Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES TEKNIK KIMIA I

“RESIN UREA FORMALDEHID (RUF)”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Praktikum Proses Teknik Kimia I

Disusun Oleh :
Kelompok II (A2)

Muhammad Azrin Nim.180140045


Andre Hanavi S. Nim. 180140049
Rizky Prasetyo Nim. 180140051
Andri Nur Rizky Nim. 180140052
Vini Nurmazaya Nim. 180140053
Shafiya Rauzah Nim. 180140054
Aldilla Zuhra Nim. 180140056
Muhammad Akbar R. Nim. 180140057
Tasya Maidayanti Nim. 180140061

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2021
LEMBARAN PENGESAHAN

Laporan Akhir dengan judul “Proses Teknik Kimia I” disusun oleh kelompok II,
Mhd Azrin (180140045), Andre Hanafi Salavena (180140049),Rizky Prasetyo
(180140051),Andri Nur Rizky (180140052),Vini Nurmazaya(180140053),
Shafiya Rauzah (180140054), Aldhilla Zuhra (180140056), Muhamad Akbar
Riza (180140057), Tasya Maidayanti (180140061)Jurusan Teknik Kimia.
Laporan Proses Teknik Kimia I ini merupakan sebagian dari syarat-syarat yang
diperlukan untuk mengikuti ujian final praktikum laboratorium pada Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh.

Lhokseumawe, 15 Januari 2021


Penyusun

Kelompok II

i
FAKULTAS TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

LEMBAR PENUGASAN

LABORATORIUM PROSES TEKNIK KIMIA I

MODUL PRATIKUM : Resin Urea Formaldehid (RUF)


KELOMPOK : 2 (dua)
NAMA/NIM : 1. Muhammad Azrin 180140045
2. Andre Hanavi S. 180140049
3. Rizky Prasetyo 180140051
4. Andri Nur Rizky 180140052
5. Vini Nurmazaya 180140053
6. Shafiya Rauzah 180140054
7. Aldilla Zuhra 180140056
8. Muhammad Akbar R. 180140057
9. Tasya Maidayanti 180140061
1. Kedalam labu leher tiga dimasukkan formalin sebanyak 60 ml
2. Kemudian didalam larutan ditambahkan amoniak pekat sebanyak 15 ml
dari massa total campuran dan ditambahkan buffering agent (Na 2CO3)
sebanyak 0,4 gr dari massa katalis

3. Lalu diaduk campuran sampai rata dan diambil sebanyak 10 ml sebagai


sampel no 0 untuk dianalisa

4. Dimasukkan urea sebanyak 27 gram kedalam labu leher tiga secara


perlahan, kemudian diaduk sampai rata

5. Diambil 10 ml sampel sebagai sampel nomor 1 untuk dianalisa

6. Dipanaskan campuran sampai mendidih dan diambil sebanyak 10 ml

ii
sampel sebagai sampel nomor 2 untuk dianalisa

7. Diatur pengambilan sampel sebanyak 10 ml dengan selang waktu 7


menit
8. Dihentikan pengambilan sampel pada saat kadar formaldehid bebas
telah konstan.

Lhokseumawe, 15 Januari 2021


Dosen Pembimbing/Asisten

iii
(..............................................)

FAKULTAS TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

LEMBAR DATA
MODUL PRATIKUM : Resin Urea Formaldehid (RUF)
NAMA/NIM : 1. Muhammad Azrin 180140045
2. Andre Hanavi S 180140049
3. Rizky Prasetyo 180140051
4. Andri Nur Rizky 180140052
5. Vini Nurmazaya 180140053
6. Shafiya Rauzah 180140054
7. Aldilla Zuhra 180140056
8. Muhammad Akbar R 180140057
9. Tasya Maidayanti 180140061
Massa Picnometer kosong = 12,7 gr
Massa Picnometer + air = 16,50 gr
Massa Picnometer air – kosong = 3,8 gr
Sampel (gr)
No. Sampel

Formaldehi
Titrasi (ml)
Waktu Alir

Viskositas

de bebas
Densitas
Volume
(Menit)

(gr/ml)

(gr/ml)
Waktu

Massa

Kadar
(cP)
pH
(s)

0 7 0,06 4,85 1,4 11 1,27 0,045 0,21


1 14 0,60 4,98 1,4 11 1,31 0,471 0,21
2 21 0,68 5 1,2 12 1,315 0,536 0,18
3 28 0,68 5 1,2 12 1,315 0,536 0,18
4 35 0,70 5,01 1 12 1,318 0,553 0,15
5 42 0,74 5,03 0,9 12 1,323 0,587 0,135

iv
6 49 0,75 5,05 0,9 12 1,328 0,597 0,135
7 56 0,80 5,05 0,8 12 1,328 0,637 0,12
8 63 0,80 5,08 0,75 12 1,336 0,641 0,1125

Lhokseumawe, 15 Januari 2021


Asisten Dosen Pembimbing

(.......................) (................................)

v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... i
LEMBAR PENUGASAN............................................................................. ii
LEMBAR DATA.......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... vii
DAFTAR TABEL......................................................................................... viii
ABSTRAK.................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Judul Percobaan................................................................................ 1
1.2 Pelaksana Pratikum.......................................................................... 1
1.3 Tujuan Pratikum............................................................................... 1
BAB II TINJAUN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Polimer........................................................................... 2
2.2 Bahan Baku....................................................................................... 4
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Urea Formaldehid......... 7
2.4 Pengaruh Variasi F/V Terhadap Densitas......................................... 9
2.5 Pengaruh Variasi F/V Terhadap Viskositas...................................... 10
BAB III METODELOGI PRATIKUM
3.1 Alat.................................................................................................... 12
3.2 Bahan................................................................................................ 12
3.3 Prosedur Kerja................................................................................... 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil.................................................................................................. 15
4.2 Pembahasan....................................................................................... 15
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan....................................................................................... 22
5.2 Saran .................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 24
LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN..................................................... 25
LAMPIRAN B PERHITUNGAN................................................................. 26
LAMPIRAN C GAMBAR ALAT................................................................ 41

vi
DAFTAF GAMBAR

Gambar 1. Reaksi Polimerisasi Kondensasi


Gambar 2. Reaksi Polimerisasi Adisi
Gambar 3. Reaksi Polimerisasi Kondensasi Urea dan Formaldehid
Gambar 4. Pembentukan Jaringan pada Resinifikasi
Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara pH terhadap Waktu
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Perubahan Viskositas terhadap Waktu
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Kadar Formaldehid Bebas terhadap Waktu
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Perubahan Densitas terhadap Waktu

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Percobaan Resin Urea Formaldehid


Tabel B.1 Hasil Perhitungan Analisa Densitas
Tabel B.2 Hasil Perhitungan Analisa Viskositas
Tabel B.3 Hasil Analisa pH
Tabel B.4 Hasil Perhitungan Analisa Kadar Formaldehid Bebas

viii
ABSTRAK
Resin merupakan sintesa senyawa organik dengan berat molekul yang besar, resin
urea formaldehid adalah salah satu contoh polimer yang merupakan hasil
kondensasi urea dengan formaldehid. Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi
pada percobaan ini adalah katalis, temperature, perbandingan mol raktan dan
penambahan bahan aktif. Tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari pengaruh
perubahan kondisi reaksi terhadap kecepatan reaksi dan hasil pada tahap
intermediate. Prosedur kerja dalam percobaan yaitu kedalam labu leher empat
dimasukkan formalin dan katalis amoniak serta buffering agent. Campuran diaduk
dan diambil sebagai sampel 0. Selanjutnya dimasukkan urea dan diambil sampel
1. Kemudian dipanaskan sampai mendidih dan diambil sampai sampel nomor 8.
Kemudian masing-masing sampel dihitung densitas, viskositas, pH dan kadar
formaldehid bebasnya. Hasil dari percobaan diperoleh densitas untuk sampel 0, 1,
2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 adalah sebesar 1,27 gr/ml, 1,81 gr/ml, 1,315 gr/ml, 1,315
gr/ml, 1,318 gr/ml, 1,323 gr/ml, 1,328 gr/ml, 13,28 gr/ml dan 1,336 gr/ml.
Viskositas untuk sampel 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 diperoleh sebesar 0,045 cP,
0,471 cP, 0,536 cP, 0,536 cP, 0,553 cP, 0,587 cP, 0,597 cP, 0,637 cP dan 0,641
cP. pH pada sampel 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 diperoleh berturut-berturut 11, 11,
12, 12, 12, 12, 12 dan 12. Kadar formaldehid bebas pada sampel 0 adalah 0,21 gr,
sampel 1 adalah 0,21 gr, sampel 2 adalah 0,18 gr, sampel 3 adalah 0,18 gr,
sampel 4 adalah 0,15 gr, sampel 5 adalah 0,135 gr, sampel 6 adalah 0,135 gr,
sampel 7 adalah 0,12 gr dan sampel 8 adalah 0,1125 gr. Kesimpulan dari
percobaan diperoleh yaitu semakin lama waktu pemanasan sampel maka semakin
tinggi densitas dan viskositasnya. Dan pH sampel naik dan cenderung konstan
selama reaksi berlangsung, untuk kinetika reaksinya siperoleh konstan.
Kata Kunci : Formaldehid, Katalis, Kecepatan Reaksi, Resin, Viskositas

ix
x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Pembuatan Resin Urea Formaldehid (RUF)


1.2 Tanggal Praktikum : 15 Januari 2021
1.3 Pelaksana Praktikum : 1. Muhammad Azrin Nim.180140045
2. Andre Hanavi S. Nim. 180140049
3. Rizky Prasetyo Nim. 180140051
4. Andri Nur Rizky Nim. 180140052
5. Vini Nurmazaya Nim. 180140053
6. Shafiya Rauzah Nim. 180140054
7. Aldilla Zuhra Nim. 180140056
8. Muhammad Akbar R. Nim. 180140057
9. Tasya Maidayanti Nim. 180140061
1.4 Tujuan Praktikum : Mempelajari pengaruh perubahan kondisi reaksi
terhadap kecepatan reaksi dan hasil pada tahap
intermediate.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Polimer


Konversi kimia pada resin umumnya merupakan reaksi polimerisasi,
dimana molekul-molekul sederhana bereaksi membentuk polimer. Reaksi utama
pada pembentukan polimer adalah reaksi kondensasi dan adisi. Reaksi kondensasi
merupakan reaksi terjadinya pelepasan molekul-molekul kecil, misalnya H2O dan
metanol. Sedangkan reaksi adisi adalah pembuatan ikatan rangkap pada reaktan
tanpa disertai pembentukan produk samping.
Resin adalah sintesa senyawa organik dengan berat molekul yang besar
yang dibuat melalui reaksi kimia antar dua molekul yang sama atau berbeda
dengan menggunakan katalis pada kondisi tertentu. Resin dapat dibagi menjadi
dua bagian yaitu :
1. Resin Alami
Merupakan campuran dari asam karboksilat yang didapat secara alami di
alam, misalnya : damar, karet alam
2. Resin Sintesis
Merupakan senyawa polimer yang mempunyai berat molekul yang tinggi
yang dihasilkan dari reaksi dua senyawa atau lebih. Resin sintesis lebih
banyak digunakan dari pada resin alami, karena resin sintetik lebih murah
harganya dan mudah untuk dimurnikan. Resin sintetik lebih stabil dan
seragam dibandingkan dengan resin alami, karena dibuat dibawah kondisi
pengontrolan sehingga kemungkinan untuk terbentuknya impuritis itu
sedikit
Polimer karena pengaruh pemanasan, yaitu:
1. Termoplastik polimer, yaitu suatu polimer yang terbentuk karena adanya
pengaruh panas akan menjadi suatu bahan yang lunak dan mudah mencair
sehingga mudah dibentuk, dan ketika didinginkan menjadi padat kembali.
Contoh: polietilen, polivinil klorida, poliamida, poliisobutilen dan
polistirena.

2
3

2. Thermosetting polimer, yaitu suatu polimer yang dengan adanya


penambahan panas akan menjadi keras dan tidak bisa melebur kembali
serta tidak larut dalam air dan pelarut lainnya. Apabila terus dipanaskan
akan mengakibatkan degradasi.
Contohnya: melanin, urea formaldehid, fenol formaldehid, resin epoksi
dan resin silikin.
Polimer berdasarkan monomer:
1. Hopolimer, yaitu polimer yang terbentuk dari susunan ulang satu
monomer saja. Contohnya: polietilen, polistirena dan poliester
2. Kopolimer, yaitu polimer yang terbentuk dari beberapa monomer.
Contohnya: urea formaldehid, fenol formaldehid, dan venil asetat-stirena
kopolimer (Penuntun Praktikum Proses Teknik Kimia I, 2018).
Polimer berdasarkan proses terbentuknya:
1. Polimerisasi kondensasi
Polimer yang terbentuk dari reaksi kondensasi dimana molekul kecil
dikeluarkan (biasanya H2O) dikenal sebagai polimer kondensasi. Misalnya dalam
reaksi poliester sebagai berikut :

Gambar 1. Reaksi Polimerisasi Kondensasi

Dapat dilihat bahwa reaksi kondensasi antara diol dengan diasam


menghasilkan poliester dan molekul air (H 2O). Adanya tanda “x” pada poliester
menunjukkan derajat polimerisasi (DP) dari unit poliester. Derajat polimerisasi
merupakan banyaknya unit monomer yang berulang dalam rantai polimer.
2. Polimerisasi adisi
Reaksi pembentukan polimer berikutnya yaitu polimerisasi adisi dan
produknya dikenal sebagai polimer adisi. Polimerisasi adisi memiliki dua
karakteristik perbedaan, yaitu :
4

 Tidak ada molekul yang dikeluarkan, unit berulangnya memiliki monomer


yang sama
 Reaksi polimerisasi hanya melibatkan pembukaan ikatan rangkap.

Gambar 2. Reaksi Polimerisasi Adisi

2.2 Bahan baku


Bahan baku yang digunakan dalam membuat resin urea-formaldehid
adalah urea dan formaldehid (formalin). Urea diproduksi secara besar-besaran
melalui sintesis ammonia dan karbondioksida. Kedua reaktan ini dicampurkan
pada tekanan tinggi menghasilkan amonium karbamat. Amonium karbamat
selanjutnya dipekatkan pada evaporator vakum menghasilkan urea. Reaksinya
adalah sebagai berikut:
2NH3 + CO2 NH4CO2NH2H2N-CO-NH2....................................................(2.1)
Formaldehid atau metanal adalah anggota senyawa aldehida yang pertama.
Pada kondisi ruangan, formaldehi murni berada dalam fasa gas. Karena itu
formaldehid disimpan dalam bentuk larutan yang mengandung 37% hingga 50%
berat HCHO. Formaldehid diproduksi secara besar besaran melalui reaksi oksidasi
gas alam (metana) atau hidrokarbon alifatik ringan (McCabe, 1985).

2.3.1 Resin Urea Formaldehid


Resin urea formaldehid adalah hasil reaksi polimerisasi kondensasi dari
urea dengan formaldehid pada pH diatas 7 adalah metilolasi, yaitu adisi
formaldehid pada gugus amino dari urea dan menghasilkan metilol. Derivat-
derivat metilol merupakan monomer penyebab terjadinya reaksi polimerisasi
kondensasi. Polimer yang dihasilkan mula-mula mempunyai rantai lurus dan
masih larut dalam air, selanjutnya membentuk tiga dimensi dan semakin
berkurang kelarutannya dalam air. Pada proses pengerasan (curing), kondensasi
tetap berlangsung, polimer membentuk rangkaian tiga dimensi yang sangat
5

kompleks dan menjadi resin termoset, yaitu menjadi resin yang tidak dapat
melarut dan tidak dapat meleleh.
Resin urea formaldehid merupakan contoh dari resin termoset dari resin
amino. Resin urea formaldehid terdiri dari sekitar 80% resin amino yang
dihasilkan dunia. Resin melamin formaldehid juga merupakan salah satu resin
amino. Resin amino sering digunakan untuk memodifikasi sifat dari material lain.
Resin ini ditambahkan selama proses seperti pada produk serat tekstil untuk
mempertahankan karakteristik tekan yang tetap. Kelemahan resin urea
formaldehid adalah tidak resistan terhadap kelembaban sehingga cetakan
cenderung lapuk, dan permukaan yang terlalu lunak dan mudah tergores. Selain
itu, resin ini juga tidak tahan terhadap panas seperti halnya resin melamin
formaldehid. Keuntungan dari penggunaan resin ini adalah harganya yang murah
untuk membentuk lapisan yang jernih, dan resistan terhadap penyerapan
(absorbsi) ultraviolet, serta berkilau dan resistan terhadap air bila resin ditambah
thiourea pada cetakan atau lapisan resin.

2.3.2 Tahap-Tahap Reaksi Urea Formaldehid


Pada dasarnya pembuatan produk-produk urea formaldehid berlangsung
melalui tiga tahap :
1. Tahap Intermediat
Adalah tahap sampai diperoleh resin yang masih berupa larutan yang
masih larut dalam air ataupun pelarut lainnya. Pada tahap ini terjadi reaksi utama:
a. Reaksi metilolasi (adisi)
H2N-CO-NH-CH2OHH2N-CO-NH2+CH2O................................................(2.2)
b. Reaksi polimerisasi kondensasi
H2N-CO-NH-CH2-NH-CONH2+H2OH2N-CO-NH-CH2OH+H2N-CONH2..(2.3)
Monometilol urea dihasilkan pada reaksi metilolasi dalam suasan netral
atau sedikit basa (pH: 7-9). Untuk reaksi kondensasi suasana yang paling baik
adalah suasana asam. Pada reaksi kondensasi dilepaskan molekul-molekul air.
Untuk itu agar hasilnya lebih baik dan reaksinya lebih cepat, air harus dikeluarkan
misalnya dengan cara memanaskan.
6

2. Tahap Persiapan Curing


Tahap persiapan untuk curing yaitu pencampuran zat-zat kimia filter
3. Tahap Curing
Tahap curing yaitu proses terakhir yang oleh pengaruh katalis, panas,
tekanan maka resin diubah menjadi resin termoset dengan reaksi
(CH-NH-CO-NH-CH)n + 2CH2O(CH-NCH-CO-NCH-CH)n......................(2.4)

2.3.3 Mekanisme Reaksi Resin Urea Formaldehid


Urea akan bereaksi dengan formaldehid dalam suasana asam ataupun
basa. Produk dari reaksi ini disebut plastik amino. Polimerisasi antara urea dengan
formaldehid dengan perbandingan 1,5 : 1 pada reaksi tahap pertama menghasilkan
bermacam metilolurea sebagai prepolimer, yang dimana pada reaksi tahap kedua
mengalami proses cured akibat pemanasan dalam suasana netral ataupun sedikit
asam. Pengendalian reaksi dilakukan dengan cara kontrol pH (menggunakan
larutan buffer) dan kontrol suhu. Laju reaksi akan meningkat dengan
meningkatnya keasaman. Prepolimer dapat dibuat dengan memvariasikan tingkat
pH sesuai suhu reaksi. Polimerisasi dihentikan dengan cara menetralkan pH
larutan dan pendinginan.

Gambar 3. Reaksi Polimerisasi Kondensasi Urea dan Formaldehid

Tahap kedua reaksi yaitu reaksi sambung silang (crosslinking) dari


prepolimer dalam suasana asam (resinifikasi) menyebabkan pembentukan jaringan
yang mengandung campuran acak dari unit trimetilamin linear atau bercabang.
Selain itu, juga terbentuk jembatan metilen eter dan jembatan metilen. Kedua
senyawa yang disebut terakhir terbentuk dalam suasana asam yang sangat kuat.
7

Gambar 4. Pembentukan Jaringan pada Resinifikasi

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Urea- Formaldehid


2.3.1 Perbandingan Umpan
Umumnya, perbandingan mol umpan (formalin/urea) yang digunakan
pada percobaan ini adalah 1,33 dimana perbandingan numpan berada pada batas
standar yang ditentukan, perbandingan umpan harus berada dalam range antara
1,25 – 2,0 hal tersebut dimaksudkan agar larutan resin yang terbentuk tidak kental
dan tidak encer. Sehingga mempermudah analisis baik analisis densitas,
viskositas, kadar resin dan formalin bebas.
Besarnya perbandingan mol umpan formalin dengan urea sangat
mempengaruhi pada produk (polimer) yang dihasilkan, bila perbandingan umpan
kurang dari 1,25 maka resin yang dihasilkan memiliki kadar formalin yang rendah
dan menghasilkan polimer yang kekerasan dan kepadatannya rendah, sedangkan
bila perbandingan umpan lebih dari 2 maka resin yang dihasilkan memiliki kadar
formalin yang tinggi dan menghasilkan polimer yang kekerasan dan kepadatannya
tinggi.
2.3.2 Pengaruh pH
Kondisi reaksi sangat berpengaruh terhadap reaksi atau hasil reaksi
selama proses kondensasi polimerisasi terjadi. Dalam suasana asam akan
terbentuk senyawa Goldsmith dan senyawa lain yang tidak terkontrol sehingga
8

molekul polimer yang dihasilkan rendah. Senyawa Goldsmith tidak diinginkan


karena mempunyai rantai polimer lebih pendek tetapi stabil terhadap panas.
Dalam suasana basa kuat, formaldehid akan bereaksi secara disproporsionasi
dimana sebagian akan teroksidasi menjadi asam karboksilat dan sebagian
tereduksi menjadi alkohol. Reaksi yang terjadi adalah :
2H-CO-H + OH- → H-CO-O + CH3OH.............................................. (2.5)
Formaldehid basa kuat Asam karboksilat alkohol
2.3.3 Katalis
Menurut JJ. Berjelius, katalis merupakan senyawa yang ditambahkan
untuk mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi. Sedangkan menurut W.Ostwald,
katalis merupakan senyawa yang ditambahkan untuk mempercepat reaksi tanpa
tergabung dalam produk. Artinya katalis dapat mempercepat reaksi, ikut aktif
dalam reaksi, tetapi tidak ikut tergabung didalam produk. Untuk proses ini
menggunakan katalis yang dapat menurunkan energi aktivasi dengan menyerap
panas pada saat curing, fungsinya adalah untuk mengatur penguapan agar tidak
gosong. Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan agar molekul-
molekul yang di dalam larutan bertumbukan, sehingga reaksi menjadi cepat
(Perry, 1999).

2.3.4 Temperatur Reaksi


Temperatur reaksi tidak boleh melebihi titik lelehnya karena dimetilol urea
yang terjadi akan kehilangan air dan formaldehid. Menurut Kadowaki dan
Hasimoto, temperatur optimum reaksi adalah 85˚C. Sedangkan titik lelehnya
menurut De Chesne adalah 150 ˚C. Dan menurut Einhorn adalah 126 ˚C.
Kenaikan temperatur akan mempercepat laju reaksi, hal ini dapat ditunjukkan
dengan persamaan Arrhenius yaitu :
K = A eEa/RT............................................................................................................................................................................. (2.6)
2.3.5 Buffer
Buffer (larutan penyangga) digunakan untuk menyangga kondisi operasi
pada pH yang diinginkan. Dalam hal ini pH yang diinginkan antar 8 sampai 10.
Buffer yang digunakan pada percobaan ini adalah Na2CO3.H2O
9

2.3.6 Kemurnian Zat Umpan


Zat umpan yang digunakan harus murni karena adanya zat pengotor
dikhawatirkan akan mempengaruhi terbentuknya polimer atau terjadinya reaksi
samping.

2.3.7 Laju Reaksi


Laju reaksi atau kecepatan reaksi ialah laju atau kecepatan berkurangnya
pereaksi atau terbentuknya produk reaksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi ialah konsentrasi, temperatur, katalis dan luas permukaan. Persamaan yang
menyatakan laju sebagai fungsi konsentrasi setiap saat yang mempengaruhi laju
reaksi disebut hukum laju atau persamaan laju reaksi.
Konsentrasi merupakan salah satu faktor yang memepengaruhi laju reaksi,
dimana sebagai contoh pada reaksi A + B → C. Dimana pada waktu reaksi
berlangsung, zat C terbentuk dan semakin lama jumlahnya semakin banyak
sebaliknya zat A dan zat B berkurang, dan semakin lama semakin sedikit. Orde
reaksi adalah jumlah pangkat konsentrasi dalam hukum laju bentuk diferensial.

2.4 Pengaruh Variasi F/V Terhadap Densitas


Menurut Dunky (1998), densitas akan semakin tinggi seiring dengan
semakin lama reaksi terjadi. Hal ini disebabkan oleh resin urea formaldehid yang
terbentuk akan semakin banyak sehingga larutan menjadi lebih kental. Larutan
yang semakin kental menunjukkan bahwa partikelnya semakin rapat sehingga
densitasnya akan semakin besar. Semakin tinggi rasio molar F/U, semakin tinggi
konten formaldehida bebas diresin.
Sedangkan menurut Jermejeff (2012) tingginya jumlah formaldehida bebas
dapat menghambat reaksi kondensasi seperti menghambat terbentuknya methylol
dan meningkatkan derajat percabangan molekul UF. Semakin banyak cabang pada
rantai polimer maka densitasnya akan semakin kecil.
Penggunaan katalis NaOH menghasilkan densitas yang lebih besar
dibandingkan dengan penggunaan katalis NH4OH.Hal ini dikarenakan katalis
NaOH bersifat basa kuat sehingga formaldehid mengalami reaksi Cannizaro,
yaitu reaksi disproporsionasi formaldehid menjadi asam format dan metanol.
Reaksi yang terbentuk ialah :
10

Menurut teori, semakin lama reaksi berlangsung maka akan semakin


banyak produk yang dihasilkan, dan akan konstan bila semua reaktan sudah
terkonversi.

Adanya perbedaan hasil densitas yang diperoleh dapat dipengaruhi oleh


pH ketika reaksi kondensasi terjadi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh syaichurrozi dkk, katalis NH4OH menghasilkan hasil yang optimum dalam
pembentukan urea formaldehid. Namun menurut penelitian Osemeahon et al.
(2009) densitas resin hasil penelitian ini termasuk ke dalam standar resin UF yang
dapat digunakan pada industri pelapisan.

2.5 Pengaruh Variasi F/V Terhadap Viskositas


Sama halnya dengan densitas, viskositas juga akan semakin tinggi seiiring
semakin lamanya reaksi terjadi. Hal ini disebabkan karena semakin banyak resin
urea formaldehid yang tebentuk sehingga larutan menjadi semakin kental.
Semakin kental resin yang terbentuk maka pertikelnya semakin rapat sehingga
waktu yang dibutuhkan larutan campuran untuk mengalir dalam viscometer
menjadi semakin lama.
Semakin tinggi rasio molar F/U maka viskositas resin UF yang diperoleh
semakin kecil. Tingginya jumlah formaldehida bebas dapat menghambat reaksi
kondensasi (dengan asumsi nilai pH tidak berubah), seperti menghambat
terbentuknya methylol dan meningkatkan derajat percabangan molekul UF.
Semakin banyak cabang pada rantai polimer maka densitasnya akan semakin
kecil. Semakin kecil densitas maka viskositasnya juga akan semakin kecil sesuai
dengan persamaan berikut;

μ kinematis = t x k.................................................................................(2.7)

μ Absolute = μ kinematis x ρ.................................................................(2.8)


11

Kisaran viskositas sampel pada percobaan yang dilakukan oleh


syaichurrozi dkk dengan katalis NH4OH lebih besar (0,00643 – 0,00879 kg/m.s)
dibandingkan dengan penggunaan katalis NaOH (0,00687-0,00772 kgm.s). Hal ini
terjadi karena katalis NaOH bersifat lebih basa dibandingkan dengan NH4OH,
dimana ketika pH reaksi naik pada pH yang lebih basa maka viskositas resinakan
menurun. Pada pH dibawah 4,5 akan menyebabkan reaksi sulit dikendalikan, akan
tetapi ketika pH terlalu tinggi menyebabkan rekasi kondensasi tidak terjadi
sehingga kenaikan viskositas tidak dapat terlihat (Syaichurrozi, 2016).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
Adapun alat yang digunakanadalah sebagai beikut :
1. Gelas kimia
2. Stopwatch
3. Statif
4. Alumunium foil
5. Erlenmeyer
6. Bola hisap
7. Pipet volume
8. Pipet tetes
9. Viskometer
10. Piknometer
11. Buret
12. Labu leher tiga
13. Hot plate
14. Neraca digital
15. Termometer

3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Phenolpthalein (pp 1%)
2. Air
3. Urea (CO(NH2)2) 27 gram
4. Amonia (NH3) 15 ml
5. Formalin (CH2O) 60 ml
6. Natrium Karbonat (Na2CO3) 0,4 gram
7. Metanol (CH3OH) 25 ml
8. Asam klorida (HCl) 5 ml
9. Natrium Sulfat (Na2SO4) 9,88 ml

12
13

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :
9. Kedalam labu leher tiga dimasukkan formalin sebanyak 60 ml
10. Kemudian didalam larutan ditambahkan amoniak pekat sebanyak 15 ml
dari massa total campuran dan ditambahkan buffering agent (Na2CO3)
sebanyak 0,4 gr dari massa katalis
11. Lalu diaduk campuran sampai rata dan diambil sebanyak 10 ml sebagai
sampel no 0 untuk dianalisa
12. Dimasukkan urea sebanyak 27 gram kedalam labu leher tiga secara
perlahan, kemudian diaduk sampai rata
13. Diambil 10 ml sampel sebagai sampel nomor 1 untuk dianalisa
14. Dipanaskan campuran sampai mendidih dan diambil sebanyak 10 ml
sampel sebagai sampel nomor 2 untuk dianalisa
15. Diatur pengambilan sampel sebanyak 10 ml dengan selang waktu 7 menit
16. Dihentikan pengambilan sampel pada saat kadar formaldehid bebas telah
konstan.

3.3 Prosedur Analisa Sampel


3.3.1 Analisa Densitas
1. Pikonometer kosong ditimbang massanya
2. Piknometer diisi dengan air dan ditimbang massanya
3. Piknometer diisi dengan sampel dan ditimbang massanya
4. Densitas sampel menggunakan pichnometer

Massa sampel (g)


 sampel =
Massa air (gr)

3.3.2 Analisa Viskositas


1. Viscometer Ostwald dikalibrasi dengan air untuk menentukan harga k
2. Lalu dimasukkan sampel kedalam viskometer
3. Sampel dihisap hingga melewati batas atas viskometer
14

4. Sampel dibiarkan mengalir kebawah sampai melewati batas bawah


viskometer
5. Waktu alir sampel dari batas atas kebatas bawah diukur
6. Viskometer sampel dihitung dengan persamaan :
densitas sampel
Sg sampel =
densitas air
μ sampel = k x sg sampel x t
3.3.3 Analisa PH
1. Larutan sampel dimasukkan kedalam beaker glass
2. Kemudian gunakan pH meter untuk mengetahui berapakah pH setiap
sampel

3.3.4 Analisa Kadar Formaldehid


1. Sampel sebanyak 10 ml ditambahkan dengan 2-3 tetes phenolphthalein
2. Ditambahkan 5 ml metanol
3. Ditambahkan 25 ml Na2SO4 dan diaduk sampai homogen
4. Kemudian larutan dititrasi dengan HCl
5. Lalu dilakukan titrasi blanko
6. Kadar formaldehid bebas dihitung dengan persamaan :
Gr CH 2 O 3 x ml HCl x N HCl
=
v ( ml ) larutan ml sampel
ml HCl = ml titrasi – ml titrasi blanko
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Massa Picnometer kosong = 12,7 gr
Massa Picnometer + air = 16,50 gr
Massa Picnometer air - kosong = 3,8 gr
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Percobaan Resin Urea Formaldehid

Formaldehide
bebas (gr/ml)
Sampel (gr)
No. Sampel

Titrasi (ml)
Waktu Alir

Viskositas
Densitas
Volume
(Menit)

(gr/ml)
Waktu

Massa

Kadar
(cP)
pH
(s)

0 7 0,06 4,85 1,4 11 1,27 0,045 0,21


1 14 0,60 4,98 1,4 11 1,31 0,041 0,21
2 21 0,68 5 1,2 12 1,315 0,536 0,18
3 28 0,68 5 1,2 12 1,315 0,536 0,18
4 35 0,70 5,01 1 12 1,318 0,553 0,15
5 42 0,74 5,03 0,9 12 1,323 0,587 0,135
6 49 0,75 5,05 0,9 12 1,328 0,597 0,135
7 56 0,80 5,05 0,8 12 1,328 0,637 0,12
8 63 0,80 5,08 0,75 12 1,336 0,641 0,1125

4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini yaitu pembuatan resin urea formaldehid yang bertujuan
untuk mempelajari perubahan kondisi reaksi terhadap kecepatan reaksi dan hasil
kondensasi urea dengan formaldehid. Resin hasil kondensasi ini bersifat
thermosetting yang mempunyai sifat tahan asam dan basa. Reaksi antara urea dan
formaldehid dengan katalis basa dapat menghasilkan mono-metiol urea sebagai
monomer reaktan reaksi pembentukan polimer urea-formaldehid. Basa yang
digunakan dapat berupa barium hidroksida ataupun kalium hidroksida.
Formaldehid atau metanal adalah anggoata senyawa aldehida yang pertama. Pada
kondisi ruangan, formaldehid murni berada dalam fasa gas.

15
16

Pada pengambilan sampel nomor 0 dimasukkan formaldehid, katalis


amonia dan buffering agent Na2CO3 yang belum terjadi reaksi karena belum
dimasukkan urea. Penambahan katalis dapat mempercepat reaksi, ikut aktif dalam
reaksi tetapi tidak ikut tergabung didalam produk. Katalis NH3 yang dapat
menurunkan energi aktivasi dengan menyerap panas pada saat curing, fungsinya
adalah untuk mengatur penguapan agar tidak gosong. Energi aktivasi adalah
energi minimum yang dibutuhkan agar molekul-molekul yang didalam larutan
bertumbukan, sehingga reaksi menjadi cepat (Brady,1995).
Fungsi penambahan buffering agent yaitu menjaga kondisi pH reaksi agar
tidak berubah tiba-tiba secara drastis dan tetap stabil, serta larutan buffering ini
mengandung suatu komponen asam atau basa yang tidak saling bereaksi.
Sehingga ion H+ atau OH- yang lepas akan digantikan oleh larutan buffer,
meskipun pergantiannya tidak maksimum. Kemudian setiap pengambilan sampel
dilakukan pengadukan yang bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi dan
untuk mempercepat perpindaha nmassa, sehingga terjadinya homogenisasi.
Sampel nomor 1 diambil setelah dilakukan penambahan urea yang bertujuan agar
terbentuknya resin urea formaldehid.
Pada percobaan ini, reaksi pencampuran bahan dilakukan didalam labu
leher tiga dimana bahan yang digunakan adalah urea, amonia, natrium karbonat,
natrium sulfat, formalin dan phenolphtalein sebagai indikator untuk titrasi, pada
percobaan ini dianalisa densitas, viskositas, pH dan kadar formaldehid bebas.
Pengambilan sampel untuk dianalisis dilakukan 7 menit sekali.
Dari larutan formaldehid yang digunakan terdapat kandungan air. Air
inilah yang dapat melepaskan ikatan ion hidroksi didalam larutan. Saat dilakukan
pemanasan, suhu pada campuran semakin lama akan semakin naik, sehingga
terjadi penguapan air dalam larutan. Saat terjadi proses penguapan, ikatan
hidrogen atau hidroksida dalam campuran akan ikut mengalami penguapan,
sehingga mengakibatkan pH menurun. Dari percobaan ini dapat dilihat bahwa
lamanya waktu pemanasan sangat berpengaruh terhadap pH larutan.

4.2.1 Analisa pH
17

pH adalah suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat


keasaman suatau larutan (Keenan, 1992). Dalam percobaan ini, pengukuran pH
setiap sampel yang didapat adalah pada kondisi basa yaitu antara 9,60-10,67
(skala pH). pH pada sampel 0 dan 1 didapat hasil 11, sampel 2 sampai denga 8
didapat hasil 12. Adapun hubungan antara pH terhadap waktu dapat dilihat pada
Gambar 4.1.

12.2
f(x) = 0.02 x + 11.2
12 R² = 0.52 12 12 12 12 12 12 12
11.8
11.6
11.4
pH

11.2
11 11 11
10.8
10.6
10.4
0 10 20 30 40 50 60 70

Waktu (Menit)

Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara pH terhadap Waktu

Dari grafik di atas, diketahui bahwa semakin lama waktu pemanasan maka
pH campuran semakin berkurang sehingga menuju sifa tasam. pH yang diperoleh
pada campuran ini bersifat basa. Dalam suasana basa kuat formaldehid akan
bereaksi secara disproporsionasi dimana sebagian akan teroksidasi menjadi asam
karboksilat dan sebagian tereduksi menjadi alkohol.
Penurunan pH ini sesuai dengan teori yang mengemukakan bahwa afinitas
air yang menurun akibat lamanya pemanasan menyebabkan pH cenderung
menurun. Waktu pemanasan yang lama akan menaikkan temperature sehingga
menurunkan besarnya afinitas air (Perry, 1999).
Pada larutan formaldehid yang digunakan terdapat kandungan air. Air
inilah yang dapat melepaskan ikatan ion hidroksida dalam larutan. Saat dilakukan
pemanasan, suhu pada campuran semakin lama akan semakin naik, sehingga
terjadi penguapan air dalam larutan. Saat terjadi proses penguapan, ikatan
18

hidrogen atau hidroksida dalam campuran akan ikut mengalami penguapan,


sehingga mengakibatkan pH menurun.
Kondisi ini diperlukan agar reaksi metilolasi berlangsung sehingga harus
dilakukan pengontrolan pH karena turunan metilol apabila berada pada suasana
asam akan berkondensasi cepat membentuk senyawa Goldsmith dan senyawa lain
yang tidak terkontrol sehingga molekul polimer yang dihasilkan rendah. Senyawa
Goldsmith tidak diinginkan karena mempunyai rantai polimer lebih pendek tetapi
stabil terhadap panas (Fessenden, 1999).
Kadar pH pada reaksi urea formaldehid ini menunjukkan reaksi yang
berlangsung adalah reaksi metilol, yaitu reaksi adisi formaldehida pada gugus
amino dan amido dari urea yang menghasilkan turunan metilol urea. Reaksi
formaldehid ini berlangsung pada keadaan basa yaitu pada pH>7.

4.2.2 Hubungan Perubahan Viskositas Terhadap Waktu


Viskositas merupakan suatau ketetapan yang digunakan untuk
menunjukkan kekentalan suatau zat cair. Adapun hubungan antara viskositas
terhadap waktu dapat dilihat pada Gambar 4.2.

0.7 0.64 0.64


f(x) = 0.01 x + 0.26 0.59 0.6
0.55
0.6 R² = 0.58 0.54 0.54
0.47
0.5
viskositas (Cp)

0.4
0.3
0.2
0.1 0.05
0
0 10 20 30 40 50 60 70
waktu (menit)

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Perubahan Viskositas terhadap Waktu

Pada gambar 4.2 menunjukan semakin lama waktu pemanasan maka


semakin tinggi nilai viskositasnya yaitu sampel nomor 0 viskositas 0,045 cP,
19

sampel nomor 1 viskositas 0,471 cP, sampel nomor 2 viskositas 0,536 cP, sampel
nomor 3 viskositas 0,536 cP, sampel nomor 4 viskositas 0, 553 cP, sampel nomor
5 viskositas 0,587 cP, sampel nomor 6 viskositas 0,597 cP, sampel nomor 7
viskositas 0,637 cP dan sampel nomor 8 viskositas 0,641 cP.
Pada sampel 0 terlihat nilai viskositasnya rendah hal ini karena urea belum
dimasukkan sehingga reaksi belum terjadi dan sampel 1 lebih tinggi dari sampel 0
dikarenakan sudah ditambahkan urea, pada sampel 2 dan 3 lebih tinggi dari pada
sampel 1 karena sudah terjadi pemanasan. Hal ini sesuai dengan teori, Menurut
teori, viskositas akan semakin tinggi seiring dengan semakin lamanya reaksi yang
terjadi. Hal ini disebabkan karena semakin banyak resin UF yang terbentuk
membuat larutan semakin kental sehingga waktu yang dibutuhkan larutan
campuran mengalir dalam viskometer semakin lama. Dengan bantuan katalis
membuat proses pembentukan UF semakin cepat yang membuat viskositas
disetiap waktu juga meningkat (Firmanto, 2017).
Resin urea formaldehid adalah polimer yang viskositasnya sangat tinggi,
maka semakin lama waktu pemanasan yang dilakukan akan memperoleh
viskositas yang semakin tinggi seiring dengan bertambahnya suhu dalam reaksi.
Pada suhu yang tinggi, campuran-campuran yang titik didihnya lebih rendah akan
lebih dulu menguap sehingga kekentalan sampel akan semakin bertambah (Mc-
Cabe, 1999).

4.2.3 Hubungan Antara Kadar Formaldehid Bebas Terhadap Waktu


Reaksi antara urea dan formaldehid dengan katalis basa yaitu amoniak
(NH3) dapat menghasilkan mono-metilol urea sebagai monomer reaktan. Data
yang diperoleh dari praktikum untuk sampel 0 adalah 0,21 gr, sampel 1adalah
0,21 gr, sampel 2 adalah0,18 gr, sampel 3 adalah 0,18 gr, sampel 4 adalah 0,15 gr,
sampel 5 adalah 0,135 gr, sampel 6 adalah 0,135 gr, sampel 7 adalah 0,12 gr dan
sampel 8 adalah 0,1125 gr. Adapun hubungan antara perubahan kadar
formaldehid bebas terhadap waktu dapat dilihat pada Gambar 4.3.
20

0.25

Kadar Formaldehid Bebas


0.2 f(x) = − 0 x + 0.22
R² = 0.96
0.15

0.1

0.05

0
0 10 20 30 40 50 60 70

Waktu (Menit)

Gambar 4.3 Grafik Hubungan Kadar Formaldehid Bebas terhadap Waktu

4.2.4 Hubungan Antara Densitas Dengan Waktu


Densitas adalam jumlah suatau zat yang terkandung pada suatu unit
volume. Densitas bisa diukur kedalam tiga bentuk, yaitu densitas massa, berat
spesifik, dan densitas relatif. Pada percobaan resin ures-formaldehid dihitung nilai
densitas dari setiap sampel dengan waktu pemanasan yang berbeda-beda, hal ini
bertujuan untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi nilai densitas setiap
sampel.
Data yang diperoleh dari setiap waktu berbeda-beda, pada waktu 7 menit
densitas yang diperoleh adalah 1,27 gr/ml, untuk waktu 14 menit didapat densitas
1,31 gr/ml, untuk waktu 21 dan 28 menit didapat densitas sebesar 1,315 gr/ml,
untuk waktu 35 menit didapat densitas 1,318 gr/ml, untuk waktu 42 menit didapat
densitas 1,323 gr/ml, untuk waktu 49 dan 56 menit didapat densitas 1,328 gr/ml
dan pada waktu 64 menit didpat densitas 1,336 gr/ml. Adapun hubungan anatara
perubahan densitas terhadap waktu dapat dilihat pada Gambar 4.4.
21

1.36
1.34
f(x) = 0 x + 1.29

Densitas (gr/ml)
1.32 R² = 0.71
1.3
1.28
1.26
1.24
1.22
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Perubahan Densitas terhadap Waktu

Pernyataan tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin


lama waktu pemanasan sampel, maka semakin besar densitas resin urea
formaldehid yang diperoleh. Waktu pemanasan berpengaruh terhadap pembuatan
resin urea formaldehid. Berdasarkan teori semakin lama waktu reaksi berlangsung
maka semakin banyak produk yang dihasilkan dan akan konstan apabila semua
reaktan sudah terkonversi, jadi semakin lama reaksi resinifikasi berlangsung maka
semakin banyak resin urea formaldehid yang terbentuk. Resin urea formaldehid
memiliki densitas yang lebih besar dibandingkan reaktannya, oleh sebab itu
semakin banyak resin yang terbentuk maka akan semakin besar densitas sampel
yang diperoleh, dimana densitas berbanding lurus dengan perubahan waktu (Mc-
Cabe, 1990).
Menurut Dunky (1998), densitas akan semakin tinggi seiring dengan
semakin lama reaksi terjadi. Hal ini disebabkan oleh resin urea formaldehid yang
terbentuk akan semakin banyak sehingga larutan menjadi lebih kental. Larutan
yang semakin kental menunjukkan bahwa partikelnya semakin rapat sehingga
densitasnya akan semakin besar. Semakin tinggi rasio molar F/U, semakin tinggi
konten formaldehida bebas diresin ( Syaichurrozi, 2016).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan adalah:
1. Saat terjadi proses penguapan, ikatan hidrogen atau hidroksida dalam
campuran akan ikut mengalami penguapan sehingga mengakibatkan pH
tetap terjaga dalam keadaan basa.
2. Urea formaldehid bersifat basa dengan pH 9,60-10,67.
3. Densitas setiap sampel adalah 1,27 gr/ml, 1,31 gr/ml, 1,315 gr/ml, 1,315
gr/ml, 1,323 gr, 1,328 gr/ml, 1,328 gr/ml dan 1,336 gr/ml.
4. Semakin lama waktu pemanasan, maka densitas suatu sampel akan
semakin besar nilainya. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi suhu
yang terjadi selama berjalannya waktu pemanasan semakin menuju suhu
ideal pembentukan resin tersebut.
5. Kadar yang diperoleh 0,21 gr, 0,21 gr, 0,18 gr, 0,18 gr, 0,15 gr, 0,135 gr,
0,135 gr, 0,12 gr dan 0,1125 gr.
6. Semakin lama pemanasan sampel, maka kadar formaldehid bebas dari
larutan akan semakin turun. Pemanasan yang lama akan menaikkan suhu
larutan, dengan tingginya suhu maka reaksi semakin lanjut. Reaksi
polimer membentuk polimer tiga dimensi dan kelarutannya semakin
berkurang.
7. Viskositas yang diperoleh 0,045 cP, 0,471 cP, 0,536 cP, 0,536 cP, 0,553
cP, 0,587 cP, 0,597 cP, 0,637 cP dan 0,641 cP
8. Semakin lama waktu pemanasan maka viskositas yang diperoleh dalam
larutan akan semakin besar.

5.2 Saran
1. Setiap praktikan diharapkan menggunakan data yang berbeda agar
dihasilkan data yang berbeda dan dapat dianalisa lebih jelas.
2. Untuk percobaan ini diharapkan praktikan memperhatikan keselamatan
diri karena bahan yang digunakan dalam percobaan ini sangat berbahaya

22
23

Pada larutan natrium sulfat (Na2SO4) dapat diganti dengan natrium sulfit
(Na2SO3) dan praktikkan melakukan variasi pada perbandingan molar agar dapat
diketahui pengaruh variasi F/U terhadap densitas, viskositas dan formaldehid
bebas (Syaichurrozi, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Brady E, James.1995. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Firmanto, Fariz Ihsan. Marina, Frily. 2017. Pengaruh Kadar Katalis Terhadap
Pembuatan Resin Urea Formaldehid Skala Laboratorium. Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa : Cilegon, Indonesia.
Geankoplis, Chrine Jhon. 1999. Transport Proccess and Separation Proccess
Principle. New Jersey : Pearson Prence Hell.
Keenan. 1992. Kimia Universitas. Jakarta: Erlangga.
Levenspiel. 1999.Chemical Reaktion Engineering. Corvalis : State University.
McCabe, Smith Harriot E. 1985. Operasi Teknik Kimia. Erlangga : Jakarta.
McCabe.1990. Advanced Pysic. Newyork: University Press.
Penuntun praktikum. 2018. Proses Teknik Kimia I. Unimal : Lhokseumawe.
Perry, Robbert H, Don W.Green. 1999. Perry Chemical Engineering
Handbook’s.America : Mc.Graw-Hill. Companies.
Syaichurrozi, Iqbal. Heriyanto, Heri. Dkk. 2016. Pengaruh Rasio Molar
Formaldehid/Urea (F/U) menggunakan Katalis NaOH dan NH4OH
terhadap Pembuatan Resin Urea Formaldehid Skala Laboratorium.
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa : Cilegon, Indonesia..

24
LAMPIRAN A
DATA PENGAMATAN

MODUL PRATIKUM : Resin Urea Formaldehid (RUF)


KELOMPOK : 2 (dua)
NAMA/NIM : 1. Muhammad Azrin 180140045
2. Andre Hanavi S. 180140049
3. Rizky Prasetyo 180140051
4. Andri Nur Rizky 180140052
5. Vini Nurmazaya 180140053
6. Shafiya Rauzah 180140054
7. Aldilla Zuhra 180140056
8. Muhammad Akbar R. 180140057
9. Tasya Maidayanti 180140061
Massa Picnometer kosong = 12,7 gr
Massa Picnometer + air = 16,50 gr
Massa Picnometer air - kosong = 3,8 gr
Waktu Massa Volume
No. Waktu Densitas Viskositas
Alir Sampel Titrasi pH
Sampel (Menit) (gr/ml) (cP)
(s) (gr) (ml)
0 7 0,06 4,85 1,4 11 1,27 0,045
1 14 0,60 4,98 1,4 11 1,31 0,471
2 21 0,68 5 1,2 12 1,315 0,536
3 28 0,68 5 1,2 12 1,315 0,536
4 35 0,70 5,01 1 12 1,318 0,553
5 42 0,74 5,03 0,9 12 1,323 0,587
6 49 0,75 5,05 0,9 12 1,328 0,597
7 56 0,80 5,05 0,8 12 1,328 0,637
8 63 0,80 5,08 0,75 12 1,336 0,641
Lhokseumawe, 15 Januari 2021
Asisten Dosen Pembimbing

(.......................) (................................)

25
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

Perbandingan Formaldehida : Urea =3:2


Volume Formaldehid (37%) = 60 ml
Urea = 27 gram
Massa Katalis = 8 % massa total
Massa Buffering Agent = 10 % massa katalis
A.1 Perhitungan Jumlah Formaldehida, Urea, NH3 dan Na2CO3
1. Massa Formaldehida
m = ρ ×v
m = 1,079 gr/ml × ml
m = 64,74 gr

2. Massa Larutan Formaldehida


m = 37 % ×massa larutan formaldehid
m = 37 % ×64,74gr
m = 23,95 gr

3. Mol Formaldehida
massa formaldehid
mol =
BM formaldehid
23,95 gr
mol =
30 gr/mol
mol = 0,798 mol

4. Penentuan Jumlah Urea


F 3
= = 1,5
U 2

5. Mol Urea
mol formaldehid
Mol urea =
2

26
27

0,798 mol
=
2
= 0,532 mol

6. Massa Urea
Massa urea = mol urea ×BM urea
= 0,53 mol×60 gr/mol
= 31,8 gr

7. Massa Katalis NH3


Massa katalis NH3 = 8 % ×T
= 0,08 T

8. Massa Buffering Agent (Na2CO3)


Massa buffering agent = 10 % ×8 %× T
= 0,008 T

9. Massa Total
Massa total (T) = massa formaldehida + massa urea +
massa NH3 + massa Na2CO3
T = 64,74 gr + 31,8 gr + 0,08 T + 0,008 T
T = 96,54 gr + 0,088 T
T - 0,088 T = 96,54 gr
0,912 T = 96,54 gr
T = 96,54 gr/ 0,912
T (massa total) = 105,86 gr

10. Massa Katalis NH3 yang Ditambahkan


Massa katalis = 8 % ×massa total
Massa katalis = 0,08×105,86 gr
= 8,47 gr

11. NH3 yang Digunakan 25%


28

massa katalis yang ditambahkan


Massa NH3 =
25%
8,47 gr
=
0,25
= 33,87 gr

12. Volume NH3


massa NH 3 yang digunakan
Volume NH3 =
densitas NH 3
39,552 gr
=
0,89 gr/ml
= 44,44 ml

13. Massa HCl


Massa HCl = 10 % ×massa total katalis
= 0,1× 8,47gr
= 0,847 gr

B.2 Analisa Densitas


1. Analisa Sampel Nomor 0
Piknometer kosong = 12,7 gr
Piknometer + air = 16,50 gr
Massa Air
(Piknometer + air) – Piknometer kosong = 16,50 gr – 12,7 gr
= 3,8 gr x 1 gr/ml
= 3,8 ml
Massa Sampel Nomor 0
Piknometer + sampel nomor 0 = 17,55 gr
(Piknometer + sampel 0) – Piknometer kosong = 17,55 gr –12,7 gr
= 4,85 gr

Densitas Sampel Nomor 0


29

massa sampel nomor 0


 Sampel nomor 0 =
volume air
4,85 gr
=
3,8 ml
= 1,27 gr/ml

2. Analisa Sampel Nomor 1


Piknometer kosong = 12,7 gr
Piknometer + air = 16,50 gr
Massa Air
(Piknometer + air) – Piknometer kosong = 16,50 gr – 12,7 gr
= 3,8 gr x 1 gr/ml
= 3,8 ml
Massa Sampel Nomor 1
Piknometer + sampel nomor 1 = 17,68 gr
(Piknometer+ sampel1) – Piknometer kosong = 17,68 gr – 12,7 gr
= 4,98 gr
Densitas Sampel Nomor 1
massasampel nomor 1
ρ Sampel nomor 1 =
volume air
4,98 gr
=
3,8 ml
= 1,31 gr/ml

3. Analisa Sampel Nomor 2


Piknometer kosong = 12,7 gr
Piknometer + air = 16,50 gr
Massa Air
(Piknometer + air) – Piknometer kosong = 16,50 gr – 12,7 gr
= 3,8gr x 1 gr/ml
= 3,8 ml
Massa Sampel Nomor 2
Piknometer + sampel nomor 2 = 17,7 gr
30

(Piknometer + sampel 2) – Piknometer kosong = 17,7 gr – 12,7 gr


= 5 gr
Densitas Sampel Nomor 2
massa sampel nomor 2
ρ sampel nomor 2 =
volume air
5 gr
=
3,8 ml
= 1,315 gr/ml

4. Analisa Sampel Nomor 3


Piknometer kosong = 12,7 gr
Piknometer + air = 16,50 gr
Massa Air
(Piknometer + air) – Piknometer kosong =16,50 gr – 12,7 gr
= 3,8 gr x 1 gr/ml
= 3,8 ml
Massa Sampel Nomor 3
Piknometer + sampel nomor 3 = 17,7 gr
(Piknometer + sampel 3) – Piknometer kosong = 17,7 gr – 12,7 gr
= 5 gr
Densitas Sampel Nomor 3
massa sampel nomor 3
ρ sampel nomor 3 =
volume air
5 gr
=
3,8 ml
= 1,315 gr/ml

5. Analisa Sampel Nomor 4


Piknomerter kosong = 12,7 gr
Piknometer + air = 16,50 gr
Massa Air
(Piknometer + air) – Piknometer kosong = 16,50 gr – 12,7 gr
= 3,8 gr x 1 gr/ml
31

= 3,8 ml
Massa Sampel Nomor 4
Piknometer + sampel nomor 4 = 17,71 gr
(Piknometer + sampel 4) – Piknometer kosong = 17,71 gr – 12,7 gr
= 5,01 gr
Densitas Sampel Nomor 4
massa sampel nomor 4
ρ Sampel nomor 4 =
volume air
5,01 gr
=
3,8 ml
= 1,318 gr/ml

6. Analisa Sampel Nomor 5


Piknometer kosong = 12,7 gr
Piknometer + air = 16,50 gr
Massa Air
(Piknometer + air) –Piknometer kosong = 16,50 gr – 12,7 gr
= 3,8 gr x 1 gr/ml
= 3,8 ml
Massa Sampel Nomor 5
Piknometer + sampel nomor 5 = 17,73 gr
(Piknometer + sampel 5) – Piknometer kosong = 17,73 gr – 12,7 gr
= 5,03 gr
Densitas Sampel Nomor 5
massa sampel nomor 5
ρ Sampel nomor 5 =
volume air
5,03 gr
=
3,8 ml
= 1,323 gr/ml

7. Analisa Sampel Nomor 6


Piknometer kosong = 12,7 gr
Piknometer + air = 16,50 gr
32

Massa Air
(Piknometer + air) –Piknometer kosong = 16,50 gr – 12,7 gr
= 3,8 gr x 1 gr/ml
= 3,8 ml

Massa Sampel Nomor 6


Piknometer + sampel nomor 6 = 17,75 gr
(Piknometer + sampel 6) – Piknometer kosong = 17,75 gr – 12,7 gr
= 5,05 gr
Densitas Sampel Nomor 6
massa sampel nomor 6
ρ Sampel nomor 6 =
volume air
5,05 gr
=
3,8 ml
= 1,328 gr/ml

8. Analisa Sampel Nomor 7


Piknometer kosong = 12,7 gr
Piknometer + air = 16,50 gr
Massa Air
(Piknometer + air) – Piknometer kosong = 16,50 gr – 12,7 gr
= 3,8 gr x 1 gr/ml
= 3,8 ml
Massa Sampel Nomor 7
Piknometer + sampel nomor 7 =17,75 gr
(Piknometer + sampel 7) – Piknometer kosong = 17,75 gr – 12,7 gr
= 5,05 gr
Densitas Sampel Nommor 7
massa sampel nomor 7
ρ Sampel nomor 7 =
volume air
5,05 gr
=
3,8 ml
= 1,328 gr/ml
33

9. Analisa Sampel Nomor 8


Piknometer kosong = 12,7 gr
Piknometer + air = 16,50 gr
Massa Air
(Piknometer + air) – Piknometer kosong = 16,50 gr – 12,7 gr
= 3,8 gr x 1 gr/ml
= 3,8 ml
Massa Sampel Nomor 8
Piknometer + sampel nomor 8 = 17,78 gr
(Piknometer + sampel 8) – Piknometer kosong = 17,78 gr – 12,7 gr
= 5,08 gr
Densitas Sampel Nomor 8
massa sampel nomor
ρ Sampel nomor 8 =
volume air
5,08 gr
=
3,8 ml
= 1,336 gr/ml

Tabel B.2 Hasil perhitungan analisa densitas


Densitas Sampel
Sampel No. Waktu (menit) Massa Sampel (gr)
(gr/ml)
0 7 4,48 1,27
1 14 4,98 1,31
2 21 5 1,315
3 28 5 1,315
4 35 5,01 1,318
5 42 5,03 1,323
6 49 5,05 1,328
7 56 5,05 1,328
8 63 5,08 1,336

B.3 Analisa Viskositas


1. Analisa Sampel Nomor 0
k (air) = 0,60 sekon
t sampel nomor 0 = 0,06 sekon
34

densitas sampel
Sg sampel nomor 0 =
densitas air
1,27
=
1
= 1,27
µ sampelnomor 0 = k × sg sampel nomor 0 × t
= 0,60 × 1,27 × 0,06
= 0,045 cP

2. Analisa Sampel Nomor 1


k (air) = 0,60 sekon
t sampel nomor 1 = 0,60 sekon
densitas sampel
Sg sampel nomor 1 =
densitas air
1,31
=
1
= 1,31
µ sampelnomor 1 = k × sg sampel nomor 1 × t
= 0,60 × 1,31 × 0,60
= 0,471 cP

3. Analisa Sampel Nomor 2


k (air) = 0,60 sekon
t sampel nomor 2 = 0,68 sekon
densitas sampel
Sg sampel nomor 2 =
densitas air
1,315
=
1
= 1,315
µ sampelnomor 2 = k × sg sampel nomor 2 × t
= 0,60 × 1,315 × 0,68
= 0,536 cP

4. Analisa Sampel Nomor 3


35

k (air) = 0,60 sekon


t sampel nomor 3 = 0,68 sekon
densitas sampel
Sg sampel nomor 3 =
densitas air
1,315
=
1
= 1,315
µ sampelnomor 3 = k × sg sampel nomor 3 × t
= 0,60 × 1,315 × 0,68
= 0,536 cP

5. Analisa Sampel Nomor 4


k (air) = 0,60 sekon
t sampel nomor 4 = 0,70 sekon
densitas sampel
Sg sampel nomor 4 =
densitas air
1,318
=
1
= 1,318
µ sampelnomor 4 = k × sg sampel nomor 4 × t
= 0,60 × 1,318 × 0,70
= 0,553 cP

6. Analisa Sampel Nomor 5


k (air) = 0,60 sekon
t sampel nomor 5 = 0,74 sekon
densitas sampel
Sg sampel nomor 5 =
densitas air
1,323
=
1
= 1,323
µ sampelnomor 5 = k × sg sampel nomor 5 × t
= 0,60 × 1,323 × 0,74
= 0,587 cP
36

7. Analisa Sampel Nomor 6


k (air) = 0,60 sekon
t sampel nomor 6 = 0,75 sekon
densitas sampel
Sg sampel nomor 6 =
densitas air
1,328
=
1
= 1,328
µ sampelnomor 6 = k × sg sampel nomor 6 × t
= 0,60 × 1,328 × 0,75
= 0,597 cP

8. Analisa Sampel Nomor 7


k (air) = 0,60 sekon
t sampel nomor 7 = 0,80 sekon
densitas sampel
Sg sampel nomor 7 =
densitas air
1,328
=
1
= 1,328
µ sampelnomor 7 = k × sg sampel nomor 7 × t
= 0,60 × 1,328 × 0,80
= 0,637 cP

9. Analisa Sampel Nomor 8


k (air) = 0,60 sekon
t sampel nomor 8 = 0,80 sekon
densitas sampel
Sg sampel nomor 8 =
densitas air
1,336
=
1
= 1,336
µ sampelnomor 8 = k × sg sampel nomor 8 × t
= 0,60 × 1,336 × 0,80
37

= 0,641 cP

Tabel B.2 Hasil perhitungan analisa viskositas


Sampel No. Waktu (menit) Waktu Alir (sekon) Viskositas (cP)
0 7 0,06 0,045
1 14 0,60 0,471
2 21 0,68 0,536
3 28 0,68 0,536
4 35 0,70 0,553
5 42 0,74 0,587
6 49 0,75 0,597
7 56 0,80 0,637
8 63 0,80 0,641

B.3 Analisa pH
1. Analisa Sampel Nomor 0
Nilai pH = 11 yang menandakan larutan bersifat basa.
2. Analisa Sampel Nomor 1
Nilai pH = 11 yang menandakan larutan bersifat basa.
3. Analisa Sampel Nomor 2
Nilai pH = 12 yang menandakan larutan bersifat basa.
4. Analisa Sampel Nomor 3
Nilai pH = 12 yang menandakan larutan bersifat basa.
5. Analisa Sampel Nomor 4
Nilai pH = 12 yang menandakan larutan bersifat basa.
6. Analisa Sampel Nomor 5
Nilai pH = 12 yang menandakan larutan bersifat basa.
7. Analisa Sampel Nomor 6
Nilai pH = 12 yang menandakan larutan bersifat basa.
8. Analisa Sampel Nomor 7
Nilai pH = 12 yang menandakan larutan bersifat basa.
9. Analisa Sampel Nomor 8
Nilai pH = 12 yang menandakan larutan bersifat basa.
Tabel B.3 Hasil Analisa pH
38

Sampel No. pH Sifat


0 11 Basa
1 11 Basa
2 12 Basa
3 12 Basa
4 12 Basa
5 12 Basa
6 12 Basa
7 12 Basa
8 12 Basa
B.4 Analisa Kadar Formaldehid Bebas
1. AnalisaSampel Nomor 0
Volume Titrasi = 1,4 ml
3 × volume titrasi × N HCl
Kadar Formaldehida Bebas =
volume sampel
3 × 1,4 ml × 0,5 N
=
10 ml
= 0,21gr

2. AnalisaSampel Nomor 1
Volume Titrasi = 1,4 ml
3 × volume titrasi × N HCl
Kadar Formaldehida Bebas =
volume sampel
3 × 1,4 ml × 0,5N
=
10 ml
= 0,21 gr

3. AnalisaSampel Nomor 2
Volume Titrasi = 1,2 ml

3 × volume titrasi × N HCl


Kadar Formaldehida Bebas =
volume sampel
3 × 1,2 ml × 0,5 N
=
10 ml
= 0,18 gr

4. AnalisaSampel Nomor 3
Volume Titrasi = 1,2 ml
39

3 × volume titrasi × N HCl


Kadar Formaldehida Bebas =
volume sampel
3 × 1,2 ml × 0,5 N
=
10 ml
= 0,18 gr
5. AnalisaSampel Nomor 4
Volume Titrasi = 1 ml
3 × volume titrasi × N HCl
Kadar Formaldehida Bebas =
volume sampel
3 × 1 ml × 0,5 N
=
10 ml
= 0,15 gr

6. AnalisaSampel Nomor 5
Volume Titrasi = 0,9 ml
3 × volume titrasi × N HCl
Kadar Formaldehida Bebas =
volume sampel
3 × 0,9 ml × 0,5 N
=
10 ml
= 0,135 gr
7. AnalisaSampel Nomor 6
Volume Titrasi = 0,9 ml
3 × volume titrasi × N HCl
Kadar Formaldehida Bebas =
volume sampel
3 × 0,9 ml × 0,5 N
=
10 ml

= 0,135 gr

8. AnalisaSampel Nomor 7
Volume titrasi = 0,8 ml
3 × volume titrasi × N HCl
Kadar Formaldehid Bebas =
volume sampel
3 × 0,8 ml × 0,5 N
=
10 ml
40

= 0,12 gr

9. Analisa Sampel Nomor 8


Volume titrasi = 0,75 ml
3 × volume titrasi × N HCl
Kadar Formaldehid Bebas =
volume sampel
3 × 0,75 ml × 0,5 N
=
10 ml
= 0,1125 gr

Tabel B.4 Hasil Perhitungan Analisa Kadar Formaldehid Bebas


Volume Titrasi Kadar Formaldehid
Sampel No. Waktu (menit)
(ml) Bebas (gr)
0 7 1,4 0,21
1 14 1,4 0,21
2 21 1,2 0,18
3 28 1,2 0,18
4 35 1 0,15
5 42 0,9 0,135
6 49 0,9 0,135
7 56 0,8 0,12
8 63 0,75 0,1125
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT

No Gambar Alat Fungsi Alat

Neraca Digital

Untuk menimbang bahan kimia


1
dengan ketelitian hingga 4 digit.

Erlenmeyer

2 Tempat membuat larutan.

41
42

Corong

Memasukkan atau memindahkan


3 larutan dari satu tempat ketempat
lain.

Piknometer

Digunakan untuk mengukur nilai


4
massa jenis atau densitas fluida

Alat Penangas

Menciptakan suhu yang konstan


5 dan digunakan untuk inkubasi pada
analisis mikrobiologi
43

Labu Leher Tiga

Digunakan dalam proses destilasi.


Pada masing-masing leher adalah
tempat untuk memasukkan bahan
6 kimia yang akan di destilasi dan
satunya lagi untuk jalan uap cairan
yang akan dilewatkan pada gelas
pendingin

Pipet Volume

Untuk mengambil larutan dengan


7
jumlah tertentu dan tepat

Gelas Beaker

Tempat untuk menyimpan


8
membuat larutan
44

Pipet Tetes

Untuk mengambil larutan dengan


9
jumlah kecil berupa tetesan

Gelas Ukur

10 Untuk mengukur volume larutan.


45

Viskometer

Digunakan untuk mengukur


11
viskositas fluida

Thermometer

12 Mengukur suhu

Buret

Digunakan untuk titrasi, tapi pada


keadaan tertentu dapat pula
13
digunakan untuk mengukur volume
suatu larutan.
46

Untuk mengambil bahan-bahan


Pengaduk (Spatula)
kimia dalam bentuk padatan. Untuk
zat-zat yang bereaksi dengan logam
14 digunakan spatula plastik.
Sedangkan zat-zat yang tidak
bereaksi dengan logam dapat
digunakan spatula logam.

Anda mungkin juga menyukai