Anda di halaman 1dari 11

PEMBUATAN RAYON VISKOSA

DARI SELULOSA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Organik
Dosen Pengajar : Sperisa Distantina.

MAKALAH

Disusun Oleh :
Raushani Aisyah (I0516036)
Refarmita Nur Halimah (I0515037)
Satrio Titan S (I0515038)
Scila Ardanari Santoso (I0515039)
Setia Utaminingtyas (I0515040)
Tommy Indra K (I0516042)
Vina Hanifah (I0516043)
Winda Permata Hati (I0516044)

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
PEMBUATAN SERAT RAYON DARI SELULOSA
I. Pendahuluan
Polimer merupakan ilmu pengetahuan yang sangat menarik, dinamis dan
berkembang secara aplikatif. Polimer merupakan molekul besar yang terbentuk
dari unit – unit berulang sederhana.
Produk Polimer diantaranya adalah
1. Kertas
2. Plastik
3. ban dll.
Rayon atau kain rayon adalah kain yang dibuat dari serat hasil
regenerasi selulosa. Serat yang dijadikan benang rayon berasal dari
polimer organik, sehingga disebut serat semisintesis karena tidak bisa digolongkan
sebagai serat sintetis atau serat alami yang sesungguhnya. Dalam industri tekstil,
kain rayon dikenal dengan nama rayon viskosa atau sutra buatan. Kain ini biasanya
terlihat berkilau dan tidak mudah kusut. Serat rayon memiliki unsur
kimia karbon, hidrogen, dan oksigen.
Rayon adalah serat tertua buatan manusia yang di produksi secara
komersial. U. S. Trade Commission mendefinisikan rayon sebagai serat tekstil
buatan manusia dan filamen terdiri dari selulosa diregenerasi. Proses pembuatan
serat rayon atau viscose ditemukan oleh C.F.Cross dan E.J.Bevan pada tahun 1891.
Proses yang digunakan untuk membuat serat rayon termasuk dalam proses batch.
Proses batch fleksibel dalam memproduksi berbagai jenis rayon, dengan
fleksibilitas yang luas. Fleksibilitas rayon adalah hasil dari serat yang secara kimia
dan struktural direkayasa dengan memanfaatkan sifat selulosa yang dibuat. Namun,
agak sulit untuk mengontrol keseragaman pada proses batch dan juga
membutuhkan keterlibatan tenaga kerja professional (ahli dibidang ini).
Proses berkelanjutan adalah metode utama untuk memproduksi rayon.
Terdapat tiga cara produksi serat rayon:
1. Viscose rayon
2. Cuprammonium rayon
3. Saponifikasi selulosa asetat.

Industri Serat Rayon di Indonesia


Kebutuhan serat rayon industri tekstil = 300.000 Ton/Tahun.
Industri serat rayon :
1). PT. South Pacific Viscose (SPV) :
Produksi = 220.000 Ton/Tahun
Ekspor = 143.000 Ton/Tahun (65%)
Pasar lokal = 77.000 Ton/Tahun (35%)
2). PT. Indo Bharat Rayon (IBR) :
Produksi = 170.000 Ton/Tahun
Ekspor = 136.000 Ton/Tahun( 80%)
Pasar lokal = 34.000 Ton/Tahun (20%)
Produksi serat rayon dunia = 3.600.000 Ton/Tahun

Kegunaan rayon viskosa


Kain rayon digunakan secara luas dalam industri garmen untuk bahan pakaian dan
perlengkapan busana, seperti daster, jaket, jas, pakaian dalam, syal, topi, dasi, kaus
kaki, dan kain pelapis sepatu. Kain jenis ini juga dipakai sebagai kain alas dan
pelengkap perabot rumah tangga (seprai, selimut, tirai) dan alat-alat kebutuhan
industri (kain untuk perabot rumah sakit, benang ban), serta barang kesehatan pribadi
(pembalut wanita dan popok). Di Indonesia, kain rayon merupakan bahan baku untuk
industri kain dan baju batik.
Karakteristik Serat Rayon

Karakateristik Selulosa
Selulosa merupakan komponen utama dari tumbuh-tumbuhan dan rumus molekulnya
adalah [C6H7O2(OH)3]X. Dengan karakteristik
1. Disusun oleh 1 jenis monomer (homopolisakarida), yaitu glukosa
2. Ikatan yang terbentuk adalah ikatan glikosida beta (1-4)
3. Terdiri dari rantai lurus dan tidak bercabang, struktur pita rata yang
memungkinkan adanya pengelompokan sangat rapat dan pembentukan
hydrogen intermolekuler.
4. Memiliki derajat polimerisasi 8000-15000, dengan panjang polimer 0,25-5
mikron
5. Berat molekul selulosa 50000-2,5 juta, sama dengan kelipatan berat molekul
glukosa yang kelipatannya tergantung derajat polimerisasi selulosa.
6. Unit pengulangan terkecil selulosa disebut cellobiosa yang terdiri dari 2
monomer glukosa. Ikatan cellobiosa adalah glukopiranosa beta (1-4).
II. PEMBAHASAN
Prinsip pembuatan serat rayon adalah sebagai berikut : selulosa yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan dikerjakan dengan suatu zat kimia yang
menguraikan tanpa meusak struktur molekulnya, dibebaskan dalam cairan,
sehingga tiap molekul menjadi terpisah dan bebas, kemudian larutannya
dikoagulasikan menjadi bentuk serat, jadi mengumpulkan selulosa untuk
mempertahankan orientasi dari molekul-molekul yang diperlukan.

Pada pembuatan rayon dengan cara viskosa, pada umumnya bubur kayu
dipergunakan sebagai bahan mentah. Selulosa alam mengandung
komponen dengan berat molekul yang berbeda, dan beberapa komponen
dari berat molekul yang rendah yang dapat larut dalam soda kaustik
dinamakan hemiselulosa.

Xanthating
churn

Aging
Shredder cane

Dissolver
Deareator Fillter

Stretching
Machine

Tahap-tahap Pembuatan Serat Rayon dari Selulosa


1. Steeping dan Pressing
C9H9O4.OH + NaOH C9H9O4.ONa + H2O
Bahan mentah selulosa (lembaran-lembaran yang terbuat dari bubur kayu)
dimasukkan ke alat penekan curam yang berisi pelat-pelat baja berlubang dan
direndam secara berkelanjutan di dalam larutan soda kaustik (17-20%)
dengan katalis MnSO4 selama 1 jam pada suhu 13 hingga 17oC, bahan akan
mengembang dan terurai, sehingga selulosa berubah menjadi selulosa alkali.
Kondisi operasi :
Suhu : 13 – 17 oC

2. Shreeding
Lembaran-lembaran tersebut dikeringkan, untuk menghilangkan
kotoran,lembaran-lembaran empuk selulosa akan dihancurkan menjadi
repihan-repihan kecil di mesin penghancur selama 2 hingga 3 jam pada suhu
18 hungga 20oC.

Kondisi operasi :
Suhu : 18 – 20 oC

3. Aging
Repihan selulosa alkali akan menua secara batch (batchwise) selama 24
hingga 48 jam pada suhu 24oC pada tabung baja berukuran besar (aging
drum). Secara fisik, penuaan selulosa alkali yang tepat menghasilkan larutan
yang pas untuk pemintalan. Terjadi depolimerisasi selulosa. Selulosa awal
memiliki derajat polimerisasi sekitar 3000 dan menjai selulosa dengan derajat
polimerisasi sekitar 300. Derajat polimerisasi ini merupakan factor penting
yang menentukan sifat fisis fiber yang dihasilkan pada proses spinning.
Kondisi operasi :
Suhu : 24 oC

4. Xanthation
Repihan yang sudah berumur/menua diletakkan pada tabung pengocok
xanthalasi. Karbon disulfida dengan berat 30 hingga 40% selulosa kering,
ditambahkan perlahan-lahan pada suhu (20 to 30oC) yang dikendalikan secara
berhati-hati dan tekanan dikurangi selama 2 jam pengocokan, dimana repihan-
repihan tersebut akan berubah warna menjadi kuning, lalu jingga pekat, dan
mengental menjadi bola-bola kecil yang disebut selulosa Xanthan (Viskosa)
(C9H9O4.ONa)n + nCS2 (C9H9O4.O-SC-SNa)n

5. Dissolving
Masih dalam kondisi batch, bola-bola xantat tersebut dimasukkan kedalam
pelarut dalam tangki berpengaduk (Jacketed dissolver) yang berisi NaOH
untuk melarutkannya. Hasil akhirnya adalah larutan pekat mengandung 6
hingga 8 % selulosa xantat (viskos) dan 6 hingga 7% NaOH. Reaksi
memerlukan waktu 2 hingga 3 jam.

6. Filtering
Penyaringan untuk menghilangkan benda-benda padat atau zat-zat lain dalam
bentuk gel, dan dengan demikian telah siap larutan pintal. Viscose disaring
untuk menghilangkan bahan yang tidak larut yang mungkin mengganggu
proses pemintalan atau menyebabkan cacat pada filamen rayon

7. Ripening
Tahap penyimpanan untuk mengatur viskositas ini disebut pematangan
(ripening). Biasanya tahap pematangan ini dikerjakan dalam tangki silindris
selama 1-3 hari pada suhu 16o - 18o C. Dua proses penting terjadi selama
pematangan: Redistribusi dan hilangnya kelompok xanthate. Reaksi xanthation
reversibel memungkinkan beberapa kelompok xanthate untuk kembali menjadi
hidroksil selulosa dan membebaskan CS2. CS2 yang bebas ini maka dapat
melarikan diri atau bereaksi dengan hidroksil lain di bagian lain dari rantai
selulosa. Dalam hal ini, daerah secara bertahap dipecah dan akhirnya
menghasilkan larutan yang sesungguhnya. CS2 yang hilang mengurangi
kelarutan selulosa dan memfasilitasi regenerasi selulosa yang setelah itu
dibentuk menjadi filamen.
(C9H9O4.O-SC-SNa)n + nH2O (C6H10O5)n + nCS2 + nNaOH

8. Regneration
Selama pematangan proporsi campuran belerang menurun dan koagulasi
meningkat. Pada sekumpulan tangki , reaksi berjalan terhadap deaerasi dan
pencampuran secara berkelanjutan dengan senyawa modifikasi (aditif larutan
kental, biasanya polimer amina dan etilen oksida) yang mengendalikan
netralisasi dan kecepatan regenerasi
Akhirnya dalam deaeratormendidih vakum-kilat (vacuum-flash boiling
deaerator, bekerja pada tekanan vakum dan tinggi dengan suhu dibawah suhu
kamar), adanya gelembung-gelembung udara kecil akan melemahkan benang
(C6H9O4O-SC-SNa)n + (n/2)H2SO4 → (C6H10O5)n + nCS2 + (n/2)Na2SO4

Produksi Filamen Viscose Rayon : Larutan viscose dipintal ke dalam bak


berputar yang mengandung asam sulfat (yang diperlukan untuk mengasamkan
xanthate natrium selulosa), natrium sulfat (yang diperlukan untuk memberikan
kandungan garam yang tinggi ke dalam bak yang berguna untuk memperceoat
koagulasi viscose) dan seng sulfat (pertukaran dengan natrium xanthate untuk
membentuk seng xantat, untuk menghubungkan molekul selulosa). Setelah selulosa
xanthate dinetralkan dan diasamkan, koagulasi dari filamen rayon terjadi yang
diikuti oleh simultan peregangan dan dekomposisi selulosa xanthate untuk selulosa
diregenerasi. Peregangan dan dekomposisi sangat penting untuk mendapatkan hasil
yang diinginkan dan properti lainnya dari rayon. Regenerasi lambat dari selulosa
dan peregangan rayon akan menyebabkan daerah yang lebih besar dari kristalinitas
dalam serat, seperti yang dilakukan dengan rayon.
9. Spinning
Dalam pemintalan, larutan dipaksa melalui pompa gigi melewati spineret
berbahan logam mulia, masing-masing dengan jumlah lubang sebanyak 750
hingga 2000. Selanjutnya, akan terbentuk aliran halus yang disuntikkan
kedalam bak pintal dimana aliran tersebut akan mengental dan seluosa
menjadi serat (STRETCHING)
Mesin pemintal terdiri dari sebuah pompa pengukur, yang mengalirkan larutan
pintal dengan tepat dan jumlah yang tertentu; nozel pintal, lewat mana larutan
dipanaskan keluar; bak tempat mengkoagulasikan larutan; rol, yang menarik
keluar benang pada kecepatan tertentu; dan penggulung yang menerima
benang. Pompa roda gigi yang dipergunakan sebagai pompa pengukur menahan
larutannya dalam ruang antara gigi-gigi dan dinding rumah pompa, dan
mengalirkannya secara tepat dan terus menerus. Dari pompa pengukur biasanya
larutan pintal melalui saringan lilin (candle filter), melalui tabung pintal yang
dibuat dari ebonite dan menuju nozel pintal. Nozel pintal yang terendam dalam
bak koagulasi melalui lubang-lubang halus dari spinneret.
Spineret terbuat dari paduan emas-platina, dengan kadar platina antara 10-40%.
Diameter dari lubang-lubang halus dari spinneret berkisar antara 0,05-0,1 mm.

10. Cutting dan Finishing


Pemotongan dengan air semprot air bersuhu 10 derajat celcius dan tekanan 1,2
bar dengan menghasilkan panjang sekitar 32 hingga 60 mm.
Benang dari kedua tipe tersebut dicuci untuk dihilngkan cairan pemintalnya
dan desulfurasi dengan diberi 1% larutan kalium sulfida. Mereka dicuci dalam
larutan hipoklorit, dicuci kembali di air, dikeringkan, dan dikerucutkan.

Kesimpulan
Rayon viscose adalah
Cara pembuatan rayon viscose …
Daftar Pustaka

Hartanto, N. Sugiarto. 2003. Teknologi Tekstil. Pradnya Paramita : Jakarta.


Shierve…

Anda mungkin juga menyukai