ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan Fisika Dasar II yang berjudul Kalorimeter. Adapun
tujuan pada percobaan ini yaitu untuk dapat menerapkan hukum pertukran kalor (Asas
Black), dapat menentukan kalor jenis dari bahan kalorimeter menentukan prinsip hukum
azas black dan menentukan kalor lebur es. Alat yang digunakan pada percobaan ini
adalah kalorimeter, Termometer, Neraca Timbangan, kaki tiga, kasa asbes, pembakar
bunsen dan Gelas piala. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu Air, Es batu, Tissue dan
Spritus. Pada percobaan pertama untuk menentukan kalor jenis. Percobaan ini dilakukan
dengan mengukur massa kalorimeter yaitu 98,09 gram, massa air dingin 94,35 °c, suhu
awal 25°c, suhu air panas 85°c, massa campuran 181,41 gram, kalor jenis 0,5 kalor/gr°c,
dan suhu campuran 45°c. Pada percobaan kedua untuk menentukan kalor lebur, pada
percobaan ini dilakukan pengukuran massa kalorimeter yaitu 98,09 gram, suhu awal 25
°c, suhu air panas 40°c, massa air panas 94,35°c, suhu campuran 14°c, kalor jenis es 1
kal/gr °c, massa es 32,53 gr. Berdasarkan hasil pada percobaan ini, dapat disimpulkan
bahwa dimana perpindahan panas (energi) melibatkan perubahan suhu, prinsip kerjanya
berdasarkan pada azas Black yaitu “jumlah panas yang diserap oleh benda yang suhunya
lebih rendah sama dengan jumlah kalor yang diberikan oleh suatu benda yang suhunya
lebih tinggi”.
PENDAHULUAN
Kalor merupakan bentuk energi yang pindah karena adanya perbedaan
suhu Sebelum abad ke-17, orang berpendapat bahwa kalor merupakan zat yang
mengalir dari suatu benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih
rendah jika kedua benda tersebut bersentuhan atau bercampur. Jika kalor
merupakan suatu zat tentunya akan memiliki massa dan ternyata benda yang
dipanaskan massanya tidak bertambah. Kalor bukan zat tetapi kalor adalah suatu
bentuk energi dan merupakan suatu besaran yang dilambangkan Q dengan satuan
joule (J), sedang satuan lainnya adalah kalori (kal) (Sitinjak, 2022).
Semua benda dapat melepas dan menerima kalor. Benda-benda yang
bersuhu lebih tinggi dari lingkungannya akan cenderung melepaskan kalor.
Demikian juga sebaliknya benda-benda yang bersuhu lebih rendah dari
lingkungannya akan cenderung menerima kalor untuk menstabilkan kondisi
dengan lingkungan di sekitarnya. Suhu zat akan berubah ketika zat tersebut
melepas atau menerima kalor. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa
kalor dapat mengubah suhu suatu benda. Banyaknya kalor yang diterima atau
dilepaskan oleh zat dipengaruhi oleh massa zat, jenis zat dan perubahan suhu
(Wahyuningsih, 2020).
Jika air diberi panas dari pembakar spiritus yang menyala akan terjadi
kenaikan suhu. Suhu benda akan naik jika benda mendapatkan kalor dan
sebaliknya suhu benda akan turun jika kalor dilepaskan dari benda itu. Besarnya
kenaikan suhu dipengaruhi oleh beberapa faktor (Sitinjak, 2022).
Berikut ini beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan suhu
menurut Bambang (2013), yaitu sebagai berikut.
1. Pengaruh kalor terhadap suhu benda
Sebuah benda bersuhu semakin tinggi maka jumlah kalor yang dikandungnya
semakin besar. Jika suhu benda lebih tinggi berarti tenaga gerak atom atau
molekul dari penusun benda (zat) itu menjadi lebih besar. Begitu pula
sebaliknya, jika suhu benda rendah maka tenaga gerak atom atau molekul
penyusunnya juga kecil.
2. Pengaruh kalor terhadap massa benda
Semakin besar massa benda maka kalor yang diterima untuk didistribusikan
guna menambah tenaga gerak molekul atau atom penyusun benda menjadi
lebih banyak. Semakin besar massa benda diperlukan lebih banyak kalor untuk
menaikkan suhu bila dibandingkan 43 benda yang bermassa lebih kecil. Hal ini
ditandai dengan lebih lambatnya kenaikan suhu pada benda yang bermassa
besar.
3. Pengaruh kalor jenis terhadap jumlah kalor
Jika kalor diberikan pada zat maka akan menaikkan suhu zat. Setiap zat
membutuhkan jumlah kalor (Q) yang berbeda-beda untuk menaikkan suhunya
dalam setiap derajat. Kebutuhan kalor untuk menaikkan suhu setiap derajat
sejumlah benda berbeda dengan benda yang lain. Jenis zat berpengaruh
terhadap jumlah kalor. Besaran yang digunakan untuk menunjukkan hal ini
adalah kalor jenis. Zat yang kalor jenisnya tinggi mampu menyerap kalor lebih
banyak untuk kenaikan suhu yang rendah.
Kalor berpindah dari suatu tempat atau benda bersuhu tinggi ke tempat
atau benda yang bersuhu lebih rendah. Ada tiga cara mekanisme transfer kalor
yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi (Kristanto, 2020).
1. Konduksi
Konduksi kalor pada banyak material dapat digambarkan seperti tumbukan
molekul-molekul. Pada saat satu sisi obyek dipanaskan, molekul disana
menjadi semakin cepat (karena temperatur semakin tinggi). Pada saat molekul-
molekul yang lebih cepat bertumbukan dengan molekul yang lebih jauh
sepanjang objek, maka energi kinetik dari gerak termal dipindahkan oleh
tabrakan molekular sepanjang obyek. Konduksi kalor dari satu titik ke titik lain
hanya terjadi bila ada perbedaan temperatur di antara dua titik. Kecepatan
aliran kalor melalui benda sebanding dengan perbedaan temperatur antara
ujung-ujungnya. Kecepatan aliran kalor juga bergantung pada ukuran dan
bentuk objek
2. Konveksi
Zat cair dan gas bukan merupakan penghantar kalor yang baik, namun dapat
mentransfer kalor cukup cepat dengan konveksi. Konveksi merupakan proses
dimana kalor megalir melalui pergerakan masal molekul dari satu tempat ke
tempat lain. Sementara konduksi melibatkan molekul (dan atau elektron) yang
hanya bergerak dalam jarak pendek dan bertabrakan, konveksi melibatkan
pergerakan dari sejumlah besar molekul pada jarak yang besar.
3. Radiasi
Perpindahan panas secara konduksi dan konveksi memerlukan medium untuk
mmenghantarkan kalor. Pada perpindahan kalor secara radiasi tidak
menggunakan medium apapun. Kehidupan yang ada dibumi bergantung pada
transfer energi dari matahari yang ditransfer ke bumi melalui ruang hampa dan
dinamaan radiasi. Radiasi terdiri dari gelombang elektromagnetik. Kecepatan
benda dalam meradiasikan energi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Semakin
panas benda dibandingkan dengan panas lingkungan sekitar, makin besar pula
kalor yang diradiasikan ke lingkungannya. Kecepatan radiasi juga sebanding
dengan luas permukaan benda panas, semakin luas permukaan benda panas
maka semakin besar pula kalor yang diradiasikan ke lingkungan.
METODE PERCOBAAN
Waktu dan tempat
Percobaan ini dilakukan pada hari Jum’at, 24 Juni 2022 pukul 09.00-10.00
WITA bertempat di Laboratorium Fisika Dasar, Jurusan Fisika, Fakultas Sains
dan Teknologi, Lantai 2, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu kalorimeter 1
buah termometer 2 buah, neraca timbangan, alat pemanas (kaki tiga, kasa asbes,
bunsen), gelas piala, air, es batu, kertas penghisap (tissue), spritus.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam percobaan ini adalah:
a. Menentukan Kalor Jenis
- Menimbang kalorimeter kosong bersama pengaduknya
- Mengisi kalorimeter dengan air hingga 1/3 bagian kemudian timbang
kembali
- Mengukur suhu kalorimeter beserta isinya
- Memanaskan air pada gelas piala hingga mendidih, ukur suhunya
- Memasukkan air mendidih dengan cepat ke dalam kalorimeter hingga isi
kalorimeter di atas kira-kira separuhnya
- Mengaduk campuran air hingga suhunya merata
- Mencatat suhu akhir kalorimeter beserta isinya
- Menimbang kembali kalorimeter
- Memasukkan data yang diperoleh dalam daftar isian pada laporan percobaan
b. Menentukan Kalor Lebur Es
- Menimbang kalorimeter kosong bersama pengadukanya
- Memanaskan sejumlah air hingga suhunya ±400C catat suhu kamar
- Mengisi kalorimeter dengan air yang sudah dipanaskan hingga separuhnya
- Menimbang kalorimeter beserta semua isinya
- Mencatat suhu dari kalorimeter bersama air setelah suhunya ±100C di atas
suhu kamar
- Mengeringkan keping-keping es yang kecil-kecil dengan kertas pengisap,
kemudian memasukkapn keping-keping es ke dlam kalorimeter
- Mengaduk keping-keping es hingga melebur semuanya
- Terus-menerus menambah keping-keping es sambil mengaduk hingga
kalorimeter beserta isinya turun ±100C di bawah suhu kamar
- Mencatat suhu akhir kalorimeter beserta isinya
- Menimbang kalorimeter beserta isinya
- Memasukkan data yang diperoleh dalam daftar isian pada laporan
percobaan.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum kali ini ialah
kalorimeter merupakan alat yang sering digunakan untuk mengukur jumlah kalor
jenis yang terlibat dalam suatu zat. Kalorimeter juga dapat digunakan untuk
mengukur kalor atau menentukan kalor lebur zat. Kalor juga suatu energi yang
berpindah akibat adanya perbedaan suhu. Kalor termasuk dalam perpindahan
energi dari sistem satu ke sistem yang lain karena disebabkan adanya perbedaan
temperatur. Kalor berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang
bersuhu rendah. Benda yang menerima kalor akan mengalami perubahan wujud
benda. Sedangkan benda yang melepas kalor akan mengalami penurunan suhu
atau wujud benda berubahPrinsip kerja yang digunakan kalorimeter berdasarkan
pada hukum pertukaran kalor atau pada hukum Azas Black yaitu, Qlepas = Qditerima.
Persamaan yang digunakan kalorimeter adalah Q = m.c. ∆T, sehingga kita
meperoleh hasilnya pada kegiatan 1 (menentukan kalor jenis) ialah didapatkan
massa kalorimeter (mk) = 98,09 gr, massa air dingin (md) = 94,35 gr, suhu awal
(T0) = 25℃ , suhu air panas (Tp) = 85℃ , suhu campuran (Tc) = 45℃ , massa
campuran (mc) = 181,41 gr, kalor jenis air (c air) = 0,5 kal/gr℃ , Q1 = 3,628 J/℃ ,
Q2 = 1.814,1 J/℃ , Q3 = 5.884,6 J/℃ dan Ckalorimeter = 1,849 J/g.℃ . Pada kegiatan
kedua menentukan kalor lebur es didapatkan massa kalorimeter (m k) = 98,09 gr,
suhu awal (T0) = 25℃ , suhu air panas (Tp) = 40℃ , massa air panas (mp) = 94,35
gr, massa campuran (mc) = 181,41 gr, suhu campuran (Tc) = 14℃ , massa es (mes)
= 32,52 gr, kalor jenis es (ces) = 1 kal/gr℃ , kalor jenis air (cair) = 0,5 kal/ gr℃ ,
suhu es (Tes) = 0℃ , Q1= 2.453,1 J/℃ , Q2 = -1.078,4 J/℃ , Q3 = 243,9 J/℃ dan
Clebur es = 166,7 J/℃ .
SARAN
Adapun saran yang bisa saya ajukan ada untuk percobaan selanjutnya
menentukan kalor pada berbagai jenis air, seperti air suling, susu, dan kopi.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang, M., & Priyambodo, T. (2013). Fisika Dasar Untuk Mahasiswa Ilmu-Ilmu
Eksakta, Tekhnik & Kedokteran. Yogyakarta: Andi Offset.
Irwandy. (2014). Kimia Teknik. Bogor: IPB Press.
Kristanto, P. (2020). Fisika Dasar - Teori, Soal, dan Penyelesaian. Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Rusman. (2018). Gas dan Termodinamika. Aceh: Syiah Kuala University.
Sitinjak, E. (2022). Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi, Apa Dan Bagaimana? (Kajian
Empiris pada Materi Suhu dan Kalor, Mata Kuliah Fisika Umum). Tasikmalaya:
Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia.
Wahyuningsih, D., Legowo, B., Adi, D., Wahyanti, A., Purwoto, A., Amalia, C., . . .
Agusin, N. (2020). Fisika di Sekitar Kita. Surakarta: UNS Press.