Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PERUBAHAN MATERI DAN PEMISAHAN CAMPURAN

Oleh :

Nama : Nida Lutfi Romadhoni

NIM : 201810301046

Kelompok : 6/G

Jurusan : Kimia

Asisten : Barizil Anwar

LABORATORIUM KIMIA DASAR

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU ALAM

UNIVERSITAS JEMBER

2020
I. JUDUL : PERUBAHAN MATERI DAN PEMISAHAN CAMPURAN
II. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan praktikum kimia kali ini adalah :
- Mendemastrasikan pemisahan suatu campuran
- Menguji berapa titik pemisahan berdasarkan sifat fisik masing-masing
komponen.
- Memisahkan campuran homogeny dengan teknik destilasi
III. PENDAHULUAN
3.1   Material Safety Data Sheet (MSDS)
3.1.1  Aquades  ( H 2O)
Akuades  biasa disebut dengan air. Akuades merupakan cairan tidak
berwarna dan tidak berbau.  Akuades yang mengenai mata, kulit, tertelan, atau
juga terhisap tidak menimbulkan gejala serius atau tidak berbahaya. Penyimpanan
sebaiknya di wadah tertutup rapat. Air dapat bereaksi keras dengan beberapa
spesifik bahan. Derajat keasaman (pH) dari akuades adalah netral yaitu 7,0. Titik
didih dan titik lebur dari akuades berturut-turut adalah 100oC dan 0oC. Tekanan
uap dari aquades pada suhu 20℃ adalah 17,5 mmHg. Massa jenis dari akuades
adalah 1,00 gram/cm3. Rumus formula dari akuades adalah H2O dengan berat
molekul 18,0134 gram/mol. Air memiliki tegangan permukaan yang besar
disebabkan oleh kuatnya sifat kohesi antar molekul-molekul air. Air dalam
kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat pada kondisi standar, yaitu pada
tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperatur 273,15 K (0°C). Air dalam bentuk ion
dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi
(berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-). Air adalah pelarut yang kuat,
dapat melarutkan banyak jenis zat kimia (ScienceLab, 2020).
3.1.2 Garam Dapur (NaCl)
Garam dapur berbentuk Kristal putih atau butiran. Garam dapur memiliki
titik leleh sebesar 800℃ (1472℉), titik didih sebesar 1465℃ (sublimasi), dan
memiliki titik didih dengan rentang 1420℃−1500 ℃. Garam dapur larut dalam

gram
air sebesar 359 . Garam dapur memiliki garvitasi khusus 2,17. Kepadatan
liter
massa sebesar 35-83(560-1330kgm) tetapi tidak memiliki kepadatan uap. Garam
dapur memiliki Ph sebesar 8 dan volatile 0,5. Garam dapur tidak memiliki tingkat
penguapan dan viskositas. Apabila tidak sengaja garam dapur terkena mata maka
langkah pertama pencegahan adalah dengan membilas mata dengan air msecara
hati-hati. Bagian kelopak mata atas dan bawah juga dibilas dengan air setidaknya
15 menit. Lepaskan lensa kontak jika ada dan mudah dilakukan. Jika masih sakit
atau iritasi berkelajutan, maka dapatkan bantuan madis yang lebih serius. Jika
garam dapur mengenai kulit, maka bersihkan dengan air. Jika iritasi berlanjut,
dapatkan saran atau penanganan medis. Apabila tertelan maka berikan air kepada
pasien. Garam yang tertelan orang bertubuh besar dapat menyebabkan muntah,
diare, kram, kesemutan pada tagang dan kaki, nadi lemah, dan gangguan
perendahan darah. Garam dapur yang tidak sengaja menghirup garam dapur, maka
akan dirasakan tidak nyaman pada penghirupnya. Pencegahan pertama yang bisa
dilakukan adalah dengan berpindah ke tempat yang segar. Jika berkelanjutan
maka dapatkan saran medis (Labchem, 2020)
3.1.3 Naftalene C10H8 (Kapur Barus)
Kapur barus berwarna putih, berbau aromatic dan tidak. Kapur barus

gram
memiliki bentuk kristal padat, memiliki berat molekul 128,19 dan tidak
mol
memiliki Ph, dalam 1% larutan dalam air. Kapur barus memiliki titik didih 218℃
(424,4℉) dan memiliki titik lebur sebesar 809℃ (196,4℉) kapur barus tidak
memiliki suhu kritis dan memiliki berat jenis 1,162. Kapur barus tidak memiliki
tekanan uap dan berat jenisnya sebesar 4,42 kapur barus tidak memiliki volatil
memiliki ambang bau sebesar 0,7 PPM kapur barus lebih larut dalam minyak.
Kapur barus dapat larut dalam air, methanol, metil eter. Kapur barus sangat larut
dalam minyak tetap dengan volatil 1,3 diklorometana. Kapur barus yang
mengenai kulit, mata atau tertelan bisa berbahaya, kapur barus yang terpapar
berlebihan dapat menyebabkan kematian. Kapur barus tidak memiliki efek
karsinogenik juga tidak berefek teratogenik. Kapur barus mungkin beracun bagi
darah ginjal hati dan kulit paparan kapur barus dapat menyebabkan kerusakan
organ, kapur barus yang mengenai tubuh dengan pemaparan berulang dapat
menyebabkan kemunduran kesehatan. kapur barus yang terkena mata pertolongan
pertamanya adalah dengan membasuh mata dengan banyak air selama minimal 15
menit bisa juga dengan air hangat. Jika terjadi kontak dengan kulit maka tutupi
kulit yang yang teriritasi dengan emolien. Pakaian dan sepatu yang yang
terkontaminasi di lepas baju dan sepatu yang terkena harus dicuci bersih, dicuci
dengan sabun dan tutupi kulit yang terkontaminasi dengan krim antibakteri jika
terhirup segera pindah ke udara yang segar jika tidak bernafas berikan napas
buatan. Jika sulit bernafas berikan oksigen, jika tidak bernafas lakukan resusitasi
ke mulut, dapat berbahaya bagi yang memberikan bantuan karena bahan yang
dihirup beracun menular dan korosif. Jika tertelan maka segara konsultasikan
dengan tenaga medis, apabila tertelan dalam jumlah besar segera hubungi dokter
(labchem, 2020)
3.1.4 Pasir
Pasir berbentuk bundar atau partikel sudut pasir, tidak berbau tidak
memiliki Ph juga tidak memiliki titik lebur, titik beku, dan titik penguapan. Pasir
tidak memiliki titik didih dimensi atau maupun temperatur otomatis, pasir tidak
memiliki titik nyala tidak mudah terbakar dan tidak larut pasir memiliki berat
jenis 2,55 -2,80 yang dapat menyebabkan kanker kerusakan pada organ paru-paru
sistem pernapasan. Tindakan pertolongan pertama jika terhirup pasir adalah
dengan berpindah ke udara yang lebih segar debu dalam tenggorokan dan saluran
hidung harus dibersihkan jika teriritasi berlanjut hubungi dokter pasir yang
mengenai mata.  Pertolongan pertamanya adalah dengan membersihkan mata
dengan air selama 15 menit, sekali angkat kelopak mata untuk memastikan
pembilasan menyeluruh. Jika pasir mengenai kulit pertolongan pertamanya adalah
dengan mencuci daerah kulit yang terkena secara menyeluruh dengan sabun dan
air, jika seseorang terkena pasir pertolongan pertamanya adalah dengan
memberikan air dalam jumlah besar. Pasir tidak perlu dimuntahkan debu pasir
dapat mengiritasi mata kulit dan saluran pernapasan menghirup debu yang
mengandung kristal silika dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan
kerusakan paru-paru dan penyakit paru-paru yang disebut silicosis, gejala silikosis
dapat mencakup sesak napas kesulitan kesulitan bernafas dengan atau tanpa
aktivitas batuk, ekspansi, dada berkurang berkurang pengurangan volume paru-
paru, gagal jantung pengobatan khusus memerlukan memerlukan gejala-gejala
dari penyakit semua individu dengan silikosis tidak selalu menunjukkan gejala
disfungsi ereksi silikosis dapat menjadi di progresif dan gejala dapat muncul
bertahun-tahun setelah pemaparan (Labchem, 2020)
3.1.5 Timbal (III) Nitrat (Pb ( No 3 ¿ ¿ ¿ 2
Timbal (III) nitrat berbentuk padat, tidak berwarna, tidak berbau, dan
memiliki Ph sebesar 3-4 pada 20℃ . Timbal (III) nitrat tidak memiliki titik nyala,
tidak memiliki laju penguapan dan bersifat mudah menyala dalam bentuk
padatan.Timbal (III) nitrat memiliki tekanan uap pada suhu 20℃, tidak memiliki

gram
kapasitas kerapatan uap uap relative, dan memiliki densitas sebesar 4,49 .
mol
Timbal (III) nitrat tidak memiliki kelarutan dalam air sebesar 486 pada 20℃, dan
pada suhu 400℃ dapat terbakar sendiri, berukuran rata-rata 368,4 μm dan

gram
memiliki densitas curah kira-kira 1.850 , dapat merusak janin , merusak
mol
mata, kerusakan organ darah, sistem syaraf pusat, system imun, ginjal melalui
pemaparan berulang. Timbal (III) nitrat dapat menyebabkan kerusakan pada mata
yang serius dan berbahaya bila tertelan atau terhirup. Jika tidak sengaja terhirup
maka pertolongna pertamanya adalah dengan berpindah ke udara yang lebih segar.
Jika napas terhenti maka segera berikan napas buatan secara mekanik, jika
diperlukan berikan oksigen. Timbal (III) nitrat yang mengenai kulit harus dibilas
dengan iar dan pakaian yang terkontaminasi harus dilepas, mata yang terkena
timbal (III) nitrat harus dibilas dengan air, timbal (III) nitrat yang tertelan harus
diberikan air putih 2 gelas (paling banyak) kepada pesien. (Labchem, 2020)
3.1.6 Serbuk Kapur
Serbuk kapur berbentuk serbuk putih, tidak berbau dan memiliki Ph 12,5-
12,8 pada lps 9/1 pada 25℃. Serbuk kapur tidak mudah meledak, tidak
memilikidensitas uap dan tidak diketahui berat jenis relatifnya. Serbuk kapur
memiliki titik lebur sebesar 2,614℃ (4.717℉) dan memiliki titik didih sebesar
2,850℃ (5,162℉ ) serbuk kapur tidak memiliki titik nyala dan laju penguapan.
Serbuk kapur memiliki kepadatan 3,39 pada 25℃ (77℉), tidak dientukan
koefisien positifnya, tidak bisa menyala sendiri dan tidak diketahui korematik dan
viscobitasnya, bisa menyebabkan iritasi pada kulit dan pernafasan pertolongan
pertama jika terkena serbuk kapur harus pindah ke udara yang lebih segar bila
juga diberi pernapasan buatan jika perlu oksigen. Jika terkena kulit bilas kulit
yang terkena menggunakan sabun dan air selama 15-20 menit. Jika serbuk kapur
mengenai mata hal yang dilakukan adalah membilas mata dengan air selama 15-
20 menit. Jika serbuk kapur tertelan jangan dimuntahkan tetapi diminumkan air
dan bilas mulut sampai bersih serbuk kapur dapat mengakibatkan iritasi, mual,
sakit kepala nafas tersenga.
3.1.7 Vaseline
Vaseline berbentuk semi padat tidak memiliki titik lebur pH dan volatile.
Vaseline berwarna agak kuning tidak larut dalam air tidak memiliki tekanan
viskositas dan tidak mudah terbakar. Vaseline hanya digunakan untuk penggunaan
luar, vaseline adalah produk obat pribadi yang aman jika digunak sesuai petunjuk.
Vaseline yang mengenai kulit dapat menyebabkan kemerahan, ruam, atau
pembengkakan. Jika terlalu lama atau sering terkena. Jika vaseline terkena mata
bersihkan dengan air jika vaseline tertelan tidak usah dimuntahkan korban hanya
minum segelas susu atau air. jika vaseline terhirup maka berpindah ke tempat
yang udaranya lebih segar. jika gejala berulang dapatkan bantuan medis.
3.2 Tinjauan Pustaka
3.2.1 Pemisahan Campuran
Pemisahan campuran merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan
atau memberikan suatu senyawa atau sekelompok senyawa yang mempunyai
susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan. Metode pemisahan bertujuan
untuk mendapatkan zat murni, beberapa zat murni dari suatu campuran dan juga
untuk mengetahui keberadaan suatu zat dalam suatu sampel berdasarkan tahap
proses pemisahan. Metode pemisahan dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Pemisahan sederhana metode yang menggunakan cara satu tahap proses ini
terbatas untuk memisahkan campuran atau larutan yang relatif sederhana
2. Metode pemisahan Kompleks memerlukan beberapa tahapan kerja dilakukan
penambahan bahan tertentu pengaturan proses mekanik alat dan reaksi-reaksi
kimia diperlukan, metode ini biasanya menggunakan dua atau lebih metode
sederhana (Asep S 2013)
pemisahan campuran menjadi Komponen komponennya adalah hal yang penting
dalam semua cabang kimia. Teknik pemisahan yang digunakan akan dirasakan
oleh seluruh pengetahuan modern, pemisahan campuran dilakukan untuk
memisahkan zat dan materinya. (R.A Day, dan A. underwood, 2002)
3.2.2. Teknik Pemisahan Berdasarkan Sifat Fisika Komponen
Berapa Dasar pemisahan campuran antara lain
1) perbedaan ukuran partikel
jika ukuran partikel suatu zat yang diinginkan berbeda dengan zat yang tidak
diinginkan, dapat dipisahkan dengan metode penyaringan filtrasi (penyaringan)
dilakukan menggunakan alat penyaring yang sesuai. Partikel zat hasil akan
melewati penyaring disebut hasil penyaringan dan zat mencampurnya akan
terhalang dan disebut residu atau ampas (Ika Khoiriyah, 2019)
2) Perbedaan Titik Didih
pemisahan campuran yang memiliki titik didih dapat dilakukan dengan metode
sublimasi. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan lebih dahulu
mennguap. Jika yang diinginkan adalah zat yang memiliki titik didih rendah,
maka selanjutnya pengembungungan uap dari zat tersebut dan mengalirkannya ke
wadah tertentu. Jika yang diinginkan memiliki titik didih tinggi, maka cukup
memanaskan campuran tersebut tersebut sampai suhu mencapai titik didih zat
yang kita cari( Nuraida Ulfa 2013).
3) Perbedaan Kelarutan
Suatu zat memiliki kelarutan yang berbeda artinya suatu zat mungkin dapat larut
dalam pelarut A namun tidak pada pelarut B atau sebaliknya. Secara umum 
pelarut dibagi dua yaitu pelarut polar (larut yang memiliki kutub) seperti air dan
pelarut non polar (disebut juga pelarut organic) seperti alcohol, aseton, etanol,
Petroleum eter. Perbedaan kelarutan dapat dipisahkan dengan pelarut tertentu (Ika
Khoiriyah, 2012)
4) Perbedaan Pengendapan
suatu campuran atau larutan, zatnya akan memiliki kecepatan yang berbeda. Zat
yang cepat mengendap biasanya zat dengan berat jenis lebih besar. Pemisahan
campuran dengan zat yang memiliki pengendapan yang berbeda dapat dilakukan
dengan metode sedimentasi atau sentrifugasi. Campuran yang mengandung lebih
dari satu zat yang diinginkan untuk dipisah bisa menggunakan metode presipitasi.
Metode presipitasi hanya bisa dikombinasikan dengan metode filtrasi (Asep S,
2013)
5) Difusi (bergerak mengalir dan bercampur)
Dua macam zat berwujud cair atau gas bila bercampur dapat berdifusi satu sama
lain. Aliran ini dapat dipengaruhi oleh muatan listrik. Listrik yang sudah diatur
tegangan dan arusnya akan memiliki menarik partikel zat hasil kearah tertentu
untuk memperoleh zat murni. Elektroforensis adalah Metode pemisahan campuran
dengan menggunakan bahan listrik elektroforesis yaitu pemisahan zat berdasarkan
banyak nukleotida (satuan penyusun DNA). Elektroforesis dilakukan
menggunakan suatu media yang disebut gel agarosa.
6) Absorbsi (Penyerapan Sampai Permukaan)
absorpsi merupakan penarikan suatu zat oleh zat lain sehingga menempel pada
permukaan dari bahan produksi. Metode ini diterapkan pada pemurnian air dan
kotoran renik atau organisme. (Ika Khoiriyah, 2012)
Adapun teknik pemisahan campuran yang biasa digunakan yaitu
1) Dekantasi
Proses dekantasi dilakukan apabila padatan dalam campuran berukuran cukup
besar misalnya campuran antara krikil dan air atau butiran pasir dengan air.
Prinsip kerjanya adalah air dituangkan ke dalam wadah yang baru secara perlahan
sehingga padatan dapat tertinggal pada wadah sebelumnya cara ini sangat mudah
dan hanya membutuhkan peralatan yang sederhana, akan tetapi proses dekantasi
kurang memberikan hasil yang maksimal sebab zat padat yang berukuran lebih
kecil masih bercampur dengan zat cair. Cara ini tidak dapat digunakan jika massa
jenis benda hampir sama. berikut ini cara melakukan dekantasi :
a) Siapkan campuran yang akan dipisah, gelas beker, dan batang pengaduk
b) Endapkan campuran hingga membentuk dua lapisan yaitu lapisan zat cair dan
zat padat.
c) Letakkan batang pengaduk pada gelas beker yang kosong dituangkan dalam
campuran tersebut ke dalam gelas beker yang kosong.
d) Tuangkan secara berlahan-lahan campuran tersebut kedalam gelas beker yang
kosong dengan bantuan batang pengaduk. Batang pengaduk membantu air
mengalir dan tidak terpercik ke area sekitar (Dewi Kurniawati, 2019)
2) Penyaringan
Penyaringan atau filtrasi merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan
padatan atau cairan. Komponen yang biasa digunakan adalah kertas saring. Proses
penyaringan akan meninggalkan zat padat diatas kertas saring zat padat diatas
kertas saring. Zat padat dapat berupa zat pengotor dalam benuk padatan atau zat
yang akan diambil. Ada dua jenis proses penyaringan yaitu penyaringan gravitasi
dan penyaringan vakum. Penyaringan gravitasi merupakan proses penyaringan
yang mengandalkan gaya gravitasi sebagai penggerak, metode ini biasanya
digunakan untuk memisahkan zat cair dan zat pengotor berupa padatan.
Penyaringan vakum dilakukan jika campuran sangat pekat atau jumlah partikel
padatan yang terlarut didalam campuran cukup banyak, jaringan vakum juga dapat
digunakan untuk mempercepat proses penyaringan yang disebabkan oleh adanya
perbedaan tekanan didalam dan diluar wadah filtrate. Beberapa peralatan yang
digunakan untuk menyajikan vakum yaitu corong buncher,labu buncher, bantalan
karet, kertas saring, campuran yang akan disaring, pompa vakum, pipa vakum,
cawan petri, atau gelas arloji statif dan klem. (Dewi Kurniawati, 2019)
3) Evaporasi atau Penguapan
Evaporasi dilakukan untuk memisahkan padatan dengan cairan dengan hanya
menyisakan padatan saja. Evaporasi bisa dilakukan untuk memisahkan garam dan
air dalam larutan garam air akan menguap sehingga yang tersisa hanya padatan
garam, teknik ini banyak diterapkan masyarakat pesisir pantai untuk membuat
garam. Mereka menaruh air garam pada wadah-wadah tertentu kemudian mereka
biarkan terpapar panas matahari. Air tadi akan menguap sementara padatan garam
akan tetap berada di dalam wadah. Cara lain yang bisa digunakan adalah dengan
memasukkan air garam di atas tungku hingga air menguap dan tersisa garam.
Berikut ini cara melakukan evaporasi dalam skala laboratorium
a) Siapkan alat pemanas (bunsen atau lampu alcohol), gelas beker, kaca arloji,
air dan larutan garam.
b) Panaskan air sekitar 3 /4 bagian gelas beker dengan menggunakan alat
pemanas.
c) Letakkan kaca arloji di atas mulut gelas beker.
d) Tuangkan larutan garam di atas kaca atau lagi lalu tunggu tunggu 5-10 menit
e) Air akan menguap dan kristal garam tersisa di atas kaca arloji.

4) Sentrifugasi
Sentrifugasi atau pemisahan merupakan proses pemisahan suatu komponen
padatan atau cairan dari suatu campuran yang menggunakan alat yang berputar
dengan kecepatan yang sangat tinggi. Alat proses sentrifugasi disebut sentrifuge
atau mesin pemusing. Mesin sentrifugasi mampu membuat campuran air dan pasir
berpisah dalam waktu singkat, alat ini juga bisa digunakan untuk memisahkan
darah menjadi lapisan plasma darah dan keping keping darah, pemisahan krim dan
susu dan pemisahan isotop uranium untuk sumber energy. Proses sentrifugasi
dapat dapat diulang hingga 4 atau 5 kali hingga diperoleh hasil yang maksimal.
(Dewi Kurniawati, 2019)
5) Sublimasi
Sublimasi merupakan proses perubahan zat dari padat menjadi gas tanpa melalui
fase cair. Proses sublimasi digunakan untuk memisahkan campuran yang
mengandung Sublimasi mudah menyublim dari campurannya yang tidak
menyublim beberapa. Beberapa padatan yang bisa menyublim contohnya
amonium klorida, iodin dan lain-lain.(Ra A. Day dan Aac, Underwood, 2002)
6) Kristalisasi
Kristalisasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memurnikan
zat kimia dalam bentuk padatan. Zat kimia padat yang bercampur dengan zat
pengotor dapat dimurnikan dengan proses rekristalisasi diawali dengan pemilihan
pelarut yang sesuai dengan bahan yang akan dimurnikan. Larutan yang digunakan
tidak boleh bereaksi dengan bahan. Beberapa peralatan yang dapat digunakan
antara lain air distilasi, methanol, etanol, etil asetat, dan sebagainya(Dewi
Kurniawati, 2019).
7) Ekstraksi
Metode ekstraksi pelarutan didasarkan pada perubahan larutan komponen
campuran pada pelarut tertentu dimana kedua pelarut tidak saling melarutkan.
Suatu campuran cair yang komponen A tidak larut dalam kloroform sedangkan
larutan B nya larut pada kloroform. Pemisahan campuran ini dilakukan dengan
ekstraksi pelarut menggunakan pelarut kedua kloroform yang tidak saling
melarutkan dalam air( Nuraida Ulfa 2013).
8) Destilasi
Destilasi merupakan proses pemisahan campuran dengan menggunakan prinsip
perbedaan titik didih. Zat pelarut yang memiliki titik didih lebih rendah akan
menguap karena panas uap akan didinginkan di dalam kondensor sehingga uap air
akan berubah kembali menjadi air, titik-titik tersebut kemudian mengalir dalam
wadah penampung destilat. Proses destilasi diawali dengan memastikan bahwa
dua cairan yang bercampur memiliki titik didih minimal 25℃. Proses distilasi
jumlah cairan yang dimasukkan maksimal 2/3 volume labu dan suhu dalam labu
harus tetap dikontrol. Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan endapan yang
seharusnya didapat menjadi menjadi gosong, bahkan tidak dapat dilanjutkan
prosesnya ke rekristalisasi. Contoh destilasi adalah proses penyulingan minyak
bumi, pembuatan minyak kayu putih, dan pemurnian air minum. (Dewi
Kurniawati, 2019)
IV. METODOLOGI PERCOBAAN
4.1 Alat dan Bahan
Berikut ini adalah alat dan bahan yang dibutuhkan pada praktikum ini :
4.1.1 Alat
- Batang pengaduk
- Gelas beker 150 ml
- Botol semprot
- Bunsen spiritus
- Corong
- Erlenmeyer
- Gelas ukur 50 ml
- Kaca arloji
- Kaki Tiga
- Kawat kasa
- Kertas saring
- Pipet tetes
- Pipet ukur 5 ml
- Rak tabung reaksi
- Set alat destilasi
- Tabung reaksi
- Termometer
- Timbangan digital
4.1.2. Bahan
- Aquades ( H 2O)
- Es batu
- Garam dapur (NaCl)
- Naftalena (kapur barus)
- Pb ( No¿¿ 3)2 ¿
- Pasir
- Serbuk kapur
- Vaseline
4.2 Diagram Alir
4.2.1 Pemisahan campuran
Gelas beker
- Ditimbang gelas beker kosong dengan ukuran 150ml, bersih dan kering
- Dimasukkan 0,5 gr pasir, 0,5 gr garam dapur, dan 0,5 naftalena
- Di aduk sampai tercampur sempurna
- Ditimbang beserta sampelnya
- Diletakkan di atas jaring kawat dan kaki tiga yang sudah diberi dish
- Ditutup dengan cawan porselin yang sudah ditimbang dan sudah diisi es
- Dipanaskan dengan spirtus atau bunsen sampai terbentuk uap di dalamnya
dan padatan menempel di bawah cawan porselin
- Dipanaskan sampai uapnya habis
- Dikerak padatan di bawah cawan porselin ke wadah menggunakan batang
pengaduk
- Ditimbang padatan hasil sublimasi yang menempel di bawah Cawan
porselin
- Ditimbang dengan padatan yang tersisa
- Ditambah 25 ML aquades dan diaduk
- Disiapkan kertas yang sudah kertas saring yang sudah ditimbang dan
ditaruh di atas corong
- Disaring campuran dan ditampung filtratnya dengan beker lain
- Dibilas padatan pada kertas saring dengan aquades
- Dikeringkan kertas saring yang diberi padatan ke dalam oven dengan suhu
102℃
- Ditimbang kertas saring yang sudah di oven
- Digunakan sampel percobaan distilasi yaitu cairan yang tersisa
Hasil

4.2.2 Pemisahan campuran


Asam pekat
- Dipasang set alas distilasi sesuai dengan instruksi dari instfaktur,
sambung alat gelas dengan Vaseline
- Diisi labu distilasi dengan filtrat campuran
- Dipasang labu distilasi pada alat distilasi
- Dipanaskan dengan bunsen
- Dicatat temperatur temperatur saat distilasi menampung volume 1 ml
- Dilanjutkan distilasi sampai volume berpindah ke tabung destilasi
- Dimatikan Bunsen
- Dimasukkan larutan distilat ke tabung reaksi dan melarutkan residu
pada tabung reaksi terpisah
- Ditetesi 3 tetes larutan Pb ( No¿¿ 3)2 ¿ pada masing-masing tabung
reaksi
- Dimasukkan asam pekat sebanyak yang dibutuhkan
Hasil

4.2.3 Sentrifugasi vs Dekantasi


Bubuk kapur
- Dimasukkan 2-3 sendok makan dalam gelas kimia
- Ditambahkan 30 ml air lalu diaduk
- Ditambahkan 10 ml ke gelas sentrifugal
- Dipisahkan sentrat dan endapan dengan diputar dengan alat sentrifugal
- Diambil campuran air,dipindah ke gelas lain
- Dibandingkan antara proses sentrifugasi dan penyaringan

Hasil

4.2.4 Rekristalisasi
Garam dapur
- Diambil 1 gr garam adapur kotor dilarutkan dalam air
- Disaring dan ditampung filtratnya
- Diendapkan dalam cawan porselin ke arah Bunsen
- Dibandingkan filtrate sebelum dan sesudah raeksi
Hasil
4.3 Prosedur Kerja
4.3.1 Pemisahan Campuran
sebuah beaker 100 mL yang kosong, bersih, dan kering ditimbang. Dalam
beaker dimasukkan sebanyak masing-masing 0,5 gram pasir, garam dapur, dan
naphtalene diaduk sampai tercampur sempurna. ditimbang berat total sampel dan
beaker, disiapkan satu cawan porselen yang telah diketahui beratnya untuk
menutup beaker yang berisi campuran. ditempatkan beaker dan dish diatas jaring
kawat dan kaki tiga. Tambahkan beberapa pecahan es diatas cawan porselen
secara hati-hati jangan sampai ada tetesan air dibawah dish atau didalam beaker,
dipanaskan beaker dengan pembakar spritus atau Bunsen sampai terbentuk uap
didalam beaker dan padatan mulai menempel dibawah cawan porselen. Setelah
10 menit, dipindahkan pembakar spiritus dan kumpulkan padatan dibawah cawan
porselen kedalam wadah menggunakan spatula. diaduklah campuran dalam beaker
dengan batang pengaduk. ditutup beaker dengan cawan porselen, kemudian
dipanaskan beaker kembali sampai tidak terbentuk padatan dibawah evaporating
dish. ditimbang padatan (padatan hasil sublimasi) yang menempel dibawah cawan
porselen.
Didinginkan beaker pada temperatur ruang. ditimbanglah beaker yang
berisi padatan tersisa. dihitunglah berat hasil sublimasi ditambah dengan berat
padatan tersisa. Diandingkan hasil perhitungannya dengan berat awal total
campuran dalam beaker kemudian, ditambahkan 25 mL aquades kedalam sisa
padatan dalam beaker. Diakukan pengadukan selama 5 menit, disiapkan kertas
saring yang sudah diketahui beratnya untuk proses penyaringan, disaringlah
campuran dan tampung filtratnya dengan beaker lain. Dibilas padatan pada kertas
saring dengan 10 mL aquades, kertas saring yang berisi padatan dikeringkan
dalam oven suhu 105 oC selama 10 menit, lalu ditentukan berapa berat padatan
hasil penyaringan., Cairan (filtrat) yang tersisa digunakan sebagai sampel
percobaan distilasi

. gambar 1 sublimasi
4.3.2 Distilasi
Dipasang set alat distilasi sesuai dengan instruksi dari instruktur. Ingat
setiap sambungan alat gelas diolesi vaselin, digunakan labu alas bulat 100 mL
untuk labu distilasi dan labu penampung. Diisi labu distilasi dengan sisa filtrat
percobaan sebelumnya (pemisahan kimia). Masukkan 2 butir batu didih.
DiPasangkan kedua labu tersebut pada set alat distilasi, dan mulailah memanaskan
menggunakan pembakar spiritus, dicatat temperatur saat distilat yang tertampung
volumenya sekitar 1 mL. Distilasi dilanjutkan hingga setengah volume air pada
labu distilasi pindah ke labu penampung distilat. Dimatikan pembakar spiritus dan
dinginkan labu distilat, dimasukan masing-masing sebanyak 2 mL cairan sisa
pada labu distilasi dan cairan pada labu penampung distilat, pada dua tabung
reaksi terpisah. Diteteskan sebanyak 3 tetes larutan Pb(NO3)2 0,01 M pada
masing-masing tabung reaksi. Amati dan catat perubahan yang terjadi
4.3.3 Sentrifugasi Versus Dekantasi
Dimasukkan 2-3 sendok makan bubuk kapur kedalam gelas kimia 50 ml.
Tambahkan 30 ml air, aduk sampai rata, diambil 10 ml larutan kedalam tabung
sentrifugal. Pisahkan sentrat dan endapan dengan diputar dengan pemusingan
selama 2 menit dan ambil filtrat dengan pipet tetes, diambil kembali 10 ml
campuran air dengan kapur (aduk kembali jika kapur telah mengendap), disaring
menggunakan kertas saring ambil filtratnya, dibandingkan sentrat dari proses
sentrifugasi dan filtrat dari proses penyaringan
4.3 4 Rekristalisasi
Diambil 1 garam dapur kotor, dilarutkan dalam gelas kimia 50 ml dengan
air secukupnya, disaring dan tampung filtratnya, kemudian uapkan dalam cawan
porselin diatas nyala pembakar spiritus sampai air habis menguap, dibandingkan
keadaan fisik garam sesudah dan sebelum.
V. DATA DAN PERHITUNGAN
5.1 Data Perubahan materi dan pemisahan campuran
Massa gelas beaker 100 ml (kosong) : 62,891 gram
Massa Gula : 0,500 gram
Massa Pasir : 0,500 gram
Massa Garam dapur : 0,503 gram
Massa Naftalena : 0,505 gram
Gelas beaker + pasir + garam dapur + naftalena : 64,303 gram
Massa Kaca arloji : 23,80 gram
Massa Kaca arloji + padatan (jumlah) : 24,394 gram
Massa Kertas saring bersih : 1,138 gram
Massa Sisa padatan : 0,66 gram
Massa Gelas beaker + sisa padatan : 63,551 gram
Jumlah massa padatan - berat kaca arloji : 0,592 gram
Massa Kertas saring + padatan sisa : 1,668 gram
5.2 Data Destilasi
Suhu larutan sempel awal : 25℃
Suhu larutan sempel saat menetes : 60℃
Warna hasil sempel awal (aquades+spirtus) : Keunguan
Warna hasil destilat : Bening
5.3 Sentrifugasi Vs Filtrasi
Warna sempel air+Batu kapur : putih keruh
Warna sentrat hasil sentrifugasi : bening
Warna fitrat hasil filtrasi : lebih bening dari sentrat
5.4 Rekristalisasi
Massa cawan porselen kosong : 45,32 gram
Massa cawan porselen + filtrat : 47, 36 gram
Massa cawan porselen setelah dipanaskan : 46,22 gram
Warna Kristal NaCl (sampel) : putih dan kotor
Warna Kristal NaCl (setelah rekristalisasi) : lebih putih dan bersih dari
sempel
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Hasil
6.1.1 Tabel Hasil Pemisahan Campuran
No Campuran Perubahan Sisa massa massa
sebelum sesudah
1. Garam menjadi hitam Naftalena dan 64,303
dapur+gula bercampur Padatan sisa gram
+pasir putih, kabut (dalam gelas
(pemanasan putih beker)
beker) (pereaksian)
2. Padatan (bawah Berair, berwarna Pasir dan 64,303 24,394
cawan)/Naftalen putih tulang garam gram gram
a
3. Padatan sisa Hitam pekat, Campuran 64,303 63,551
(dalam gelas menempel pada pasir dan gram gram
beker) dinding tabung garam
reaksi
4. Hasil padatan Hitam Padatan pasir 0,66 0,53 gram
(pasir dan bercampur dan garam gram
garam) putih pucat

6.1.2 Tabel Hasil Distilasi


No Suhu awal Suhu saat menetes Warna sapel Warna hasil distilat
1. 25℃ 64℃ Keunguan Bening

6.1.3 Sentrivugasi Vs Filtrasi


No Warna sampel Warna sentrat hasil Warna filtrat hasil
(aquades+batu kapur) sentrifugasi filtrasi
1. Putih keruh Bening Lebih bening

6.1.4 Tabel Hasil Rekristalisasi


No Massa sebelum Massa sesudah Warna sebelum Warna sesudah
1. 2,04 gram 0,9 gram Putih dan kotor Lebih putih dan
bersih

6.2 Pembahasan
6.2.1 Pemisahan Campuran
Percobaan pemisahan campuran menggunakan metode sublimasi.
Sublimasi bisa terjadi dengan syarat ada perbedaan titik didih yang tinggi,
menurut LabChem 2020 titik didih garam dapur (NaCl) adalah 1420℃ - 1500℃
dan naftalena mempunyai titik didih 218℃. NaCl memiliki tekanan uap sebesar 1
mmHg pada suhu 865°C. Tekanan uap pasir belum diketahui. Naphtalene
memiliki tekanan uap 0,05 mmHg pada suhu 20°C. Pada percobaan tersebut,
sampel yang terpisah ialah naphthalene. Lalu setelah proses pemanasan tersebut
terdapat endapan naphtalene di bagian bawah cawan porselen. Sedangkan sampel
yang tidak terpisah ialah campuran pasir dan garam, yang berwarna kehitaman.
Pengendapan naphthalene terjadi karena titik uap naphthalene lebih rendah
dibandingkan dengan titik uap garam dan pasir. Semakin rendah titik uap, maka
semakin mudah pula zat tersebut menguap. Naphtalene pada awalnya menguap,
lalu menempel pda bagian bawah porselen yang dingin. Sehingga, naphthalene
tersebut terkondensasi menjadi zat padat kembali dan menempel pada bagian
bawah porselen. Pada percobaan ini pendinginan yaitu dengan menambahkan es
dalam cawan porselen. Apabila partikel penyusun suatu zat padat diberi kenaikan
suhu melalui pemanasan, maka partikel tersebut akan berubah fase menjadi gas.
Sebaliknya, jika suhu diturunkan dengan cara kondensasi, maka gas akan berubah
menjadi padat kembali. Dengan demikian, sublimasi dapat diartikan sebagai
proses perubahan zat dari fase padat menjadi uap, selanjutnya uap tersebut
terkondensasi langsung menjadi padat tanpa melalui fase cair. Ini bisa terjadi
apabila tekanan udara pada zat tersebut terlalu rendah untuk mencegah molekul-
molekul ini melepaskan diri dari dari wujud padat. Pada proses ini pemanasan
dilakukan sampai uap gas dalam tabung habis dan berubah menjadi endapan, uap
gas akan menjadi mengkristal dan hasilnya dikerok lalu ditimbang yang
menghasilkan 0,66 gram. Pada proses ini menghasilkan naftalena, naftalena
sesudah dan sebelum ditimbang, massa naftalena awal adalah 0,505 gram dan
massa naftalena sesudah pemisahan campuran adalah 0,66 gram. Hal tersebut
menandakan bahwa massa naftalena sesudah dan sebelum reaksi adalah
bertambah dikarenakan adanya sebagian zat dari pasir maupun garam yang ikut
terikat dengan naftalena dan menempel dalam cawan porselen mengakibatkan
bertambahnya massa naftalena. Pada endapan dalam tabung terdapat warna hitam
pekat yang merupakan endapan pasir, garam dapur dan naftelena yang bercampur.
Gambar 2 pemisahan campuran dengan sublimasi
6.2.2 Destilasi
Proses distilasi adalah proses pemisahan yang menyebabkan zat pelarut
yang titik didihnya lebih rendah akan menguap karena panas (Dewi Kurniawati,
2014). Menurut kurniawati percobaan distilasi diawali dengan memastikan bahwa
campuran cairan yang bercampur memiliki titik didih minimal 25°C. Dasar
pemisahan pada destilasi adalah perbedaan titik didih cairan pada tekanan tertentu.
Destilasi bertujuan untuk pemurnian zat cair pada titik didihnya, dan memisahkan
campuran cairannya dari zat cair lainnya yang mempunyai titik didih berbeda
Menurut Marnoto dan Sulistyawati (2010), spiritus adalah bahan bakar yang
terdiri dari campuran etanol, methanol, dan minyak tanah (kerosin). alkohol
(methanol dan etanol) mempunyai sifat aseotrop dengan air sehingga spiritus
mengandung sedikit air, minyak tanah atau kerosin saling melarutkan dengan ester
dan keduanya tidak larut terhadap air dan gliserol. Spiritus memiliki titik didih
sebesar 78°C. Methanol memiliki titik didih sebesar 64,7°C dan bersifat volatil.
Dari percobaan yang telah dilakukan, campuran antara spiritus dengan air
didistilasi dapat menghasilkan methanol karena titik didih methanol lebih rendah
dibandingkan titik didih etanol dan air (100°C) yang terdapat juga dalam spiritus.

Gambar 2.1 pemisahan campuran distilasi


6.2.3 Sentrifugasi Vs Filtrasi
Menurut Nasution dkk (2012) sentrifugasi adalah proses pemisahan
dengan menggunakan gaya sentrifugal sebagai driving force. Pemisahan dapat
dilakukan terhadap fase ppadat cair tersuspensi maupun campuran berfase cair
cair. pada pemisahan dua fase cair dapat dilakukan apabila kedua massa
mempunyai perbedaan rapat massa. Semakin besar perbedaan rapat massa dari
kedua cairan, semakin mudah dipisahkan dengan cara sentrifugasi. Semakin
mudah dipisahkan yang dimaksud adalah semakin kecil energy yang diperlkan
untuk proses pemisahannya. Prinsip sentrifugasi didasarkan atas gaya sentrifugal
yang terjadi dan gaya gravitasi. Sentrifugasi dapat diartikan dengan metode untuk
mempercepat proses pengendapan dengan memberikan gaya sentrifugal pada
partikel-partikelnya. Sedangkan filtrasi menurut Kartimi (2012) adalah metode
pemisahan yang digunakan untuk memisahkan cairan dan padatan yang tidak larut
dengan penyaringan atau filtrasi berdasarkan perbedaan ukuran partikel antara
pelarut dan terlarutnya. Penyaring akan menahan zat padat yang lebih besar dari
pori saringan dan meneruskan pelarut.

Gambar 2.2 proses pemisahan campuran filtrasi Vs sentrifugasi


Pada percobaan sentrifugasi versus filtrasi menggunakan larutan kapur
(CaCO3) dan menghasilkan larutan berwarna putih keruh. Warna putih keruh
pada larutan disebabkan oleh bubuk kapur berdifusi ke semua molekul aquades.
Dalam memisahkan campuran ini digunakan dua cara yaitu filtrasi dan
sentrifugasi. Kedua proses ini menghasilkan sentrat dan filtrat. Hal ini
dikarenakan, pada proses filtrasi digunakan kertas saring yang terbuat dari bahan
selulosa, bahan polikarbonat, bahan teflon atau bahan dari karbon boroksilat gelas
yang berukuran 0,45 μm yang pada umumnya hanya dapat dilalui oleh cairan,
sehingga padatan atau endapan kapur tersebut tertinggal atau menempel pada
kertas saring. Sedangkan pada proses sentrifugasi memanfaatkan gaya sentrifugal,
sehingga bubuk kapur dan aquades yang awalnya membentuk campuran
heterogen yang sangat keruh akan memisah dikarenakan kepolaran dan massa
jenis yang berbeda. Pemisahan sentrat dan endapan dengan cara sentrifugasi tidak
dapat memisahkan dengan sempurna, karena endapan yang terbentuk oleh
sentrifugasi ikut masuk ke dalam wadah sentrat. Sehingga sentrat masih memiliki
molekul-molekul kecil yang berasal dari endapan. Oleh karena itu perbandingan
filtrat lebih bening daripada sentrat.
6.2.5 Rekristalisasi
Menurut Dewi Kurniawati, (2013) proses rekristalisasi diawali dengan
pemisahan pelarut yang sesuai dengan bahan yang akan dimurnikan. Rekristalisasi
merupakan teknik klasik dalam pemurnian senyawa organik. Jika suatu campuran
senyawa organik terlalu banyak, tidaklah mudah dimurnikan dengan teknik
rekristalisasi. Untuk mengetahui dapat tidaknya suatu senyawa organik dapat
dimurnikan dengan teknik rekristalisasi, dapat diuji dengan cara menguapkan
pelarutnya. Jika terbentuk zat padat, berarti dapat direkristalisasi, tetapi apabila
residunya berupa cairan maka pemurnian dengan cara rekristalisasi tidak dapat
dilakukan. Untuk itu pemahaman yang luas tentang teknik pemurnian senyawa
organik sangat diperlukan seseorang akan bekerja di laboratorium kimia organik
(Sitorus, 2013:51). Pada percobaan rekristalisasi yang dilakukan, terdapat
perubahan warna pada garam dapur kotor sebelum direkristalisasi dengan garam
dapur yang telah direkristalisasi. Perbedaan warna tersebut diakibatkan oleh air
yang terdapat pada garam dapur kotor menguap terlebih dahulu. Hasilnya garam
menjadi lebih putih dan bersih

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa pemisahan dan
pemurnian suatu zat dari campurannya dapat dilakukan dengan cara sublimasi,
filtrasi, sentrifugasi, rekristalisasi, dan destilasi. Sublimasi adalah perubahan
wujud zat padat ke gas atau gas ke padat tanpa mengalami fase zat cair. Filtrasi
adalah proses pemisahan partikel padat atau koloid dengan menggunakan media
penyaringan. Sentrifugasi adalah proses pemisahan campuran yang memanfaatkan
gaya setrifugal. Rekristalisasi adalah suatu teknik pemurnian bahan kristalin.
Destilasi adalah pemisahan yang didasari atas perbedaan titik didih masing-
masing zat penyusun dari campuran homogen. Pada percobaan pemisahan
campuran dengan cara sublimasi, diperoleh endapan kapur barus yang menempel
pada bagian bawah permukaan cawan porselen dikarenakan serbuk barus tersebut
memiliki titik uap yang rendah dibandingkan dengan campurannya yang lain
sehingga memungkinkan bagi serbuk barus untuk menguap terlebih dahulu. Pada
percobaan sentrifugasi ditemukan adanya endapan dikarenakan perbedaan berat
jenis, zat yang berat jenisnya lebih besar daripada air akan mengendap dan akan
menghasilkan sentrat. Pada percobaan filtrasi dihasilkan cairan yang bening dari
proses penyaringan yang disebut dengan filtrat. Sentrat masih memiliki molekul-
molekul kecil yang berasal dari endapan. Oleh karena itu perbandingan filtrat
lebih bening daripada sentrat. Pada percobaan distilasi menghasilkan methanol
dari camputan spiritus dengan air. Hal ini dapat terjadi dikarenakan titik didih
methanol lebih rendah dibandingkan titik didih etanol dan air yang terdapat juga
dalam spiritus. Pada percobaan rekristalisasi yang dilakukan, terdapat perubahan
warna pada garam dapur kotor sebelum direkristalisasi dengan garam dapur yang
telah direkristalisasi. Perbedaan warna tersebut diakibatkan oleh air yang terdapat
pada garam dapur kotor menguap terlebih dahulu. Hasilnya garam menjadi lebih
putih dan bersih

DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A dan Underwood, A.L., 2002 Anaksis Kimia Kuantitatif, Jakarta PT
Glora Aksara Pratama
Kartimi. 2012. Panduan Praktikum Kimia Dasar I. Cirebon: IAIN Press.
Khoiriyah, Ika .2012. Pemisahan Campuran. Laporan vol 1 hal 2-3
Kurniawati, Dwi.2014. Prosedur kerja dilaboratorium, Surakarata PT Aksara
Labchem .2020. Material Safety Data Sheet of Calcium Oxide [serial online]
https:// www.labchem.com (diakses pada 27 oktober 2020)
Labchem .2020. Material Safety Data Sheet of Naftalene [serial online] https://
www.labchem.com (diakses pada 27 oktober 2020)
Labchem .2020. Material Safety Data Sheet of Salt [serial online] https://
www.labchem.com (diakses pada 27 oktober 2020)
Labchem .2020. Material Safety Data Sheet of Natural Sand and Grevel,[serial
online] https:// www.labchem.com (diakses pada 27 oktober 2020)
Marnoto, Tjukup dan Endang S. 2010. Biodisel dari Minyak Nyamplung
(Challophyllum inophyllum) dan Spiritus dengan Katalisator Kapur Tohor.
Jurnal Natur Indonesia. 13(2): 112-117.
Tim praktikum kimia dasar,.2020. Modul Praktikum.Laboratorium Kimia Dasar
hal 10
Ulfa, Nuroida. 2013. Teknik Pemisahan Secara Sentrifugasi, Dekontasi, Filtrasu,
Rekristalisasi dalam sempel padat dan cair, percobaan vol (1) hal 2

LAMPIRAN
DATA PENGAMATAN
Data Perubahan materi dan pemisahan campuran
Massa gelas beaker 100 ml (kosong) : 62,891 gram
Massa Gula : 0,500 gram
Massa Pasir : 0,500 gram
Massa Garam dapur : 0,503 gram
Massa Naftalena : 0,505 gram
Gelas beaker + pasir + garam dapur + naftalena : 64,303 gram
Massa Kaca arloji : 23,80 gram
Massa Kaca arloji + padatan (jumlah) : 24,394 gram
Massa Kertas saring bersih : 1,138 gram
Massa Sisa padatan : 0,66 gram
Massa Gelas beaker + sisa padatan : 63,551 gram
Jumlah massa padatan - berat kaca arloji : 0,592 gram
Massa Kertas saring + padatan sisa : 1,668 gram
Data Destilasi
Suhu larutan sempel awal : 25℃
Suhu larutan sempel saat menetes : 60℃
Warna hasil sempel awal (aquades+spirtus) : Keunguan
Warna hasil destilat : Bening
Data Sentrifugasi Vs Filtrasi
Warna sempel air+Batu kapur : putih keruh
Warna sentrat hasil sentrifugasi : bening
Warna fitrat hasil filtrasi : lebih bening dari sentrat
Data Rekristalisasi
Massa cawan porselen kosong : 45,32 gram
Massa cawan porselen + filtrat : 47, 36 gram
Massa cawan porselen setelah dipanaskan : 46,22 gram
Warna Kristal NaCl (sampel) : putih dan kotor
Warna Kristal NaCl (setelah rekristalisasi) : lebih putih dan bersih dari sempel

ALAT DAN FUNGSINYA


No. Alat Fungsi Gambar
1. Gelas Digunakan untuk
Beaker menyimpan, menampung
dan membuat larutan.
2. Timbangan Untuk mengukur berat
Analitik suatu zat atau bahan kimia
dalam jumlah sangat kecil.

3. Spatula Digunakan untuk


mengambil bahan kimia
padat maupun serbuk paa
saat akan ditimbang.

4. Kaca Sebagai tempat menimbang


Arloji bahan kimia.

5. Bunsen Digunakan untuk beberapa


Spiritus proses kimia yang
memerlukan pemanasan di
dalamnya.

6. Cawan Untuk mereaksikan zat


Porselen dalam suhu tinggi,
mengabukan kertas
saring,menguraikan
endapan dalam gravimetric
sehingga menjadi bentuk
stabil.

6.1.2 Tabel Hasil Destilasi


No. Alat Fungsi Gambar
1. Labu Digunakan sebagai alat
Destilasi penyuling.

2. Mantel Untuk msemberi pada


Pemanas wadah dan sebagai
alternatif dari bak
pemanas

3. Kondensor Digunakan untuk


mendinginkan uap yang
melewatinya dan
mengubahnya menjadi
fase cair.

4. Labu Sebagai tempat


Erlemeyer menampung massa filtrat

5. Termomete Digunakan untuk


r mengukur suhu.

Tabel Hasil Sentrifugasi


No. Alat Fungsi Gambar
1. Gelas Ukur Digunakan sebagai alat
30 ml ukur volume larutan
atau cairan kimia yang
tidak memerlukan
ketelitian yang tinggi.

2. Tabung Untuk memisahkan


Sentrifugasi padat-cair, padat-padat,
cair-cair.

3. Kertas Digunakan untuk


Saring menyaringlarutan kimia
yang memiliki endapan.

Salah satu proses Sentrifugasi


Distilasi

Sublimasi

Naftalena menempel pada cawan

Anda mungkin juga menyukai