Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTEK KERJA LABORATORIUM I


HUKUM JOULE

Disusun untuk Memenuhi Laporan Mata Kuliah Praktek Kerja Laboratorium I

Disusun oleh:
Nama

NIM

LABORATORIUM FISIKA DASAR


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam suatu bahan konduktor, arus listrik yang mengalir dalam suatu rangkaian
akan mengakibatkan terjadinya disipasi energi yang akan dikonversikan ke dalam
bentuk panas (energi panas). Hal ini disebabkan oleh karena adanya hambatan dalam
pada bahan konduktor tersebut. Besar panas yang dihasilkan sebanding dengan
besarnya daya yang dibuang (energi yang hilang) dalam rangkaian tersebut, yang
kemudian dikenal sebagai panas Joule (Joule Heat). Percobaan ini ditemukan oleh
seorang ilmuwan fisika dari Inggris bernama James Prescott Joule (1818 1889).
Ilmuwan ini meneliti konversi energi listrik ke energi panas (juga energi mekanik ke
energi panas).
Dalam beberapa aplikasi listrik, panas joule merupakan hal yang tidak
diinginkan dikarenakan dapat mengurangi efisiensi dari energi sistem. Oleh karenanya
pada percobaan ini, praktikan akan menghitung besar nilai dari tara kalor listrik
tersebut.

1.2. Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan Hukum Joule ini yaitu untuk menentukan hubungan
antara tenaga listrik dengan tenaga panas (kalor) dan menentukan tara kalor listrik.
1.3. Manfaat Percobaan
Manfaat yang didapatkan dari percobaan Hukum Joule ini yaitu praktikan dapat
mengetahui dan memahami hubungan antara tenaga listrik dengan tenaga panas seperti
yang dijelaskan dalam teori hukum joule, serta dapat membuktikan besar dari tara kalor
listrik.

BAB II
DASAR TEORI

2.1. Kalor
Kalor adalah energi yang berpindah dari suatu tempat ke tempat lain yang
diakibatkan oleh karena adanya perbedaan temperatur. Pada sebuah benda yang
mempunyai suhu yang tidak sama untuk seluruh bagian-bagiannya akan terjadi
perpindahan kalor dari bagian yang bersuhu lebih tinggi ke bagian yang bersuhu lebih
rendah sampai tercapai suhu setimbang. Satuan dari kalor sering dinyatakan dalam
satuan energi, sebab kalor adalah energi. Hubungan antara satuan kalor dengan
sejumlah energi telah dibuktikan oleh Joule melalui percobaannya dan diperoleh
kesetaraan sebagai berikut:
1 Kalori = 4,186 Joule
1 Joule = 0,239 Kalori
(Giancoli, 2001)

2.2. Kalor Jenis


Kalor jenis didefinisikan sebagai jumlah kalor (Q) yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu (T) tiap satuan massa (m) benda. Secara matematis, dapat ditulis:
Q
c=
m. T
Untuk c adalah kalor jenis (J/kgoC), Q adalah kalor (J), m adalah massa benda (kg), dan
T adalah perubahan suhu (oC).
Berdasarkan penelitian, didapatkan bahwa jika kalor diberikan pada dua benda
yang berbeda jenisnya, maka akan dihasilkan suhu akhir yang berbeda juga. Hal ini
dikarenakan perbedaan kalor jenis yang dimiliki oleh setiap benda. Contohnya ketika
air dan minyak sama-sama dipanaskan maka minyak akan memiliki perubahan suhu
yang jauh lebih besar daripada air dengan waku pemanasan yang sama (Giancoli,
2001).

2.3. Perpindahan Kalor

Perpindahan kalor terjadi dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang
bersuhu rendah untuk mencapai suhu setimbang. Perpindahan kalor dapat dibedakan
menjadi tiga jenis yaitu perpindahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi.
2.3.1.
Konduksi
Perpindahan kalor secara konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu zat
perantara tanpa disertai perpindahan partikel-partikel zat. Contohnya yaitu
ketika besi dipanaskan pada bagian ujungnya, maka kalor akan merambat
menuju ke bagian (ujung) yang lain karena adanya perbedaan suhu antara kedua
bagian tersebut yang mengakibatkan kalor mengalir sehingga tercapailah suhu
setimbang (Zemansky, 2000).
2.3.2.
Konveksi
Perpindahan kalor secara konveksi adalah perpindahan kalor melalui suatu
medium atau perantara yang disertai dengan perpindahan partikel-partikel
zatnya. Contohnya yaitu ketika air dipanaskan, air pada bagian bawah ketika
suhunya naik maka akan cenderung bergerak ke atas. Hal ini akan berlangsung
terus menerus hingga tercapai suhu kesetimbangan (Zemansky, 2000).
2.3.3.
Radiasi
Perpindahan kalor secara radiasi adalah perpindahan kalor tanpa melalui zat
perantara/medium. Contohnya yaitu ketika kita berada didekat api unggun,
maka kalor akan dipancarkan ke segala arah sehingga kalor merambat ke tubuh
(Zemansky, 2000).

2.4. Azas Black


Azas Black berbunyi Jumlah kalor yang dilepas akan sama dengan jumlah
kalor yang diterima. Benda yang bersuhu tinggi akan melepas kalor menuju ke benda
yang bersuhu lebih rendah. Perpindahan ini akan berlangsung terus menerus sampai
tercapai suhu setimbang. Secara matematis dapat dituliskan:
Qlepas =Qterima
m1 c 1 T 1 =m2 c 2 T 2
m1 c 1 ( T 1T s ) =m2 c2 ( T sT 2 )
Untuk

m1 adalah massa benda pertama (kg),

c1

adalah kalor jenis benda pertama (J/kgoC),

m2 adalah massa benda kedua (kg),


c2

adalah kalor jenis benda kedua

(J/kgoC),

T1

adalah suhu benda yang lebih tinggi (oC),

T2

adalah suhu benda

yang lebih rendah (oC), dan T s adalah suhu setimbang (Mikrajudin, 2006).
2.5. Arus Listrik
Arus lisrik adalah pergerakan partikel-partikel elektron dari beda potensial
yang lebih rendah menuju ke beda potensial yang lebih tinggi. Pergerakan elektronelektron ini terjadi karena adanya beda potensial antara satu titik dengan titik yang lain.
Semakin besar beda potensial yang ada antara dua titik tersebut maka arus listrik yang
mengalir juga akan semakin besar. Besarnya arus lisrik yang mengalir pada suatu
rangkaian disebut kuat arus. Dan karena mengalir maka arus merupakan besaran vektor.
Kuat arus merupakan muatan listrik yang mengalir dalam waktu tertentu. Secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut.
q
I=
t
Untuk I adalah kuat arus (A), q adalah jumlah muaan (C), dan t adalah waktu
(Mikrajudin, 2006).
2.6. Hukum Joule
Bila sebatang logam dialiri arus lisrik, maka tumbukan oleh pembawa muatan
dalam logam mendapatkan energi sehingga menjadi panas dan atom-atom akan
bergerak semakin kuat. Daya yang hilang yang diubah menjadi getaran atom dalam
logam, dengan kata lain hilang sebagai kalor. Ini dapat dipahami bahwa muatan dq
yang bergerak akan mendapatkan energi sebesar dU= (dq) V. Karena arus dan
kecepatan tidak berubah, maka energi yang hilang per satuan waktu adalah:
dU
dq
V2
P=
=V
=i .V =i. R2=
dt
dt
R
Persamaan ini dikenal sebagai hukum Joule yang menyatakan bahwa daya yang hilang
(disipasi daya) pada konduktor dengan hambatan R dan dialiri arus i. Sedangkan besar
kalor disipasi dalam waktu dt adalah:
V2
2
dQ=i . R . dt =i .V . dt= dt
R
(Giancoli, 2001)

2.7. Tara Kalor Listrik


Tara kalor listrik adalah perbandingan antara energi listrik yang diberikan
terhadap panas yang dihasilkan. Teori yang melandasi tentang tara kalor listrik adalah

hukum Joule dan Azas Black. Suatu bentuk energi dapat berubah menjadi bentuk energi
lain. Misalnya pada peristiwa gesekan energi mekanik berubah menjadi energi panas.
Demikian pula energi listrik dapat diubah menjadi energi panas/sebaliknya. Sehingga
dikenal adanya kesetaraan antara panas dengan energi listrik, secara kuantitatif hal ini
dinyatakan dengan nilai kesetaraan kalor listrik atau tara kalor listrik (Zemansky, 2000).

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1. Alat
3.1.1. Set Kalorimeter Listrik
Terdiri dari kalorimeter dan pengaduk, berfungsi untuk menjaga suhu sistem
dari pengaruh suhu lingkungan.
3.1.2. Termometer
Berfungsi untuk mengukur suhu.
3.1.3. Neraca
Berfungsi untuk mengukur massa.
3.1.4. Stopwatch
Berfungsi untuk mengukur waktu.
3.1.5. Amperemeter
Berfungsi untuk mengukur kuat arus dalam suatu rangkaian.
3.1.6. Hambatan Geser
Berfungsi untuk mengatur besar hambatan untuk mengatur besar arus yang
diinginkan dalam suatu rangkaian.
3.1.7. Multimeter
Berfungsi untuk mengukur hambatan kalorimeter listrik.
3.1.8. Sumber Tegangan
Berfungsi sebagai sumber tegangan.
3.1.9. Saklar
Berfungsi untuk memutus dan menyambungkan arus.

3.2. Bahan
3.2.1.
Air Es

3.3. Diagram Alir Percobaan


Mulai

Merangkai rangkaian dan menyiapkan alat dan bahan

Mengukur hambatan kalorimeter menggunakan


multimeter dan menimbang kalorimeter kosong

Mengisi kalorimeter dengan air es dan menimbang


kalorimeter yang berisi air

Menyambungkan kalorimeter yang berisi air ke


rangkaian dan mengatur hambatan geser hingga arus
yang mengalir kira-kira 2A

R , mk , ma , I

Mencatat suhu mula-mula, menyalakan sumber


tegangan, dan mencatat kenaikan suhu tiap 20 detik
selama 300 detik.

T m , T a ,t

Variasi massa

Selesai
Gambar 3.1. Diagram Alir Percobaan Hukum Joule
BAB IV
PENGOLAHAN DATA

4.1. Data Pengamatan


Dari praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut.
Percobaan 1
t (s)
T (oC)
0
11
20
11
40
11

Percobaan 2
t (s)
T (oC)
0
11
20
11
40
11

Percobaan 3
t (s)
T (oC)
0
11
20
11
40
11

60
80
100
120
140
160
180
200
220
240
260
280
300

12
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
18

ma
Tm
Ta

= 141,3
g
= 11 oC
= 18 oC

mk
t

= 235,3 g
= 300 s

60
80
100
120
140
160
180
200
220
240
260
280
300

11
12
12
12
13
13
13
14
14
15
16
16
17

60
80
100
120
140
160
180
200
220
240
260
280
300

12
12
12
13
13
13
14
14
14
14
14
15
16

ma
Tm
Ta

= 170,9
g
= 11 oC
= 17 oC

Tm
Ta

= 194,6
g
= 11 oC
= 16 oC

=2A

= 3,8

ma

4.2. Grafik Percobaan


4.2.1. Percobaan 1

Percobaan 1
20
18
16
14
12
Temperatur 10
8
6
4
2
0

18

50

100

150

200

Waktu

4.2.2.

Percobaan 2

250

300

350

Percobaan 2
20
18
16
14
12
Temperatur 10
8
6
4
2
0

18

50

100

150

200

250

300

350

Waktu

4.2.3.

Percobaan 3

Percobaan 3
18

16

16
14
12
10
Temperatur

8
6
4
2
0

50

100

150

200

250

300

350

Waktu

4.3. Pengolahan Data


4.3.1. Kalor (Q)
Percobaan
Percobaan 1
Percobaan 2

ma
141,3
170,9

mk
235,3
235,3

ca
1
1

ck
0,093
0,093

Ta
18
17

Tm
11
11

T
7
6

Q
1142,28
1156,7

194,6

Percobaan 3
4.3.2.

235,3

0,093

16

R
3,8
3,8
3,8

t
300
300
300

W
4560
4560
4560

Daya Listrik (W)

4.3.3.

I2
4
4
4

I
2
2
2

Percobaan
Percobaan 1
Percobaan 2
Percobaan 3

Tara Kalor Listrik (a)


Q
1142,28
1156,7
1082,41

Percobaan
Percobaan 1
Percobaan 2
Percobaan 3

W
4560
4560
4560

a
0,2505
0,25366
0,23737

Q/Ta

Q/Tm

163,18
3
192,78
3
216,48
3

163,18
192,78
216,48

115,38
8
136,31
8
153,07
7

4.4. Ralat Rambat


4.4.1. Kalor (Q)
Q/ma

Q/m
k

0,651

0,558

0,465
4.4.2.

Daya Listrik (W)

W/I

W/R

W/t

4560

1200

15,2

4560

1200

15,2

4560

1200

15,2

4.4.3.
Q
115,388

W
235,76
3
235,76
3
235,76
3

Tara Kalor Listrik (a)

W
235,763

a/Q
0,00022

a/W
-5,5E-05

a
0,02843

11

1082,41

136,318
153,077

235,763
235,763

0,00022
0,00022

-5,6E-05
-5,2E-05

0,03264
0,03574

Dari hasil perhitungan dan olah data, didapat nilai tara kalor listrik yaitu sebesar:
a1 a1=0,251 0,028 kal/Joule
a2 a2=0,254 0,033 kal / Joule
a3 a3=0,237 0,036 kal/Joule

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan ini berjudul Hukum Joule bertujuan untuk menentukan hubungan antara
tenaga listrik dengan tenaga panas (kalor) dan menentukan tara kalor listrik. Tara kalor listrik
ini sendiri merupakan perbandingan antara tenaga panas (kalor) yang diserap terhadap tenaga
listrik yang diberikan. Tara kalor listrik ini didasari oleh dua hukum dasar yaitu Hukum Joule
dan Azas Black.
Proses fisis yang terjadi dalam percobaan ini yaitu ketika rangkaian listrik
dihubungkan dengan sumber tegangan, maka akan ada perbedaan potensial listrik yaitu usaha
atau energi yang digunakan untuk mengalirkan energi sehingga menimbulkan adanya arus
listrik. Arus listrik ini bergerak menuju ke filamen melewati suatu bahan penghantar
konduktor. Saat melewati penghantarm arus dapat bergerak dengan mudah karena kawat
penghantar memiliki resistansi bahan yang kecil. Namun ketika mengenai filamen pada

kalorimeter, arus akan terhambat oleh resistansi filamen. Oleh karena resistansi pada filamen
yang cukup besar, energi listrik tersebut kemudian akan berkurang (terdisipasi) dan
terkonversi menjadi energi lain yaitu energi panas. Hal ini dikarenakan elektron-elektron
terhambat dan saling bertumbukan dengan partikel-partikel penyusun filamen tersebut.
Tumbukan ini berlangsung secara terus-menerus sehingga menyebabkan sebagian dari energi
listrik tersebut berubah menjadi energi panas. Energi panas (kalor) yang terbentuk kemudian
mengenai air es pada kalorimeter dan diserap oleh air es tersebut. Perpindahan kalor ini akan
terjadi secara terus menerus hingga sietem mencapai suhu setimbang.
Dari hasil percobaan dan olah data yang dilakukan, diperoleh nilai tara kalor listrik
yaitu:
a1 a1=0,251 0,028 kal/Joule
a2 a2=0,254 0,033 kal / Joule
a3 a3=0,237 0,036 kal/Joule
Berdasarkan hasil percobaan dan olah data tersebut, diketahui bahwa nilai tara kalor
listrik yang didapat mendekati nilai referensi tara kalor listrik yaitu sebesar 1 Joule= 0,24
kalori. Dan dari ketiga data yang diperoleh, nilai tara kalor listrik yang paling mendekati
dengan nilai referensi adalah percobaan ketiga. Namun jika ditilik secara keseluruhan, tidak
ada perbedaan yang cukup mencolok dari hasil percobaan tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil percobaan antara lain yaitu:

Isolasi sistem
Suhu lingkungan
Dll

BAB VI
KESIMPULAN

6.1. Kesimpulan
6.1.1.
Hubungan antara energi listrik yang hilang terhadap energi panas
(kalor) yang dihasilkan dapat dipelajari dengan menggunakan hukum joule.
Nilai tara kalor listrik membuktikan bahwa energi panas yang dihasilkan oleh
suatu sistem sebanding dengan besar energi listrik yang hilang (diubah) dalam
sistem tersebut.
6.1.2.
Adapun dari percobaan dan olah data yang telah dilakukan, diperoleh
nilai tara kalor listrik yaitu sebesar:
a1 a1=0,251 0,028 kal/Joule
a2 a2=0,254 0,033 kal /Joule
a3 a3=0,237 0,036 kal/Joule

Berdasarkan hasil percobaan dan olah data yang telah dilakukan tersebut,
diketahui bahwa nilai tara kalor listrik yang didapat mendekati nilai referensi
tara kalor listrik yaitu sebesar 1 Joule= 0,24 kalori.
6.2. Saran
Untuk praktikum selanjutnya, praktikan menyarankan untuk menambah jumlah variasi
data saat praktikum dan mengubah variabel kontrol dari percobaan Hukum Joule ini.

DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 2. Jakarta: Erlangga.


Mikrajudin, Abdullah. 2006. Diktat Fisika Dasar II. Bandung: ITB.
Zemansky. 2000. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai