Anda di halaman 1dari 27

Hukum Ohm dan Rangkaian Seri-Paralel

LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH FISIKA DASAR LANJUTAN

Oleh
Nama / NIM : Bayoe Waskitho Adji
/191810201039
Kelompok : IIB
Asisten : Faiza Nur Laila
Tanggal Praktikum/Jam : 2 April 2020 / 07.00-09.30

LABORATORIUM FISIKA DASAR

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2

1.3 Tujuan Praktikum............................................................................................2

1.4 Manfaat...........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3

BAB III METODE EKSPERIMEN.........................................................................9

3.1 Alat dan Bahan................................................................................................9

3.2 Desain Experimen...........................................................................................9

3.3 Metode Analisis Data....................................................................................17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................19

4.1 Hasil.............................................................................................................19

4.2 Pembahasan..................................................................................................21

BAB V PENUTUP.................................................................................................22

5.1 Kesimpulan...................................................................................................22

5.2 Saran..............................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

LEMBAR PENGAMATAN .....................................................................................


BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan modern ini tidak pernah lepas dari yang namanya alat elektronik,
hampir semua alat yang kita pakai merupakan alat elektronik. Contohnya saja
seperti televisi Smartphone, Laptop, komputer, dll. Berbicara mengenai listrik
tentu tidak ketinggalan pula mengenai rangkaian yang ada di dalamnnya terdapat
dua jenis umum rangkaian yaitu rangkaian seri dan rangkaian pararel. Hukum Ohm
dan di definisikan sebagai hambatan yakni V = I R. Hubungan ini sering disebut
sebgai hukum ohm(Sumarsono,2009).

Hubungan V = I R dapat diterapkan kedalam resistor apa saja, di mana V


adalah beda potensial antara kedua ujung hambatan dan I adalah arus yan g
mengalir di dalamnya, sedangkan R adalah hambatan atau resistansi
resistortersebut. Hukum Ohm berbunyi “kuat arus yang mengalir dalam suatu
penghantar (hambatan) besarnya sebanding dengan beda potensial
(tegangan)antara ujung- ujung penghantar tersebut”. Disini misalkan diambil
sebuah contoh arus listrik dengan aliran air di sungai yang dipengaruhi oleh
gravitasi. Kita dapat memisalkan jika keadaan sungai hampir rata, maka kecepatan
alir akan kecil. Hasilnya akan berbeda apabila jika salah satu ujung lebih tinggi dari
yang lainnya, maka kecepatan aliran atau arus akan lebih besar(Suprianto,2015).

Praktikum ini dapat memberi kita pengetahuan tentang Hukum Ohm. Kita
juga dapat mengetahui dan mempelajari hubungan antara tegangan dan kuat arus
pada suatu rangkaian dan dapat digunakan untuk mengetahui sebuah hambatan
listrik tanpa harus menggunakan alat yang dinamakan ohmmeter. Materi tentang
hukum Ohm ini juga sangat bermanfaat khususnya yang mendalami kelistrikan.
Karena dengan adanya hukum ohm kita dapat mengerti tentang kelistrikan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan Masalah pada praktikum mengenai Hukum Ohm dan Rangkaian
Seri-Pararel adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik Hukum Ohm ?
2. Bagaimana karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari rangkaian
bercabang dan tak bercabang ?

1.3 Tujuan Praktikum


Tujuan pada praktikum mengenai Hukum Ohm dan Rangkaian Seri-Pararel
adalah sebagai berikut :
1. Mempelajari karakteristik Hukum Ohm
2. Menyelidiki karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari rangkaian
bercabang dan tak bercabang

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari praktikum kali ini yakni terkait
Hukum Ohm dan rangkaian listrik yaitu kita dapat mengetahui dan
memahami tentang cara kerja, konsep dan penerapan Hukum Ohm dan
rangkaian listrik. Kita juga dapat melakukan pengukuran dan penerapan
hukum Ohm langsung dalam kehidupan. Manfaat dalam kehidupan adalah
dengan menggunakan dasar hukum Ohm ini bisa membuat manusia
menciptakan teknologi teknologi baru seputar elektronik.

2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah

Salah satu hubungan penting dalam teori rangkaian listrik adalah hubunga
antara tegangan, arus, dan resistansi. Hubunan resistansi ini ditemukan olehseorang
ahli fisika bernama Georg Simon Ohm (1787 – 1854). Komponen yang bernama
resistor dibuat khusus untuk menghasilkan proses menghambat dan bayak dipakai
pada rangkaian listrik dan elektronika. Resistor memang merupakan komponen
paling sederhana dalam rangkaian listrik, namun pengaruhnya sangat penting dalam
pengoperasian dalam suatu rangkaian. Resistansi dilambangkan dengan huruf R
dan diukur dalam ohm. Simbol ohm dalam huruf Yunani adalah omega Ω (Young.
1999).

Bekerja bersama Volta, Ohm berhasil menemukan baterai dan kawat yang
terbuat dari berbagai macam material, panjang, dan ketebalan. Ohm menemukan
bahwa nilai arus dipengaruhi oleh tegangan dan resistansi. Dimisalkan, untuk nilai
resistansi yang tetap, dia menemukan bahwa dengan menambah dua kali lipat nilai
tegangan, maka nilai arusnya juga bertambah dua kali lipat. Nilai tegangan
dinaikkan tiga kali lipat, maka arusnya juga naik tiga kali lipat, dan seterusnya.
Untuk nilai tegangan yang tetap, Ohm menemukan bahwa nilai arus berbanding
terbalik dengan panjang kawat. Nilai arus juga berbanding lurus dengan luas
penampang dari kawat. Dari sini, dia dapat menentukan nilai resistansi dari kawat
dan menunjukkan bahwa arus berbanding terbalik dengan resistansi. Ketika dia
membuat nilai resistansi menjadi dua kali lipat, maka nilai arusnya berkurang
setengah dari nilai awalnya. Kedua penemuan ini dikombinasikan dan
menghasilkan Hukum ohm (Young, 1999).

3
2.2 Definisi

Hukum Ohm adalah suatu gagasan bahwa nilai arus listrik yang mengalir
melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan nilai beda potensial
yang diterapkan kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum
Ohm apabila nilai resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas
beda potensial yang dikenakan kepadanya (Suprianto, 2015).

Berdasarkan hukum Ohm, 1 Ohm didefinisikan sebagai hambatan yang


digunakan dalam suatu rangkaian yang dilewati kuat arus sebesar 1 Ampere dengan
beda potensial 1 Volt. Karena itu, kita dapat mendefinisikan pengertian hambatan
yaitu perbandingan antara beda potensial dan kuat arus .Semakin besar sumber
tegangan maka semakin besar arus yang dihasilkan.Jadi, besar kecilnya hambatan
listrik tidak dipengaruhi oleh besar tegangan dan arus listrik tetapi dipengaruhi oleh
panjang penampang, luas penampangdan jenis bahan. Hambatan dipengaruhi oleh
3 faktor yaitu panjang, luas dan jenis bahan. Hambatan berbading lurus dengan
panjang benda, semakinpanjang maka semakin besar hambatan suatu benda.
Hambatan juga berbading terbalik dengan luas penampang benda, semakin luas
penampangnya maka semakin kecil hambatannya. Alasan inilah yang membuat
mengapa kabel yang ada pada tiang listrik dibuat besar-besar, tujuannya adalah
untuk memperkecil hambatan sehingga tegangan bisa mengalir dengan mudah.
Hambatan juga berbanding lurus dengan jenis benda semakin besar hambatan
jenisnya maka semakin besar hambatan benda itu. Antara dua kutub positif
dan kutub negatif dari sebuah sumber tegangan kita hubungkan dengan sepotong
kawat penghantar, maka akan mengalir aruslistrik dari kutub positif ke kutub
negatif. Arus ini mendapat hambatan dalam penghantar itu. Peristiwa di atas dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara arus yang mengalir dalam hambatan
kawat dan adanya sumber tegangan (Sutrisno, 1983).

4
Besarnya arus listrik yang mengalir tergantung dari besarnya hambatan
kawat. Semakin besar hambatan kawat, maka semakin kecil arus yang mengalir.
Sumber listrik bertegangan 1 volt dihubungkan denganhambatan sebesar 1
Ohm, maka arus yang mengalir sebesar 1 amper. Dalam penyelidikannya George
Simon Ohm menemukan bahwa arus listrik yang mengalir dalam hambatan akan
bertambah besar jika tegangan dinaikkan, sementara nilai hambatannya tetap.

Menurut Sutrisno (1983) Secara Matematis, Hukum Ohm dapat


dirumuskan menjadi persamaan seperti dibawah ini :

V =IxR (2.1)
I =V/R (2.2)
R =V/I (2.3)

Keterangan :
V = Beda Potensial atau Tegangan yang satuan unitnya adalah Volt (V)
I = Arus Listrik yang satuan unitnya adalah Ampere (A)
R = Hambatan atau Resistansi yang satuan unitnya adalah Ohm (Ω)

Menurut Mikrajudin abddulah (2006) rangkaian seri juga disebut rangkaian


berderet. Bila dua atau lebih resistor dihubungkan dari ujung ke ujung dikatakan
mereka dihubungkan secara seri. Muatan listrik yang melalui R1 juga akan melalui
R2 dan R3. Maka dari itu arus I yang sama melewati setiap resistor. Apabila v
menyatakan tegangan pada ketiga resistor, maka V sama dengan tegangan sumber
atau baterai. V1, V2, dan V3 adalah beda potensial pada masing-masing resistor
R1, R2, dan R3. Karena resistor-resistor tersebut dihubungkan secara seri,
kekekalan energi menyatakan bahwa tegangan total V sama dengan jumlah semua
tegangan dari masing-masing resistor dan dirumuskan :

V= V1 + V2 + V3 = I.R1 + I.R2 + I.R3 (2.4)

Hambatan total pengganti susunan seri resistor (Rs) yang terhubung dengan
sumber tegangan (V) dirumuskan:

V = I.Rs (2.5)

Persamaan (2.5) disubstitusikan ke persamaan (2.4) didapatkan:

5
Rs = R 1 + R 2+ R 3 (2.6)

Dari persamaan (2.6), menunjukkan bahwa besar hambatan total


pengganti pada rangkaian seri sama dengan jumlah hambatan pada tiap resistor.

Sumarsono(2009) berpendapat bahwa rangkaian paralel juga disebut


rangkaian berjajar. rangkaian parallel resistor, arus dari sumber terbagi menjadi
cabang-cabang yang terpisah. Kita apabila memutuskan hubungan dengan satu alat,
maka arus yang mengalir pada komponen lain yaitu R2 dan R3 tidak terputus.
Rangkaian seri apabila terjadi salah satu komponen terputus arusnya, maka arus ke
komponen yang lain juga berhenti.Dalam Rangkaian parallel, arus total yang
berasal dari sumber (baterai) terbagi menjadi tiga cabang. Arus yang keluar
dimisalkan I1, I2, dan I3 berturut-turut sebagai arus yang melalui resistor R1, R2,
dan R3. Karena muatan kekal, arus yang masuk ke dalam titik cabang harus sama
dengan arus yang keluar dari titik cabang.

I = I1+ I2+ I3 (2.7)

Ketika rangkaian paralel tersebut terhubung dengan sumber tegangan V,


masing-masing mengalami tegangan yang sama yaitu V. Berarti tegangan penuh
baterai diberikan ke setiap resistor, sehingga:

I1 = R1 V , I2= R2 V , dan I3= R3 V (2.8)

Hambatan penganti susunan paralel (RP) akan menarik arus (I) darisumber
yang besarnya sama dengan arus total ketiga hambatan paralel tersebut. Arus yang
mengalir pada hambatan pengganti harus memenuhi:

I = Rp V (2.9)

Substitusi persamaan (2.8) dan (2.9) ke dalam persamaan (2.7) akan


diperoleh:

I = I1 + I2+ I3 (2.10)

Jika kita bagi setiap ruas dengan V, didapatkan nilai hambatan


pengganti(RP) rangkaian paralel:
1 1 1 1
= + 𝑅2 + 𝑅3 (2.11)
𝑅𝑝 𝑅1

6
Hasil pengukuran beda potensial pada resistor R1 dan R2
(nilainya berbeda) yang disusun secara seri menunjukkan hasil yang berbeda, nam
un jika diukur arus yang melewati kedua resistor maka diperoleh pengukuran yang
sama. Berbeda halnya jika resistor disusun secara paralel, diperoleh hasil
pengukuran yang berbeda. Arus yang melalui setiap resistor berbeda, namun
pengukuran tegangan pada setiap resistor sama (Herman, 2015).

Fakta ini menunjukkan bahwa jenis susunan resistor menentukan besar nilai
variabel tegangan dan kuat arus listrik dalam rangkaian. Susunan seri, resistor
berfungsi sebagai pembagi tegangan, yang berarti jika tegangan pada setiap resistor
di jumlahkan maka jumlahnya sama dengan besarnya tegangan sumber. Kita
apabila mencoba menyusun resistor dengancara disusun paralel, maka resistor
berfungsiosebagai pembagi arus, yang berarti jika kuat arus listrik yang melewati
setiap resistor diukur, maka akan memiliki nilai yang sama dengan arus total
sebelum titik percabangan (Herman, 2015).

Gambar 2.1 Rangkaian listrik Seri


(Sumber: Suprianto, 2015)

7
Gambar 2.2 Rangkaian listrik Pararel
(Sumber: Suprianto, 2015)

Gambar 2.3 Catu daya


(Sumber: Suprianto, 2015)

Gambar 2.4 Multimeter


(Sumber: Suprianto, 2015)

8
BAB 3 METODE EKSPERIMEN

3.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum Hukum Ohm dan
Rangkaian Seri-Pararel adalah sebagi berikut :

• Catu daya yang berfungsi sebagai sumber listrik dalam eksperimen kali
ini.
• Kabel penghubung merah yang berfungsi sebagai penghantar arus listrik
(+).
• Kabel penghubung hitam yang berfungsi sebagai penghantar arus listrik
(-).
• Papan rangkaian yang berfungsi sebagai wadah untuk merangkai
eksperimen.
• Saklar 1 kutub yang berfungsi pemutus aliran listrik.
• Jembatan penghubung yang berfungsi sebagai penghubung rangkaian
dengan arus listrik.
• Meter dasar 90 yang berfungsi sebagai alat yag menunjukkan besar arus
listrik atau tegangannya.
• Resistor 47Ω, resistor 4,7Ω, dan resistor 100Ω yang berfungsi sebagai
pengatur dalam membatasi jumlah arus yang mengalir dalam suatu
rangkaian

3.2 Desain Eksperimen

Desain Eksperimen yang digunakan dalam praktikum Hukum Ohm dan


Rangkaian Seri-Pararel adalah sebagai berikut :

9
A. Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik

Gambar 3.1 Rangkaian pengukuran tegangan dan kuat


arus
( sumber : Tim penyusun, 2020 )

Gambar 3.2 Rangkaian pengukuran tegangan dan kuat


arus
( sumber : Tim penyusun, 2020 )

10
B. Menyelidiki Karakteristik Hukum Ohm

Gambar 3.3 Rangkaian menyelidiki karakteristik


Hukum Ohm
(Sumber: Tim penyusun, 2020)

Gambar 3.4 Rangkaian menyelidiki karakteristik Hukum Ohm


(Sumber: Tim penyusun, 2020)

11
C. Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari
Rangkaian Bercabang dan tak bercabang.

Gambar 3.5 Rangkaian percobaan 3 dengan susunan seri


( sumber : Tim penyusun, 2020)

Gambar 3.6 Rangkaian percobaan 3 dengan susunan seri


( sumber : Tim penyusun, 2020)

Gambar 3.7 dan 3.8 Rangkaian percobaan 3 dengan susunan seri


( sumber : Tim penyusun, 2020)

12
3.2.1 Variable Eksperimen

Variabel eksperimen yang digunakan pada praktikum kali ini, yakni


praktikum Hukum Ohm dan Rangkaian Seri-Pararel antara lain:

A. ) Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik

• Variabel tertikatnya adalah Arus, tegangan yang keluar, serta nyala lampu.
• Variabel kontrolnya adalah Penempatan catu daya pada rangkaian.
• Variabel bebasnya adalah Tegangan yang masuk dan variasi resistor

B. ) Menyelidiki Karakteristik Hukum Ohm

• Variabel bebasnya adalah Tegangan yang masuk dan variasi resistor.


• Variabel terikatnya adalah Arus,tegangan yang keluar, serta nyala lampu.
• Variabel kontrolnya adalah Penempatan catu daya pada rangkaian.

C. ) Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari Rangkaian


Bercabang dan tak Bercabang.

• Variabel bebasnya adalah Tegangan yang masuk dan variasi resistor.


• Variabel terikatnya adalah Arus, Tegangan yang keluar, sertta nyala lampu.
• Variabel kontrolnya adalah Penempatan catu daya pada rangkaian.

3.2.2 Prosedur Ekperimen

Prosedur Eksperimen dalam praktikum Hukum Ohm dan Rangkaian Seri-


Pararel kali ini adalah sebagai berikut :

13
A. Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik

Percobaan pengukuran tegangan dan kuat arus listrik dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan menggunakan ampermeter dan voltmeter. Pada ampermeter setelah
dihubungkan catu daya ke sumber tegangan paa kondisi alat masih off. Tegangan
dipilih sebesar 3 V dengan voltmeter pada skala 10 VDC. Lalu dihidupkan saklar,
diamati dan dicatat besar tegangan pada votlmeter. Kemudian dilakukan hal yang
sama pada catu daya 6 VDC. Dilakukan juga pada rangkaian yang dihubungkan
dengan voltmeter, dengan cara yang sama pula saat percobaan dengan ampermeter,
tetapi dengan variansi apermeter 5 ADC dan 6 ADC.

14
B. Menyelidiki Karakteristik Hukum Ohm

Percobaan menyelidiki karakteristik hukum ohm dilakukan dengan


menvariasikan resistor yatu pada R1 sebesar 100Ω dan 47Ω. Langkah pertama
setelah rangkaian dihubungkan dengan catu daya pada keadaan off adalah memilih
skala pada 3 VDC. Kemudia dihidupkan saklar dan diamati serta dicatat pembaca
skala pada ampermeter dan voltmeter. Dilakukan juga hal yang sama pada resistor
47Ω.

15
C. Menyelidiki karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari rangkaian
bercabang dan tak bercabang

Percobaan menyelidiki karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari


rangkaian bercabang dan tak bercabang dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
rangkaian seri dan paralel. Pada rangkaian seri langkah pertama setelah alat disusun
dengan resistor 4,7 Ω dan 47 Ω. Lalu rangkaian dihubungkan dengan ampermeter
dengan batas ukur 1A pada posisi a. Juga dihubungkan pula rangkaian pada catu
daya pada skala 9 VDC. Setelah itu dicatat nilai arus Ia yang ditunjukan pada
ampermeter. Lalu diubah rangkaian seperti gambar 3e dengan perubahan meter
dasar menjadi voltmeter dengan batas ukur 10 VDC, setelah itu dipasang pada

16
posisi a yang dicatat sebagai nilai Va. Dilakukan hal yang sama pada posisi b dan
c.

Pada rankaian paralel persiapan yang sama juga dilakukan seperti pada
rangkaian seri. Kemudian dihubungkan rangkaian pada ampermeter dengan batas
ukur 100mA pada posisi a. Dihubungkan pula pada catu daya dengan skala 3 VDC.
Lalu dicatat nilai yang ditunjukan pada ampermeter. Kemudian dipindahkan
ampermeter pada posisi a dicatat nilai yang ditunnjukan amermeter sebagai Ia dan
juga pada posisi b sebagai Ib. Setelah itu ganti rangkaian dengan ukur dasar
voltmeter dengan batas ukur 10 VDC. Selanjutnya voltmeter dipasang pada posisi
V dan dicatat nilainya sebagai V. Dilakukan juga hal serupa pada posisi a dan b.

3.3 Metode Analisis data


Metode analisis data yang digunakan pada praktikum kali ini, yakni Hukum
Ohm dan Rangkaian Seri-Pararel antara lain:

1. Analisis Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik

Berdasarkan hasil eksperimen, akan dianalisis penggunaan voltmeter untuk


mengukur tegangan dari sebuah rangkaian dan penggunaan amperemeter untuk
mengukur kuat arus yang mengalir pada rangkaian. Hasil yang terbaca pada alat
kemudian akan dihitung sesuai dengan cara perhitungan pada umumnya. Hasil
analisis kemudian akan dirangkai dan dijadikan suatu kesimpulan

2. Analisis Menyelidiki Karakteristik Hukum Ohm

Berdasarkan hasil eksperimen, akan dianalisis mengenai perbandingan hasil


antara tegangan dan arus listrik. Hasil yang terbaca pada alat kemudian akan
dihitung sesuai dengan cara perhitungan pada umumnya. Kita juga menganalisis
pengaruh hambatan terhadap kuat arus listrik pada saat tegangan tetap, serta
pengaruh tegangan terhadap kuat arus listrik pada saat resistor atau hambatan tetap.
Hasil analisis kemudian akan dirangkai dan dijadikan suatu kesimpulan.

17
3. Analisis Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik
dari Rangkaian Bercabang dan tak Bercabang

Berdasarkan hasil pengamatan, akan dianalisis mengenai perbandingan


antara hasil pengukuran pada titik tertentu, contohnya pada susunan seri terdapat
Ia, Ib, Ic, serta Va, Vb, Vc. Pengaruh dari hambatan atau resistor akan di analisis.
Pada rangkaian paralel terdapat I, Ia, Ib, serta V, Va, Vb. Semua data eksperimen
akan di analisis dengan faktor-faktor yang bekerja di dalamnya. Hasil analisis
kemudian akan dirangkai dan dijadikan suatu kesimpulan.

18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1 Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik

No Catu daya Amperemeter Voltmeter

1 3 Volt 0,14 A 3,4 V

2 6 Volt 0,16 A 6,4 V

Tabel 4.2 Menyelidiki Karakteristik Hukum Ohm


No Catu daya Resistor Amperemeter Voltmeter

1 3V 100 Ω 0,042 A 3,4 V

2 6V 100 Ω 0,078 A 6,2 V

3 9V 100 Ω 0,14 A 9V

4 12 V 100 Ω 0,1 A 12 V

5 3V 47 Ω 0,1 A 3,4 V

6 6V 47 Ω 0,22 A 6,4 V

7 9V 47 Ω 0,26 A 9V

8 12 V 47 Ω 0,38 A 12 V

Tabel 4.3 Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari
Rangkaian Seri (E=9V;R1=4,7Ω;R2=47Ω)
No Catu daya R1 R2 Amperemeter Voltmeter

A 9V 4,7 Ω 47 Ω 0,28 A 9,4 V

B 9V 4,7 Ω 47 Ω 0,28 A 0,9 V

19
C 9V 4,7 Ω 47 Ω 0,28 A 8,6 V

Tabel 4.4 Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari
Rangkaian Seri (E=9V;R1=47Ω;R2=56Ω;R3=100Ω)

No Catu daya R1 R2 R3 Amperemeter Voltmeter

A 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,054 A 9,4 V

B 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,052 A 2,2 V

C 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,054 A 2,6 V

D 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,056 A 4,6 V

Tabel 4.5 Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari
Rangkaian Paralel (E=9V;R1=4,7Ω;R2=47Ω)

No Catu daya R1 R2 Amperemeter Voltmeter

I 9V 4,7Ω 47Ω 0,76 A 3V

Ia 9V 4,7Ω 47Ω 0,72 A 3V

Ib 9V 4,7Ω 47Ω 0,6 A 3V

Tabel 4.6 Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari

Rangkaian Paralel (E=9V;R1=47Ω;R2=56Ω;R3=100Ω)

No Catu R1 R2 R3 Amperemeter Voltmeter

daya
I 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,2 A 3,2 V

20
Ia 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,12 A 3,2 V

Ib 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,12 A 3,2 V

Ic 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,08 A 3,2 V

4.2 Pembahasan

Hukum Ohm merupakan hukum yang menyatakan besar arus listrik yang
mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial
yang diterapkan kepadanya. Rangkaian listrik terbagi menjadi dua jenis, yakni
rangkaian seri dan rangkaian paralel. Kuat arus erat hubungannya dengan tegangan,
karena semakin besar tegangan yang dihasilkan maka semakin besar juga kuat arus
yang terjadi. Situasi demikian, terjadi karena kuat arus dan tegangan listrik
berbanding lurus. Benda bisa disebut memiliki karakteristik hukum ohm apabila
telah memenuhi ketentuan kaidah hukum ohm seperti tegangan berbanding lurus
dengan kuat arus listrik. V dan I berhubungan linear, serta grafik hubungan
keduanya berupa garis lurus, benda demikian tersebut dinamakan benda ohmik
sedangkan benda yang tidak memenuhi ketentuan kaidah hukum ohm disebut benda
nonohmik.. Komponen elektronik tidak bersifat ohmik yakni yang mempunyai
sifat kelistrikan suatu benda yang tidak mengikuti hukum ohm, dimana tegangan
tidak berbanding lurus dengan kuat arus.

Pada susunan rangkaian seri besarnya kuat arus listrik akan sama pada setiap
titik, namun tegangannya akan berbeda-beda bergantung pada hambatan atau
resistornya. Kita ketahui dalam data ketika Rnya kecil maka Vnya akan kecil dan
ketika Rnya besar maka Vnya akan besar, hal ini dalam kondisi I konstan. Pada
susunan rangkaian paralel besarnya tegangan pada setiap titik akan sama, namun
besarnya kuat arus listrik akan berbeda-beda pada setiap titik bergantung pada
hambatannya. Kita ketahui pada rangkaian paralel ketika Rnya kecil maka I nya
akan besar dan ketika Rnya besar maka Inya akan kecil. Kondisi demikian karena I
berbanding terbalik dengan R dalam hal ini Vnya konstan.

21
BAB 5 PENNUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan peraktikum Hukum Ohm dan


Rangkaian Seri-Pararel adalah sebgai berikut :
1. Cara merangkai resistor menjadi susunan seri dan paralel yaitu untuk susunan
seri resistor dirangkai tanpa titik percabangan, sehingga kuat listrik yang
mengalir pada resistor sama dan rangkaian seri berfungsi sebagai pembagi
tegangan, dimana jika tegangan pada setiap resistor dijumlahkan maka
jumlahnya sama dengan besarnya tegangan sumber. Untuk rangkaian paralel
resistor dirangkai dengan adanya titik percabangan sehingga kuat arus yang
mengalir pada resistor berbeda, dan rangkaian paralel berfungsi sebagai
pembagi kuat arus listrik, dimana jika kuat arus listrik yang melewati pada
setiap resistor yang diukur, maka nilainya sama dengan arus total sebelum
titik percabangan.
2. Karakteristik rangkaian seri yaitu sebagai pembagi tegangan, dimana
tegangan berbeda dan kuat arus sama, sedangkan rangkaian paralel sebagai
pembagi kuat arus, dimana kuat arus berbeda sedangkan tegangan sama.

5.2 SARAN

Saran yang dapat saya sampaikan adalah praktikan dimohon bertannya


apabila ada sesuatu yg dibingungkan. Praktikan di harap dapat mempelajari modul
sebelum melakukan praktikum. Praktikan di wajibkan serius dalam menjalankan
praktikum supaya tidak kebingunan saat menjalankan praktikum.

22
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajudin. 2006. Fisika Dasar 2. Bandung: ITB.

Andi Yogyakarta. Sumarsono, J. 2009. Fisika Dasar Universitas.


Jakarta: Teguh Karya.

Herman. 2014. Fisika Dasar 1. Makassar: Universitas Hasanudin Press.

Sutrisno. 1983. Fisika Dasar Listrik Magnet dan Termofisika. Bandung: Institut

Teknologi Bandung Press.

Suprianto. 2015. Hukum Listrik. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.

Tim penyusun.2020.Petunjuk praktikum fisika dasar 2.Jember:Universitas Jember.

Young. 1999. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 2. Solo: Erlangga.


LEMBAR PENGAMATAN

1 Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik

No Catu daya Amperemeter Voltmeter

1 3 Volt 0,14 A 3,4 V

2 6 Volt 0,16 A 6,4 V

2 Menyelidiki Karakteristik Hukum Ohm


No Catu daya Resistor Amperemeter Voltmeter

1 3V 100 Ω 0,042 A 3,4 V

2 6V 100 Ω 0,078 A 6,2 V

3 9V 100 Ω 0,14 A 9V

4 12 V 100 Ω 0,1 A 12 V

5 3V 47 Ω 0,1 A 3,4 V

6 6V 47 Ω 0,22 A 6,4 V

7 9V 47 Ω 0,26 A 9V

8 12 V 47 Ω 0,38 A 12 V

3 Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari


Rangkaian Seri (E=9V;R1=4,7Ω;R2=47Ω)
No Catu daya R1 R2 Amperemeter Voltmeter

A 9V 4,7 Ω 47 Ω 0,28 A 9,4 V

B 9V 4,7 Ω 47 Ω 0,28 A 0,9 V

C 9V 4,7 Ω 47 Ω 0,28 A 8,6 V


4 Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari Rangkaian Seri
(E=9V;R1=47Ω;R2=56Ω;R3=100Ω)

No Catu daya R1 R2 R3 Amperemeter Voltmeter

A 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,054 A 9,4 V

B 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,052 A 2,2 V

C 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,054 A 2,6 V

D 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,056 A 4,6 V

5 Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari Rangkaian


Paralel (E=9V;R1=4,7Ω;R2=47Ω)

No Catu daya R1 R2 Amperemeter Voltmeter

I 9V 4,7Ω 47Ω 0,76 A 3V

Ia 9V 4,7Ω 47Ω 0,72 A 3V

Ib 9V 4,7Ω 47Ω 0,6 A 3V

6 Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari

Rangkaian Paralel (E=9V;R1=47Ω;R2=56Ω;R3=100Ω)

No Catu R1 R2 R3 Amperemeter Voltmeter

daya
I 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,2 A 3,2 V

Ia 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,12 A 3,2 V

Ib 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,12 A 3,2 V

Ic 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,08 A 3,2 V

Anda mungkin juga menyukai