Anda di halaman 1dari 23

HUKUM OHM DAN RANGKAIAN SERI-PARALEL

LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH FISIKA DASAR LANJUTAN

Oleh :
Nama /NIM : Nurul Wahidatis Sya’bania
Kelompok : IIIB
Asisten : Oki Firmansyah
Tanggan Praktikum/Jam : 2 April 2020/07.00-09.40

LABORATORIUM FISIKA DASAR

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2020
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 3


1.1 Latar Belakang ................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 3
1.3 Tujuan ................................................................................................ 4
1.4 Manfaat .............................................................................................. 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 5
BAB 3 METODE EKSPERIMEN ................................................................. 9
3.1 Alat dan Bahan ................................................................................ 9
3.2 Desain Eksperimen ......................................................................... 9
3.2.1 Variabel Eksperimen ................................................................. 12
3.2.2 Prosedur Percobaan ................................................................... 13
3.3 Metode Analisis Data .................................................................... 16
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 17
4.1 Hasil .............................................................................................. 17
4.2 Pembahasan ................................................................................... 18
BAB 5 PENUTUP ....................................................................................... 20
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 20
5.2 Saran .............................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 21
LAMPIRAN

2
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teknik kelistrik banyak yang harus diperhatikan terutama hukum-hukum
tentang listrik yang salah satunya adalah hukum ohm. Hukum Ohm merupakan
suatu pernyataan yang menyatakn bahwa besarnya arus listrik yang mengalir
dalam suatu penghantar berbanding lurus dengan beda potensialnya. Jika sebuah
nilai resistansi atau hambatannya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas
beda potensial yang dikenakan, maka hal ini dapat dikatakan telah mematuhi
hukum ohm (Hayt, 1991)
Penerapan hukum ohm dapat dilakukan dengan menysun kabel-kabel listrik,
hambatan kedalam voltmeter dan amperemeter. Praktikum hukum ohm yang
dilakukan kali ini ada tiga percobaan yang berbeda. Percobaan pertama adalah
mengukur tegangan dan kuat arus listrik, yang kedua adalah penyelidikan
terhadap karakteristik hukum ohm, dan yang terakhir adalah penyelidikan
karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari rangkaian seri dan paralel.
Pengukuran kuat arus dan teganga listrik dapat dilakuakan dengan voltmeter dan
amperemeter.
Listrik merupakan salah satu kebutuhan yang sangat dibutuhkan oleh
manusia. Arus listrik yang mengalir pada suatu rangkaian akan menghasilkan
panas pada rangkaian listrik yang merupakan pusat dari aktivitas arus listrik.
Penggunaan arus listrik ini seperti pada lampu-lampu rumah, televisi dan alat
listrik lainnya. Oleh kaenanya, penting bagi ita untu mengetahui hubungan
tegangan dan kuat arus listrik serta menentukan hambatannya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam praktikum huum ohm yang akan dilakukan
kali ini, antara lain :
1. Bagaimana karakteristik Hukum Ohm?

3
2. Bagaimana kuat arus dan tegangan listrik dari rangkaian bercabang dan tidak
bercabang?

1.3 Tujuan
Berikut tujuan dilakukannya praktikum Hukum Ohm kali ini :
1. Mempelajari karakteristik Hkum Ohm.
2. Mempelajari karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari rangkaian
bercabang dan tidak bercabang.

1.4 Manfaat
Manfaat dilakukannya praktikum Hukum Ohm ini adalah untuk mengetahui
karakteristik dari salah satu hukum dalam kelistrikan. Selain itu, dalam kehidupan
sehari-hari kehidupan manusia bergantung pada listrik seperti penggunaan lampu,
setrika, televisi dan lain sebagainya. Melalui praktikum ini, kiita dapat mengetahui
seperti apa karakteristik salah satu hukum kelistrikan yang dipakai pada benda-
benda yang teraliri listrik.

4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah
Hukum Ohm ditemukan pada tahun 1826, namun baru dipublikasikan pada
tahun 1827. Hukum Ohm ditemukan oleh Georg Simon Ohm (1789-1854) yang
lahir sederhana di Bavaria. Untuk mendapatkan pengakuan dari universitas, Ohm
memutuskan untuk menerbitkan penemuan-penemuannya. Ohm mencetuskan
dasar dari hubungan antara arus listrik, hambatan dan daya listrik yang sekarang
dikenal sebagai formula dari Hukum Ohm. Ohm menentukan eksperimen bahwa
arus pada kawat logam sebanding dengan beda potensial V yang diberikan ke
ujung-ujungnya. Prinsip Ohm ini adalah besarnya arus listrik yang mengalir
melalui sebuah penghantar metal pada rangkaian. Ohm menentukan sebuah
persamaan yang simple yang menjelaskan hubungan antara tegangan, arus dan
hambatan yang saling berhubungan. Awalnya penemuan Ohm ini, kurang bisa
diterima karena kebanyakan pekerja di bidang kelistrikan tidak berfikir secara
matematis, namun kemudian perlahan-lahan pernyataan tersebut dapat diterima.
Ohm mendapatkan penghargaan Copley Medal dari Royal Society of London
pada tahun 1841 (Hayt, 1991)

2.2 Definisi
Arus listrik didefinisikan sebagai laju aliran muatan yang melalui suatu
penghantar listrik. Arus listrik terjadi apabila suatu penghantar listrik di
hubungkan dengan sumber listrik sehingga terdapat medan listrik didalamnya.
Medan listrik memberikan gaya kepada elektron yang ada didalam penghantar
listrik yang menyebabkan mereka bergerak. Pergerakan muatan listrik ini lah yang
disebut arus listrik (Serway, 2010)
Hukum Ohm didefinisikan sebagai besarnya kuat arus yang timbul pada
suatu penghantar berbanding lurus dengan beda potensial atau tegangan antara
kedua ujung penghantar tersebut. Georg Ohm menentukan secara eksperimental

5
jika tegangan yang melewati sebuah tahanan nilainya bertambah, maka arusnya
juga akan bertambah nilainya begitu pula sebaliknya. Namun, kuat arus listrik
berbanding terbalik dengan konstanta proposionlitas atau kesebandingan R yang
disebut resistansi (Durbin, 2005)
Hukum Ohm secara garis besar menyatakan :
1. Besarnya arus listrik yang mengalir sebanding dengan besarnya beda
potensial dan tegangan dianggap sama walaupun secara konsep sebenarnya
berbeda. Menghasilkan keseimbangan maka memerlukan sebuah konstanta
yang kemudian dikenal dengan istilah hambatan (R).
2. Perbandingan antara tegangan merupakan suatu bilangan konstanta yang
disebut hambatan listrik juga dengan arus listrik.

Hukum Ohm berbentuk sangat sederhana. Hukum Ohm bukan hukum


fundamental dari kelektromagnetan karena hukum ini bergantung pada sifat-sifat
medium penghantarnya. Ada penghantar yang menuruti hukum ini dengan baik,
namun ada pula yang tidak menuruti hukum ini dengan baik. Material konduktor-
knduktor logam yang temperaturnya tidak banyak berubah atau mengikuti Hukum
Ohm disebut Ohmik, sedangkan material konduktor logam yang tidak mengikuti
Hukum Ohm disebut Non-ohmik (Giancoli, 2014)

Hambatan juga dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu panjang, luas dan jenis
bahan. Hambatan berbanding lurus dengan panjang benda. Semakin panjang suatu
benda maka hambatannya juga semakin besar. Hambatan berbanding terbalik
dengan luas penampang, sehingga semakin kecil luas penampangnya maka
hambatannya akan semakin besar. Dari penyataan diatas dapat disimpulkan
bahwa benda panjang yang memiliki luas penampang kecil memiliki kuat arus
yang tinggi. Ingat bahwa hamatan berbanding terbalik dengan kuat arus listrik
(Zemansky, 1988).

Suatu rangkaian listrik terdiri dari tiga jenis. Rangkaian pertama adalah
rangkaian seri, yaitu suatu rangkaian yang terdiri dari dau atau lebih beban listrik
yang terhubung dengan catu daya melalu satu rangkaian. Rangkaian kedua adalah
rangkaian paralel, yait rangkaian listrik yang memiliki lebih dari satu garis edar

6
untuk dilewati aliran arus. Rangkaian terakhir adalah rangkaian campuran yang
merupakan gabungan dari rangkaian seri dan rangkaian paralel (Purwoko, 2007)

2.3 Rumus
Rumus-rumus yang digunakan dalam Hukum Ohm ini menurut (Purwoko, 2007)
diantaranya yaitu :
1. Rumus Hukum Ohm
𝑉 = 𝐼. 𝑅
2. Persamaan untuk mencari hambatan dalam suatu penghantar yaitu
𝐿
𝑅=𝑃
𝐴
3. Menentukan daya yang akan mengalir melaui resistor digunakan rumus
berikut ini :
𝑃 = 𝑉. 𝐼
𝑃 = 𝑅. 𝐼 2
𝑉2
𝑃=
𝑅
4. Rangkaian tertutup, arus listrik mengalir dari potensial tinggi ke potensial
yang lebih rendah. Arus listrik tersebut tidak lain adalah gerakan muatan listrik
yang melalui rangkaian. Besarnya muatan listrik yang mengalir pada
rangkaian adalah:
𝑄 = 𝐼. 𝑡
5. Energi listrik yang diberikan oleh suatu sumber DC bertegangan V (Volt) yang
memiliki arus I (Ampere) selama selang waktu t (sekon) dinyatakan oleh
persamaan sebagai berikut:
𝑊 = 𝐼 2 . 𝑅. 𝑡
6. Hambatan pengganti dari n hambatan listrik yang disusun secara seri dapat
dinyatakan dalam persamaan berikut:
𝑅𝑛 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 + ⋯ + 𝑅𝑛

7. Secara umum komponen-komponen yang disusun paralel dapat dirumuskan:

7
1 1 1 1
= 𝑅1 + +
𝑅 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅2 𝑅3

Keterangan :
V = Beda potensial listrik (V)
I = Kuat arus listrik (A)
R = Hambatan (Ω)
P = Hambatan jenis
L = Panjang benda
A = Luas permukaan atau penampang
Q = Besar muatan listrik yang mengalir
W = Energi listrik (Joule)
t = Waktu (s)

8
BAB 3 METODE EKSPERIMEN

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Hukum Ohm ini,
diantaranya :

1. Catu Daya, berfungsi sebagai sumber listrik untuk percobaan.


2. Kabel penghubung merah, berfungsi sebagai penghantar lisrik pada
muatan positif.
3. Kabel penghubung hutam, berfungsi sebagai penghantar listrik pada
muatan negatif.
4. Papan rangkaian, merupakan wadah dalam meletakkan komponen dan
menghubungkan komponen-komponen menjadi satu rangkaian listrik.
5. Saklar 1 kutub, yaitu suatu benda yang berfungsi untuk mematikan dan
menghidupkan satu buah atau lebih lampu.
6. Jembatan penghubung, yaitu benda yang menghubungkan aliran arus
listrik.
7. Meter dasar go, merupakan alat ukur arus atau tegangan DC.
8. Multimeter, merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur tegangan
listrik, arus listrik, hambatan dan resistansi.
9. Resistor, berfungsi sebagai pembagi arus maupun tegangan, menurunkan
tegangan, dan penghambat arus listrik.

3.2 Desain Eksperimen

Desain eksperimen yang dipakai pada praktikum mengenai Hukum Ohm


ini, yaitu sebagai berikut :

1. Desain eksperimen percobaan 1 pengukuran tegangan dan kuat arus listrik.

9
Gambar 3.1. Susunan rangkaian listrik untuk menentukan besar tegangan
pada voltmeter.
(Sumber : Tim Penyusun, 2020)

Gambar 3.2. Susunan rangkain listrik untuk menentukan kuat arus pada
Amperemeter.
(Sumber : Tim Penyusun, 2020)

Keterangan Gambar 3.1 :


1. = Catu daya DC
2. = Saklar 1 kutub
3. = Jembatan penghubung
4. = Bola lampu 6,2 V, 0,48 A
5. = Voltmeter (Pilih meter dasar menjadi voltmeter)

Keterangan Gambar 3.2 :


1. = Catu daya DC
2. = Saklar 1 kutub
3. = Jembatan penghubung
4. = Bola lampu 6,2 V, 0,48 A
5. = Amperemeter (pilih meter dasar ntuk amperemeter)

2. Desain eksperimen percobaan 2 menyelidiki karakteristik Hukum Ohm

10
A B
Gambar 3.3. Pengukuran tegangan dan kuat arus listrik untuk menentukan
karakteristik Hukum Ohm
(Sumber : Tim Penyusun, 2020)
3. Desain eksperimen percobaan 3 menyelidiki karanteristik kuat arus dan
tegangan listrik dari rangkaian bercabang dan tidak bercabang.
 Untuk rangkaian tidak bercabang (seri)

Gambar 3.4. Susunan rangkaian listrik seri untuk menentukan karakteristik kuat
arus dan tegangan listrik.
(Sumber : Tim Penyusun, 2020)
Keterangan :
Posisi pengukuran kuat arus listrik (a) dan tegangan listrik (b) ditunjukkan oleh
lingkaran berwarna merah. Posisi titik pengukuran tegangan memungkinkan
pula untuk diletakkan persis mengapit resistor R1 maupun R2.

11
 Untuk rangkaian bercabang (paralel)

Gambar 3.5. Susunan rangkaian listrik paralel untuk menentukan karakteristik


kuat arus dan tegangan listrik

(Sumber : Tim Penyusun, 2020)

Keterangan :

Posisi pengukuran kuat arus listrik dan tegangan listrik ditunjukkan oleh
lingkaran berwarna merah.

3.2.1 Variabel Eksperimen

Variabel eksperimen yang ada dalam praktikum Hukum Ohm dan rangkaian
seri-paralel ini, diantaranya :

1. Variabel bebas dalam praktikum hukum ohm dan rangkaian seri-paralel ini dari
percobaan pertama yaitu perlakuan terhadap posisi rangkaian, resistor dan arus
yang masuk.
2. Variabel terikat dalam praktikum hukum ohm dan rangkaian seri-paralel ini
dari ketiga percobaan yang dilakukan yaitu arus dan tegangan yang keluar pada
rangkaian listrik.
3. Variabel kontrol dalam praktikum hukum ohm dan rangkaian seri-paralel ini
dari percobaan pertama hingga ke-tiga yaitu penempatan catu daya pada
rangkaian.

12
3.2.2 Prosedur Eksperimen
Prosedur eksperimen pada praktikum hukum ohm dan rangkaian seri-paralel
ini, diantaranya :
a. Pengukuran tegangan dan kuat arus listrik

Mulai

Rangkaian listrik disusun seperti Rangkaian listrik disusun seperti


gambar 3.1 gambar 3.2

Catu daya dihubungkan ke sumber Catu daya dihubungkan ke sumber


tegangan pada skala 3V tegangan pada skala 3V

Pilih voltmeter pada skala 10 VDC Pilih amperemeter pada skala 5


ADC
Tutup/hidupkan saklar. Amati Tutup/hidupkan saklar. Amati
besar tegangan, catat pada tabel besar kuat arus, catat pada tabel

Matikal saklar, ubah tegangan catu Matikan saklar, ubah tegangan


daya menjadi 6 VDC catu daya menjadi 6 VDC

Tutup/hidupkan saklar. Amati Tutup/hidupkan saklar. Amati


besar tegangan, catat pada tabel besar kuat arus, catat pada tabel

Hasil

13
b. Menyelidiki karakteristik Hukum Ohm

Mulai

Susun rangkaian listrik seperti gambar 3.3

Gunakan R1=100Ω Gunakan R2=47Ω

Hubungkan rangkaian dengan


catu daya pada skala 3VDC

Hidupkan saklar, amati pembacaan


skala pada amperemeter dan voltmeter,
catat pada tabel

Saklar dimatikan, naikkan


catu daya menjadi 6 VDC

Hidupkan saklar, amati pembacaan


skala pada amperemeter dan voltmeter,
catat pada tabel

Hasil

14
c. Menyelidiki karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari rangkaian
bercabang dan tidak bercabang

Mulai

Rangkaian disusun seperti pada gambar 3.4 a dengan resistor 4,7 Ω


dan 47 Ω (saklar terbuka)

Rangkaian dihubungkan dengan Rangkaian dihubungkan dengan


amperemeter batas ukur IA pada catu daya pada skala 9 VDC.
posisi a.

Saklar ditutup dan dicatat nilai kuat arus listrik (Ia).

Skalar dibuka, amperemeter Skalar dibuka, amperemeter


dipindahkan pada posisi b, dipindahkan pada posisi c,
saklar ditutup dan dicatat nilai saklaer ditutup dan dicatat nilai
kuat arus listruk (Ia). kuat arus listrik (Ia).

Skalar dibuka, rangkaian diubah seperti gambar 3.4 b

Meter dasar diubah menjadi voltmeter batas ukur 10 VDC.

Voltmeter dipasang pada posisi Skalar ditutup dan membaca nilai


a. V.

Skalar dibuka dan dicatat hasil pengamatan.

Hasil

15
3.3.3 Metode Analisis Data
Metode analisis data pada praktikum hukum ohm dan rangkaian seri-
paralel ini, diantaranya :
1. Analisis data pengukuran tegangan dan kuat arus listrik
Berdasarkan hasil eksperimen, analisis data pada percobaan pertama ini
menggunakan voltmeter sebagai pengukuran tegangan dan menggunakan
amperemeter sebagai pengukuran kuat arus listrik. Hasil yang muncul pada
masing-masing alat tersebut akan dihitung sesuai perhitungan yang seharusnya.
2. Analisis data dalam menyelidiki karakteristik Hukum Ohm
Berdasarkan hasil percobaan, penyelidikan karakteristik hukum ohm
akan dilakukan dengan menganalisis perbandingan tegangan dan kuat arus
listrik. Hal lain yang akan dianalisis juga yaitu pengaruh hambatan terhadap kuat
arus listrik saat tegangan tetap, serta pengaruh tegangan terhadap kuat arus
dengan hambatan tetap. Hasilnya harus diformulasikan dengan Hukum Ohm.
3. Analisi data dalam menyelidiki karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari
rangkaian bercabang dan tak bercabang.
Berdasarkan hasil eksperimen, analisis yang akan dilakukan mengenai
perbandingan antara hasil pengukuran pada titik tertentu, contohnya pada
susunan seri terdapat Ia, Ib, Ic, serta Va, Vb, Vc. Pengaruh dari hambatan juga
akan dianalisis, selain itu pada rangkaian pararel dapat dianalisis nilai Ic dan Ib
serta hubungan antara V, Va, Vb. Semua data eksperimen akan di analisis
dengan faktor-faktor yang bekerja di dalamnya.

16
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil yang diperoleh pada praktikum hukum ohm dan rangkaian seri-paralel
antara lain :
Tabel 4.1 Pengukuran tegangan dan kuat arus listrik
No. Catu Daya Amperemeter Voltmeter
1. 3 Volt 0,14 A 3,4 V
2. 6 Volt 0,16 A 6,4 V

Tabel 4.2 Menyelidiki karakteristik hukum ohm


No. Catu Daya Resistor Amperemeter Voltmeter
1. 3V 100 Ω 0,042 A 3,4 V
2. 6V 100 Ω 0,078 A 6,2 V
3. 9V 100 Ω 0,14 A 9V
4. 12 V 100 Ω 0,1 A 12 V
5. 3V 47 Ω 0,1 A 3,4 V
6. 6V 47 Ω 0,22 A 6,4 V
7. 9V 47 Ω 0,26 A 9V
8. 12 V 47 Ω 0,38 A 12 V

Tabel 4.3 Menyeidiki karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari rangkaian seri
(E=9V; R1=4,7Ω; R2=47Ω).
No Catu daya R1 R2 Amperemeter Voltmeter
A 9V 4,7 Ω 47 Ω 0,28 A 9,4 V
B 9V 4,7 Ω 47 Ω 0,28 A 0,9 V
C 9V 4,7 Ω 47 Ω 0,28 A 8,6 V

17
Tabel 4.4 Menyeidiki karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari rangkaian seri
(E=9V; R1=4,7Ω; R2=47Ω; R3=100Ω).
No Catu daya R1 R2 R3 Amperemeter Voltmeter
A 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,054 A 9,4 V
B 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,052 A 2,2 V
C 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,054 A 2,6 V
D 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,056 A 4,6 V

Tabel 4.5 Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari
Rangkaian Paralel (E=9V;R1=4,7Ω;R2=47Ω)
No Catu daya R1 R2 Amperemeter Voltmeter
I 9V 4,7Ω 47Ω 0,76 A 3V
Ia 9V 4,7Ω 47Ω 0,72 A 3V
Ib 9V 4,7Ω 47Ω 0,6 A 3V

Tabel 4.6 Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari
Rangkaian Paralel (E=9V;R1=47Ω;R2=56Ω;R3=100Ω)
No Catu daya R1 R2 R3 Amperemeter Voltmeter
I 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,2 A 3,2 V
Ia 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,12 A 3,2 V
Ib 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,12 A 3,2 V
Ic 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,08 A 3,2 V

4.2 Pembahasan

Hukum Ohm didefinisikan sebagai besarnya kuat arus yang timbul pada
suatu penghantar berbanding lurus dengan beda potensial atau tegangan antara
kedua ujung penghantar tersebut. Percobaan pertama yang kami lakukan adalah
mengukur tegangan dan kuat arus listrik yang terjadi pada suatu penghantar.
Percobaan ini dilakukan dengan dua kali perubahan pada skala sumber tegangan
berbeda yaitu 3V dam 6V. Hasil perhitungan tegangan dan kuat arus pada

18
penghantar diatas menyatakan bahwa keduanya memiliki hubungan yang
berbanding lurus. Ini telah membuktikan Hukum Ohm.

Percobaan kedua yaitu menyelidiki karakteristik Hukum Ohm. Rangkaian


listrik disusun dengan sedemikian rupa dengan menggunakan resistensi sebesar
100Ω dan 47Ω. Pada kedua hambatan yang diberikan berbeda, dari hasil yang
didapatkan tidak terjadi perubahan yang signifikan pada tegangan listrik, namun
perubahannya terasa pada kuat arus listrik yang mengalir. Dari hasil yang didapat
semakin kecil hambatan yang ada pada sebuah penghantar listrik, maka arus
mengalirnya listrik akan semakin kuat. Hal ini menyimpulkan bahwa arus listrik
dan resistansi berbanding terbalik. Lain halnya dengan hubungan antara kuat arus
dan tegangan. Dalam hambatan yang tetap, tegangan dan kuat arus listrik
berbanding lurus yang artinya semakin besar nilai tegangan maka nilai kuat arus
listriknya juga akan semakin besar.

Percobaan ketiga ini menyelidiki karakteristik tegangan dan kuat arus listrik
pada dua rangkaian yang berbeda, yaitu rangkain bercabang (paralel) dan rangkaian
tidak bercabang (seri). Kita telah mengetahui bahwa hambatan berbanding lurus
dengan tegangan namun berbanding terbalik dengan kuat arus listriknya. Sesuai
rumus dalam menentukan hambatan pada rangkaian paralel dan seri, kita tahu
bahwa hambatan total pada rangkaian seri selalu lebih besar daripada hambatan
total pada rangkaian paralel walaupun dalam susunannya R1 hingga Rn nilainya
sama. Artinya kuat arus pada rangkaian paralel lebih besar dari pada rangkaian seri
namun tegangan yang dialami rangkaian paralel lebih kecil daripada rangkaian seri.

19
BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan pada praktikum Hukum Ohm dan rangkaian seri-
paralel ini diantaraya :
1. Hukum Ohm memiliki karakteristik dimana kuat arusnya berbanding lurus
dengan tegangan namun berbanding terbalik dengan hambatannya.
2. Pada rangkaian paralel, hambatan akan lebih kecil dari pada hambatan yang
ada pada rangakaian seri sehingga kuat arus pada rangkaian paralel lebih
besar namun memiliki tegangan yang lebih kecil daripada rangkaian seri.

5.2 Saran
Sebaiknya praktikum dilakukan dengan lebih berhati-hati karena praktikum
ini melibatkan listrik yang dapat melukai walaupun tegangannya kecil. Baca
modul praktikum dengan seksama dan pahami, agar tidak kebingungan saat
melakukan prosedur eksperimennya. Pelajari pembacaan voltmeter dan
amperemeter sebelum melakukan praktikum agar tisak salah dalam membaca
hasilnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Durbin, dkk. 2005. Rangkaian Listrik. Jakarta :Erlangga


Giancolli. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Hayt,W. 1991. Rangkaian Listrik Edisi keenam Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Purwoko. 2007. Fisika Dasar. Malang : Universitas Negeri Malang.
Serway, etal. 2010. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Salemba Teknika
Tim Penyusun. 2020. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar 2. Jember : Universita
Jember
Zemansky, Sears. 1988. Fisika Dasar Untuk Universitas. Jakarta : Bina Cipta.

21
LAMPIRAN

1. Pengukuran tegangan dan kuat arus listrik


No. Catu Daya Amperemeter Voltmeter
1. 3 Volt 0,14 A 3,4 V
2. 6 Volt 0,16 A 6,4 V

2. Menyelidiki karakteristik hukum ohm


No. Catu Daya Resistor Amperemeter Voltmeter
1. 3V 100 Ω 0,042 A 3,4 V
2. 6V 100 Ω 0,078 A 6,2 V
3. 9V 100 Ω 0,14 A 9V
4. 12 V 100 Ω 0,1 A 12 V
5. 3V 47 Ω 0,1 A 3,4 V
6. 6V 47 Ω 0,22 A 6,4 V
7. 9V 47 Ω 0,26 A 9V
8. 12 V 47 Ω 0,38 A 12 V

3. Menyeidiki karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari rangkaian seri
(E=9V; R1=4,7Ω; R2=47Ω).
No Catu daya R1 R2 Amperemeter Voltmeter
A 9V 4,7 Ω 47 Ω 0,28 A 9,4 V
B 9V 4,7 Ω 47 Ω 0,28 A 0,9 V
C 9V 4,7 Ω 47 Ω 0,28 A 8,6 V

4. Menyeidiki karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari rangkaian seri
(E=9V; R1=4,7Ω; R2=47Ω; R3=100Ω).
No Catu daya R1 R2 R3 Amperemeter Voltmeter
A 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,054 A 9,4 V
B 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,052 A 2,2 V
C 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,054 A 2,6 V

22
D 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,056 A 4,6 V

5. Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari Rangkaian


Paralel (E=9V;R1=4,7Ω;R2=47Ω)
No Catu daya R1 R2 Amperemeter Voltmeter
I 9V 4,7Ω 47Ω 0,76 A 3V
Ia 9V 4,7Ω 47Ω 0,72 A 3V
Ib 9V 4,7Ω 47Ω 0,6 A 3V

6. Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari Rangkaian


Paralel (E=9V;R1=47Ω;R2=56Ω;R3=100Ω)
No Catu daya R1 R2 R3 Amperemeter Voltmeter
I 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,2 A 3,2 V
Ia 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,12 A 3,2 V
Ib 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,12 A 3,2 V
Ic 9V 47Ω 56Ω 100Ω 0,08 A 3,2 V

23

Anda mungkin juga menyukai