Anda di halaman 1dari 75

SATUAN, DIMENSI, DAN FAKTOR KONVERSI

Sasaran Pengajaran :
• menjumlahkan, mengurangi, mengalikan dan membagi satuan
• mengubah satuan-satuan dan fungsi persamaan dalam massa,
panjang, gaya, dll.
• mendefinisikan dan menggunakan faktor konversi G​c

Permasalahan:

Dapatkah anda menentukan hasil dari operasi matematika di


bawah ini :
1. 10 kg + 400 meter =
2. 200 feet + 21 cm =
3. 500 meter × 2 sekon =
4. 2 joule / 4 meter =

Untuk menentukan hasil dari operasi diatas kita harus mengetahui


terlebih dahulu pengertian dari satuan, dimensi, dan faktor
konversi

Satuan dan Dimensi


• satuan : sesuatu yang digunakan untuk menyatakan ukuran
besaran contoh: meter, feet, mile(panjang) ; gram, pound,
slug(massa)
Satuan terdiri dari tiga komponen :
1.​Satuan Dasar / Pokok (​Base Unit​)
2.​Satuan Pengali (​Multiple Unit​)
3.​Satuan turunan (​Derived Unit​)

Base Unit

Multiple Unit

Derived Unit
• dimensi : satuan yang dinyatakan secara umum dalam
besaran primer contoh : massa(M), panjang(L)
Dimensi ada 3 :

1.​Dimensi dasar/pokok
Panjang (Length) [L]

Suhu (Temperature)

Masa (Mass) [M]

Arus Listrik (Electrical Current) [I]

Mol (Mole)[N]

Intensitas Cahaya (Light Intensity)[J]

Waktu(Time) [T]

2.​Dimensi Turunan
3​
Volume [L​ ]
3​
Densitas [M / L​ ] , dll

3.​Dimensi Tambahan/Suplemen :
Sudut Bidang,

Sudut Ruang

• faktor konversi : angka tak berdimensi yang merupakan


ekivalensi satuan yang bersangkutan

Dalam kehidupan kita sehari-hari ada 4 sistem satuan yang


dikenal, yaitu :
• absolute dynamic system : (cgs : cm, gram, sec)
• English absolute system : (fps : ft, pound, sec)
• SI ( System International) : (mks : meter, kg, sec)
• Gravitational system.
• British Eng’ng (BE) : ft, sec, slug
• American Eng’ng (AE) : ft, sec, lb​m ​, lb​f

Pada operasi penambahan dan pengurangan ​dimensi ​dari


bilangan yang dioperasikan ​harus sama​, sedangkan dalam
perkalian dan pembagian tidak ada syarat dalam operasinya.

Contoh soal :
Selesaikanlah perhitungan dibawah ini :
(a) 20 jam + 4 meter =
(b) 2 joule + 50 Btu =

Jawaban :

Pada soal (a) dapat kita lihat bahwa satuan dan dimensi yang
digunakan berbeda, 20 jam berdimensi waktu sedangkan 4 meter
berdimensi panjang, maka operasi tersebut tidak dapat
diselesaikan. Pada soal (b) satuan yang digunakan berbeda
namun dimensinya sama, keduanya sama-sama dimensi energi,
maka operasi dapat dilakukan dengan mengubah satuannya
menjadi sama ( konversi ), baik itu dalam joule atau Btu. karena 1
joule = 9,484.10​-4 ​Btu maka 2 ( 9,484.10​-4 ​) Btu + 50 Btu =
50,00189 Btu
Dalam contoh soal diatas kita melihat adanya perubahan satuan
dari joule ke Btu hal inilah yang disebut dengan konversi.
Konversi sering dilakukan apabila data yang tersedia dinyatakan
dalam satuan yang berbeda.

Contoh Soal :
Jika sebuah mobil menempuh jarak Jakarta bandung dengan
kecepatan 10​m​/​s ​dan sebuah bus melaju dengan kecepatan 150%
dari kecepatan mobil tersebut, berapakah kecepatan bus tersebut
dalam kilometer per jam?
Jawaban : kecepatan bus 150% × 10​m​/​s ​= 15 m​
​ /​s
15 meter × 1 kilometer × 3600 sekon = 54 kilometer sekon 1000
meter 1 jam jam

Soal-Soal Latihan

1. Ubahlah 3785 m​3​/jam menjadi gal/min

2. Di suatu tempat dengan percepatan gravitasi 4,5 ft/sec​2


seseorang mempunyai berat 100 lb​f ​. Berapa Lbf kah berat
orang itu di bumi?

3. Kapasitas panas spesifik untuk toluene diberikan oleh


persamaan berikut :

Cp = 20,869 + 5,239.10​-2 ​T

dimana Cp dalam Btu/(lbmol)(​0​F) dan T(​0​F)


Nyatakan persamaan dalam cal/(gmol)(K) dengan T(K)

BEBERAPA BESARAN PENTING

Pada perhitungan yang menyangkut reaksi kimia sering


dijumpai besaran-besaran kuantitatif dengan berbagai terminologi
yang mempunyai pengertian khusus. Besaran tersebut antara
lain:

a. MOL
mol adalah hasil bagi massa suatu zat dengan berat
molekulnya.

b. Densitas (ρ)
densitas atau kerapatan adalah massa persatuan volum

c. Volum spesifik (V​s​)


volum spesifik adalah kebalikan dari densitas, yaitu volum
persatuan massa

d. Spesifik gravity / berat jenis (b.j. atau s.g.)


berat jenis adalah perbandingan kerapatan zat tsb dengan zat
pembanding (standar) *berat jenis tidak mempunyai dimensi.
*sebagai pembanding biasanya digunakan air dalam suhu 4​0​C
*berat jenis zat cair atau padat tidak bergantung kepada tekanan
tetapi bergantung kepada suhu, oleh karena itu dalam
menyatakan berat jenis harus disebutkan suhunya.
e. Komposisi
Merupakan perbandingan antara suatu zat dengan seluruh
campuran, komposisi dapat dinyatakan dalam : ​o ​fraksi massa
atau persen berat Fraksi massa A = W​A​/W​TOTAL ​% berat A =
W​A​/W​TOTAL ​× 100%

o ​fraksi volum atau persen volum


Fraksi volum A = V​A​/V​TOTAL
% volum A = V​A​/V​TOTAL ​× 100%

o ​fraksi mol atau persen mol


Fraksi mol A = mol A / mol total campuran
% mol A = mol A / mol total campuran × 100%

f. Konsentrasi
Merupakan jumlah zat tersebut yang terlarut dalam sejumlah
pelarut. Konsentrasi dapat dinyatakan sebagai :
o ​berat / volum = gram / cm​3​, gram / liter dll.
o ​mol / volum = mol / liter, lbmol / ft​3
o ​parts per million (ppm)

*dalam gas ppm dinyatakan dalam mol.

contoh :
o ​100 ppm CO​2 ​dalam udara berarti terdapat 100 mol
CO​2 ​dalam 10​6 ​mol udara
o ​20 ppm besi dalam air berarti terdapat 20 gram besi
setiap 10​6 ​gram air.

o ​Molaritas : mol / liter larutan

o ​Normalitas : gram ekivalen / liter larutan

o ​Molalitas : mol / 1000 gram pelarut

g. Temperatur ( Suhu )
Suhu ditetapkan dari titik tripel air, yaitu 0​0​C atau 273,15 K
Terdapat 4 skala suhu yang biasa dipakai dalam perhitungan,
yaitu :

skala suhu nol ttk beku ttk didih


mutlak normal air normal air
celcius - 273, 15 0​​ C 0 0​​ C 100 0​​ C

Kelvin 0K 273,15 K 373,15 K


Fahrenheit 459,67 0​​ F 32 0​​ F 212 0​​ F
Renkine 0 0​​ R 492 0​​ R 672 0​​ R
Hubungan antara keempat skala suhu tersebut adalah sbb:

T​C ​= 5/9(T​F ​- 32)


T​K = ​T​C ​+ 273,15
T​R ​= T​F ​+ 459,67

Hubungan selisih suhu :


Δ T​C ​= Δ T​K
1,8 Δ T​C ​= Δ T​F
Δ T​F ​= Δ T​R ​1,8
Δ T​K ​= Δ T​R

h. Tekanan
Tekanan merupakan gaya persatuan luas yang tegak lurus gaya
tersebut.
P = gaya / luas = F / A ( Pascal, Psi, Atm, Bar, Torr )
1 atm = 760 mmHg
1 bar = 100 kPa
1 torr = 1 mmHg
1 Psi = 1 lb​f ​/ in​2

Contoh Soal :

o ​Hitunglah densitas merkuri dalam lbm/ft​3 ​jika diketahui


spesifik gravity merkuri pada 20​0​C adalah 13,546 dan hitunglah
volume dalam ft​3 ​jika diketahui massa merkuri 215 kg

Jawab :
a. ρHg = spesifik gravity × massa jenis air pada suhu 20​0​C
= 13,546 × 62,43 lbm/ft​3 ​= 845,7 lbm/ft​3
b. V = 215 kg × 1lbm / 0,454 kg × 1 ft​3 ​/ 845,7 lbm = 0,56 ft​3

o ​Hitunglah mol glukosa yang terkandung dalam 10 kg gula


jika fraksi berat glukosa dalam gula 16 %
Jawab :
berat glukosa dalam gula = 16 % × 10 kg
= 1,6 kg
mol glukosa = berat glukosa / Mr glukosa
= 1600 gram / 160 gram/mol
= 10 mol

o ​Jika suatu larutan NaOH pada pabrik sabun mengalir


dengan laju alir 240 liter per menit, maka berapa mol kah
NaOH yang mengalir tiap detiknya jika diketahui konsentrasi
NaOH adalah 0,02 M
Jawab :
jumlah NaOH yang mengalir tiap detik
= 240 liter/min × 1 min/60det
= 4 liter/det
mol NaOH tiap detik = 4 liter/det × 0,02 mol/liter
= 0,08 mol/det

o ​Hitunglah perbedaan suhu dalam 0​​ C jika sebuah konduktor


mengalami pemanasan dari 80​0​F menjadi 140​0​F
Jawab :
cara 1. 80​0​F = 5/9 (80 – 32) = 26,6 0​​ C
140​0​F = 5/9 (140 – 32) = 59,9​0​C
ΔT = 33,3 0​​ C
cara 2. 1,8 ΔTc = ΔTf
= (120 – 80) / 1,8 = 33,3 0​​ C
SOAL LATIHAN :

1. Jika suatu pabrik gula dalam sehari dapat menghasilkan


gula sebanyak 100 kg, maka berapa % mol glukosa yang
terkandung dalam gula tersebut jika diketahui komposisi gula
tersebut adalah 20%berat glukosa dan sisanya adalah air
diketahui : Mr H​2​O = 18 dan glukosa = 160

2. Jika suatu alat pemanas air dapat memanaskan air dengan


laju pemanasan 10​0​C/menit maka berapakah suhu akhir dalam
0​
R jika air dengan suhu 293 K dipanaskan selama 2 jam

3. Suatu dongkrak hidrolik mempunyai luas penampang 250


cm​2​, jika pada pompa tersebut diberikan gaya sebesar 200
Newton maka berapa Psi kah tekanan yang diterima pompa
tersebut

4. Suatu campuran hidrokarbon mempunyai komposisi berikut


(% berat):
n-C​4​H1​ 0 ​50 n-C​5​H​12 ​30 n-C​6​H1​ 4 ​20
Hitunglah: (a) Fraksi mol setiap komponen
(b) Berat molekul rata-rata campuran

5. Suatu larutan mengandung 25% berat garam dalam air. Jika


densitas larutan tersebut adalah 1,2 g/cm​3​. Nyatakan
komposisinya dalam:
(a) Kilogram garam per kilogram air
(b) lb garam per ft​3 ​larutan

6. Campuran gas terdiri dari 3 komponen: argon, B dan C.


Komposisi campuran adalah sebagai berikut:
40% (mol) argon
18,75% (massa) B
20% (mol) C
Berat molekul argon adalah 40 dan berat molekul C 50.
Hitunglah:
(a) Berat molekul B
(b) Berat molekul rata-rata campuran

7. Suatu manometer menggunakan kerosene (berat jenis =


0,82) sebagai fluidanya. Jika terbaca beda tinggi manometer 5
in, berapa beda tingginya dalam mm jika digunakan air raksa?
PERSAMAAN KIMIA dan STOIKHIOMETRI

o ​Suatu pabrik ​DRY ICE i​ ngin menghasilkan 500 kg/jam dry


ice dari proses pembakaran heptana. Jika hanya 50 % CO​2
yang dapat diubah menjadi dry ice maka berapa kg hepatana
yang harus dibakar setiap jamnya?

o ​Apakah yang dimaksud dengan basis dan reakta pembatas?


Pada saat bagaimana basis dan reaktan pembatas digunakan??

Persamaan kimia merupakan suatu gambaran atau data yang


memuat data kualitatif dan kuantitatif dalam suatu reaksi kimia.
Gambaran kualitatif dapat berupa :
o ​zat pereaksi (reaktan)
o ​zat hasil reaksi (produk)
o ​efek panas (endoterm/eksoterm) sedangkan gambaran
kuantitatif dapat berupa :
o ​komposisi
o ​hubungan kuantitatif
o ​jumlah

contoh :
N​2 ​+ 3 H​2 ​→ 2 NH​3 ​ΔHf = - 1230 kj

kualitatif kuantitatif reaktan N​2 ​& H​2 ​1 mol N​2 ​bereaksi dengan 3
mol H​2 ​produk NH​3 ​menghasilkan 2 mol NH​3 ​reaksi eksotermis
Reaksi kimia adalah perubahan yang terjadi saat satu atau lebih
zat terkonversi menjadi zat lain, dinyatakan dengan persamaan
reaksi yang menunjukkan hubungan molar antara reaktan dan
produk.

Contoh: Jika kita meniup menggunakan sedotan ke dalam


larutan yang mengandung Ca(OH)​2​, terjadi reaksi berikut:

Ca 2​ + ​+ ​COOH ​2 ​+ ​2 ​→ ​CaCO 3​ ​+ 2 ​H ​+

Persamaan di atas menunjukkan bahwa satu mol Ca​2+


membutuhkan satu mol CO2 untuk bereaksi yang menghasilkan
produk satu mol padatan CaCO​3 ​dan 2 mol ion H​+​. Jika diketahui
larutan mengandung 0,10 gram ion Ca​2+​, maka jumlah CO​2 ​yang
dibutuhkan dapat dihitung dengan cara berikut:
Ca2​ + ​+ COOH
​ ​2 ​+ ​2 ​→ CaCO
​ ​ ​+ 2
3 ​ +​ ​100
​ H
, x ​1mol Ca​2+ ​≅ 1 mol CO​2
Jadi CO​2 ​yang dibutuhkan:
40
gr​ 44
1,0 ​ mol ​
11,0 ​ gr ​
gr ​mol ​ 2
COgr ​ Eva/Bayu/Sisil ​ = ​
​ 8​ × = ​Jenis-Jenis Reaksi Kimia:
1. Reaksi penggabungan: dua reaktan bergabung membentuk
senyawa baru.
Contoh: ​H 2​ +
​ ​Cl 2​ →
​ ​2 ​HCl
2. Reaksi pertukaran: dua rekatan saling mempertukarkan
ionnya.
Contoh: ​NaCl ​+ ​AgNO ​3 → ​ ​NaNO 3​
​ ​AgCl +
3. Reaksi pembakaran: reaksi yang melibatkan oksigen atau
udara sebagai reaktan.
​ +
Contoh: ​OOHHC 52 ​ ​2 ​CO 2​ +
​ ​2 → ​ ​3 ​OH ​2
4. Reaksi oksidasi dan reduksi (redoks): reaksi yang
mengoksidasi dan atau mereduksi suatu zat. Contoh: reaksi
pembakaran.
5. Reaksi penggantian: reaksi dimana suatu komponen
menggantikan
komponen lainnya. Contoh: reaksi redoks berikut:
2Al + Fe​2​O3​ ​→ ​2Fe + Al​2​O3​ ​dimana Al menggantikan Fe di dalam
oksida.
Stoikiometri kimia: hubungan kuantitatif antara reaktan dan
produk, didasarkan pada kenyataan bahwa materi tersusun atas
atom dan molekul. Karena atom dari berbagai unsur dan
molekul-molekul dari berbagai zat mempunyai berat berbeda,
hubungan kuantitas yang digunakan dinyatakan dalam mol.
NME
2003

Stoikhiometri merupakan perhitungan yang berhubungan dengan


reaksi kimia dan proporsional dengan koefisien reaksi kimia.
Contoh:

​ +
2 ​OH 22 ​ → ​2 ​OH ​2 Artinya
​ 2 mol hidrogen bereaksi dengan 1
mol oksigen menghasilkan 2 mol air.

Kemampuan yang harus dipelajari dalam


stoikiometri:
- ​kemampuan mengubah banyaknya zat dari satuan massa
ke dalam mol,
atau sebaliknya. ​- ​Kemampuan untuk mengerti perubahan
atau reaksi kimia (mengetahui
reaktan dan produk yang dihasilkan, serta .menuliskan
persamaan reaksi (balance)

*Untuk mempermudah perhitungan dalam stoikhiometri kita sering


menggunakan basis *Basis adalah acuan yang dipilih sebagai
dasar perhitungan.

contoh
soal :

Dalam pembakaran pentana ingin dihasilkan 440 kg gas CO​2​,


berapa kg kah pentana yang harus digunakan untuk reaksi
tersebut jika 50% CO​2 ​menyublim menjadi dry ice??? Jawab :
basis : 440 kg gas CO​2
berarti CO​2 ​yang harus dihasilkan dalam proses
pembakaran :
440 kg / 0,5 = 880 kg mol
CO​2 ​= 880 kg/ 44
gram/mol
= 20
kmol

reaksi yang terjadi


(stoikhiometri):

C​5​H​12 ​+ 8 O​2 ​→ 5 CO​2 + ​6 H​2​O 4 kmol


20 kmol

berat pentana yang harus dibakar : 4 kmol × 72


gram/mol = 288 kg.

Eva/Bayu/Sisil ​
9
NME
2003

REAKSI KIMIA DALAM INDUSTRI ​Pada kenyataan di dalam


industri meskipun reaktan yang dipakai tepat

stoikiometris tetapi reaksi yang terjadi tidak sempurna, yang


dimaksud tidak

sempurna disini adalah ada reaktan yang tidak terpakai


atau bersisa.

Karena ketidaksempurnaan inilah maka ada beberapa pengertian


yang

berhubungan dengan
reaksi:
➢ ​Reaktan pembatas (​limitting
reactant)​ :

Reaktan yang perbandingan stoikiometriknya paling


kecil/ sedikit

➢ ​Reaktan berlebih (​excess


reactan​):

Reaktan yang melebihi reaktan


pembatas.

mol kelebihan ​% kelebihan (​excess)​ = X100%


mol yang stoikiometrik dengan reaktan
pembatas

misalnya kelebihan udara (​excess air​): udara berlebih terhadap


kebutuhan

​ ada proses
teoritis untuk ​pembakaran sempurna p
pembakaran

➢ ​Konversi (tingkat kesempurnaan


reaksi):

Bagian dari umpan/reaktan yang berubah menjadi


hasil/produk.

jumlah mol zat yang bereaksi ​% Konversi = X


100%
jumlah mol zat
mula-mula

➢ ​Selektivitas
(​selectivity)​ :

Perbandingan (%) mol produk tertentu (biasanya yang diinginkan)


dengan mol

produk lainnya (biasanya sampingan) yang


dihasilkan


Yield :

Untuk reaktan dan produk tunggal adalah berat/mol produk akhir


dibagi dengan

berat/mol reaktan awal, sedangkan untuk reaktan & produk yang


lebih dari 1

harus dijelaskan reaktan yang menjadi dasar yield. ​Eva/Bayu/Sisil 10



NME 2003

berat atau mol produk % ​ Yield = X 100% ​berat atau mol reaktan
awal
MACAM-MACAM LAJU ALIR
1. ​Point linear velocity (​ Laju alir linear titik): laju alir ditinjau pada
satu titik.
V [=] ​l ​t​[=] ​det​m ​, det

ft ​, m
​ ​jam, ​dan lain sebagainya.
2. ​Average linear velocity (​ Laju alir linear rata-rata) : laju alir linear
rata-rata pada
seluruh penampang
v
Q
=​

A= debit ​luas
l ​3
][ = ​
l​
t l ​2​= ​ t​][= m ​
​ det, ​ ​det
ft

, ​dan lain sebagainya


3. ​Volumetric flow rate (​ laju alir volum) : sejumlah volum yang
mengalir per
satuan waktu (debit = Q)
Q = ​volum waktu

=A

⋅ v = l​ ​3
​ =m
t ][ ​ ​3 ​menit ​, gallon
​ ​menit

, liter
​ ​detik

, dan lain sebagainya


4. ​Mass flow rate (​ laju alir massa) : sejumlah massa yang
mengalir per satuan
waktu

= massa
​ ​waktu

​ ​t][ ​= ​menit
][ ​= m
kg ​, ton
​ ​jam

​ ​detik
, lb
, ​dan lain sebagainya
5. ​Molal flow rate (​ laju alir molal) : sejumlah mol yang mengalir
per satuan waktu

= ​waktu
mol ​][ ​= m
​ / BM ​t][ ​= gmol
​ ​menit

, ton
​ ​jam​mol ​, lbmol
​ ​detik

, ​dan lain sebagainya.

Eva/Bayu/Sisil ​
11
NME 2003

Contoh soal 1 : ​Antimon dibuat dengan cara memanaskan stibnit


(Sb​2​S3​ ​) dengan serpihan besi, lelehan antimon dikeluarkan dari
bawah reaktor. Sebanyak 0,6 kg stibnit dan
0,25 kg serpihan besi dipanaskan bersama-sama ternyata
dihasilkan 0,2 kg
antimon.
Rx : Sb​2​S3​ ​+ 3Fe →
​ ​2 Sb + 3 FeS Hitunglah:
a. reaktan pembatas b. reaktan berlebih
c. tingkat kesempurnaan reaksi d. % konversi
e. selektivitas f. Yield
Jawab:
Zat BM Massa (g) mol
Reaktan Sb​2​S3​
1.77
Fe
4.48
Produk Sb
FeS
Eva/Bayu/Sisil ​
12
339.7
600
55.8
250
121.8 200 1.64 87.9 ​?

?
Rx : Sb​2​S​3 ​+ 3Fe ​→ ​2 Sb + 3 FeS
a & b. Menentukan reaktan pembatas dan berlebih:
untuk bereaksi dengan 1,77 mol Sb​2​S3​ ​membutuhkan 3 X 1,77
mol = 5,31 mol Fe sedangkan Fe yang tersedia hanyalah 4,48
mol. Disini terlihat bahwa Fe
stiokiometrik terkecil jumlahnya maka Fe merupakan reaktan
pembatas, dan
Sb​2​S3​ ​adalah reaktan berlebih.
c. Walaupun Fe adalah reaktan pembatas tetapi tidak semua Fe
habis bereaksi,
jika dilihat dari produk Sb yang dihasilkan hanya 1,64 mol ini
berarti Fe yang bereaksi sebanyak:
3 mol Fe
X 1,64 mol Sb = 2,46 mol Fe 2 mol Sb
maka tingkat kesempurnaan reaksi Fe menjadi FeS = ​77.1

46.2 ​X 100% = 55%


sedangkan unuk 1.64 mol Sb maka Sb​2​S​3 ​yang bereaksi
sebanyak: 1 mol Sb​2​S​3
X 1,64 mol Sb = 0,82 mol Sb​2​S3​ ​2 mol Sb
maka tingkat kesempurnaan reaksi Sb​2​S​3 ​menjadi Sb = ​77.1

82.0 ​X 100% = 46,3%


e. Selektivitas didasarkan pada Sb​2​S​3 ​yang seharusnya dapat
dikonversikan
dengan Fe yang ada :
selektivitas = ​49.1

82.0 ​X 100% = 55%


f. kg Sb terbentuk 0,2 kg
Yield = = X 100% = 33,5% (Sb/ Sb​2​S​3​)
kg Sb​2​S3​ ​mula-mula 0,6 kg

Contoh soal 2: ​Alumunium sulfat dapat dibuat dengan


mereaksikan pecahan biji bauksit dengan
asam sulfat menurut reaksi :
Al​2​O3​ ​+ 3 H​2​SO​4 ​→ ​Al​2​(SO​4​)3​ ​+ 3 H​2​O Biji bauksit mengandung
55,4% alumuniumoksida dan sisanya pengotor.
Sedangkan asam sulfat berkadar 77,7% H​2​SO​4 ​(sisanya air).
Untuk menghasilkan 800 kg alumunium sulfat dipergunakan 480
kg biji bauksit
dan 1200 kg asam sulfat. Pertanyaan:
Eva/Bayu/Sisil ​
13
NME 2003

a. zat manakah yang berlebih dan berapa %


b. berapa % reaktan berlebih yang terpakai
c. Berapa tingkat kesempurnaan reaksi
d. Berapa yield alumunium sulfat
Jawab :
55,4% Al​2​O3​ ​H2​ ​O
REAKTOR
77,7% H​2​SO​4 ​Al​2​(SO​4​)3​
zat BM Massa (kg) mol (kgmol)
Reaktan Al​2​O3​
2,61
H​2​SO​4
9,50
Produk Al​2​(SO​4​)3​ ​342,1 800 2,33
Rx: Al​2​O3​ ​+ 3 H​2​SO​4 ​→ ​Al​2​(SO​4​)3​ ​+ 3 H​2​O
a. Menentukan reaktan berlebih :
Untuk bereaksi dengan 2,61kgmol Al​2​O3​ ​membutuhkan 3 x 2,61 =
7,83 kgmol H​2​SO​4 ​sedangkan H​2​SO​4 ​yang tersedia 9,505 kgmol
jadi H​2​SO​4 ​lebih maka rekatan berlebihnya adalah H​2​SO​4
sedangkan reaktan pembatasnya adalah Al​2​O3​
% H​2​SO​4 ​berlebih = ​505,9

Eva/Bayu/Sisil ​
14
101.9
0,554 x 480
98.1
0,777 x 1200
83,7505,9 ​− ​X 100% = 21,39 %
b. Menghitung reaktan berlebih yang terpakai :
Produk Al​2​(SO​4​)​3 ​2,338 kgmol ini memerlukan:
2,338 kgmol Al2(SO4)3 X
1
kgmolAl
3
kgmolH 2​

)( ​42 ​SO SO ​34 ​= 7,014 kgmol H​2​SO​4


NME 2003

014,7 ​
% H​2​SO​4 ​terpakai = ​ 505,9​kgmol ​kgmol
X 100% = 73,79%
c. Tingkat kesempunaan reaksi : (dipandang atas dasar Al​2​O​3
333,2 ​
yang bereaksi) ​ 61,2​X 100% = 89%
d. Yield =
Alkg ​2
)(SO 3​ 4 ​Alkg
32

O ​= 800
​ ​480

= 1,66 (Al​2​(SO​4​)​3​/ Al​2​O​3​)


dalam hal ini yield lebih dari satu karena perhitungan dalam berat
padahal BM
produk jauh lebih besar dari pada reaktan.
Eva/Bayu/Sisil ​
15
NME
2003

Soal-soal
Latihan

o ​Gypsum (CaSO​4​.2H​2​O) dihasilkan dengan mereaksikan


kalsium karbonat dan asam sulfat. Analisa dari batu kapur
adalah: CaCO​3 ​96,89%; MgCO​3 ​1,14%; inert 1,7%. Untuk
mereaksikan seluruh batu kapur seberat 5 ton

tentukan ​a. berat gypsum anhidrat (CaSO​4​)

yang dihasilkan
b. berat larutan asam sulfat (98% berat) yang
dibutuhkan

c. Berat Karbondioksida yang


dihasilkan

(BM: CaCO​3 ​100; MgCO​3 ​84,32; H​2​SO​4 ​98; CaSO​4 ​136;


MgSO​4 ​120; H​2​O 18; CO​2 ​44)

o ​Sintesis amonia menggunakan


reaksi berikut:

N​2 ​+ 3 H​2 ​→ ​2 NH​3 ​Pada sebuah pabrik, 4202 lb nitrogen dan


1406 lb hidrogen diumpankan
kedalam reaktor perjam. Produk amonia murni yang
dihasilkan oleh

reaktor ini sebanyak 3060 lb


per jam

a. tentukan reaktan
pembatas

b. berapa % excess
reaktan

c. berapa % konversi yang didapatkan berdasarkan


pada reaktan

pembat
as

o ​5 lb bismut (BM=209) dipanaskan bersama dengan 1 lb


sulfur untuk

membentuk Bi​2​S​3 ​(BM= 514). Pada akhir reaksi, zat yang


dihasilkan mengandung 5% sulfur bebas. Tentukan:

Rx : 2 Bi + 3 S ​→ ​Bi​2​S​3 ​a.
reaktan pembatas

b. % excess
reaktan

c. % konversi dari sulfur


menjadi Bi​2​S​3
Eva/Bayu/Sisil ​
16
NME 2003

KESETIMBANGAN MATERI
M Gula 1000lb/jam
pengkristal
L Air F Tebu
Gula 16% Air 25% K Gula 40% Pulp 59%
penggiling penyaring evaporator
E H J Gula 13% Gula 15% Air Pulp 14% D G Bagasse Padatan berisi Pulp
80% pulp 95%
Gambar di atas adalah lembar alir sederhana untuk pabrik gula.
Tebu
dimasukan ke dalam sebuah penggilingan dengan sirup diperas
keluar dan
“bagase” yang dihasilkan mengandung 80% pulp. Sirup E yang
mengandung
potongan-potongan halus pulp dimasukan kedalam saringan
yang
menghilangkan semua pulp dan menghasilkan sirup jernih pada
aliran H yang
mengandung 5% gula dan 85% air. Evaporator membuat sirup
kental dan
kristalizer menghasilkan 1000 lb/jam kristal gula.
Dari keterangan yang diberikan ini dapatkah anda mencari:
Berapa banyak air yang dihilangkan didalam evaporator (lb/jam)
Berapa besar fraksi massa komponen-komponen dalam arus
buangan G
Berapa besar laju masukan tebu kedalam unit (lb/jam) ???????
Eva/Bayu/Sisil ​
17
NME
2003

NERACA
BAHAN

Neraca bahan adalah perincian dari jumlah bahan-bahan


yang masuk,

keluar dan yang menumpuk di dalam sebuah sistem. Sistem ini


dapat berupa

satu alat proses maupun rangkaian dari beberapa alat proses,


bahkan rangkaian

dari banyak alat


proses.

Prinsip dari neraca bahan itu sendiri


adalah:

▪ ​Neraca bahan merupakan penerapan hukum kekekalan


massa terhadap

suatu sistem proses atau


pabrik.

▪ ​Massa berjumlah tetap, tidak dapat dimusnahkan


maupun diciptakan
RUMUS UMUM NERACA
BAHAN

Input - output + generate - Consumption = Acumulation

Masukan Keluaran terbentuk digunakan terkumpul ke sistem


dari sistem hasil reaksi oleh reaksi dalam sistem

generasi dan konsumsi hanya terjadi bila terdapat reaksi di


dalam sistem

JENIS-JENIS
PROSES

Berdasarkan ​kejadiannya ​proses terbagi menjadi dua yaitu


proses Batch

(per-angkatan) dan proses kontinyu


(berkesinambungan)

A. Proses
Batch :

Pemasukan reaktan dan pengeluaran hasil dilakukan dalam


selang waktu

tertentu/ tidak
terusmenerus.
Contoh: - Proses memasak didalam sebuah panci (panci
menjadi alat proses)

- Pemanasan air dengan koil


pada teko

B. Proses
Kontinyu:

Proses dengan pemasukan bahan dan pengeluaran produk


dilakukan secara

terus menerus/ berkesinambungan dengan


laju tertentu

Eva/Bayu/Sisil ​
18
NME 2003

Bahan masuk dengan laju tetap


Produk keluar dengan laju tetap
Berdasarkan ​keadaannya ​proses dibedakan menjadi dua yaitu
proses
dalam keadaan tunak (steady) dan keadaan tak tunak (unsteady)
A. Proses steady:
Semua aliran di dalam sistem mempunyai laju, komposisi, massa
dan suhu yang
tetap atau tidak berubah terhadap waktu. Sehingga pada
keadaan ini jumlah
akumulasi di dalam sistem tetap.
Laju alir masuk = Laju alir keluar
in

B. Proses Unsteady
Dalam proses unsteady terjadi perubahan dalam sistem terhadap
waktu. Baik
berupa perubahan laju, komposisi, massa maupun suhu. Karena
adanya
perubahan laju maka terdapat perubahan akumulasi di dalam
sistem sehingga
akumulasi massa harus diperhitungkan.
in​Eva/Bayu/Sisil 19

SISTEM
out
out
NME
2003

PENYUSUNAN PERSAMAAN
NERACA BAHAN

Neraca massa dibuat untuk satu alat/unit atau rangkaian alat


dengan

batasan sistem (​system boundary​) tertentu/jelas, jumlah bahan


yang dihitung

adalah hanya bahan-bahan yang masuk dan keluar dari sistem


yang telah

ditentukan
batasnya.

Neraca yang dibuat harus berdasarkan ​Hukum kekekalan


massa ​yaitu massa

tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan; kalaupun berubah


hanya bentuk atau

tempatn
ya.

Tahap-tahap pembuatan neraca


bahan:

➢ ​Tentukan jenis
proses

➢ ​Jika pada proses tidak menyangkut reaksi kimia, neraca


bahan dapat

dibuat dalam satuan massa atau mol untuk satu periode


waktu tertentu.

➢ ​Jika terdapat reaksi kimia , ​sebaiknya digunakan satuan


mol untuk

​ arena jika disusun neraca


setiap unsur/komponen k
molekul harus

diperhatikan senyawa-senyawa yang berkaitan satu sama


lain secara

stoikiomet
rik.

➢ ​Persamaan neraca yang terbentuk akan berupa persamaan


linier atau non
linier; baik persamaan-persamaan tersebut tidak tergantung
(independent)

ataupun saling tergantung (dependent) atau keduanya.


Penyelesaian

persamaan-persamaan tersebut dapat dilakukan dengan


cara eliminasi,

substitusi atau jika perlu diselesaikan secara serempak


(simultan). Ada

satu ukuran yang dapat memberikan indikasi apakah


persamaan neraca

bahan dapat diselesaikan atau tidak ukuran ini adalah


Degree of freedom

atau ​Derajat Kebebasan (DK)​, DK akan kita bahas setelah


contoh​2 ​soal

berik
ut.

Eva/Bayu/Sisil ​
20
NME 2003

Contoh soal 1
Suatu bahan dengan kandungan air 60% dikeringkan sampai
75% airnya
menguap. Hitunglah :
a) Jumlah air yang diuapkan tiap kg bahan basah
b) Komposisi bahan akhir
jawab:
Pertama buatlah diagram alir dan tulis hal-hal yang diketahui
(besaran kualitas
dan kuantitas)
feed uap air
air 60% padat 40% produk (air dan padat)
Kemudian tentukan basis
basis: 100 kg bahan basah
air dalam bahan basah: 0,6 x 100 = 60 kg
air yang menguap : 0,75 x 60 = 45 kg
padatan yang terdapat dalam bahan basah = 0,4 x 100 = 40kg
Buatlah persamaan neraca bahan:
air yang tersisa dalam bahan : air dalam bahan – air yang
menguap
= 60 kg – 45 kg = 15 kg
a. jumlah air yang diuapkan tiap kg bahan basah = ​100

45 ​= 0,45 kg

b. komposisi bahan akhir : air = 15​4015+ x


​ 100% = 27,3%
: padatan = 100% - 27,3% = 72,7%
Eva/Bayu/Sisil ​
21
NME
2003

KESETIMBANGAN MATERI TANPA


REAKSI KIMIA

Pada kesetimbangan materi tanpa reaksi kimia, rumus


umum yang

digunakan adalah : ​Laju masuk - laju keluar =

akumulasi

hal ini karena tidak adanya pembentukan zat ataupun reaksi kimia
yang

menggunakan zat
tersebut,

Contoh
soal 2

Sebanyak 100 mol/jam larutan etilen diklorida 40% dalam toluena


dimasukkan

ke sebuah kolom (menara) distilasi. Di dalam menara distilasi


proses

berlangsung secara kontinyu dan tidak terjadi akumulasi sehingga


100 mol/jam

bahan juga keluar dari kolom. Aliran keluar kolom dibagi menjadi
dua yaitu aliran
distilat (D) dan aliran dasar (B = bottom) Aliran distilat keluar dari
puncak kolom

mengandung 10% mol etilen diklorida. Tentukan laju alir


masing-masing aliran

terseb
ut.

Jawa
b:

Destilat
(D)

Umpan (F) D = ?mol/jam Keadaan proses tunak berarti


X​D​= 0,95 tidak ada akumulasi F=
100 mol/jam X​F ​= 0,4
Bottom (B)
B=
?mol/jam
X​B​= 0,1

Neraca massa (mol) total : F = D + B


....................................(1)

Neraca massa (mol) komponen (dalam soal ini hanya satu


komponen) :
F . X​F ​= D . X​D ​+ B . X​B
.........................(2)

(1) 100 mol/jam = D


+B

B = 100 mol/jam
–D

Eva/Bayu/Sisil ​
22
NME
2003

(2) 100 . (0,4) = D . (0,95) + B .


(0,1)

40 = 0,95D + (100-D) .
(0,1)

40 = 0,95D + 10 -
0,1D

30 =
0,85D

D = 35,3
mol/jam

B = 100 mol/jam – 35,3


mol/jam

B = 64,7
mol/jam

Dua buah contoh soal di atas merupakan contoh sederhana dari


suatu sistem

proses yang tidak melibatkan reaksi kimia.


Persamaan-persamaan neraca

massa yang terbentuk masing-masing merupakan persamaan


linier yang dapat

diselesaikan dengan cara eliminasi biasa. Berikut ini adalah


contoh sistem

proses yang melibatkan


reaksi kimia.

KESETIMBANGAN MATERI DENGAN


REAKSI KIMIA.

Pada keadaan ini rumus yang digunakan sama dengan


rumus umum

kesetimbangan materi
yaitu:

laju alir masuk – laju keluar + pembentukan – konsumsi


= akumulasi
Contoh
soal 3

Pada suatu pembakaran, sebanyak 300 kg udara dan 24 kg


karbon diumpankan

ke dalam reaktor pada suhu 600​o​F. Setelah pembakaran


sempurna tidak ada

bahan tersisa di dalam reaktor.


Hitunglah:

a. Berapa berat karbon, oksigen & berat total bahan yang


keluar dari reaktor?

b. Berapa mol karbon & mol oksigen yang masuk dan


keluar dari reaktor?

c. Berapa mol total yang masuk dan berapa yang


keluar reaktor?

Eva/Bayu/Sisil ​
23
NME 2003

Jawab: ​C = 24kg
REAKTOR
? Sistem: steady, tanpa akumulasi, ​600​o​F
dengan reaksi kimia Udara = 300kg
Neraca massa adalah:
Input - output + generation - consumption = accumulation
0
⇔ ​input + generation = output + consumption
Neraca yang digunakan:
• Neraca mol total (semua komponen)
• Neraca mol komponen : CO​2 ​dan O​2
Basis : 24 kg C dan 300 kg udara
Komponen yang masuk ke reaktor:
O​2 ​(21% dari udara) ​⇒ 2
​ 9
300 ​kg/kmol kg
​ x 21% ​= 2,17 kmol O​2
N​2 ​(79% dari udara) ​⇒ ​29

300 ​kg/kmol kg
​ x 79% ​= 8,17 kmol N​2
C ​⇒ 12

Eva/Bayu/Sisil ​
24

24 kg ​kg/kmol ​= 2kmol C
Reaksi yang terjadi : C + O​2 ​→ ​CO​2
Dari stoikiometri diketahui untuk membakar sempurna 2 kmol C
dipakai 2 kmol
O​2 ​jadi masih terdapat sisa O​2
Neraca O​2 ​: O 2​ ​input + O​2 ​generate = O​2 ​output + O​2 ​consumption
2,17 kmol + 0 = O​2 ​output + 2 kmol
O​2 ​output = 0,17 kmol
NME 2003

Neraca N​2 ​: N ​2 ​input + N​2 ​generate = N​2 ​output + N​2 ​consumption


8,17 kmol + 0 = N​2 ​output + 0
N​2 ​output = 8,17 kmol Neraca C : C input + C generate = C output
+ C consumption
0 + 2 kmol = C output + 0
C output = 2 kmol
Tabulasi perhitungan (neraca komponen dalam mol)
Komponen
Masuk Keluar kg kmol kg kmol
C 24 2 0 0 ​O​2 69,5
​ ​2,17

5,5

0,17

N​2
230,5
8,17 230,5 8,17 CO​2
0

0
88

2
Total 324 12,34 324 10,34
a. Tidak ada karbon keluar dalam bentuk C, tetapi dalam bentuk
CO​2 ​seberat 88 kg dimana dalam CO​2 ​tersebut mengandung C
seberat 24 kg. O​2 ​yang keluar 0,17 kmol, sisanya keluar dalam
bentuk CO​2​. Berat bahan total yang keluar sama dengan berat
bahan total yang masuk yaitu 324 kg
b. 2 kmol C dan 2,17 kmol O​2 ​yang masuk kedalam reaktor,
sedangkan yang
keluar dari rekator adalah 0 kmol C dan 0,17 kmol O​2 ​c. 2,34 kmol
total masuk ke reaktor dan 10,34 kmol keluar dari reaktor.
Eva/Bayu/Sisil ​
25
NME 2003

Contoh soal 4:
Dalam suatu proses pembakaran, gas etana dicampur dengan
oksigen dengan
perbandingan 80% etana dan sisanya oksigen campuran ini
dibakar dengan
udara berlebih 200%. Pada pembakaran tersebut ternyata 80%
gas etana
terbakar menjadi CO​2​, 10% menjadi CO dan 10% tidak terbakar.
Hitung
komposisi gas hasil bakar (dasar basah)
Jawab:
bahan bakar gas hasil pembakaran C​2​H6​ ​= 80% R ​ EAKTOR
CO​2 ​O2​ ​= 20% CO
C​2​H6​ ​sisa Udara berlebih 200% O​2 ​sisa
O​2 ​= 21% H​2​O N​2 ​= 79% N​2
Basis : 100 mol bahan bakar
C​2​H6​ ​= 80% x 100 mol = 80 mol O​2 ​= 20% x 100 mol = 20 mol
Reaksi:
(1) C​2​H​6 ​+ 7 ​2O​2 ​→ ​2 CO​2 ​+ 3 H​2​O ......... ....Pembakaran

sempurna
(2) C​2​H​6 ​+ 5 ​2O​2 ​→ ​2 CO + 3 H​2​O ... ........Pembakaran tak
sempurna
(3) Tak bereaksi
Oksigen dari udara yang masuk 200% berlebih berarti 3 x dari
yang dibutuhkan
secara teoritis untuk pembakaran sempurna.
Oksigen teoritis yang dibutuhkan untuk pembakaran sempurna :
3,5 mol O ​2 ​1 mol HC 62

​ ​= 280 mol O 2​ ​Oksigen yang terikut dalam bahan


80 mol HC 62
bakar = 20 mol
Oksigen teoritis yang dibutuhkan dari udara = 280 mol – 20 mol =
260 mol
Eva/Bayu/Sisil ​
26
NME
2003

Oksigen total yang masuk dari udara = 3 x 260


mol = 780 mol

Nitrogen yang masuk bersama udara = ​79 ​21​x ​780

mol ​= 2934,3
​ mol ​Menghitung komposisi produk
(hasil):

Untuk reaksi
(1)

CO​2 :​ (0,8 x 80 mol) x 2 = 128


mol CO​2 ​H​2​O : (0,8 x 80 mol) x 3
= 192 mol H​2​O Untuk reaksi (2)

CO : (0,1 x 80 mol) x 2 = 16
mol CO

H​2​O : (0,1 x 80 mol) x 3 = 24


mol H​2​O

Total H​2​O = 192 + 24 =


216 mol

Total O​2 ​terkonsumsi: reaksi (1) :


(0,8 x 80 mol) x 3,5 = 224 mol

reaksi (2) : (0,1 x 80 mol) x 2,5 =


20 mol

total = 224 + 20 = 244


mol O​2

O​2 ​yang keluar bersama gas hasil pembakaran = 800 –


244 = 556 mol C​2​H​6 ​sisa = 0,1 x 80 mol = 8 mol

Ringkasan hasil
hitungan
%
Kompon
komposisi
en
ol) Keluar Baha
% n
komposisi
(mo C
l)
(mo O
l) 16 0,42
dalam
C​2​H
keluaran
6
dalam
keluaran
dalam
keluaran

bak 8 0,2

ar
8 0,2

C
O​2 H​2​O ​216
12
5,
8
6
3,3
2
3,3 N
2 2

O​2 ​20 780


55 2934,
6 3
14,4 2934,
1 3
14,4 76,0
1
5 76,0
76,0 5
5

Jumlah 100 3714,3 3858,3 100 (dsr basah)

Eva/Bayu/Sisil ​
27
NME
2003

Jika dianalisis orsat ( dasar kering) H​2​O tidak dihitung. Jumlah


mol total = 3642,3

mo
l.

Komposisi gas
kering:

CO​2 ​= 3,51%
O​2 ​= 15,26%

CO = 0,45%

C​2​H​6 ​= 0,22%
N​2 ​= 80,56%

Dari penyelesaian soal proses dengan melibatkan reaksi kimia ini


dapat

disimpulk
an:

Walaupun massa total yang masuk sama dengan massa


total yang

keluar (sesuai dengan hukum kekekalan massa), tetapi jumlah


mol yang masuk

tidak sama dengan jumlah mol yang keluar. Hal Hal ini
disebabkan oleh adanya

reaksi kimia pada


komponen-komponennya.

​ TAU ”​key
NERACA BAHAN DENGAN “​tie component” A
component”

Banyak persoalan neraca bahan yang seolah-olah rumit


tetapi

sebenarnya kalau diperhatikan dengan seksama dapat


disederhanakan karena

​ tau ​key component .​ Komponen ini


terdapat ​tie component a
adalah komponen

yang selama proses dari satu aliran ke aliran lain tidak mengalami
perubahan

sama sekali (numpang lewat


doang).

Misalnya pada contoh soal 1, yang menjadi tie component adalah


bahan padat

(karena tidak mengalami perubahan sama sekali dan jmlahnya


tetap) ,

sedangkan pada contoh soal 3 dan 4 yang menjadi tie component


adalah

Nitrogen (karena tidak ikut


bereaksi/ inert).

Eva/Bayu/Sisil ​
28
NME
2003

DERAJAT KEBEBASAN ATAU ​DEGREE OF


FREEDOM

Ada suatu ukuran yang dapat memberikan indikasi bahwa


suatu

persamaan (neraca bahan) mungkin dapat diselesaikan atau


tidak. Ukuran ini

​ tau derajat kebebasan dari suatu


adalah ​degree of freedom a
persoalan.

Seharusnya bila ada n besaran yang tidak diketahui maka untuk


menyelesaikannya dibutuhkan n buah persamaan yang
independen.

Bila jumlah persamaan yang tersedia kurang dari n buah


maka

persoalan tersebut tidak dapat diselesaikan. Sebaliknya jika


terdapat lebih dari n

buah persamaan maka harus diambil hanya n buah persamaan


untuk

menyelesaikannya. Itu pun dengan resiko bila persamaan yang


kita ambil salah

maka dapat terjadi ketidak konsistenan ketentuan di antara


persamaan-

persamaan yang berlebih tersebut sehingga hasil yang


diperoleh salah.

Derajat kebebasan adalah ukuran yang sederhana untuk


mengetahui hal

tersebut. Analisis derajat kebebasan merupakan mekanisme yang


sistematis

untuk menghitung semua variabel, persamaan-persamaan neraca


dan

hubungan-hubungan yang terkait dalam


permasalahan.
Derajat Kebebasan
(DK) =

Jumlah variabel aliran yang independen - Jumlah persamaan


neraca yang

independen - Jumlah veriabel aliran terspesifikasi yang


independen - Jumlah

hubungan yang terkait ( yg membentuk


persaman)

Jika DK > 0 : Permasalahan tdk dapat diselesaikan (kurang


terspesifikasi)

Jika DK < 0 : Permasalahan kelebihan spesifikasi dapat


menyebabkan

inkonsiste
nsi

Jika DK = 0 : Permasalahan terspesifikasi dengan benar karena


jumlah var yang

tidak diketahui sama dengan jumlah


persamaan yang ada
Eva/Bayu/Sisil ​
29
NME
2003

Contoh 1
menghitung DK

Suatu umpan kolom destilasi dengan laju alir 1000 mol/jam


mempunyai

komposisi sebagai berikut (%mol): 20% propane, 30% isobutane,


20%

isopentane dan sisanya normal


pentane

Destilat yang dihasilkan mengandung semua propane dan 80%


isopentane yang

masuk kolom, serta mengandung 40% isobutane. Produk bawah


(bottom prod)

mengandung semua normal pentane yang masuk kolom. Hitung


komposisi

kedua produk
tersebut.
Analisi
s:

▪ ​Terdapat 1 kolom destilasi (1


alat saja)

▪ ​Terdapat 3 aliran (1 masuk, 2


keluar)

▪ ​Anggaplah tiap-tiap aliran mempunyai 4 variabel yaitu 1 var


laju alir dan 3

var komposisi. Dengan demikian untuk ketiga aliran tersebut


masing-

masing terdapat 4 var aliran yang nantinya dapat disusun


menjadi 4

persamaan neraca bahan yang


independen.

▪ ​Variabel-veriabel aliran yang terspesifikasi (biasanya


ditentukan atau

diketahui) sehingga variabel independen dari


aliran adalah:

a. 3 var indep komposisi umpan = 20% C3, 30%


C4, 20% C5

b. 2 var indep komposisi destilat = 0% C5


dan 40% C4
c. 1 var indep komposisi bottom prod
= 0% C3

d. 1 var indep laju umpan = 1000


mol/jam

Berdasarkan analisis diatas maka dapat


dijawab sbb:

- ​jumlah variabel aliran = 3 aliran x 4 var/aliran


= 12 var

- ​jumlah persamaan neraca bahan independen = jumlah


komponen yang

terdapat dalam sistem yaitu 4


persamaan

- ​jumlah var terspesifikasi ada 2


macam yaitu :

@ komposisi ada 6
(a,b & c)

@ aliran ada 1
(d)

Eva/Bayu/Sisil ​
30
NME
2003
- ​Jumlah hubungan terkait berupa perolehan di
destilat (80%)

Mak
a:

Jumlah variabel aliran yang independen = 12

Jumlah persamaan neraca yang independen = 4

Jumlah veriabel aliran terspesifikasi yang


independen

Komposisi = 6

Aliran = 1

Jumlah hubungan yang terkait ( yg membentuk persaman) = 1


_

Derajat Kebebasan (DK) = 0

Disini permasalahan terspesifikasi dengan benar sehingga


persoalan hanya

memiliki satu penyelasaian. Tetapi perhitungan jumlah variabel


dan spesifikasi

ini sering tidak sama pada berbagai literatur karena adanya


penyederhanaan
oleh masing-masing analis, meskipun hasil akhirnya (DK) tetap
sama. Seperti

contoh di atas, bisa saja jumlah variabel aliran hanya 10 karena


kita sudah

mengetahui bahwa komposisi dari C5 pada produk destilat = 0.


Dengan

demikian untuk perhitungan jumlah variabel komposisi aliran yang


terspesifikasi

juga akan berkurang 2 (kedua komposisi tadi) sehingga


menjadi 4 Maka:

DK = 10 var aliran - 4 persamaan neraca bahan independen - 4


komposisi - 1

aliran - 1 hub
terkait

DK =
0

Contoh 2
menghitung DK

Titanium dioksida TiO​2 ​banyak digunakan sebagai zat warna pada


industri cat dan kertas. Dalam suatu unit pencuci pada pabrik zat
tersebut diinginkan untuk
memproduksi 4000 lb/jam TiO​2 ​kering dan maksimum
mengandung 100 ppm

garam basis kering. Keluar dari alat pembuatnya zat pewarna


tersebut (raw

pigmen) mengandung 40% TiO​2​, 20% garam dan sisanya air (%


massa).

Eva/Bayu/Sisil ​
31
NME 2003

Pemurnian dilakukan dengan cara pencucian menggunakan air


(H​2​O) kemudian
pemisahan dengan pengendapan hingga diperoleh produk
pewarna yang bersih
(washed product) dan air bekas mencuci yang disebut waste
water. Pewarna
yang dikehendaki minimal haruslah mengandung 50% TiO​2​.
Karena air buangan bekas cuci tersebut akan dibuang ke sungai
maka komposisinya harus diketahui
dengan tepat. Hitunglah
Analisis:
air pencuci H​2​O
Pewarna kotor(F​1​) Pewarna bersih TiO​2 ​40% TiO​2 ​Garam 20%
Garam
H​2​O H​2​O
Air cucian Garam H​2​O
• Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa jumlah variabel
aliran-aliran
tersebut adalah:
- Pewarna kotor 3
- Air pencuci 1
- pewarna bersih 3
- Air cucian 2
9
• Jumlah komponen dalam soal ini ada 3, jadi pesamaan neraca
independen juga ada 3
• Jumlah komposisi yang terspesifikasi : 2 untuk pewarna kotor, 1
untuk
pewarna bersih
• Jumlah hubungan tambahan, kapasitas produk dan kandungan
garam,
ada 2
Eva/Bayu/Sisil ​
32
Unit pencuci
NME
2003

Mak
a:

Jumlah variabel aliran yang independen = 9

Jumlah persamaan neraca yang independen = 3

Jumlah veriabel aliran terspesifikasi yang independen =


3

Jumlah hubungan yang terkait ( yg membentuk persaman)


=2_

Derajat Kebebasan (DK) = 1


DK = 1 atau >0 hal ini berarti soal tersebut tidak bisa diselesaikan
(kurang

terspesifikasi), Ada 3 variabel yang tidak diketahui sedangkan


hanya ada 2

persamaan jadi perlu satu persamaan lagi, persaman ini bisa


berasal dari

komposisi, laju alir atau perbandingan lain yang menyebabkan


tambahan

hubungan diantara veriabel-variabel yang tidak


dketahui tersebut.

Sekarang coba selesaikan dengan tambahan keterangan


perbandingan

penggunaan massa air pencuci/pewarna adalah 6 lb H​2​O per lb


pewarna atau F​2​/F​1 ​= 6
Eva/Bayu/Sisil ​
33
NME 2003

Bypass, Recycle, Purge, Spliter & Mixer


R

II ​
P II Feed
III I B
Pada diagram di atas dapat dilihat terdapat beberapa aliran dan
alat, berikut
akan dijelaskan tiap aliran dan alat yang digunakan:
I ​adalah alat yang disebut dengan ​separator: ​alat ini berfungsi
untuk
memisahkan komposisi tertentu dari suatu aliran sehingga
komposisi pada aliran
yang dihasilkan berbeda dengan aliran awal
II ​adalah alat yang disebut dengan ​spliter: ​alat ini berfungsi untuk
memisahkan
aliran tetapi tanpa mengubah komposisi yang terdapat pada
lairan sehingga
komposisi aliran yang dihasilkan sama dengan komposisi aliran
awal.
III ​adalah alat yang disebut dengan ​mixer: ​alat ini berfungsi untuk
mencampurkan aliran.
Untuk separator dan spliter bisa terdapat pada aliran yang akan
di purge, recycle
ataupun yang akan di bypass, tetapi mixer biasanya hanya
terdapat pada aliran
yang akan dicampur.
Aliran ​R ​adalah aliran ​Recycle (Daur ulang), ​aliran ini berfungsi
untuk
mengembalikan zat-zat, yang masih dibutuhkan, yang masih
terdapat dalam
aliran keluar untuk kembali mengalami proses
Aliran ​B a​ dalah aliran ​Bypass, a
​ liran ini adalah aliran yang
melewati satu atau
beberapa tahap proses yang langsung menuju pada proses
selanjutnya.
Aliran ​P ​adalah aliran ​Purge ​aliran ini adalah aliran pembuangan
untuk
mengeluarkan akumulasi dari inert atau materi yang tidak
diinginkan yang jika
tidak dikeluarkan akan tertimbun dalam aliran ​Recycle
Eva/Bayu/Sisil ​
34
NME
2003

* Dalam neraca massa dengan reaksi kimia kita akan menemui


istilah

fraction conversion , f​ raction conversion yang dimaksud di


sini adalah

banyaknya jumlah zat yang digunakan dalam suatu proses


dibandingkan

dengan jumlah input zat tersebut. Faktor konversi dibedakan


menjadi 2

jenis
yaitu :

1. Overall fraction conversion (konversi


keseluruhan )
massa (mol) reaktan dalam fresh feed – massa (mol) reaktan
dalam produk akhir
massa ( mol ) reaktan dalam
fresh feed
2. Single pass atau once through
conversion
massa ( mol ) reaktan masukan reaktor – massa ( mol ) reaktan
keluaran reaktor

massa ( mol ) reaktan masukan


reaktor

secara singkat dapat dikatakan bahwa single pass hanya


menghitung

konversi pada satu alat saja, sedang overall menghitung


konversi dalam

siste
m.
Eva/Bayu/Sisil ​
35
NME 2003

SOAL 1
Asam asetat dapat diproduksi melalui reaksi berikut: 2C​2​H​5​OH +
2Na​2​Cr​2​O7​ ​+ 8H​2​SO​4 ​→ 3CH​3​COOH + 2Cr​2​(SO​4​)3​ ​+ 2Na​2​SO​4 ​+
11H​2​O Reaksi berlangsung dalam system dengan recycle seperti
digambarkan dalam diagram berikut:
F​2 ​P
H​2​SO​4 ​CH​3​COOH Na​2​Cr​2​O7​ ​S ​E P A F​ ​ ​H5​ ​OH R
​ 1 ​C2 ​ eaktor
RA​W ​T O Produk
​ ​R
Limbah
Recycle, R H​2​SO​4 ​C​2​H​5​OH
Konversi etanol overall sebesar 90% dicapai jika laju alir recycle
sama dengan laju umpan segar C​2​H​5​OH. Laju umpan segar
H​2​SO​4 ​dan Na​2​Cr​2​O7​ ​masing- masing berlebih 20% dan 10%
secara stoikiometrik terhadap jumlah umpan segar C​2​H5​ ​OH. Jika
aliran recycle mengandung 94% H​2​SO​4 ​dan sisanya C​2​H5​ ​OH (%
dalam mol), hitunglah:
a. Laju alir produk (P) b. Laju alir dan komposisi produk limbah
(W) c. Konversi single pass reactor etanol
SOAL 2 Dalam suatu industri minuman, jus jeruk segar
mengandung 12% padatan dan sisanya air; sedangkan produk
jus kental mengandung 42% padatan. Jika proses pengentalan
dilakukan dengan proses evaporasi tunggal, sebagian kandungan
zat-zat volatile ikut teruapkan bersama air dan mengakibatkan
rasa yang hambar. Untuk mengatasi masalah ini, sebagian aliran
jus jeruk segar di bypass untuk kemudian digabungkan dengan
aliran keluaran evaporator. Sementara itu, aliran jus jeruk segar
dikentalkan dalam evaporator hingga kandungan padatan
menjadi 58%.
a. Gambarkan proses yang terjadi! b. Hitunglah julah produk jus
kental yang dihasilkan per 100 kg jus jeruk
segar yang diumpankan ke proses! c. Hitunglah fraksi jus jeruk
segar yang di bypass!
Gunakan notasi-notasi berikut: F = Aliran jus jeruk segar; E =
aliran keluaran evaporator; B = aliran bypass; P = aliran produk
jus kental. ​Eva/Bayu/Sisil 36

NME
2003
GAS, UAP, CAIRAN DAN
PADATAN

4.1 HUKUM GAS


IDEAL
Gas ideal adalah gas imajiner yang memenuhi
persamaan :

PV=n
RT

Denga
n:
P = tekanan gas V
= volum total gas n
= jumlah mol gas
R = konstanta gas
ideal T = Suhu
dalam kelvin

Persamaan ini dapat diterapkan untuk komponen murni


atau

campur
an.
Sejumlah keadaan standar yang ditentukan secara
sembarang atau

yang dikenal dengan ​standard condition ​dari suhu dan


tekanan

ditentukan untuk mengetahui nilai R, jadi kenyataan


bahwa sebuah

unsur tdk berwujud gas pada 0​o​C dan 1 atm (dalam


keadaan standar)

tidaklah penting. Sebagai contoh uap air pada 0​o​C tdk


dapat berada

dalam tekanan yang lebih besar dari 0,61 kPa tanpa


terjadi

pengembun
an.

4.1.1 Penerapan hukum


gas ideal:

Hk gas ideal dapat digunakan untuk menentukan


volume,

tekanan, atau suhu suatu zat dalam


keadaan tertentu.

Conto
h:

Berapakah densitas O​2 ​pada 27​o​C dan 250kPa dalam


satuan SI ?

27​o​C =
300 K

R = 0,008314 kPa
m​3​/mol K

Eva/Bayu/Sisil ​
37
NME 2003

basis = 1 m​3 ​gas O​2


kg ​
PV = n RT ​⇔ ​V ​n= ​ ​P⇔
​ RT ​ ​ kmol ​Eva/Bayu/Sisil ​38 V ​
​ =
kg
RT ​P​
1​ 3
/32​ kg m ​

kmol =
314,8
3​
kPa m 250 ​ /kmol kPa .K 300 K ​massa O​2 ​= 3,2 kg

densitas O​2 ​= 3,2kg/1m​3 = 3,2 kg/m​3
4.1.2 Campuran gas ideal dan tekanan gas parsial
Dalam kehidupan sehari-hari, gas biasanya berada dalam
suatu
campuran dengan gas lain. Dalam keadaan seperti ini
anda tetap dapat
menggunakan hukum gas ideal. Biasanya kita
menggunakan kuantitas
khayalan yang disebut tekanan parsial. Tekanan parsial
dari gas i
didefinisikan sebagai Pi. Jadi hukum gas idealnya
menjadi:
Pi Vtotal = ni R T
Atau Pi = Ptotal x ​totaln

ni ​= YiPi
​ ​× Dimana
​ Yi = Fraksi mol zat i
Contoh soal:
Udara di bumi terdiri dari 21% (%V) oksigen dan 79%
nitrogen.
Tekanan parsial oksigen 21kPa, berapakah tekanan total
udara?
PO​2 ​= 21kPa YO​2 =
​ 0,21

​ 2​
P total = ​YOPO
​ 2​ =
21
kPa
21,0​
= ​100 ​kPa
NME 2003

4.2 KEJENUHAN (SATURATION)


Kejenuhan adalah suatu keadaan setimbang daimana
saat tekanan
persial dalam gas sama dengan tekanan uap cairan
tersebut, dalam
keadaan ini tidak ada lagi zat cair yang menguap atau gas
yang
mengembun. Pada saat titik jenuh tercapai kita dapat
menyatakan
bahwa zat tersebut berada dalam titik embun (​dew point)​ .
Dengan mengasumsikan bahwa sistem gas ideal berlaku
pada saat
jenuh maka kita dapat menuliskan hubungan tekanan (P)
gas dengan
tekanan (P) cairan dalam keadaan jenuh sebagai berikut.
P ​gas ​V P ​cair
V ​= n​
gas ​RT n

cair ​RT ​atau


P ​P

cair ​gas
=

n​
n​ cair
=​
gas ​ P
total​P
gas ​
− ​P ​gas 4
​ .3 KEJENUHAN PARSIAL DAN
KELEMBAPAN
Kejenuhan parsial adalah kondisi dimana uap tidak berada
dalam
ekuilibrium dengan fase cair, dan tekanan parsial uap
lebih kecil
daripada tekanan uap cairan pada suhu tertentu.
Ketika uap adalah uap air dan gas adalah udara, berlaku
istilah khusus
kelembapan ​(​humidity)​ . Untuk gas atau uap lainnya
digunakan istilah
kejenuhan ​(​saturation)​ .
Kejenuhan relatif ​(relative saturation) didefinisikan
sebagai
Rs ​= ​Puap

Pjenuh kejenuhan
​ relatif ​Dengan:
Puap = Tekanan parsial uap dalam campuran gas
Eva/Bayu/Sisil ​
39
NME 2003

Pjenuh = tekanan parsial uap dalam campuran gas jika


gas jenuh pada
suhu campuran yang diberikan (yaitu tekanan uap dari
komponen uap)
Untuk ringkasnya :
P​
Rs ​= ​P​ jenuh
uap
= ​PP u​ ap
/​
t ​P ​jenuh
/​P ​t ​= ​V
VV
jenuh uap
/

t /​​ V t​ =
​ ​n
jenuh

Eva/Bayu/Sisil ​
40
n
t
= ​massa
massa
Kejenuhan molal ​adalah cara lain untuk menyatakan
konsentrasi uap
dalam gas adalah menggunakan rasio mol uap terhadap
mol gas bebas
uap:
= ​kejenuhan molal ​gasbebasua
p ​i jenuh
n
uap ​n
untuk suatu sistem biner dimana 1 menunjukan uap dan 2
menunjukkan gas kering:
P​1 ​+ P​2 ​= P​tot ​n1​ ​+ n​2 ​= n​tot n​
=
1​
n​2​
P ​1 ​
P2​ ​n
= ​ V ​1 ​ = ​
1​ V​ 2​ 1
nn ​tot −
​ ​1

=​
P 1​ ​PP ​tot −
​ ​1

=​ −​
VV t​ ot V
​ ​ 1

​ tau Humidity (H) m


Kelembapan a ​ anunjukan massa uap
cair per massa udara kering (bonedry ​H ​= ​( n​

(​
gas kering ​ air)

)( ​ )​
n ​uap ​ )( ​Mr Mr uap
​ g​ as kering ​ ) ​=

massa ​
massa​ gas ​uap k​ ering Kejenuhan
​ (kelembapan)
“Absolut”, Presentase Kejenuhan
(Kelembapan).
Kejenuhan “Absolut” d ​ idefinisikan sebagai rasio mol uap
per mol gas
bebas-uap t​ erhadap mol uap ​yang akan ada ​per mol ​gas
bebas-uap
jika campuran tersebut jenuh secara sempurna ​pada suhu
dan tekanan
total yang ada:
NME 2003

​ “kejenuhan absolut” =
As =
⎛ ⎜​ mol
⎜⎝​
gas ​uapmol ​bebas uap ​ ⎞ ⎟​ ⎛ ⎜​
⎟​Eva/Bayu/Sisil 41

​ ⎠​sebenarnya ​ ⎜⎝​mol
⎞ ⎟​
gas ​mol​bebas uap uap ​ ⎟⎠​jenuh
Dengan 1 untuk uap dan 2 untuk gas bebas uap
⎛ ⎜​
Persen kejenuhan absolut = ​ ⎜⎝⎟​( ​100

) ( ​100 ​) 1​ ​2​n​n ​1 ​2​⎞ ⎟​⎠​sebenarnya ⎟​ ⎛​ ⎜​⎜⎝​nn​ 1​ ​2​Titik Embun. ​Selama


gas yang jenuh secara parsial mendingin pada
volume konstan, ataupun pada tekanan total konstan, gas
yang
takdapat mengembun akhirnya menjadi jenuh dengan
uap, dan uap
tersebut mulai mengembun. Suhu pengembunan dimulai
pada titik
⎞ ⎟​
embun (​dew point​) ​ ⎟⎠​jenuh
=
⎛ ⎜​ P 1​ ​ ⎞ ⎟​ ⎛ ⎜​ P
⎜⎝​P​ 2​ ⎠​sebenarnya ​ ⎜⎝​P​
⎞ ⎟​
⎟⎠​jenuh

Anda mungkin juga menyukai