MAKALAH
Oleh
Adela Faradina Irnanda (NPM 18020002)
Anita Prahasti (NPM 18020016)
Assyfa Kusumaningsih (NPM 18020018)
Azkia Aulia Nurani Abdi (NPM 18020020)
2019
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 4
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 4
1.4 Manfaat .............................................................................................................. 4
BAB II ................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 5
2.1 Dasar Teori ........................................................................................................ 5
2.2 Pembahasan ....................................................................................................... 6
2.2.1 Bahan Baku dan Bahan Pembantu pada Proses Pembuatan Serat
Rayon Viskosa ........................................................................................................... 6
2.2.2 Alat-Alat yang Digunakan pada Proses Pembuatan Serat Rayon
Viskosa.......................................................................................................................9
2.2.3 Proses Pembuatan Serat Rayon Viskosa............................................... 21
2.2.4 Diagram Alir Proses Pembuatan Serat Rayon Viskosa ....................... 25
BAB III............................................................................................................................. 26
TINJAUAN KHUSUS .................................................................................................... 26
3.1 Proses Koagulasi pada Pemintalan Basah .................................................... 26
3.2 Pengaruh Kematangan dan Kekentalan Larutan Viskosa Terhadap
Kesalahan Pemintalan pada Proses Pembuatan Serat Rayon Viskosa.................. 27
BAB IV ............................................................................................................................. 29
KESIMPULAN ............................................................................................................... 29
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 30
BAB I
PENDAHULUAN
Rayon atau kain rayon adalah kain yang dibuat dari serat hasil
regenerasi selulosa. Serat yang dijadikan benang rayon berasal
dari polimerorganik, sehingga disebut serat semisintesis karena tidak bisa
digolongkan sebagai serat sintetis atau serat alami yang sesungguhnya. Dalam
industri tekstil, kain rayon dikenal dengan nama rayon viskosa atau sutra buatan.
Kain ini biasanya terlihat berkilau dan tidak mudah kusut. Serat rayon
memiliki unsur kimia karbon, hidrogen, dan oksigen.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1) Bagi Penulis
Mengerti tata cara penulisan ilmiah dalam bentuk makalah, proses pembuatan
serat rayon viskosa, dan cara mengendalikan mutu bahan baku sebelum diproses
sampai menjadi serat rayon viskosa.
2) Bagi Pembaca
Pembuatan serat rayon viskosa ditemukan oleh C.F. Cross dan E.J. Bevan
pada tahun 1891, produksi rayon viskosa pertama oleh Courtaulds Ltd. yang
berkembang keseluruh dunia. Rayon atau kain rayon adalah kain yang dibuat dari
serat hasil regenerasi selulosa. Serat yang dijadikan benang rayon berasal
dari polimerorganik, sehingga disebut serat semisintesis karena tidak bisa
digolongkan sebagai serat sintetis atau serat alami yang sesungguhnya. Dalam
industri tekstil, kain rayon dikenal dengan nama rayon viskosa atau sutra buatan.
Kain ini biasanya terlihat berkilau dan tidak mudah kusut. Serat rayon
memiliki unsur kimia karbon, hidrogen, dan oksigen. Kain rayon digunakan secara
luas dalam industri garmen untuk bahan pakaian dan perlengkapan busana,
seperti daster, jaket, jas, pakaian dalam, syal, topi, dasi, kaus kaki, dan kain
pelapis sepatu. Kain jenis ini juga dipakai sebagai kain alas dan pelengkap perabot
rumah tangga (seprai, selimut, tirai) dan alat – alat kebutuhan industri (kain untuk
perabot rumah sakit, benang ban), serta barang kesehatan pribadi
misalnya;pembalut wanita dan popok. Di Indonesia, kain rayon merupakan bahan
baku untuk industri kain dan baju batik.
Bahan dasar pembuatan serat rayon adalah bubur kayu yang dimurnikan
disebut pulp. Pulp tersebut diubah menjadi alkali selulosa drngan natrium
hidroksida, kemudian dengan karbon disulfida diubah menjadi natrium selulosa
xantat, yang selanjutnya dilarutkan dalam larutan soda kostik encer. Larutan ini
kemudian diperam dan dipintal dengan cara pemintalan basah menggunakan larutan
asam. Filamen hasil pemintalan masih belum murni sehingga perlu dimurnikan
dengan pencucian (after treatment). Pertama filamen dicuci dengan air dan larutan
natrium sulfida, selanjutnya dilakukan pengelantangan dengan larutan hipoklorit
dan akhirnya dikeringkan. Untuk pembutana benang stapel, filamen dipotong dan
bila perlu dibutat keriting (crimping). Cara yang biasanya dilakukan untuk
pengeritingan ialah dengan melewatkan filamen diantara rol – rol yang beralur
sehingga akan menjadi keriting sebelum dipotong – potong menjadi stapel, selain
cara ini pengeritingan juga dapat dilakukan secara kimia. Pada keadaan kering
rayon viskosa merupakan isolator listrik yang baik tetapi uap air yang diserap akan
mengurangi daya isolasinya. Rayon viskosa tahan terhadap penyetrikaan tetapi oleh
pemanasan yang lama warnanya akan berubah menjadi kuning, sedangkan oleh
penyinaran kekuatannya akan berkurang. Rayon viskosa cepat rusak oleh asam
dibandingkan dengan kapas, terutama dalam keadaan panas tetapi tahan terhadap
pelarut untuk pencucian kering (dry – cleaning).
2.2 Pembahasan
2.2.1 Bahan Baku dan Bahan Pembantu pada Proses Pembuatan Serat
Rayon Viskosa
1. Bahan Baku
Serat rayon viskosa adalah serat selulosa yang diregenerasi. Selulosa tersebut
bersal dari pulp yang merupakan bahan baku yang berasal dari ekstraksi serpihan
serpihan kayu. Pulp tersebut memiliki panjang serat yang berbeda, kombinasi
pengunaan jenis pulp serta panjang dan pulp serta pendek akan mempengaruhi
kualitas dan biaya produksi serat rayon. Untuk menekan biaya produksi dan
menghasilkan serat rayon viskosa dengan kualitas terbaik maka perbandingan pulp
yang digunakan antara serat pendek dan serat panjang adalah 2 : 1 dengan
perbandingan tersebut maka dalam produksi serat rayon selama satu hari (produksi
50 ton/hari) dibutuhkan sekitar 1.100 bale pulp serat pendek dan 550 bale pulp serat
panjang dengan spesifikasi sebagai berikut :
Warna : Putih
Bentuk : Lembaran
Ukuran : (59 x 80 x 0,5) cm
Berat per bale : (220-205) kg
Kandungan ɑ selulosa : ±90 %
Panjang serat menurut jenis serat :
AVCell dan Domsjo : (0,42 – 4,92) cm
CNC, AVNect dan Bahaia : (0,39 – 1,91) cm
2. Bahan Pembantu
1. Alkalisasi
2. Proses Pemeraman
Hasil dari proses alkalisasi harus dilakukan pemeraman lebih mudah dilarutkan
dalam proses selanjutnya. Proses ini dilakukan dengan alat aging drum dengan
waktu pemeraman 5-6 jam dengan kecepatan putar 0,3-0,6 rpm. Setelah proses
pemeraman selesai, alkali selulosa dikirim ke hopper untuk menghilangkan logam-
logam alkali, dengan melewatkannya pada blower yang mempunyai tekanan udara.
Proses pemeraman merupakan proses linier terhadap waktu dan suhu, semakin
tinggi suhu dan semakin lama waktu pemeraman maka, akan semakin besar pula
penguraian polimemya. Hal ini akan membuat nilai kekentalan aplikasi viskosa
yang dihasilkan menjadi rendah. Laju depalimerisasi dapat dipercepat dengan
menggunakan katalis seperti Fe, Mn, Co juga oleh oksidator perpohlorat dan
peroksida, dengan demikian waktu pemeraman dapat membandingkan dari 24 jam
menjadi 1-2 jam.
3. Proses Xantasi
5. Proses Pematangan
6. Pemintalan
7. Pemotongan Tow
Tow merupakan kumpulan filamen yang panjangnya tidak berujung, untuk itu
perlu dilakukan pemotongan agar memudahkan proses selanjutnya. Proses
pemotongan dilakukan dengan memasukan tow pada mesin pemotong pada posisi
vertikal menggunakan bantuan semprotan air yang bersuhu 120°C dan tekanan 1,2
ban untuk menghasilkan serat stapel dengan kisaran panjang 32, 38, 44, 51, dan 60
mm.
8. Proses Pengambilan Kembali Karbon Disulfida
Serat rayon yang telah dipotong dalam bentuk pokok dilewatkan pada pipa-pipa
kecil yang berlubang dengan injeksi uap. Dengan tujuan mengambil CS2 (karbon
disulfide) dengan air dan pada proses ini akan mengambil 30-40% CS2.
Proses ini untuk menghilangkan sisa-sisa larutan koagulasi dan karbon disulfida
yang masih menempel pada serat rayon viskosa. Serat rayon yang berbentuk
hamparan dilewatkan pada mesin after treatment dengan kecepatan menyampaikan
3-5 m/menit. Urutan proses pengerjaan lanjutan diantaranya :
Proses pada koagulasi ini dimulai ketika larutan koagulasi yang telah dipakai
untuk meregenerasi larutan viskosa mengalami penurunan konsentrasi karena
adanya reaksi :
Larutan koagulasi dari bidang pemintalan ditampung oleh bottom tank yang
selanjutnya dialirkan ke penyaringan kemudian dilanjutkan ke top tank dengan
menggunakan pompa sirkulasi. Penyaringan bertujuan untuk memisahkan pengotor
seperti tow maupun sludge yang terdapat dalam larutan koagulasi. Dengan
menggunakan pompa, larutan koagulasi dipompakan melewati filter menuju seksi
kristalisasi dengan aliran balik ke bottom tank. Filter berisi batu-batu dan kerikil
serta pasir kuarsa yang disangga oleh plat yang berlubang kecil. Pada bottom tank
juga dilakukan penambahan belahan seng (zinc) yang sebelumnya dilarutkan di
dalam zinc dissolver, sehingga akan terbentuk ZnSO4 yang berfungsi sebagai
penguat struktur molekul serat, hal ini akan mempengaruhi kekuatan tarik serat.
Selanjutnya larutan koagulasi dialirkan menuju evaporator untuk proses
penguapan.
Pada kristalisasi ini mulai terbentuk natrium sulfat. Larutan koagulasi dari
koagulasi return dipompakan ke tabung pre cooler dan dilanjutkan dengan
menurunkan suhu larutan koagulasi secara bertahap sehingga suhunya mencapai
11°C. Pada suhu tersebut dapat terbentuk kristal garam glauber (Na2SO4.10H20)
yang masih mengandung air. Di dalam kristalizer terjadi pengembunan dimana uap
panasnya diserap oleh H2SO4 98% sehingga H2SO4 98% tersebut mengalami
pengenceran sampai 70 %. Larutan koagulasi yang keluar dari kristalizer
dipompakan ke rotary vacum filter untuk memisahkan garam glauber dari larutan
koagulasi.
1. Kosentrasi NaOH yang terlalu tinggi akan menyebabkan total alkali pada
alkali eelulosa meningkat, sehingga proses penurunan kadar polimerisasi
akan Konsentrasi Natrium Hidroksida pada proses perendaman semakin
cepat dan kekentalan menjadi rendah.
2. Waktu dan suhu pemeraman (Penuaan)
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Rayon viskosa adalah serat semi-sintesis hasil regenerasi selulosa. Pada dasarnya
pembuatan serat rayon viskosa adalah perubahan dari selulosa yang tidak larut
menjadi selulosa yang larut. Proses pelarutan dikerjakan dengan zat kimia yang
mampu menguraikan tanpa merusak molekul, membebaskannya dalam cairan dan
akhimya larutan dikoagulasikan serta diregenerasi menjadi bentuk serat.
Pembuatan serat rayon viskosa terjadi dalam beberapa tahapan proses, yaitu
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam proses pematangan yang
dapat mempengaruhi kekentalan antara viskosa antara lain : Kosentrasi NaOH yang
terlalu tinggi akan menyebabkan total alkali pada alkali eelulosa meningkat,
sehingga proses penurunan kadar polimerisasi akan Konsentrasi Natrium
Hidroksida pada proses perendaman semakin cepat dan kekentalan menjadi rendah.
Dan Waktu dan suhu pemeraman (Penuaan)
DAFTAR PUSTAKA