Anda di halaman 1dari 7

I.

MAKSUD DAN TUJUAN


Untuk mengetahui pengaruh variasi penambahan konsentrasi asam sulfat pada
proses pencelupan sutera dengan zat warna bejana larut terhadap ketuaan dan kerataan
warna menggunakan metoda exhaust.

II. TEORI DASAR


II.1 ZAT WARNA BEJANA LARUT
Zat warna bejana larut adalah leuco zat warna bejana yang distabilkan
dalam suasana alkali sehingga dalam pemakaiannya lebih mudah krena larut
dalam air dan tidak memerlukan proses pembejananan.
Zat warna bejana larut yang berasal dari zat warna bejana jenis indigo
dikenal dengan nama dagang indigosol sedang yang berasal dari zat warna bejana
jenis antarkuinon dikenal dengan nama dagang antrasol, contoh :

Ci solubilized vat blue 6


Zat warna bejana yang dirubah menjadi zat warna bejana larut umumnya
adalah zat warna bejana jenis IK yang molekulnya relative kecil, sehingga afinitas
zat warna bejana larut relative kecil tetapi pencelupannya mudah rata dan tahan
luntur warna terhadap pencuciannya tinggi karena pada akhir proses
pencelupannya zat warna bejana diubah kembali menjadi zat warna bejana yang
tidak larut.
Zat warna bejana larut harganya sangat mahal sehingga hanya digunakan
untuk mencelup bahan katun kualitas tinggi. Selain untuk mewarnai katun, zat
warna bejana larut juga digunakan terutama untuk pencelupan sutra atau wol.
II.2 SUTERA
Serat wol dan sutra merupakan serat protein yang strukturnya berupa
polipeptida, bersifat hidrofil dan daya serap airnya besar, moisture regain (MR)
wol 16% sedang sutra 11%. Gugus amina (-NH 2) dan karboksil (-COOH) pada
serat protein merupakan gugus fungsi yang berperan untuk mengadakan ikatan
dengan ion zat warna berupa ikatan ionik (elektrovalen).
Serat protein umunya lebih tahan asam tapi kurang tahan suasana alkali,
sehingga pengerjaan proses pencelupannya biasa dilakukan dalam suasana asam.
Dibanding serat wol, serat sutra urang tahan asam, pada pengerjaan dengan
amonium sulfat pekat serat akan rusak, tetapi agak lebih tahan alkali. Namun
demikian dalam suasana dalam agak alkalis dan suhu tinggi serat sutra juga akan
rusak.

Sutra atau sutera merupakan serat protein alami yang dapat


ditenun menjadi tekstil. Jenis sutra yang paling umum adalah sutra
dari kepompong yang dihasilkan larva ulat sutra murbei (Bombyx mori) yang
diternak (peternakan ulat itu disebut serikultur). Sutra memiliki tekstur mulus,
lembut, namun tidak licin. Rupa berkilauan yang menjadi daya tarik sutra berasal
dari struktur seperti prisma segitiga dalam serat tersebut yang membuat kain sutra
dapat membiaskan cahaya dari berbagai sudut.

Serat sutera merupakan serat protein yang strukturnya berupa polipeptida


bersifat hidrofil dan daya serap airnya besar, MR sutera 11%. Gugus amina (
−NH 2) dan karboksil (-COOH) merupakan gugus fungsi yang berperan untuk
mengadakan ikatan dengan ion zat warna berupa ikatan ionic.

Serat protein umunya lebih tahan asam tapi kurang tahan terhadap
alkali, sehiingga proses pencelupannya dilakukan di suasana asam. Tetapi serat
sutera lebih kurang tahan asam dan agak tahan alkali. Namun apabila dicelup
dalam suasana agak alkali dan suhu panas sutera bisa rusak.

II.3 MEKANISME PENCELUPAN


1. Tahap pencelupan
Pada awal proses pencelupan, sesuai dengan sifat serat wol dan sutera yang tidak
tahan alkali, suasana larutan celup dibuat dalam suasana asam , dalam kondisi tersebut
zat warna bejana larut akan berprilaku seperti anion zat warna asam yang dapat
mencelup serat wol/sutera karena adanya tempat-tempat positif pada bahan.
Jumlah tempat positif tergantung pada 2 faktor yaitu jumlah gugus amina dalam serat
serta keasaman larutan celup. Mekanisme terbentuknya tempat positif pada bahan
sebagai berikut :
Pada larutan celup dengan suasana asam akan terbentuk muatan positif pada serat,
akibatnya adanya ion H+ yang terserap gugus amina dari wol/sutera
−¿¿

HCl → H +¿+Cl ¿

H
HOOC------Wol---- NH 2+ ¿ H +¿¿ → HOOC------Wol----N +¿
3 ¿
Adanya tempat positif memungkinkan terjadinya ikatan ionic antara anion zat warna
dengan wol/sutera yang sudah menyerap H +¿¿ .
Oleh karena itu apabila pH larutan celup semakin rendah sampai batas tertentu
penyerapan zat warna bejana larut oleh sutera/wol akan semakin banyak. Tetapi bila
pH terlalu rendah maka zat warna akan sukar larut sehingga hasil celup belang.

2. Tahap hidrolisis zat warna


Zat warna bejana larut yang sudah masuk kedalam serat dan berikatan ionic dengan
serat kemudian dihidrolisis dengan H 2 SO 4 sehingga berubah menjadi asam leuco.

D ≡ C - OSO3 H → D ≡ C - OH
3. Tahap pembangkitan warna (oksidasi)
Berbeda dengan garam leuco zat warna bejana atau garam leuco zat warna belerang,
zat warna bejana larut tidak dapat dioksidasi sebelum dihidrolisis menjadi asam leuco
dengan bantuan asam sulfat, tetapi setelah larutan celup dimasukan asam sulfat akan
terhidrolisis menjadi asam leuco dan cepat teroksidasi oleh K2Cr2O7 menjadi zat
warna bejana yang tidak larut dan berwarna.
Ikatan antara serat dan zat warna pun akan berubah dari ikatan ionic menjadi ikatan
fisika (van der wals) dan ikatan hydrogen.

D ≡ C - OH → D ≡ C - O
4. Tahap pencucian dengan sabun
Guna memperbaiki ketahanan luntur warnanya zat warna yang hanya menempel di
permukaan serat harus dihilangkan, untuk itu setelah proses pencelupan perlu
dilakukan pencucian ringan dengan sabun netral, mengingat wol dan sutera yang tidak
tahan alkali.

III. METODE PERCOBAAN


III.1 ALAT DAN BAHAN
III.1.1 Alat
1. Gelas piala 600 mL
2. Gelas piala 100 mL
3. Gelas ukur 100 mL
4. Pipet ukur 10 mL dan 1 mL
5. Pengaduk kaca
6. Termometer
7. Neraca analitik
8. Water bath
9. Mesin stenter
10. Kompor
11. Kassa

III.1.2 Bahan
1. NaCl
2. Zat Warna Bejana Larut (Bejana Larut Yellow 16K)
3. Pembasah
4. Kalium bikromat
5. Amonium sulfat
6. Asam sulfat
7. Air
8. Kain sutera
9. Sabun netral

III.2 DIAGRAM ALIR

Persiapan alat dan bahan

Proses Pencelupan

Proses Pembangkitan warna

Pencucian

Pengeringan

Evaluasi
- Kerataan Warna Kain
- Ketuaan Warna Kain
III.3 SKEMA PROSES
3.3.1 Skema Pencelupan

Zat warna
Pembasah
Kain sutera
Amonium sulfat 60 - 70°C H 2 SO 4 K 2 Cr2 O4

T(°C) NaCl
40°C

30°C

10’ 40’ 60’ 70’ 80’ 100’ t(menit)

3.3.2 Skema Pencucian

Air
Sabun
60°C

10 menit

III.4 RESEP
III.4.1 Resep Pencelupan
1. Zat warna bejana larut = 1%
2. H 2 SO4 = (4 ; 6 ; 8 ; 10) ml/l

3. K 2 Cr2 O 4 = 10 g/l
4. Pembasah = 1 ml/l
5. Amonium Sulfat = 2 g/l
6. NaCl = 20 g/l
7. Suhu = 70°C
8. Waktu = 20 menit
9. Vlot = 1:40

III.4.2 Resep Pencucian


1. Sabun netral = 1 ml/l
2. Vlot = 1:20
3. Suhu = 60°C
4. Waktu = 10 menit

Anda mungkin juga menyukai