detik dan catat suhunya sebagai t1 (28,6°C).
Didiamkan selama 5 detik bertujuan agar mengetahui perubahan kalor dari
aquades. Langkah selanjutnya yaitu 50 ml aquades dipanaskan dalam gelas
kimia 200 ml sampai suhu sekitar 65 °C. Suhu tepatnya dicatat untuk
menentukan tetapan kalorimeternya sebagai t2 (65°C). Setelah dipanaskan
segera tuangkan ke dalam kalorimeter. Tujuan penggunaan air panas dan air
dingin biasa adalh untuk menentukan harga penurunan air panas dan kenaikan
temperatur air dingin.
Campuran air panas dan dingin yang berada dalam kalorimeter diaduk
dengan baik dan catat suhu tertingginya sebagai t3 (42,6°C). Pengadukan dari
kedua campuran dalam kalorimeter tersebut bertujuan untuk menentukan
tetapan kalorimeter. Setelah dilakukan percobaan, dilakukan beberapa
perhitungan sehingga menghasilkan ∆t4 = 14°C dan ∆t5 = 22,4°C.
Didapatkan hasil perhitungan kalor seperti berikut q1 = 4704 J, q2 = 2940 J
dan q3 = 1764 J. Dari data perhitungan yang diperoleh kita dapat menentukan
tetapan kalorimeter sebesar 126 J/°C.
Percobaan kedua yaitu percobaan mengenai menentukan kalor
pelarutan NaOH yang dilakukan dengan cara alat dan bahan yang dibutuhkan
pada percobaan kedua ini disapkan terlebih dahulu. Bahan-bahan yang
digunakan dalam percobaan kedua ini yaitu NaOH padat dan akuades untuk
alat yang diperlukan yaitu kalorimeter, gelas ukur, timbangan dan termometer.
Kalorimeter diisi dengan 100 ml akuades, selanjutnya diamkan beberapa saat
dan catat suhu dengan tepat sebagai t1 (27,6°C). Langkah selanjutnya yaitu 2
g NaOH padat ditimbang dan dicatat massanya. NaOH dimasukkan ke dalam
kalorimeter dan diaduk dengan cepat sampai NaOH semua terlarut. Amati
perubahan suhu yang terjadi dan catat suhunya sebagai t3 (32,6°C). Dari
percobaan ini didapat q1 sebesar 632,1 joule. Dari q1 tersebut digunakan
untuk mencari perubahan entalpi atau ∆H1 dan didapat hasil sebesar 12642
joule/mol.
Percobaan ketiga yaitu percobaan mengenai kalor reaksi antara larutan
HCl dan larutan NaOH yang dilakukan dengan cara 50 ml larutan HCl 0,5 M
dimasukkan ke dalam kalorimeter. Langkah selanjutnya larutan HCl 0,5 M
didiamkan beberapa saat dan dicatat suhunya dengan tepat sebagai t1
(26,6°C). 50 ml larutan NaOH 0,5 M dipindahkan ke dalam gelas kimia dan
didiamkan beberapa saat, ukur dan catat suhunya dengan tepat. 50 ml NaOH
tersebut dituangkan ke dalam kalorimeter dan diaduk dengan cepat, amati
perubahan suhu yang terjadi dan catat suhunya sebagai t2 (26,6°C).
Pengadukan dengan cepat bertujuan agar larutan tercampur rata. Persamaan
reaksi dari HCl dan NaOH sebagai berikut :
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Percobaan ketiga ini digunakaan bahan yaitu larutan HCl dan larutan
NaOH. Penggunaan HCl dan NaOH bertujuan untuk menentukan kalor
penetralan dari reaksi antara asam kuat dan basa kuat. Penggunan NaOH pada
percobaan ini berbentuk cairan bertujuan untuk mempercepat reaksi sehingga
dapat menentukan kalor penetralan. Dari perhitungan di atas didapat q1
sebesar 1092 J. Dari q1 tersebut digunakan untuk mencari perubahan entalpi
atau ∆H2 dan didapat hasil sebesar 43,680 kj/mol.
Percobaan keempat yaitu percobaan mengenai kalor reaksi antara larutan HCl
dengan NaOH padat yang dilakukan dengan cara 100 ml larutan HCl 0,5 M
dimasukkan ke dalam kalorimeter. Langkah selanjutnya larutan HCl 0,5 M
didiamkan beberapa saat dan dicatat suhunya dengan tepat sebagai t1.
(26,6°C). 2 g NaOH padat ditimbang dengan cepat. Massanya dicatat sebagai
t2 (26,6°C) dan segera tutup botol tempat NaOH. NaOH dimasukkan ke
dalam kalorimeter dan diaduk dengan cepat NaOH sampai semua terlarut.
Amati perubahan suhu yang terjadi dan catat suhunya sebagai t3 (34,6°C).
Pencampuran NaOH yang merupakan basa kuat dengan HCl yang
merupakan asam kuat akan menghasilkan garam (NaCl) dan air (H2O)
sebagai produk reaksi. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
NaOH(s) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
Dari perhitungan di atas didapat q1 sebesar 4204,2 J. Dari q1 tersebut
digunakan untuk mencari perubahan entalpi atau ∆H3 dan didapat hasil
sebesar 84,084 kj/mol.
Prinsip kerja dari kalorimeter adalah mengalirkan arus listrik pada
kumparan kawat penghantar yang dimasukan ke dalam air suling. Pada
waktu bergerak dalam kawat penghantar (akibat perbedaan potenial)
pembawa muatan bertumbukan dengan atom logam dan kehilangan energi.
Akibatnya pembawa muatan bertumbukan dengan kecepatan konstan yang
sebanding dengan kuat medan listriknya. Tumbukan oleh pembawa muatan
akan menyebabkan logam yang dialiri arus listrik memperoleh energi yaitu
energi kalor/panas.
Diketahui bahwa semakin besar nilai tegangan listrik dan arus listrik
pada suatu bahan maka tara panas listrik yang dimiliki oleh bahan itu semakin
kecil. Kita dapat melihat seolah pengukuran dengan menggunakan arus kecil
menghasilkan nilai yang kecil. Hal ini merupakan suatu anggapan yang salah
karena dalam pengukuran pertama perubahan suhu yang digunakan sangatlah
kecil berbeda dengan data yang menggunakan arus besar. Tapi jika perubahan
suhu itu sama besarnya maka yang berarus kecil yang mempunyai tara panas
listrik yang besar.

VII Kesimpulan dan Saran


7.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kimia dasar yang berjudul
“Termokimia dan Hukum Hess” adalah sebagai berikut :

1. Kalor jenis kalorimeter sederhana (Cp) pada percobaan kali ini


melalui perbandingan antara q3 dengan ∆t4 sehingga didapatkan kalor
jenis kalorimeter sebesar 126 joule/°C.
2. Perubahan entalpi yang terjadi pada reaksi ∆H 1, ∆H2, dan ∆H3 yaitu,
pada ∆H1 didapatkan hasil sebesar 54600 joule/mol, pada ∆H 2
didapatkan hasil sebesar 43680 joule/mol, dan pada ∆H3 didapatkan
hasil sebesar 84084 joule/mol. Perbedaan pada ketiga hasil entalpi
tersebut disebabkan oleh perbedaan jumlah kalor yang dilepas maupun
diserap pada setiap reaksi yang terjadi.
3. Penjumlahan perubahan entalpi reaksi berlangsung bertahap dengan
terjadinya reaksi serta dipengaruhi oleh kalor yang dilepas maupun
diserap selama reaksi berlangsung.
4. Persamaan kalor reaksi dapat dilakukan dengan menggunakan
- Hukum Hess
- Data entalpi pembentukan standar

DAFTAR PUSTAKA

Labchem.2020. Material Safety Data Sheet Of Aquades. [Serial Online]


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC26750.pdf (Diakses pada 23
Desember 2020)

LabChem. 2020. Material safety Data Sheet of Sodium Hydroxide. [Serial Online]
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Sodium-hydroxide (Diakses
pada 23 Desember 2020).

LabChem. 2020. Material safety Data Sheet of Sodium Chloride. [Serial Online]
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.lab
chem.com/tools/msds/msds/
LC23420.pdf&ved=2ahUKEwif34DlsO7tAhWYSH0KHXJwB78QFjAEeg
QIERAB&usg=AOvVaw0HoJQIZlFhdDmkmPCoEGX6 (Diakses pada
23 Desember 2020).

Altkins, P.W.1999. Kimia Fisika 4 jilid 1. Jakarta: Erlangga

Baharuddin, dkk. 2013. Kimia Dasar. Makassar: UIN Alauddin Press

Chang,R. 2003. Kimia Dasar Prinsip-prinsip Inti. Jakarta : Erlangga.

Keenan,Charles W. 1980. Kimia Universitas Edisi 6. Jakarta: Erlangga

Syukri. 1999. Kimia Dasar I. Bandung: ITB


Tim penyusun.2005. Dasar -Dasar KIMIA. Bandung : Yrama Widya
Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar
Utami,Budi.2009. Kimia. Jakarta:Pusat Perbukuan DPN

Anda mungkin juga menyukai