Anda di halaman 1dari 11

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NABATI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Organik


Dosen Pengajar : Sperisa Distantina S.T., M.T

MAKALAH

Disusun oleh :
Kintan Marchika Putri (I0516026)
Kurnia Jayanti Prasetya F (I0516027)
Leony Inatsan Pertiwi (I0516028)
M Novalianto Sangadji (I0516029)
Melia Citrawati (I0516030)

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Biodiesel adalah bahan bakar mesin diesel yang terbuat dari sumber daya
hayati yang berupa minyak lemak nabati atau lemak hewani. Senyawa utamanya
adalah ester. Ester mempunyai rumus bangun sebagai berikut :

Gambar 1 Rumus bangun ester


Biodiesel dapat dibuat dari transesterifikasi asam lemak. Asam lemak dari
minyak lemak nabati direaksikan dengan alkohol menghasilkan ester dan produk
samping berupa gliserin yang juga bernilai ekonomis cukup tinggi.
Biodiesel telah banyak digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar.
Bahan baku biodiesel yang dikembangkan bergantung pada sumber daya alam yang
dimiliki suatu negara, minyak kanola di Jerman dan Austria, minyak kedelei di
Amerika Serikat, minyak sawit di Malaysia, dan minyak kelapa di Filipina. Minyak
nabati adalah minyak yang disari/diekstrak dari berbagai bagian tumbuhan. Minyak
ini digunakan sebagai makanan, menggoreng, pelumas, bahan bakar, bahan pewangi
(parfum), pengobatan, dan berbagai penggunaan industri lainnya. Indonesia
mempunyai banyak sekali tanaman penghasil minyak lemak nabati, diantaranya
adalah kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, jarak, nyamplung, dan lain-lain. Beberapa
tanaman yang potensial untuk bahan baku biodiesel dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Beberapa tanaman penghasil minyak di Indonesia
Nama latin Nama Indonesia Nama lain (daerah)
Elaeis guineensis Kelapa sawit Sawit, kelapa sawit
Ricinus communis Jarak (kastroli) Kaliki, jarag (Lampung)
Jatropha curcas Jarak pagar -
Ceiba pentandra Kapok Randu (Sunda, Jawa)
Chalopyllum inophyllum Nyamplung nyamplung
Ximena americana Bidaro Bidaro
(Sumber : Pusat Penelitian Energi ITB)
Perbandingan sifat fisik dan kimia biodiesel dengan minyak solar disajikan
pada Tabel 2.
Tabel 2 Perbandingan sifat fisik dan kimia biodiesel dan solar
Sifat fisik / kimia Biodiesel Solar
Komposisi Ester alkil Hidrokarbon
Densitas, g/ml 0,8624 0,8750
Viskositas, cSt 5,55 4,6
Titik kilat, oC 172 98
Angka setana 62,4 53
Energi yang dihasilkan 40,1 MJ/kg 45,3 MJ/kg
(Sumber : Internasional Biodiesel, 2001)
Berikut daftar pabrik biodiesel di Indonesia, disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Pabrik Biodiesel di Indonesia
BAB II
ISI

A. Bahan Baku Biodiesel:


1. Minyak Nabati
Minyak nabati yang biasa disebut tryglyceryde, glycerol ester, atau asam
lemak karena bersifat asam. Minyak nabati berwarna kuning, tidak berbau dan
tidak mempunyai rasa. Ketika akan membuat biodiesel asam lemak bebas harus
dihilangkan terlebih dahulu. Untuk menghilangkan asam lemak bebas digunakan
katalis yang lebih banyak pada reaksi pembuatan biodiesel. Banyak katalis yang
digunakan bergantung dari seberapa banyak asam minyak nabati tersebut. Minyak
nabati memilik berat jenis 0,94 pada suhu 20°C.
2. Alkohol
Alkohol yang biasa digunakan pada pembuatan biodiesel adalah metanol
dan etanol. Metanol memiliki kelebihan lebih mudah bereaksi dan lebih stabil
dibandingkan dengan etanol. Kerugian metanol merupakan zat yang beracun dan
berbahaya, metanol sangat mudah terbakar, bahkan lebih mudah terbakar bila
dibandingkan bensin. Metanol berwarna bening seperti air, mudah menguap,
mudah terbakar, dan mudah bercampur dengan air. Metanol dan etanol yang dapat
digunakan hanya yang murni 100%. Metanol lebih murah dan lebih mudah
memperoleh pemisahan gliserin dibandingkan dengan etanol. Etanol lebih aman,
tidak beracun dan dibuat dari hasil pertanian, sedangkan metanol mengandung uap
yang berbahaya bagi makhluk hidup dan terbuat dari batubara.
3. Katalis
Untuk memisahkan minyak nabati perlu ditambahkan katalis. Katalis
adalah zat yang digunakan untuk mempercepat reaksi antara zat-zat lain. Katalis
yang mungkin digunakan adalah natrium hidroksida atau kalium hidroksida.
Katalis akan memecahkan minyak nabati dan melepaskan ester, begitu ester
bebas, mereka akan menempel pada alkohol. Sedangkan katalis dan gliserol akan
mengendap. Pemakaian katalis yang terlalu sedikit akan menyebabkan minyak
dan alkohol tidak bereaksi, apabila jumlah katalis yang digunakan terlalu banyak
akan menyebabkan campuran teremulsi.
4. Gliserin
Gliserin adalah larutan yang berwarna jernih, tidak memiliki bau, kental dan
menyerap air. Gliserin memiliki rasa manis, hampir 0,6 kali rasa manis sukrosa.
Gliserin mudah bercampur dengan air dan alkohol. Gliserin memilik titik nyala
176°C dan titik didih 290°C. Gliserin memiliki berat molekul 92,09 gram/mol.
Gliserin yang dihasilkan dari pembuatan biodiesel dapat digunakan sebagai bahan
baku pembuatan sabun. Cairan ini dapat dibuang langsung ke tanah dan akan
diserpa oleh bakteri dan mikroba. Gliserin tidak beracun, dan mudah terurai dan
tidak akan membahayakan makhluk hidup.

B. Reaksi
Biodiesel dapat dibuat melalui proses esterifikasi gliserida atau dikenal
dengan proses alkoholisis.
Reaksi esterifikasi dapat dibagi atas dua jenis yaitu :
a. Esterifikasi langsung, yang merupakan rekasi antara alcohol dengan asam
lemak.
RCOOH + R’OH RCOOR’ + H2O…………………….(2.1)
b. Tranesterifikasi yang meliputi :
- Alkoholisis, merupakan reaksi antara ester dengan alcohol membentuk
ester yang baru.
RCOOR’ + R”OH RCOOR” + R’OH………………(2.2)
- Asidolisi, merupakan reaksi antara ester dengan asam karboksilat
membentuk ester yang baru.
RCOOR’ + R”COOH R’COOR’ + RCOOH…………(2.3)
- Interesterifikasi merupakan suatu reaksi ester dengan ester lainnya atau
disebut ester interchange.
C. Proses pembuatan biodiesel dari minyak nabati:
1. Persiapan bahan baku
Pemanasan untuk mencairkan CPO sekaligus untuk mencapai temperature operasi
reaksi esterifikasi
2. Proses degumming
Proses penghilangan pengotor berupa zat-zat terlarut atau zat-zat yang
bersifat koloid seperti resin, gum, protein dan fosfatida dalam minyak mentah.
Proses degumming biasanya dilakukan dengan beberapa cara yaitu : pemanasan,
penambahan asam, penambahan basa, proses hidrasi atau menggunakan reagen
khusus. Proses degumming dengan menggunakan asam dan pemanasan memiliki
kelebihan karena tidak menyebabkan proses penyabunan asam lemak bebas, yang
dapat menyerap zat lender dan sebagian pigmen. Selain itu, dengan cara ini
kandungan asam lemak bebas dalam CPO tidak akan hilang, bahkan dalam proses
selanjutnya sisa asam tersebut dapat dijadikan katalis pada reaksi esterifikasi asam
lemak bebas yang masih utuh menjadi metal ester, sehingga perolehan produk
lebih banyak. Reaksi esterifikasi tersebut berlangsung menurut persamaan reaksi
berikut ini

Air yang terbentuk kemudian dihilangkan dengan cara pemanasan hingga 120o
3. Pembuatan katalis Sodium Metoksida
Bahan baku pembuatan Sodium Metoksida adalah Metanol dan Sodium
Hidroksida (NaOH). Jumlah katalis yang digunakan biasanya 10% berat minyak
yang digunakan.
4. Reaksi Transesterifikasi
Reaksi transesterifikasi berlangsung pada temperatur sekitar 60oC dan
dilakukan selama 4 – 6 jam. Untuk mendapatkan yield yang tinggi, reaksi
transesterifikasi dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama, katalis yang
digunakan sebanyak 2/3 bagian katalis total. Sisanya direaksikan dengan produk
hasil reaksi tahap pertama yang dipisahkan gliserolnya.
Produk dari reaksi transesterifikasi sempurna didalam reaktor berupa cairan
yang terpisah menjadi dua lapisan. Phasa berat yang terbentuk akan dialirkan ke
tangki heavy phase sementara phasa ringannya akan dimasukkan ke separator-1
dengan putaran 4500 rpm sehingga heavy phase yang masih terikat (mengemulsi)
di ligh phase dapat dipisahkan. Lapisan atas merupakan lapisan metal ester kotor,
sedangkan lapisan bawah adalah gliserol kotor. Jika reaksi belum sempurna, akan
ada lapisan ketiga ditengah berupa minyak yang tidak terkonversi.
5. Pemurnian metal ester
Selanjutnya, metal ester yang diperoleh dimurnikan. Proses ini pada
umumnya melalui tahapan recovery methanol dan penghilangan pengotor.
Lapisan metal ester yang mengandung methanol dipanaskan, kemudian uap
methanol dikondensasikan.
Kemudian metal ester dibersihkan untuk menghilangkan sisa katalis dan
kotoran lain seperti sabun. Untuk meningkatkan kemurnian metal ester dilakukan
dua tahap pembersihan, yaitu menggunakan gliserol murni dan penetralan diikuti
dengan pencucian dengan air. Gliserol disemprotkan ke permukaan metal ester
dan karena lebih berat akan turun melewati metal ester sambil membawa sisa-sisa
pengotor. Pada tahap akhir, gliserol dipisahkan kembali dari metal ester.
6. Pencucian menggunakan air
Dilakukan dengan beberapa metode sekaligus, dimana diharapkan pencucian
berlangsung efektif dan biodiesel yang diperoleh cukup bersih. Metode pencucian
tersebut adalah :
a. Menambahkan asam asetat. Dimaksudkan untuk menetralkan biodiesel dan
mengeluarkan sisa sodium. Penambahan asam asetat akan mengurangi
pemakaian air.
b. Menggunakan percikan air bersih. Air yang dipercikkan
dipermukaan biodiesel akan turun sepanjang lapisan biodiesel sambil
melarutkan sisa-sisa katalis dan kotoran
c. Menggunakan metode pengadukan mekanis. Pengadukan dilakukan sekitar 50
– 70 rpm untuk meningkatkan kontak air dengan biodiesel.
Setelah melalui tahap pencucian, metal ester dikeringkan untuk
menghilangkan sisa air pencuci dengan dipanaskan sampai suhu 120oC. Metil
ester kering kemudian didinginkan sampai temperature dibawah 38oC agar
gliserol yang masih tersisa membeku. Selanjutnya metal ester disaring dan
dimasukkan ke dalam tangki penyimpanan.
7. Perolehan kembali methanol dan pemurnian gliserol
Larutan gliserol kotor hasil pemisahan, dipanaskan untuk memperoleh
kembali methanol yang ada di dalamnya. Uap Metanol kemudian dikondensasikan
dan disalurkan kembali ke tangki Metanol. Gliserol bebas methanol diencerkan
dengan menambahkan 2/3 bagian air bersih, dan dipanaskan agar sisa asam lemak
bebas hasil hidrolisis tersabunkan oleh sisa NaOH. Ester dari sabun yang
terbentuk dikeluarkan dari larutan dengan cara menambahkan sejumlah garam
NaCl. Larutan Gliserin kemudian ditambahkan H2SO4 dan Aluminium Hidroksida
sampai mencapai pH 4,5. Padatan yang terbentuk kemudian disaring. Larutan
dinetralkan dengan penambahan 50 % larutan NaOH, kemudian didistilasi.
Gliserol yang telah murni (kemurnian > 99,5%) disimpan, dan sebagian dikirim
ke unit pembersihan Biodiesel.

Gambar 2 Diagram alir proses pembuatan biodiesel dari minyak nabati


Beberapa keunggulan biodiesel:
1. Tidak memerlukan energi yang terlalu besar untuk memproduksinya, karena
biodiesel dapat direaksikan dengan proses transesterifikasi pada temperatur
rendah (<100°C) pada tekanan atmosfer
2. Produk samping yang dihasilkan dari proses pembuatannya yaitu gliserol dapat
bernilai jual, karena gliserol tersebut merupakan bahan baku pembuatan produk
lainnya seperti sabun, deterjen, kosmetika, dan lain sebagainya
3. Emisi yang dihasilkan dari pembakaran biodiesel ini rendah bila dibandingkan
dengan emisi hasil pembakaran bahan bakar diesel konvensional
4. Biodiesel ini mudah terurai di alam oleh mikroorganisme
5. Biodiesel tingkat keracunannya rendah
6. Biodiesel aman dalam proses penyimpanan, karena memiliki flash point yang
tinggi
7. Biodiesel merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui
BAB III
PENUTUP

1. Biodiesel dapat dijadikan salah satu alternatif bahan bakar pengganti bahan bakar
fosil. Penggunaan biodiesel memberi keuntungan bagi kelestarian sumber daya
alam yang tidak dapat diperbaharui dikonversi menjadi sumber daya alam yang
berasal dari produk biotik yang dapat diperbaharui. Efektivitas pembakaran
dengan emisi yang aman menambah keunggulan biodiesel.
2. Produk samping yang dihasilkan dari proses pembuatannya yaitu gliserol dapat
bernilai jual, karena gliserol tersebut merupakan bahan baku pembuatan produk
lainnya seperti sabun, deterjen, kosmetika, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
www.chemical-engineer.digitalzones.com/biodiesel

www.che.unsyiah.ac.id/wp-content/uploads/sites/4/2014/01/Biodiesel-Dari-Minyak-
Nabati

www.ojs.unud.ac.id/index.php/jchem/article/viewFile/2738/1937

www.reocities.com/markal_bppt/publish/biofbbm/biraha

www.idci.dikti.go.id/pdf/JURNAL/JTKI/VOL%208%20NO%201%202009/62-119-
1-SM

Anda mungkin juga menyukai