LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH FISIKA DASAR LANJUTAN
Oleh
Nama / NIM : Bayoe Waskitho Adji
/191810201039
Kelompok : IIB
Asisten : Faiza Nur Laila
Tanggal Praktikum/Jam : 2 April 2020 / 07.00-09.30
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.4 Manfaat...........................................................................................................2
4.1 Hasil.............................................................................................................19
4.2 Pembahasan..................................................................................................21
BAB V PENUTUP.................................................................................................22
5.1 Kesimpulan...................................................................................................22
5.2 Saran..............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
Praktikum ini dapat memberi kita pengetahuan tentang Hukum Ohm. Kita
juga dapat mengetahui dan mempelajari hubungan antara tegangan dan kuat arus
pada suatu rangkaian dan dapat digunakan untuk mengetahui sebuah hambatan
listrik tanpa harus menggunakan alat yang dinamakan ohmmeter. Materi tentang
hukum Ohm ini juga sangat bermanfaat khususnya yang mendalami kelistrikan.
Karena dengan adanya hukum ohm kita dapat mengerti tentang kelistrikan.
1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan Masalah pada praktikum mengenai Hukum Ohm dan Rangkaian
Seri-Pararel adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik Hukum Ohm ?
2. Bagaimana karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari rangkaian
bercabang dan tak bercabang ?
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari praktikum kali ini yakni terkait
Hukum Ohm dan rangkaian listrik yaitu kita dapat mengetahui dan
memahami tentang cara kerja, konsep dan penerapan Hukum Ohm dan
rangkaian listrik. Kita juga dapat melakukan pengukuran dan penerapan
hukum Ohm langsung dalam kehidupan. Manfaat dalam kehidupan adalah
dengan menggunakan dasar hukum Ohm ini bisa membuat manusia
menciptakan teknologi teknologi baru seputar elektronik.
2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah
Salah satu hubungan penting dalam teori rangkaian listrik adalah hubunga
antara tegangan, arus, dan resistansi. Hubunan resistansi ini ditemukan olehseorang
ahli fisika bernama Georg Simon Ohm (1787 – 1854). Komponen yang bernama
resistor dibuat khusus untuk menghasilkan proses menghambat dan bayak dipakai
pada rangkaian listrik dan elektronika. Resistor memang merupakan komponen
paling sederhana dalam rangkaian listrik, namun pengaruhnya sangat penting dalam
pengoperasian dalam suatu rangkaian. Resistansi dilambangkan dengan huruf R
dan diukur dalam ohm. Simbol ohm dalam huruf Yunani adalah omega Ω (Young.
1999).
Bekerja bersama Volta, Ohm berhasil menemukan baterai dan kawat yang
terbuat dari berbagai macam material, panjang, dan ketebalan. Ohm menemukan
bahwa nilai arus dipengaruhi oleh tegangan dan resistansi. Dimisalkan, untuk nilai
resistansi yang tetap, dia menemukan bahwa dengan menambah dua kali lipat nilai
tegangan, maka nilai arusnya juga bertambah dua kali lipat. Nilai tegangan
dinaikkan tiga kali lipat, maka arusnya juga naik tiga kali lipat, dan seterusnya.
Untuk nilai tegangan yang tetap, Ohm menemukan bahwa nilai arus berbanding
terbalik dengan panjang kawat. Nilai arus juga berbanding lurus dengan luas
penampang dari kawat. Dari sini, dia dapat menentukan nilai resistansi dari kawat
dan menunjukkan bahwa arus berbanding terbalik dengan resistansi. Ketika dia
membuat nilai resistansi menjadi dua kali lipat, maka nilai arusnya berkurang
setengah dari nilai awalnya. Kedua penemuan ini dikombinasikan dan
menghasilkan Hukum ohm (Young, 1999).
3
2.2 Definisi
Hukum Ohm adalah suatu gagasan bahwa nilai arus listrik yang mengalir
melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan nilai beda potensial
yang diterapkan kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum
Ohm apabila nilai resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas
beda potensial yang dikenakan kepadanya (Suprianto, 2015).
4
Besarnya arus listrik yang mengalir tergantung dari besarnya hambatan
kawat. Semakin besar hambatan kawat, maka semakin kecil arus yang mengalir.
Sumber listrik bertegangan 1 volt dihubungkan denganhambatan sebesar 1
Ohm, maka arus yang mengalir sebesar 1 amper. Dalam penyelidikannya George
Simon Ohm menemukan bahwa arus listrik yang mengalir dalam hambatan akan
bertambah besar jika tegangan dinaikkan, sementara nilai hambatannya tetap.
V =IxR (2.1)
I =V/R (2.2)
R =V/I (2.3)
Keterangan :
V = Beda Potensial atau Tegangan yang satuan unitnya adalah Volt (V)
I = Arus Listrik yang satuan unitnya adalah Ampere (A)
R = Hambatan atau Resistansi yang satuan unitnya adalah Ohm (Ω)
Hambatan total pengganti susunan seri resistor (Rs) yang terhubung dengan
sumber tegangan (V) dirumuskan:
V = I.Rs (2.5)
5
Rs = R 1 + R 2+ R 3 (2.6)
Hambatan penganti susunan paralel (RP) akan menarik arus (I) darisumber
yang besarnya sama dengan arus total ketiga hambatan paralel tersebut. Arus yang
mengalir pada hambatan pengganti harus memenuhi:
I = Rp V (2.9)
I = I1 + I2+ I3 (2.10)
6
Hasil pengukuran beda potensial pada resistor R1 dan R2
(nilainya berbeda) yang disusun secara seri menunjukkan hasil yang berbeda, nam
un jika diukur arus yang melewati kedua resistor maka diperoleh pengukuran yang
sama. Berbeda halnya jika resistor disusun secara paralel, diperoleh hasil
pengukuran yang berbeda. Arus yang melalui setiap resistor berbeda, namun
pengukuran tegangan pada setiap resistor sama (Herman, 2015).
Fakta ini menunjukkan bahwa jenis susunan resistor menentukan besar nilai
variabel tegangan dan kuat arus listrik dalam rangkaian. Susunan seri, resistor
berfungsi sebagai pembagi tegangan, yang berarti jika tegangan pada setiap resistor
di jumlahkan maka jumlahnya sama dengan besarnya tegangan sumber. Kita
apabila mencoba menyusun resistor dengancara disusun paralel, maka resistor
berfungsiosebagai pembagi arus, yang berarti jika kuat arus listrik yang melewati
setiap resistor diukur, maka akan memiliki nilai yang sama dengan arus total
sebelum titik percabangan (Herman, 2015).
7
Gambar 2.2 Rangkaian listrik Pararel
(Sumber: Suprianto, 2015)
8
BAB 3 METODE EKSPERIMEN
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum Hukum Ohm dan
Rangkaian Seri-Pararel adalah sebagi berikut :
• Catu daya yang berfungsi sebagai sumber listrik dalam eksperimen kali
ini.
• Kabel penghubung merah yang berfungsi sebagai penghantar arus listrik
(+).
• Kabel penghubung hitam yang berfungsi sebagai penghantar arus listrik
(-).
• Papan rangkaian yang berfungsi sebagai wadah untuk merangkai
eksperimen.
• Saklar 1 kutub yang berfungsi pemutus aliran listrik.
• Jembatan penghubung yang berfungsi sebagai penghubung rangkaian
dengan arus listrik.
• Meter dasar 90 yang berfungsi sebagai alat yag menunjukkan besar arus
listrik atau tegangannya.
• Resistor 47Ω, resistor 4,7Ω, dan resistor 100Ω yang berfungsi sebagai
pengatur dalam membatasi jumlah arus yang mengalir dalam suatu
rangkaian
9
A. Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik
10
B. Menyelidiki Karakteristik Hukum Ohm
11
C. Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari
Rangkaian Bercabang dan tak bercabang.
12
3.2.1 Variable Eksperimen
• Variabel tertikatnya adalah Arus, tegangan yang keluar, serta nyala lampu.
• Variabel kontrolnya adalah Penempatan catu daya pada rangkaian.
• Variabel bebasnya adalah Tegangan yang masuk dan variasi resistor
13
A. Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik
Percobaan pengukuran tegangan dan kuat arus listrik dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan menggunakan ampermeter dan voltmeter. Pada ampermeter setelah
dihubungkan catu daya ke sumber tegangan paa kondisi alat masih off. Tegangan
dipilih sebesar 3 V dengan voltmeter pada skala 10 VDC. Lalu dihidupkan saklar,
diamati dan dicatat besar tegangan pada votlmeter. Kemudian dilakukan hal yang
sama pada catu daya 6 VDC. Dilakukan juga pada rangkaian yang dihubungkan
dengan voltmeter, dengan cara yang sama pula saat percobaan dengan ampermeter,
tetapi dengan variansi apermeter 5 ADC dan 6 ADC.
14
B. Menyelidiki Karakteristik Hukum Ohm
15
C. Menyelidiki karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari rangkaian
bercabang dan tak bercabang
16
posisi a yang dicatat sebagai nilai Va. Dilakukan hal yang sama pada posisi b dan
c.
Pada rankaian paralel persiapan yang sama juga dilakukan seperti pada
rangkaian seri. Kemudian dihubungkan rangkaian pada ampermeter dengan batas
ukur 100mA pada posisi a. Dihubungkan pula pada catu daya dengan skala 3 VDC.
Lalu dicatat nilai yang ditunjukan pada ampermeter. Kemudian dipindahkan
ampermeter pada posisi a dicatat nilai yang ditunnjukan amermeter sebagai Ia dan
juga pada posisi b sebagai Ib. Setelah itu ganti rangkaian dengan ukur dasar
voltmeter dengan batas ukur 10 VDC. Selanjutnya voltmeter dipasang pada posisi
V dan dicatat nilainya sebagai V. Dilakukan juga hal serupa pada posisi a dan b.
17
3. Analisis Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik
dari Rangkaian Bercabang dan tak Bercabang
18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
3 9V 100 Ω 0,14 A 9V
4 12 V 100 Ω 0,1 A 12 V
5 3V 47 Ω 0,1 A 3,4 V
6 6V 47 Ω 0,22 A 6,4 V
7 9V 47 Ω 0,26 A 9V
8 12 V 47 Ω 0,38 A 12 V
Tabel 4.3 Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari
Rangkaian Seri (E=9V;R1=4,7Ω;R2=47Ω)
No Catu daya R1 R2 Amperemeter Voltmeter
19
C 9V 4,7 Ω 47 Ω 0,28 A 8,6 V
Tabel 4.4 Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari
Rangkaian Seri (E=9V;R1=47Ω;R2=56Ω;R3=100Ω)
Tabel 4.5 Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari
Rangkaian Paralel (E=9V;R1=4,7Ω;R2=47Ω)
Tabel 4.6 Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari
daya
I 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,2 A 3,2 V
20
Ia 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,12 A 3,2 V
4.2 Pembahasan
Hukum Ohm merupakan hukum yang menyatakan besar arus listrik yang
mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial
yang diterapkan kepadanya. Rangkaian listrik terbagi menjadi dua jenis, yakni
rangkaian seri dan rangkaian paralel. Kuat arus erat hubungannya dengan tegangan,
karena semakin besar tegangan yang dihasilkan maka semakin besar juga kuat arus
yang terjadi. Situasi demikian, terjadi karena kuat arus dan tegangan listrik
berbanding lurus. Benda bisa disebut memiliki karakteristik hukum ohm apabila
telah memenuhi ketentuan kaidah hukum ohm seperti tegangan berbanding lurus
dengan kuat arus listrik. V dan I berhubungan linear, serta grafik hubungan
keduanya berupa garis lurus, benda demikian tersebut dinamakan benda ohmik
sedangkan benda yang tidak memenuhi ketentuan kaidah hukum ohm disebut benda
nonohmik.. Komponen elektronik tidak bersifat ohmik yakni yang mempunyai
sifat kelistrikan suatu benda yang tidak mengikuti hukum ohm, dimana tegangan
tidak berbanding lurus dengan kuat arus.
Pada susunan rangkaian seri besarnya kuat arus listrik akan sama pada setiap
titik, namun tegangannya akan berbeda-beda bergantung pada hambatan atau
resistornya. Kita ketahui dalam data ketika Rnya kecil maka Vnya akan kecil dan
ketika Rnya besar maka Vnya akan besar, hal ini dalam kondisi I konstan. Pada
susunan rangkaian paralel besarnya tegangan pada setiap titik akan sama, namun
besarnya kuat arus listrik akan berbeda-beda pada setiap titik bergantung pada
hambatannya. Kita ketahui pada rangkaian paralel ketika Rnya kecil maka I nya
akan besar dan ketika Rnya besar maka Inya akan kecil. Kondisi demikian karena I
berbanding terbalik dengan R dalam hal ini Vnya konstan.
21
BAB 5 PENNUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 SARAN
22
DAFTAR PUSTAKA
Sutrisno. 1983. Fisika Dasar Listrik Magnet dan Termofisika. Bandung: Institut
3 9V 100 Ω 0,14 A 9V
4 12 V 100 Ω 0,1 A 12 V
5 3V 47 Ω 0,1 A 3,4 V
6 6V 47 Ω 0,22 A 6,4 V
7 9V 47 Ω 0,26 A 9V
8 12 V 47 Ω 0,38 A 12 V
daya
I 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,2 A 3,2 V