Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH TEKNOLOGI KARET

BAHAN ADITIF KARET

Disusun oleh :

Kelompok 2

Syahid Musthafa Daulay 1407111240


Muhammad Iqbaal Arif Mirda 1707111277
Riska Wulandari 1707122959
Siti Arumnika 1707113836

Dosen pembimbing : Dr. Ir. Bahruddin, MT

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan
makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu tugas pada mata
kuliah Teknologi Karet dengan judul “Bahan Aditif Karet”.
Terima kasih disampaikan kepada bapak Dr.Bahruddin. MT selaku dosen
mata kuliah Teknologi Karet yang telah membimbing dan memberikan kuliah
kepada kami dengan sangat sabar dan baik.
Demikianlah makalah ini disusun semoga bermanfaat agar dapat memenuhi
tugas mata kuliah Teknologi Karet.

Pekanbaru, September 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii
TAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv
BAB II BAHAN ADITIF KARET ................................................................ 1
2.1 Pendahuluan ...................................................................................... 1
2.1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
2.1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 2
2.1.3 Tujuan .................................................................................. 2
2.3 Tanaman Karet.................................................................................. 3
2.4 Pengertian Bahan Aditif ................................................................... 4
2.5 Bahan Aditif Karet ............................................................................ 4
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 18

ii
DAFRAT TABEL

Tabel 2.1 Ukuran dan Struktur Carbon Black serta Pengaruh Ukuran dan
Stuktur Terhadap Sifat Kompon ...................................................... 13
Tabel 2.2 Pengaruh Ukuran Struktur Terhadap Sifat Kompon ....................... 13

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sunproof dan Wingstay. L .......................................................... 6


Gambar 2.2 Produk Antiozon ......................................................................... 8

iv
BAB II
BAHAN ADITIF KARET

2.1 Pendahuluan
2.1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki perkebunan karet
paling luas didunia. Sebagian karet alam tersebut di ekspor dalam bentuk bahan
baku karena industri barang-barang dari karet dalam negeri belum berkembang
dengan baik. Peningkatan konsumsi karet alam di dalam negeri dapat dipacu
melalui pengembangan industri barang jadi lateks (BJL), mengingat komponen
karet di dalam barang jadi lateks sangat dominan. Hingga saat ini secara global
industri barang jadi lateks baru mengkonsumsi sekitar 8% dari produksi karet alam
dunia, sedangkan secara domestik industri barang jadi lateks saat ini menyerap
sekitar 17% dari konsumsi karet alam dalam negeri (Akademi Teknologi Kulit
Yogyakarta, 2008)
Secara umum zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada karet selama
proses produksi untuk maksud tertentu. Penambahan zat aditif dalam proses
pembuatan kompon karet berdasarkan pertimbangan agar mutu dan kestabilan
karet semakin bagus dan tetap terjaga. Penambahan zat aditif ini juga untuk
mempertahankan kualitas karet yang mungkin rusak atau hilang selama proses
pengolahan. Pembuatan kompon karet adalah suatu ilmu yang kompleks dan
multidisiplin dalam cara memilih dan mencampuran kombinasi dari elastomer yang
tepat dan bahan lainnya untuk memenuhi kinerja, proses manufaktur, lingkungan,
dan biaya yang dibutuhkan agar barang jadi karet dapat dibuat dan diperdagangkan.
Kompon karet adalah campuran karet mentah dengan bahan-bahan kimia yang
belum divulkanisasi. Proses pembuatan kompon adalah pencampuran antara karet
mentah dengan bahan kimia karet (bahan aditif) (Abednego, 1979)
Karet mentah dapat berupa karet alam maupun karet sintetis yang
mempunyai sifat berbeda - beda satu dengan yang lainnya. Bahan kimia yang
digunakan untuk meningkatkan sifat fisis karet dalam pembuatan kompon adalah
bahan filler ( bahan pengisi ), Anti oksidan, bahan activator dan bahan kimia
lainnya. Dalam penelitian ini dibutuhkan variasi komposisi kompon yang di gesek

1
kan dengan lintasan semen untuk memperoleh hasil yang diingikan
(Abednego,1979).

2.1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian bahan aditif?
2. Apakan jenis-jenis bahan aditif yang digunakan pada proses pengolahan
karet?
3. Apakah fungsi bahan aditif pada proses pengolahan karet ?
2.1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian bahan aditif.
2. Menjelaskan jenis-jenis bahan aditif yang digunakan pada proses
pengolahan karet.
3. Menjelaskan fungsi bahan aditif pada proses pengolahan karet.

2
2.2 Tanaman Karet
Karet merupakan suatu polimer isoprene dan juga merupakan hidrokarbon
dengan rumus umum monomer (C5H8)n. Zat ini umumnya berasal dari getah
berbagai tumbuh-tumbuhan di daerah panas, terutama dari pohon karet. Getah ini
diperoleh setelah dilakukan pengerjaan pada pohon karet yaitu, pohon karet yang
telah cukup umur di deres batangnya, sehingga getahnya keluar, getah yang keluar
inilah sering disebut dengan lateks (karet alam). Kemudian diolah menjadi
berbagai macam produk karet.Tanaman karet (Hevea Brasiliensis) merupakan
tanaman perkebunan yang bernilai ekonomis tinggi. Tanaman tahunan ini dapat
disadap getah karetnya pertama kali pada umur tahun ke-5. Dari getah tanaman
karet (lateks) tersebut bisa diolah menjadi lembaran karet (sheet), bongkahan
(kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri
karet. Kayu tanaman karet, bila kebun karetnya hendak diremajakan, juga dapat
digunakan untuk bahan bangunan, misalnya untuk membuat rumah, furniture dan
lain-lain (Purwanta dkk., 2008).
Karet merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, khususnya
Brasil. Sebelum dipopulerkan sebagai tanaman budidaya yang dikebunkan secara
besar-besaran, penduduk asli Amerika Selatan, Afrika, dan Asia sebenarnya telah
memanfaatkan beberapa jenis tanaman penghasil getah. Karet masuk ke Indonesia
pada tahun 1864, mula-mula karet ditanam di kebun Raya Bogor sebagai tanaman
koleksi. Dari tanaman koleksi karet selanjutnya dikembangkan ke beberapa daerah
sebagai tanaman perkebunan komersial (Setiawan dan Andoko, 2005).
Prospek industri karet masih terbuka luas sejalan dengan bergesernya
konsumsi karet dunia dari Eropa dan Amerika ke Asia. Untuk itu, industri karet
harus mampu berproduksi maksimal apalagi pasokan karet domestik semakin besar
pascapembatasan ekspor. Indonesia memiliki areal karet paling luas di dunia, yaitu
3,4 juta ha dengan produksi karet per tahun 2,7 juta ton. Meski begitu,
produktivitasnya hanya 1,0 ton/ha, lebih rendah daripada Malaysia (1,3 ton/ha) dan
Thailand (1,9 ton/ha). Produksi karet di Indonesia, Thailand, dan Malaysia
berkontribusi 85% dari total produksi dunia. Namun, Indonesia memiliki
kesempatan paling besar untuk memimpin industri karet dunia. Harga karet dunia
saat ini masih mengalami tekanan akibat turunnya permintaan. Oleh karena itu, tiga

3
negara utama produsen karet alam bersepakat menahan penurunan harga dengan
mengurangi ekspor sejak Agustus lalu. Artinya pasokan karet di dalam negeri akan
semakin melimpah (Kemenperin, 2012).
Tanaman karet termasuk dalam famili Euphorbiacea, disebut dengan nama lain
rambung, getah, gota, kejai ataupun havea.
Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut:
Devisio : Spermatophyta
Subdevisio : Angiospermae
Klas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Havea
Spesies : Havea brasiliensis

2.3 Pengertian Bahan Aditif


Bahan aditif karet adalah zat-zat yang ditambahkan selama proses produksi,
pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu.

2.5 Bahan Aditif Karet


Pembuatan kompon karet adalah suatu ilmu yang kompleks dan
multidisiplin dalamcara memilih dan mencampuran kombinasi dari elastomer yang
tepat dan bahanlainnya untuk memenuhi kinerja, proses manufaktur, lingkungan,
dan biaya yangdibutuhkan agar barang jadi karet dapat dibuat dan diperdagangkan.
Ada berbagai jenis elastomer dan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam membuat
barang jadi karet, yang mencakup semua jenis berikut produk, seperti: ban, ban
dalam, ban vulkanisir, alaskaki, karet gulungan, selang, sabuk, weather
stripping , O-ring , segel , diafragma,perpipaan, sarung tangan karet dan lateks, bola
dalam, peralatan medis, bemper, danbarang produk barang jadi karet lainnya.

4
Bahan baku untuk pembuatan kompon umumnya dipilih dalam urutan sebagai
berikut:

1) polimer (karet alam atau sintetis)

2) bahan pengisi atau memperkuat agen

3) antioksidan dan antiozonan

4) plasticizer atau minyak

5) bonding agent atau perekat (jika diperlukan)

6) tackifer (jika diperlukan)

7) sistem untuk vulkanisasi (bahan curing , akselerator, bahan pembantu)

Bahan aditif yang digunakan untuk pembuatan kompon karet umumnya


terdiri dari:
a. Antioksidan
Fungsi bahan antioksidan adalah memperlambat pengerusakan pada produk
barang jadi karet. Penambahan bahan antioksidan diperlukan karena kadar
antioksidan alam dari karet cukup rendah, akibatnya dapat menyebabkan karet
mudah lengket, keras, retak-retak dan rapuh.
Antioksidan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah oksidasi
(mencegah reaksi dengan oksigen) pada produk karet. Zat – zat tersebut mempunyai
tujuan untuk mencegah barang– barang karet menjadi usang atau dengan perkataan
lain untuk memperpanjang daya tahan dari barang – barang tersebut. Antioksidan
berfungsi mencegah atau mengurangi kerusakan produk plastik karena pengaruh
oksidasi yang dapat menyebabkan pemutusan rantai polimer (Kelingensmith,
1982)
Bahan yang digunakan sebagai antioksidan pada karet alam atau merk
dagang dari antioksidan sendiri adalah sunproof dan wingstay L. Fungsi bahan ini
adalah untuk melindungi benang karet dari kerusakan karena pengaruh oksigen
maupun ozon yang terdapat di dalam udara.

5
Gambar 2.1 Sunproof dan Wingstay. L

Komposisi antioksidan terdiri dari dua, yaitu antioksidan alam dan


antioksidan sintetik, yang termasuk antioksidan alam antara lain turunan fenol,
koumarin, hidroksi sinamat, tokoferol, difenol, nonfenol, kathekin, dan asam
askorbat. Antioksidan sintetik antara lain butyl hidroksianisol, butyl
hidroksitoluen, propil gallat dan etoksiquin. Berdasarkan PERMENKES No.722
tahun 1988, antioksidan yang diizinkan penggunaannya adalah Asam askorbat,
asam eritorbat, askorbil palmitat, askorbil stearat, butyl hidroksianisol (BHA), butyl
hidroksitoluen (BHT), butyl hidrokinon, Phenil-Beta-Naphthyl-amine (PBN), MB
4010. Contoh bahan antioksidan adalah:
1. Fenol

Asam Karbol, lebih sering disebut fenol, adalah senyawa karbon, hidrogen dan
oksigen dengan rumus kimia C6H5OH. Enam atom karbon disusun dalam bentuk
cincin, dengan gugus hidroksil (OH) terikat satu atom karbon dan atom hidrogen
terikat pada masing-masing lima lainnya. Struktur cincin ini dikenal sebagai cincin
benzena – dinamai senyawa benzena, yang memiliki struktur yang sama, tetapi
dengan atom hidrogen terikat pada semua enam atom karbon. Fenol murni adalah
kristal berwarna solid yang meleleh pada 107,6 ° F (42 ° C) dan sedikit larut dalam
air.

6
Sifat- sifat dari fenol yaitu fenol yang murni berupa hablur yang tidak
berwarna, sedikit larut dalam air, sedangkan larutannya dalam air bersifat sebagai
asam lemah, karena mengalami oksidasi,Senyawa fenol ini seperti halnya alkohol,
dapat dijadikan senyawa eter maupun ester,dalam senyawa fenol terdapat gugus-
OH yang terikat pada atom C yang berikatan rangkap,atom H dari inti benzene
dalam fenol lebih mudah diganti (disubtitusi) dengan atom atau gugus lain, dari
pada atom H dalam inti benzene saja.Penggunaan fenol yaitu digunakan sebagai
dis-infektan (antiseptik),untuk pembuatan asam pikrat, asam salisilat,sebagai
pewarna dan resin sitesis,dan digunakan untuk pembuatan obat-obatan (bagian dari
produksi aspirin, pembasmi rumput liar, dan turunan fenol berfungsi dalam
pembuatan kompon karet sebagai bahan antioksidan untuk memperlambat
pengerusakan pada produk barang jadi karet.

2. Waxes

Waxes berfungsi untuk mencegah proses aging yang disebabkan oleh sinar
matahari dan ozon.

b. Antiozonan
Fungsi bahan ini untuk melindungi karet dari kerusakan karena pengaruh
oksigen maupun ozon yang terdapat di udara. Bahan kimia ini biasanya juga tahan
terhadap pengaruh ion – ion tembaga, mangan, dan besi. Selain itu, juga mampu
melindungi terhadap suhu tinggi, retak- retak, dan lentur. Antiozonants mencegah
retaknya dinding samping akibat cahaya matahari dan ozon, bahan tekstil,
memperkuat kerangka pada ban (Nijasure, 1997)
Bahan yang digunakan atau sebagai antiozonan pada karet alam atau
merk dagang dari antiozonan sendiri adalah :
1. Vulkanox HS/LG
2. Flectol TMQ,
3. Naugard Q,
4. Paraffine Wax.
Fungsi bahan ini adalah sebagai bahan pelindung karet dari kerusakan
akibat pengaruh oksidasi dan ozon. Adapun komponen dalam antiozon yang paling
banyak digunakan adalah turunan parafenilen diamina. Jenis wax atau lilin bisa juga

7
membantu melindungi karet dalam kondisi statis terhadap ozon. Karet yang dinamis
tidak dapat dilindungi dengan paraffin wax karena ikatannya dengan permukaan
karet tidak kuat. Untuk karet yg dinamis sepeti ban, perlu dilindungi dengan
microcrystalline wax.

Gambar 2.2 Produk Antiozon

c. Bahan pemercepat (Accelerator)


Fungsi Accelerator adalah untuk mempercepat / mengurangi waktu
untuk proses vulkanisasi dan dapat mengurangi bahan vulkanisasi yang digunakan.
Hampir semua bahan pencepat memerlukan Oksida metal (terutama ZnO) dan asam
stearat untuk aktifitas penuh dan kelarutan dalam karet (Nola, 2001).
Bahan-bahan atau merk dagang yang digunakan sebagai bahan pemercepat
ini antara lain seperti N-Cyclohexyl-2-benzothiazylsulfenamide (CBS) dan
Benzothiazyl-2-sulfen morpholide (MBS).
Klasifikasi accelerator berdasarkan struktur kimia karena terlalu banyak.
beberapa contoh yang populer:
1. Bahan Pencepat Thiazoles (Cepat-sedang)
Populer untuk mech. rubber good, ban sepeda, ban dalam, sepatu, contoh:
1) 2-Mercptobenzothiazole (MBT)
2) Dibenzothiazyl disulfida (MBTS), dismping itu, sbg retarder untuk karet CR
2. Bahan Pencepat Sulfenamida (Cepat-ditunda)

8
Populer untuk barang yg akan mengalami ‘heavy dynamic stresses’ seperti ban,
conveyor belts dll. Contoh:
1) N-Cyclohexyl-2-benzothiazylsulfenamide (CBS)
2) Benzothiazyl-2-sulfen morpholide (MBS)
3) Benzothiazyl-2-dicyclohexyl sulfenamide (DCBS)

3. Bahan Pencepat Thuram (Cepat)


Populer untuk Steam joints, stem hose, hot water bottles, food contact dan
booster untuk thiazol dan sulfenamida. Contoh:
1) Tetrmetiltiuram disulfida (TMTD)
2) Tetrametiltiuram monosulfida (TMTM)
3) Tetraetiltiuram disulfida (TETD)

d. Bahan pemvulkanisasi

Sistem vulkanisasi / vulkanisir sangat mempengaruhi sifat fisik dan sifat


pengusangan barang karet. Mutu produk karet baik yang dapat memenuhi
spesifikasi yang disyaratkan dapat dihasilkan dengan mempelajari dan
menggunakan sistem vulkanisasi / vulkanisir yang tepat.
Karakterisasi vulkanisasi memberikan informasi mengenai waktu pravulkanisasi,
waktu pemasangan, laju vulkanisasi dan modulus torsi untuk
sistem vulkanisasi yang diberikan pada suhu pemasakan yang diinginkan.

Meskipun dalam beberapa hal, kadar bahan yang terlibat langsung dalam
proses vulkanisasi / vulkanisir tidak lebih dari 0.5-5% berat keseluruhan
pencampuran, vulkanisasi menjadi kunci keseluruhan teknologi karet. Dan proses
vulkanisasi memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan sifat fisik
dan sifat kimia yang diinginkan. Dalam proses vulkanisasi ini sifat karet yang pada
awalnya plastis berubah menjadi elastis, mantap dan kuat dengan cara
menambahkan sejumlah aditif (bahan tambahan) dalam vulkanisasi elastomer.

Pembentukan ikatan silang belerang antara belerang dan accelerator adalah


sistem vulkanisasi yang paling banyak digunakan dalam industri barang jadi karet.
Sistem yang dipakai untuk membentuk ikatan silang yang dijembatani oleh atom

9
belerang antara lain sistem donor belerang, sistem konvensional, semi efisien, dan
sistem efisien. Sistem vulkanisasi tanpa belerang adalah dengan uretan, peroksida,
amina, resin khusus, atau iradiasi yang digunakan spesifik untuk elastomer khusus
atau elastomer umum untuk mendapatkan sifat khusus.

Vulkanisasi / vulkanisir dikenal juga dengan istilah “cure” merupakan


proses pengaplikasian tekanan panas terhadap campuran elastomer dan bahan kimia
untuk menurunkan plastisitas dan meningkatkan elastisitas, kekuatan, dan
kemantapan. Curing menyebabkan molekul karet yang panjang dan saling terkait
diubah menjadi struktur 3 (tiga) dimensi melalui pembentukan crosslinking antara
molekul. Bahan kimia ini dikenal dengan istilah curing agent.

Bahan yang pertama kali dan terutama dipakai untuk vulkanisasi / curing
agent adalah belerang (sulfur). Selain untuk vulkanisasi karet alam, belerang juga
digunakan untuk vulkanisasi karet sintetis jenis SBR, NBR, BR, IR, dan EPDM.
Selain belerang bahan- bahan seperti damar fenolik, peroksida organik, radiasi sinar
gamma, serta uretan juga dapat digunakan (Tim penulis, 1992).

Crosslinking akan terbentuk lebih cepat jika sulfur dikombinasikan dengan


bahan accelerator dan bahan lainnya. Bahan lain yang dapat dipakai sebagai curing
agent untuk menghasilkan karet vulkanisir dengan membentuk crosslinking sulfur
misalnya sulfur donor seperti TMTD (tetramethylhiuram disulfide) atau DTDM
(4,4-dithiodimorpholine).

Untuk vulkanisasi karet jenuh dan karet tidak jenuh digunakan peroksida,
sedangkan untuk vulkanisasi kloropren, fluorokarbon, bromobutil, dll digunakan
ZnO dan MgO (metal oksida).

Bahan kimia lain yang digunakan dalam proses vulkanisir karet dikenal
dengan istilah accelerator. Penggunaan accelerator bertujuan mengontrol
mulainya vulkanisasi, laju vulkanisasi belerang. Bahan kimia yang digunakan
sebagai accelerator ini jumlahnya sedikit dan digunakan bersama belerang untuk
mempercepat proses vulkanisasi. Untuk meningkatkan curing rate (laju
pematangan) ditambahkan activator ke dalam sistem vulkanisasi. Kombinasi ZnO

10
dan Asam Stearat umumnya dipakai sebagai activator di dalam
sistem vulkanisasi yang menggunakan belerang.

Bahan penting lain adalah retarder, merupakan bahan kimia yang digunakan
untuk menunda waktu pra-vulkanisasi atau mencegah
terjadinya vulkanisasi prematur. Retarder ini biasanya disebut PVI
(prevulcanization inhibitor), yang mana tidak mempengaruhi laju vulkanisasi,
hanya menghambat tahap awal proses vulkanisasi.

e. Bahan penggiat (activator)

Bahan ini digunakan untuk menggiatkan kerja dari bahan pencepat. Bahan
pengiat yang umum dipakai adalah ZnO dan asam stearat. Seng oksida adalah
suatu senyawa anorganik dengan rumus kimia ZnO.

ZnO merupakan bubuk putih yang tidak larut dalam air, dan senyawa ini
banyak digunakan sebagai aditif dalam berbagai material dan produk
termasuk karet, plastik, keramik, kaca, semen, pelumas, cat, minyak
gosok, perekat, penutup, pigmen, makanan, baterai, ferit, pemadam api, dan perban
pertolongan pertama. Meskipun terdapat di alam sebagai mineral zincite, sebagian
seng oksida diproduksi secara sintetis. ZnO murni berbentuk serbuk putih, tapi di
alam ia terdapat sebagai mineral langka zincite, yang biasanya
mengandung mangan dan ketidakmurnian lainnya yang menimbulkan warna
kuning hingga warna merah.

Asam stearat, atau asam oktadekanoat, adalah asam lemak jenuh yang mudah
diperoleh dari lemak hewani serta minyak masak. Wujudnya padat pada suhu ruang,
dengan rumus kimia CH3(CH2)16COOH. Kata stearat berasal dari
bahasa Yunani stear, yang berarti "lemak padat" (Ing. tallow). Asam stearat
diproses dengan memperlakukan lemak hewan dengan air pada suhu dan tekanan
tinggi.

Asam ini dapat pula diperoleh dari hidrogenasi minyak nabati. Titik lebur
asam stearat 69.6 °C dan titik didihnya 361 °C. Reduksi asam stearat
menghasilkan stearil alkohol. Dalam bidang industri asam stearat dipakai sebagai
bahan pembuatan lilin, sabun, plastik, kosmetika, dan untuk melunakkan karet.

11
f. Bahan antidegradant

Bahan anti degredant adalah bahan kimia yang berfungsi sebagai anti
ozonan dan anti oksidan yang melindungi bahan jadi karet dari pengusangan dan
peningkatan usia penggunaaanya. Bahan yang sering digunakan antara lain:
wax(anti ozonan) senyawa amina dan senyawa turunana fenol(ionol)

Antidegradant dignakan dalam kompon untuk melindungi kompon karet


trhadap kerusakan yang ditimbulkan oleh osigen , ozon cahaya matahari, katais
logam dan benturan mekanik. Anti degradant dapat dapat melindungi barang jadi
aret dari pengusangan dan peningkatan usia penggunaannya ( life time) wax dapat
digunakan bersama-sama dengan antiozzonan melindungi karet dari ozon, wax
bermanfaat untk gerak statis dan anti ozonan dari senyawa amina untuk gerak
dinamis. Semyawa amina mudah migrasi dan meninggalkan bercak warna (stain)
jika bersentuhan, selain baik sebagai znti ozonan juga sebagai anti flek dan anti
oksidan barang jadi karet yang berwarna gelap. Anti degradant dari senyawa fenol
baik digunakan utuk barang jadi karet yang berwarna jernih atau putih. Penggunaan
bahan anti degradat pada umumnya berkisar 1-2 phr

g. Bahan pengisi (filler)


Bahan pengisi ditambahkan ke dalam komponen karet dalam jumlah besar
dengan tujuan meningkatkan sifat fisik dan memperbaiki karakteristik pengolahan
tertentu dan menekan biaya produksi. Pemilihan bahan pengisi merupakan tahap
ketiga terpenting dalam penyususnan kompon stelah pemilihan Janis karet dan
system vulkanisasi. Bahan pengisi penguat sangat berpengaruh terhadap sifat fisik
barang jadi karet dan pengolahanya. Ukuran partikel dan struktur karbon black
sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat fisik dan pengolahan kompon.

12
Tabel 2.1 Ukuran dan Struktur Carbon Black serta Pengaruh Ukuran dan Stuktur
Terhadap Sifat Kompon
klasifikasi Indeks ukuran partikel Indeks stuktur
N220(ISAF) 22 114
N330 HAF 27 102
N550 FEF 41 121
N762 SRF-LM 75 62
N990 MT 250 42

Tabel 2.2 Pengaruh Ukuran Struktur Terhadap Sifat Kompon


Sifat kompon ukuran partikel struktur
Kekerasan Naik Naik
Kuat tarik Naik Variable
Modulus Tak berpengaruh Naik
Perpanjangan putus Tak berpengaruh Turun
Resilience Turun Naik
Dispersibility Turun Tak berpengaruh
Kemantapan dimensi Tak berpengaruh Naik
Extrusion shrinkage dan die well Tak berpengaruh Turun
Dari kedua tabel tersebut diketahui bahwa derajad penguatan maningkat
dengan makin mengecilnya ukuran. Makin halus ukuran bahan pengisi makin besar
energy yang diperlukan untuk mendisperdikannya ke dalam karet, maka makin
sukar diolah. Ukuran partikel bahan pengisi memegang peranan penting pada kuat
tarik kompon. Carbon black dengan ukuran partikel kcil membrikan kuat tarik
tertinggi pada penambahan optimum. Modulus merupakan fungsi utama dari
ukuran, sruktur dan banyaknya penambahan karbon nlack. Makin meningkat
struktur carbon black makin tingi modulus dan akan meningkat lagi jika pemakaian
karbon black bertambah. Perpanjangan putus mirip modulus, merupakan fumgsi
dari struktur karbon black, tapi struktur yang makin tingi membrikan perpanjangan
putus yang rendah. Makin banyak carbon black struktur tinggi yang ditambahkan
perpanjangan putus makin turun.

13
Kompon yang mengandung karbon black berukuran partikel besar sperti
N990(MT mempunyai perpanjangan putus yang terbaik dan tidak dipengaruhi oleh
meningkatnya penambahan. Ukuran partikel yang besar meningkatkan scorh,
sedang struktur tinggi dan ukuran partilek yang kecil menurunkan ketahanan scorh.

Sedangkan bahan pengisi non-black dapat dibagi menjadi 3


kelompoksbagai barikut:

1. Penguat misalnya silica


2. Bukan penguat misalnya kalsium karbonat(whiting dan titanium oksida
3. Semi penguat misalnya kaolin( clay

Silica mempunyai keasaman yang tinggi sehingga menghamnbat


vulkanisasi, diperlukan pencepat lebih banyak dan bahan tambahan seperti senyawa
amina, glycol dan coupling agent sepeti silane. Silane harus ditambahkan kedalam
karet sebelum bahan lain ditambahkan kdalam karet sebelum bahan lain
ditambahkan, jika tidak fungsinya sebagai coupling agent akan hilang. Pengolahan
karet dengan pengisi silica diperlukan suhu lebih tinggi untuk mengurangi uap air
karena silica bersifat higroskopis. Kalsim karbonat mempunyai ukuran partikel
yang besar dan bersifat tidak memperkuat. Titanium dioksida dapat meningkatkan
warna putih. Kaolin dapat meningkatkan sedikit ketahanan abrasi dan modulus.
Pada jenis yang keras mempunyai kemampuan reinforcing lebih besar dri pada yang
lunak. Kaolin dapat membantu ekstusi dalam hal kelancaran dan kehalusan. Kaolin
yang keras dapat menghindari penyusutan dimensi(shrinkage).

Bahan Pengisi Ada dua macam bahan pengisi dalam proses pengolahan karet
antara lain :

1. Bahan pengisi yang tidak aktif.


Yang hanya menambah kekerasan dan kekakuan pada karet yang dihasilkan,
tetapi kekuatan dan sifat lainnya menurun. Biasanya bahan pengisi tidak aktif lebih
banyak digunakan untuk menekan harga karet yang dibuat karena bahan ini
berharga murah, contohnya kaolin, tanah liat, kalsium karbonat, magnesium
karbonat, barium sulfat dan barit.

14
2. Bahan pengisi aktif atau bahan pengisi yang menguatkan.
Contohnya karbon hitam, silika, aluminium silikat, dan magnesium silikat.
Bahan ini mampu menambah kekerasan, ketahanan sobek, ketahanan kikisan, serta
tegangan putus yang tinggi pada karet yang dihasilkan. Kadang-kadang bahan
pengisi aktif dan tidak aktif diberikan dalam campuran sebagai alternatif
penghematan biaya ( Tim Penulis, 1997).
Adapun ukuran dari partikel dari bahan pengisi ini adalah :
a. Netral : 2-10µ

b. Memperkuat : 0,1-0,4µ

Yang pasti adalah derajat keaktifan atau derajat memperkuat ini berhubungan
dengan :
a. Besarnya partikel-partikel Makin kecil bahan pengisi, makin besar
khasiatnya
b. Jenis permukaan dari partikel bahan pengisi yang kecil.
c. Bentuknya, ini mungkin bulat atau persegi panjang (Rubber Stichting, 1983).

h. Bahan pelunak (softener)


Bahan pelunak adalah bahan pelunak yang berfungsi untuk melunakkan
karet mentah agar mudah diolah menjadi kompon karet. Jenis bahan pelunak antara
lin jenis aromatik, naften, parafin, ester dan sebagainya.

Senyawa aromatik adalah senyawa hidrokarbon dengan ikatan tunggal dan


ikatan rangkap diantara atom-atom karbonnya .Benzena adalah senyawa organik
dengan rumus molekul C6H6. Benzena tersusun atas 6 buah atom karbon yang
bergabung membentuk sebuah cincin, dengan satu atom hidrogen yang terikat
pada masing-masing atom. Karena hanya terdiri dari atom karbon dan hidrogen,
senyawa benzena dapat dikategorikan ke dalam hidrokarbon.
Benzena merupakan salah satu jenis hidrokarbon aromatik siklik dengan ikatan pi
yang tetap.

Benzena adalah salah satu komponen dalam minyak bumi, dan merupakan
salah satu bahan petrokimia yang paling dasar serta pelarut yang penting dalam

15
dunia industri. Karena memiliki bilangan oktan yang tinggi, maka benzena juga
salah satu campuran penting pada bensin. Benzena juga bahan dasar dalam
produksi obat-obatan, plastik, bensin, karet buatan, dan pewarna. Selain itu,
benzena adalah kandungan alami dalam minyak bumi, namun biasanya diperoleh
dari senyawa lainnya yang terdapat dalam minyak bumi. Karena bersifat
karsinogenik, maka pemakaiannya selain bidang non-industri menjadi sangat
terbatas. Senyawa aromatic berfungsi sebagai pelarut, prekursor dalam pembuatan
obat, plastik, karet buatan dan pewarna, untuk menaikkan nilai oktan
bensin, sebagai bahan dasar membuat stirena (bahan membuat sejenis karet
sintetis) dan nilon–66.

Sikloalkana (disebut juga naftena - jangan terbalik dengan naftalena)


adalah sebuah tipe alkana yang mempunyai satu atau lebih
cincin atom karbon pada struktur kimia molekulnya. Alkana sendiri
merupakan senyawa organikhidrokarbon yang hanya mempunyai ikatan
kimia tunggal pada struktur kimianya.

Sikloalkana sendiri hanya terdiri dari atom karbon (C) dan hidrogen (H)
dan merupakan senyawa jenuh karena tak ada ikatan C-C rangkap untuk
bisa ditambahkan hidrogen. Rumus kimia umum untuk sikloalkana
adalah CnH2(n+1-g) di mana n = jumlah atom C dan g = jumlah cincin dalam molekul.
Sikloalkana dengan cincin tunggal dinamai sama sesuai
urutan alkanamereka : siklopropana, siklobutana, siklopentana, sikloheksana, dsb.

Parafin adalah nama umum untuk hidrokarbon alkana dengan formula


CnH2n+2. Lilin parafin merujuk pada benda padat dengan n=20–40. Molekul parafin
paling simpel adalah metana, CH4, sebuah gas dalam temperatur ruangan. Anggota
sejenis ini yang lebih berat, seperti oktan C8H18, muncul sebagai cairan pada
temperatur ruangan. Bentuk padat parafin, disebut lilin parafin, berasal dari
molekul terberat mulai C20H42 hingga C40H82. Lilin parafin pertama ditemukan
oleh Carl Reichenbach tahun 1830.[1]

Parafin, atau hidrokarbon parafin, juga merupakan nama teknis untuk


sebuah alkan pada umumnya, tetapi dalam beberapa hal kata ini merujuk pada satu
linear, atau alkan normal - di mana bercabang, atau isoalkan juga

16
disebut isoparafin. Berbeda dari bahan bakar yang dikenal di Britania dan Afrika
Selatan sebagai minyak parafin atau hanya parafin, yang disebut sebagai kerosin di
sebagian besar AS, Australia dan Selandia Baru.

Dalam kimia, ester adalah suatu senyawa organik yang terbentuk melalui
penggantian satu (atau lebih) atom hidrogen pada gugus karboksil dengan suatu
gugus organik (biasa dilambangkan dengan R'). Asam oksigen adalah suatu asam
yang molekulnya memiliki gugus -OH yang hidrogennya (H) dapat
menjadi ion H+.

i. Bahan kimia tambahan


Bahan ini ditambahkan dalam kompon karet dengan tujuan tertentu dan
sesuai dengan kebutuhan misalkan:

1. Bahan pewarna
2. Bahan penghambat(inhibitor)
3. Bahan pewangi
4. Bahan peniup(blowing agent)
5. Bahan bantu olah (hogenizer, plasticizer, senyawa pendispersi, teckifier dan
sebagaimya)

17
DAFTAR PUSTAKA

Callister Jr.,William D. 1997.Materials Science and Engineering an


Introduction, 4th Edition. Canada : John Willey & Sons, Inc.
Hertz, Dan. 1991.Theory of Rubber Compounding . Canada : Seal Eastern, Inc.,
EnergyRubber Group Educational Symposium.
Martono, Nanang. 2011.Metoda Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis
Data Sekunder. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Rodgers, Brendan. 2004.Rubber Compounding, Chemistry and Applications, New
York: Marcel Dekker, Inc.
Simpson, R.B. 2002.Rubber Basics, United Kingdom : Rapra Technology Ltd.
Sommer, John G. 2009.Engineered Rubber Product, Introduction
to Design,Manufacture and Testing.German : Hanser Publications.

18

Anda mungkin juga menyukai