Disusun oleh:
Nama
NIM
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Kalor
Kalor adalah energi yang berpindah dari suatu tempat ke tempat lain yang
diakibatkan oleh karena adanya perbedaan temperatur. Pada sebuah benda yang
mempunyai suhu yang tidak sama untuk seluruh bagian-bagiannya akan terjadi
perpindahan kalor dari bagian yang bersuhu lebih tinggi ke bagian yang bersuhu lebih
rendah sampai tercapai suhu setimbang. Satuan dari kalor sering dinyatakan dalam
satuan energi, sebab kalor adalah energi. Hubungan antara satuan kalor dengan
sejumlah energi telah dibuktikan oleh Joule melalui percobaannya dan diperoleh
kesetaraan sebagai berikut:
1 Kalori = 4,186 Joule
1 Joule = 0,239 Kalori
(Giancoli, 2001)
Perpindahan kalor terjadi dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang
bersuhu rendah untuk mencapai suhu setimbang. Perpindahan kalor dapat dibedakan
menjadi tiga jenis yaitu perpindahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi.
2.3.1.
Konduksi
Perpindahan kalor secara konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu zat
perantara tanpa disertai perpindahan partikel-partikel zat. Contohnya yaitu
ketika besi dipanaskan pada bagian ujungnya, maka kalor akan merambat
menuju ke bagian (ujung) yang lain karena adanya perbedaan suhu antara kedua
bagian tersebut yang mengakibatkan kalor mengalir sehingga tercapailah suhu
setimbang (Zemansky, 2000).
2.3.2.
Konveksi
Perpindahan kalor secara konveksi adalah perpindahan kalor melalui suatu
medium atau perantara yang disertai dengan perpindahan partikel-partikel
zatnya. Contohnya yaitu ketika air dipanaskan, air pada bagian bawah ketika
suhunya naik maka akan cenderung bergerak ke atas. Hal ini akan berlangsung
terus menerus hingga tercapai suhu kesetimbangan (Zemansky, 2000).
2.3.3.
Radiasi
Perpindahan kalor secara radiasi adalah perpindahan kalor tanpa melalui zat
perantara/medium. Contohnya yaitu ketika kita berada didekat api unggun,
maka kalor akan dipancarkan ke segala arah sehingga kalor merambat ke tubuh
(Zemansky, 2000).
c1
(J/kgoC),
T1
T2
yang lebih rendah (oC), dan T s adalah suhu setimbang (Mikrajudin, 2006).
2.5. Arus Listrik
Arus lisrik adalah pergerakan partikel-partikel elektron dari beda potensial
yang lebih rendah menuju ke beda potensial yang lebih tinggi. Pergerakan elektronelektron ini terjadi karena adanya beda potensial antara satu titik dengan titik yang lain.
Semakin besar beda potensial yang ada antara dua titik tersebut maka arus listrik yang
mengalir juga akan semakin besar. Besarnya arus lisrik yang mengalir pada suatu
rangkaian disebut kuat arus. Dan karena mengalir maka arus merupakan besaran vektor.
Kuat arus merupakan muatan listrik yang mengalir dalam waktu tertentu. Secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut.
q
I=
t
Untuk I adalah kuat arus (A), q adalah jumlah muaan (C), dan t adalah waktu
(Mikrajudin, 2006).
2.6. Hukum Joule
Bila sebatang logam dialiri arus lisrik, maka tumbukan oleh pembawa muatan
dalam logam mendapatkan energi sehingga menjadi panas dan atom-atom akan
bergerak semakin kuat. Daya yang hilang yang diubah menjadi getaran atom dalam
logam, dengan kata lain hilang sebagai kalor. Ini dapat dipahami bahwa muatan dq
yang bergerak akan mendapatkan energi sebesar dU= (dq) V. Karena arus dan
kecepatan tidak berubah, maka energi yang hilang per satuan waktu adalah:
dU
dq
V2
P=
=V
=i .V =i. R2=
dt
dt
R
Persamaan ini dikenal sebagai hukum Joule yang menyatakan bahwa daya yang hilang
(disipasi daya) pada konduktor dengan hambatan R dan dialiri arus i. Sedangkan besar
kalor disipasi dalam waktu dt adalah:
V2
2
dQ=i . R . dt =i .V . dt= dt
R
(Giancoli, 2001)
hukum Joule dan Azas Black. Suatu bentuk energi dapat berubah menjadi bentuk energi
lain. Misalnya pada peristiwa gesekan energi mekanik berubah menjadi energi panas.
Demikian pula energi listrik dapat diubah menjadi energi panas/sebaliknya. Sehingga
dikenal adanya kesetaraan antara panas dengan energi listrik, secara kuantitatif hal ini
dinyatakan dengan nilai kesetaraan kalor listrik atau tara kalor listrik (Zemansky, 2000).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1. Alat
3.1.1. Set Kalorimeter Listrik
Terdiri dari kalorimeter dan pengaduk, berfungsi untuk menjaga suhu sistem
dari pengaruh suhu lingkungan.
3.1.2. Termometer
Berfungsi untuk mengukur suhu.
3.1.3. Neraca
Berfungsi untuk mengukur massa.
3.1.4. Stopwatch
Berfungsi untuk mengukur waktu.
3.1.5. Amperemeter
Berfungsi untuk mengukur kuat arus dalam suatu rangkaian.
3.1.6. Hambatan Geser
Berfungsi untuk mengatur besar hambatan untuk mengatur besar arus yang
diinginkan dalam suatu rangkaian.
3.1.7. Multimeter
Berfungsi untuk mengukur hambatan kalorimeter listrik.
3.1.8. Sumber Tegangan
Berfungsi sebagai sumber tegangan.
3.1.9. Saklar
Berfungsi untuk memutus dan menyambungkan arus.
3.2. Bahan
3.2.1.
Air Es
R , mk , ma , I
T m , T a ,t
Variasi massa
Selesai
Gambar 3.1. Diagram Alir Percobaan Hukum Joule
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
Percobaan 2
t (s)
T (oC)
0
11
20
11
40
11
Percobaan 3
t (s)
T (oC)
0
11
20
11
40
11
60
80
100
120
140
160
180
200
220
240
260
280
300
12
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
18
ma
Tm
Ta
= 141,3
g
= 11 oC
= 18 oC
mk
t
= 235,3 g
= 300 s
60
80
100
120
140
160
180
200
220
240
260
280
300
11
12
12
12
13
13
13
14
14
15
16
16
17
60
80
100
120
140
160
180
200
220
240
260
280
300
12
12
12
13
13
13
14
14
14
14
14
15
16
ma
Tm
Ta
= 170,9
g
= 11 oC
= 17 oC
Tm
Ta
= 194,6
g
= 11 oC
= 16 oC
=2A
= 3,8
ma
Percobaan 1
20
18
16
14
12
Temperatur 10
8
6
4
2
0
18
50
100
150
200
Waktu
4.2.2.
Percobaan 2
250
300
350
Percobaan 2
20
18
16
14
12
Temperatur 10
8
6
4
2
0
18
50
100
150
200
250
300
350
Waktu
4.2.3.
Percobaan 3
Percobaan 3
18
16
16
14
12
10
Temperatur
8
6
4
2
0
50
100
150
200
250
300
350
Waktu
ma
141,3
170,9
mk
235,3
235,3
ca
1
1
ck
0,093
0,093
Ta
18
17
Tm
11
11
T
7
6
Q
1142,28
1156,7
194,6
Percobaan 3
4.3.2.
235,3
0,093
16
R
3,8
3,8
3,8
t
300
300
300
W
4560
4560
4560
4.3.3.
I2
4
4
4
I
2
2
2
Percobaan
Percobaan 1
Percobaan 2
Percobaan 3
Percobaan
Percobaan 1
Percobaan 2
Percobaan 3
W
4560
4560
4560
a
0,2505
0,25366
0,23737
Q/Ta
Q/Tm
163,18
3
192,78
3
216,48
3
163,18
192,78
216,48
115,38
8
136,31
8
153,07
7
Q/m
k
0,651
0,558
0,465
4.4.2.
W/I
W/R
W/t
4560
1200
15,2
4560
1200
15,2
4560
1200
15,2
4.4.3.
Q
115,388
W
235,76
3
235,76
3
235,76
3
W
235,763
a/Q
0,00022
a/W
-5,5E-05
a
0,02843
11
1082,41
136,318
153,077
235,763
235,763
0,00022
0,00022
-5,6E-05
-5,2E-05
0,03264
0,03574
Dari hasil perhitungan dan olah data, didapat nilai tara kalor listrik yaitu sebesar:
a1 a1=0,251 0,028 kal/Joule
a2 a2=0,254 0,033 kal / Joule
a3 a3=0,237 0,036 kal/Joule
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan ini berjudul Hukum Joule bertujuan untuk menentukan hubungan antara
tenaga listrik dengan tenaga panas (kalor) dan menentukan tara kalor listrik. Tara kalor listrik
ini sendiri merupakan perbandingan antara tenaga panas (kalor) yang diserap terhadap tenaga
listrik yang diberikan. Tara kalor listrik ini didasari oleh dua hukum dasar yaitu Hukum Joule
dan Azas Black.
Proses fisis yang terjadi dalam percobaan ini yaitu ketika rangkaian listrik
dihubungkan dengan sumber tegangan, maka akan ada perbedaan potensial listrik yaitu usaha
atau energi yang digunakan untuk mengalirkan energi sehingga menimbulkan adanya arus
listrik. Arus listrik ini bergerak menuju ke filamen melewati suatu bahan penghantar
konduktor. Saat melewati penghantarm arus dapat bergerak dengan mudah karena kawat
penghantar memiliki resistansi bahan yang kecil. Namun ketika mengenai filamen pada
kalorimeter, arus akan terhambat oleh resistansi filamen. Oleh karena resistansi pada filamen
yang cukup besar, energi listrik tersebut kemudian akan berkurang (terdisipasi) dan
terkonversi menjadi energi lain yaitu energi panas. Hal ini dikarenakan elektron-elektron
terhambat dan saling bertumbukan dengan partikel-partikel penyusun filamen tersebut.
Tumbukan ini berlangsung secara terus-menerus sehingga menyebabkan sebagian dari energi
listrik tersebut berubah menjadi energi panas. Energi panas (kalor) yang terbentuk kemudian
mengenai air es pada kalorimeter dan diserap oleh air es tersebut. Perpindahan kalor ini akan
terjadi secara terus menerus hingga sietem mencapai suhu setimbang.
Dari hasil percobaan dan olah data yang dilakukan, diperoleh nilai tara kalor listrik
yaitu:
a1 a1=0,251 0,028 kal/Joule
a2 a2=0,254 0,033 kal / Joule
a3 a3=0,237 0,036 kal/Joule
Berdasarkan hasil percobaan dan olah data tersebut, diketahui bahwa nilai tara kalor
listrik yang didapat mendekati nilai referensi tara kalor listrik yaitu sebesar 1 Joule= 0,24
kalori. Dan dari ketiga data yang diperoleh, nilai tara kalor listrik yang paling mendekati
dengan nilai referensi adalah percobaan ketiga. Namun jika ditilik secara keseluruhan, tidak
ada perbedaan yang cukup mencolok dari hasil percobaan tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil percobaan antara lain yaitu:
Isolasi sistem
Suhu lingkungan
Dll
BAB VI
KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan
6.1.1.
Hubungan antara energi listrik yang hilang terhadap energi panas
(kalor) yang dihasilkan dapat dipelajari dengan menggunakan hukum joule.
Nilai tara kalor listrik membuktikan bahwa energi panas yang dihasilkan oleh
suatu sistem sebanding dengan besar energi listrik yang hilang (diubah) dalam
sistem tersebut.
6.1.2.
Adapun dari percobaan dan olah data yang telah dilakukan, diperoleh
nilai tara kalor listrik yaitu sebesar:
a1 a1=0,251 0,028 kal/Joule
a2 a2=0,254 0,033 kal /Joule
a3 a3=0,237 0,036 kal/Joule
Berdasarkan hasil percobaan dan olah data yang telah dilakukan tersebut,
diketahui bahwa nilai tara kalor listrik yang didapat mendekati nilai referensi
tara kalor listrik yaitu sebesar 1 Joule= 0,24 kalori.
6.2. Saran
Untuk praktikum selanjutnya, praktikan menyarankan untuk menambah jumlah variasi
data saat praktikum dan mengubah variabel kontrol dari percobaan Hukum Joule ini.
DAFTAR PUSTAKA