Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hukum Ohm


Hukum ohm berbunyi sebagai berikut “besarnya kuat arus yang timbul pada
suatu penghantar berbanding lurus dengan beda potensial atau tegangan antara
kedua ujung penghantar tersebut” (Abdullah, 2016).
Beda tegangan V, pada ujung-ujung resistor berbanding lurus terhadap kuat
arus listrik I, pada suatu yang tetap mengikuti persamaan :
V
=R atau V = I× R (2.1)
I
Keterangan :
V = Beda tegangan (Volt)
I = Kuat arus (Ampere)
R = Hambatan (Ω)
V
Untuk material nonohmik, perbandingan bergantung pada arus, sehingga
I
arus tidak sebanding dengan beda potensial. Untuk nonohmik,resistansi R bergantung
pada arus I. Hukum ohm bukan hukum flundamental alam seperti hukum newton atau
hukum Termodinamika, tetapi merupakan deskripsi empiris dan sifat yang dimiliki
banyak material (Abdullah,2016).
Dalam kandungan logam, elektron-elektron bebas bergerak ke segala arah.
Dalam elektrolit, pembawa muatan listrik ialah ion-ion positif dan ion-ion negatif.
Bila di dalam suatu konduktor diberi medan listrik, maka muatan positif akan
bergerak searah dengan arah medan muatan negatif dan berlawanan dengan arah
medan sehingga terjadilah arus listrik jika ada arus netto. Untuk mendefinisikan arus
listrik (selanjutnya disebut arus), perhatikan suatu penghantar dengan luas
penampang A yang dialiri muatan listrik (Guntoro, 2013).
Jika ΔQ adalah muatan positif netto yang melalui penampang tersebut, dalam
selang waktu Δt, maka arus dapat didefinisikan dengan :
ΔQ
i= (2.2)
Δt
Bila ada arus yang tetap dalam sebuah rangkaian tertutup, muatan listrik
dalam tiap potongan konduktor tetap konstan. Jadi, jika kita teliti sepotong konduktor
yang dibatasi oleh dua penampang, maka banyaknya muatan yang mengalir masuk ke
dalam potongan ini di salah satu ujungnya sama dengan banyaknya muatan yang
mengalir keluar dari potongan ini. Dengan kata lain, arus itu sama di semua
penampang melintang. Setiap bahan mempunyai resistivitas tertentu, yaitu suatu
parameter yang bergantung pada sifat-sifat material bahan tersebut dan terlihat bahwa
tahanan suatu bahan bergantung pada bentuk geometri dan resistivitas bahan.
Konduktor yang baik mempunyai resistivitas yang sangat rendah (atau konduktivitas
tinggi) dan isolator yang baik mempunyai resistivitas yang sangat tinggi (atau
konduktivitas rendah) (Guntoro, 2013).
Bahan yang bersifat ohmik, seperti tembaga mempunyai hubungan
persamaan arus tegangan yang linear, sedangkan bahan yang tidak bersifat ohmik
mempunyai hubungan arus yang tidak linear. Beda potensialV =V a−V b
dipertahankan di ujung-ujung bagian kawat tersebut, sehingga menghasilkan kuat
medan listrik dan arus konstan di dalam kawat. Jika kuat medan listrik di dalam
kawat dapat dianggap serbasama, maka hubungan antara beda potensial V (sering
disebut tegangan) dengan kuat medan listik adalah :
V =E × I (2.3)
Rapat arus di dalam kawat adalah :
V
I= σ E= σ (2.4)
J
I
Karena J= maka beda potensial V dapat ditulis :
A
I I
V=
σ
J = ( )
σA
i (2.5)

I
Besaran disebut tahanan R atau resistansi konduktor, sehingga :
σA
IV
I Ω= (2.6)
A
Arah arus searah dengan arah gerak pembawa muatan positif dan berlawanan
arah dengan gerak pembawa muatan negatif. Hambatan suatu resistor dipengaruhi
oleh panjang, luas dan jenis bahan.
I
R= ρ
A
(2.7)
Keterangan :
R = Resistansi (Ω)
ρ = Hambatan jenis (Ωm)
A = Luas penampang (m 2)
l = panjang kawat (m)
Jumlah kuat arus listrik yang menuju titik sama dengan jumlah kuat arus lisrik
yang meninggalkan titik. Dalam rangkaian tertutup, jumlah aljabar gaya listrik ϵ dan
penurunan tegangan pada resistor adalah nol, dinyatakan sebagai : Σ ϵ + Σi R=0
(Abdullah, 2016).
Menurut hukum Ohm :
V 1 = I 1 × R1 : V 2 = I 2 × R2 , sehingga V 1 = V 2 : ϵ= V 2 atau V 1 = V 2
(2.8)

2.1.1 Arus Listrik


Arus lisrik adalah muatan listrik. Jika dalam selang waktu, jumlah muatan listrik
yang mengalir adalah banyaknya aliran muatan listrik per selang waktu. Muatan listrik dapat
mengalir dari satu tempat ke tempat lain karena adanya beda potensial. Tempat yang
memiliki potensial tinggi melepaskan muatan ke tempat yang memiliki potensial rendah.
Besarnya arus yang mengalir berbanding lurus dengan beda potensial antara dua tempat.
Kalau ada aliran netto muatan melewati suatu daerah, kita gunakan bahwa ada arus
melalui daerah tersebut. Jika sebuah konduktor terisolasi ditempatkan dalam medan
elektrostatik, muatan dalam konduktor itu akan menyusun diri kembali sehingga menjadikan
interior (bagian dalam) konduktor itu suatu daerah bebas medan dan dalam daerah itu
potensial konstan. Gerak muatan dalam proses menyusun diri kembali itu merupakan sebuah
arus transisi (arus yang hanya sejenak) dan arus itu tidak ada lagi kalau medan pada
konduktor menjadi nol. Agar ada arus yang kontinu (terus-menerus) dengan sesuatu cara kita
harus berupaya dalam sesuatu cara agar selalu ada gaya bekerja terhadap muatan yang
bergerak dalam sebuah konduktor. Gaya itu dihasilkan oleh medan elektromagnetik atau oleh
sebab-sebab lain yang akan dibahas nanti. Kita andaikan saja bahwa dalam sebuah konduktor
selalu ada medan listrik efektif ϵ , demikian rupa sehingga partikel bermuatan dalam
konduktor selalu ada medan listrik itu mengalami gaya F = q ϵ yang disebut gaya dorong
terhadap partikel tersebut.
Gerak partikel bermuatan bebas dalam sebuah konduktor sangat berbeda dan
gerak partikel dalam ruang hampa. Sesudah mengalami percepatan sesaat, partikel itu
membuat benturan inelastik dengan salah satu partikel diam dalam konduktor ; lalu
kecepatan yang berada pun diperolehnya dalam arah gaya dorong dengan kecepatan
rata-rata yang disebut kecepatan hanyut (drift velocity). Benturan inelastik terhadap
partikel diam mengakibatkan pemindahan energi yang akan menambah energi
getarannya dan menyebabkan kenaikan temperatur jika konduktor terisolasi secara
termal atau menyebabkan panas mengalir dari konduktor ke kelilingnya jika tidak
terisolasi (Abdullah, 2016).

2.1.2 Tahanan Listrik (Resistansi)


Setiap bahan mempunyai sifat resistansi tertentu, yaitu suatu parameter yang
bergantung pada sifat-sifat material bahan tersebut bahkan tahanan suatu bahan
bergantung pada bentuk geometri resistansi bahan. Konduktor yang baik mempunyai
resistivitas yang sangat rendah atau konduktivitas yang tinggi dan isolator yang baik
mempunyai resistivitas yang sangat tinggi atau konduktivitas yang rendah.
Rapat arus J dalam sebuah konduktor bergantung pada intensitas listrik ϵ dan
kepada sifat alami konduktor itu. Dalam hubungan ini ada suatu sifat konduktor yang
disebut daya hambat jenis ρ, yaitu perbandingan intensitas listrik terhadap rapat arus.
ϵ
ρ= (2.9)
J
Artinya, tahanan jenis ialah intensitas listrik persatuan rapat arus. Makin besar
tahan jenis, maka makin besar intensitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan arus
tertentu. Tahanan jenis tak berhingga adalah konduktor sempurna. Logam dan logam
campuran terendah tahanan jenisnya dan merupakan konduktor terbaik. Tahanan jenis
isolator melebihi tahanan jenis logam sebesar kira-kira 1022.
Semua material memiliki tahanan listrik. Besi, kayu, karet, air, udara dan lain-
lain memiliki tahanan listrik. Namun, tahanan listrik yang dimiliki batu, kayu kering
dan karet sangatlah besar sehingga ketika diberi beda potensial antardua ujungnya
hampir tidak ada arus yang mengalir. Benda yang tidak dapat dialiri arus listrik
dinamanakan isolator. Sebaliknya logam memiliki tahanan yang sangat kecil. Dengan
materi beda potensial yang kecil saja antardua ujungnya arus yang mengalir cukup
besar. Material yang mudah dialiri arus listrik dinamakan isolator. Sebaliknya logam
memiliki tahanan yang sangat kecil. Dengan material beda potensial yang kecil saja
anatara dua ujungnya arus yang mengalir cukup besar. Tidak semua hambatan dapat
dijumpai beda tahanan yang dijual dipasar. Untuk mendapatkan nilai hambatan ang
tidak disebut kata dapat menggunakan potensiometer. Potensiometer tersebut dapat
digunakan sendiri dengan mengeser krob sehingga diperoleh nilai hambatan yang
diinginkan. Dapat pula di seri atau dipararelkan dengan hambatan yang diinginkan.
Setiap bahan tunduk ohm tersebut konduktor ohm atau konduktor linear (Abdullah,
2016).
Tabel 2.1 Tahanan jenis pada temperatur kamar
Jenis Bahan ρ ( Ωm )
Perak 1.47 ×10 -8
Tembaga 1.72 ×10 -8
Konduktor Alumunium 2.63 × 10-8
Wolfram 5.51 ×10 -8
Karbon 3.5 × 10-8
Semi Konduktor Germanium 0.50
Silikon 2300
Batu ambar 5 × 1026
Gelas 1016 ×108
Isolator Kayu 108 ×10 12
Mika 1012 × 1013

2.1.3 Amperemeter dan Voltmeter


Jenis amperemeter dan voltmeter yang paling umum adalah galvanometer
kumparan berputar. Pada galvanometer ini sebuah kumparan kawat berporos yang
mengangkut arus dibelokkan (didefleksi) oleh interaksi kemagnetan antara arus ini
dengan medan magnet sebuah medan permanen. Untuk sementara perhatian kita
kepada instrument ini hanya sebagai sebuah unsur rangkaian. Daya hambat kumparan
alat ini (jenis biasa) kira-kira antara 10 sampai 100 Ω dan arus yang hanya kira-kira
beberapa miliampere sudah akan menyebabkan defleksi pebuh. Defleksi ini
berbandingan (proportional) dengan arus dalam kumparan tetapi karena kumparan itu
merupakan konduktor linear, maka arus itu berbandingan dengan perbedaan potensial
antara terminal kumparan dan defleksinya juga berbandingan dengan perbedaan
potensial itu.
Sebagai contoh dengan bilangan, umpakan sebuah galvanometer yang daya
hambat kumparannya 20 dan mendefleksikan penuh jika ada arus 1 mili dalam
kumparannya. Perbedaan potensial yang disesuaikan adalah
Vab = I× R (2.10)
= 10-1 × A × 20 Ω
= 0,020 V atau 20 mV
Pertama-tama kita harus mengetahui galvanometer untuk mengukur arus
dalam suatu rangkaian, sebuah amperemeter harus disisipkan dalam seri pada
rangkaian itu. Jika disisipkan dengan cara ini, galvanometer yang kita maksudkan di
atas akan mengukur setiap arus dari 0 sampai 1 mili. Tetapi, daya hambat
kumparannya akan memperbesar daya hambat total rangkaian sehingga arus sesudah
galvanometer disisipkan, walaupun ditunjukkan dengan tepat. Mungkin jauh kurang
dari arus sebelum galvanometer disisipkan dan daya hambat alat itu harus jauh lebih
kecil dari daya hambat bagian lain dari rangkaian sehingga kalau disisipkan alat itu
tidak akan mengubah arus yang akan kita ukur. Amperemeter yang sempurna
haruslah nol daya hambatnya pada rangkaian tersebut.
Guna voltmeter adalah mengukur perbedaan potensial antara dua titik untuk
itu kedua terminalnya harus dihubungkan pada titik ini. Untuk mencari hambatan kita
bisa menggunakan potensiometer. Potensiometer tersebut dapat digunakan sendiri
dengan menggeser knob sehingga diperoleh nilai hambatan yang diinginkan
(Abdullah, 2016).

2.2.1 Daya Listrik


Daya listrik didefinisikan sebagai laju hantaran energy listrik dalam sirkuit
listrik.Satuan saya listrik adalah watt yang menyatakan banyaknya tenaga listrik yang
mengalir persatuan waktu (joule/detik).Arus listrik yang mengalir dalam rangkaian
dengan hambatan listrik menimbulkan kerja.Listrik dapat diperoleh dari pembangkit
listrik atau penyimpanan energy seperti baterai (Bueche, 1992).
Power atau daya adalah berapa besar gaya yang dapat dilakukan dalam setiap
waktu. Daya secara mekanik yang biasa digunakan di Amerika adalah menggunakan
horsepower. Daya listrik biasanya diberi satuan watt, dan bisa dihitung dengan
persamaan P = I× V. Pemakaian energi listrik dewasa ini sudah sangat luas, bahkan
manusia sangat sulit melepaskan diri dari kebutuhan dengan energi listrik. Semakin
lama tidak ada satu pun alat kebutuhan manusia yang tidak membutuhkan
listrik.Karena semua ini manusia tiap hari selalu berpikir bagaimana menciptakan dan
menggunakan energi listrik.Daya listrik didefenisikan sebagai laju hantaran energi
listrik dalam rangkaian listrik.Satuan SI daya listrik adalah watt.Arus listrik yang
mengalir dalam rangkaian dengan hambatan listrik menimbulkan kerja.
Daya listrik dihasilkan oleh tegangan dan arus.Horsepower dan watt adalah
dua hal yang berbeda namun menjelaskan hal yang sama dalam menjelaskan
persamaan fisika, dengan 1 horsepower setara dengan 747,5 watt. Beberapa bentuk
persamaan daya atau biasa disebut dengan hukum joule adalah P = I×E, namun
dengan persamaan tersebut untuk rangkaian DC bisa dihasilkan beberapa persamaan
lagi apabila disatukan dengan persamaan pada hukum ohm.
P = I×V, Hukum Joule (2.11)

E = I.E, Hukum Ohm (2.12)

Maka akan didapatkan persamaan hasil gabungan antara persamaan joule dan

v2
ohm menjadi P = I2 × R ; P = I× E ; P = dan untuk daya dengan satuan watt biasa
R
diberi simbol W. Daya listrik adalah banyaknya energi tiap satuan waktudimana
pekerjaan sedang berlangsung atau kerja yang dilakukan persatuan waktu. Dari
defenisi ini, maka daya listrik (P) dapat dirumuskan :
W (Energi)
P=
t ( waktu)
(2.13)
P = I2 ×V (2.14)
V2
P= (2.15)
R
Satuan daya listrik :
Watt (W) = Joule/detik
Kilowatt (KW) = 1 kW = 1000 W
Dari satuan daya maka muncul satuan energi lain yaitu, Jika daya dinyatakan
dalam kilowatt (w) dan waktu dalam jam, maka satuan energi adalah kiowatt jam atau
kilowatt-hour (kWh). 1 kWh = 36 x 105 joule. Dalam satuan internasional (SI), satuan
daya adalah watt (W) atau setara joule per detik (J/sec). Konversi antara satuan hP
dan watt dinyatakan dengan formula sebagai berikut :
1 Hp = 746 W = 0,746 Kw (2.16)
1 Kw = 1,34 hP (2.17)
Sedangkan menurut standar Amerika (US Standard), daya dinyatakan dalam satuan
horsepower (hP) atau (ft lb/sec) (Tipler, 1998).

2.2.1 Energi Listrik


Energi listrik adalah kemampuan untuk melakukan usaha.Maka pengertiannya
adalah kemampuan untuk melakukan atau menghasilkan usaha listrik. Suatu energi
listrik dilambangkan dengan W. Sedangkan perumusan yang digunakan untuk
menentukan besaran energi listrik adalah :
W = Q×V (2.18)
Keterangan :
W = Energi listrik (Joule)
Q = Muatan listrik (coulomb)
V = Beda potensial (volt)

2.2.3 Rangkaian Hambatan Seri


Komponen-komponen listrik dinyatakan dirangkai secara seri pada saat
komponen-komponen tersebut dihubungkan secara berurutan dalams atu jalur
rangkaian. Karakteristik dari rangkaian seri yaitu :
1. Arus listrik hanya memiliki satu jalur untuk mengalir. Hal ini berarti arus
listrik yang mengalir pada tiap komponen listrik dalam rangkaian seri
memiliki besar yang sama.
2. Arus listrik yang mengalir dihambat oleh hambatan pertama setelah melewati
hambatan pertama, arus yang sama dihambat oleh hambatan kedua, hambatan
ketiga dan seterusnya. Sehingga hambatan total pada rangkaian seri
merupakan jumlah dari tiap hambatan sepanjang rangkaian listrik.
3. Energi listrik yang diberikan sumber tegangan untuk membuat arus mengalir
didisipasi oleh tiap hambatan pada rangkaian. Hal ini berarti jumlah tegangan
pada tiap komponen listrik pada rangkaian seri sama dengan tegangan pada
sumber tegangan.
4. Karena hambatan total pada rangkaian seri merupakan jumlah dari tiap
hambatan pada rangkaian, maka rangkaian seri biasanya ditujukan untuk
memperbesar hambatan pada rangkaian.

2.2.4 Rangkaian Hambatan Paralel


Apabila komponen-komponen listrik dihubungkan pada dua titik yang sama
dalam rangkaian listrik, maak dapat dinyatakan bahwa komponen-komponen listrik
tersebut itu dirangkai secara paralel. Karakteristik dari rangkaian
paralel yaitu :
1. Tiap komponen terhubung pada dua titik yang sama dalam rangkaian.
Sehingga tegangan tiap hambatan memiliki besar yang sama.
2. Arus total dalam rangkaian terbagi pada cabang-cabang paralel dengan jumlah
arus yang mengalir pada tiap cabang sama dengan arus total pada rangkaian.
3. Tegangan pada hambatan dalam tiap cabang paralel besarnya sama namun
arus yang mengalir pada tiap cabang berbeda. Sehingga besarnya arus pada
tiap cabang berbanding terbalik dengan besarnya hambatan pada cabang
tersebut.

2.3 Tegangan Listrik


Tegangan listrik atau yang lebih dikenal dengan beda potensial listrik adalah
perbedaan potensial listik antara dua titik dalam rangkaian listrik. Tegangan listrik
merupakan ukuran beda potensial yang mampu membangkitkan medan listrik sehingga
menyebabkan timbulnya arus listrik dalam sebuah konduktor listrik.
1. Tegangan Ekstra Rendah (Extra Low Voltage)
Tegangan ekstra rendah adalah tegangan dengan nilai setinggi-tingginya 50.
Tegangan ekstra rendah termasuk tegangan yang aman bagi manusia.
2. Tegangan Rendah (Low Voltage)
Tengangan rendah adalah tegangan dengan nilai setinggi-tinggianya
3. Tegangan Tinggi (High Voltage)
Tegangan tinggi adalah semua tegangan yang dianggap cukup tinggi oleh para
teknisi listrik sehingga diperlukan pengujian yang semula bersifat khusus dan
memerlukan teknik-teknik tertentu.
4. Tegangan Ekstra Tinggi (Extra High Voltage)
Trgangan ekstra tinggi adalah tegangan dengan kekuatan 500 kV yang
ditunjukam untuk menyalurkan energi listrik dari pusat dari pembangkit listrik
yang jaraknya jauh menuju pusat-pusat beban sehingga energi lsirtik dapat
disalurkan dengan efisien (Daniel, 1998).

2.4 Resistor
Resistor adalah komponen elektronik dua saluran yang didesain untuk
menahan arus listrik dengan memproduksi penurunan tegangan diantara kedua
salurannya sesuai dengan arus yang mengalirinya berdasarkan hukum ohm. Resistor
yang digunakan sebagai bagian dari jejaringan elektronik dan merupakan salah satu
komponen yang paling sering digunakan resistor dapat dibuat dari bermacam –
macam komponen dan film, bahkan resistensi atau yang dibuat dan paduan
resistivitas tinggi seperti nikel-kromium. Karakteristik utama dari resistor adalh
resistornya dan daya listik yang dapat diboroskan (Halliday, 1989)

Anda mungkin juga menyukai