LAPORAN
(diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Teknologi
Penyempurnaan I)
oleh :
Kelompok 3 / 2K4
Sekar Ambarwaningthyas Wahyuni 19420080
Wendian Kristanto Simarmata 19420089
Widya Ayu Setyasari 19420090
Wilsen Wimpie 19420091
Yessiane Carolin 19420092
Tujuan
- Memberikan efek mengkeret (kreping) pada kain kapas dengan menggunakan NaOH.
- Untuk mengidentifikasi bagaimana efek mengkeret kain kapas dengan menggunakan
NaOH
- Untuk mengetahui hasil mengkeret pada kain yang diberi motif
- Mengetahui faktor-faktor yang berpengruh dalam proses kreping
- Menganalisa dan mengevaluasi hasil proses kreping
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Serat Kapas
Serat kapas merupakan salah satu contoh serat alam dari kelompok selulosa. Serat ini
dihasilkan dari rambut biji tanaman yang termasuk dalam jenis Gossypium. Spesies yang
kemudian berhasil dikembangkan menjadi tanaman industri adalah Gossypium
Hirsutum. Kapas jenis ini dikenal sebagai kapas upland atau kapas Amerika, dan saat ini
merupakan 87% dari produksi kapas dunia.
Berdasarkan strukturnya, selulosa memiliki bentuk yang bercabang- cabang, monomer-
monomernya yang tersusun secara linear, serta diantara polimer- polimernya terdapat
ikatan hidrogen yang menghubungkan antar polimer yang satu dengan yang lain.
Perhatikan struktur selulosa berikut.
Gugus –OH primer pada selulosa merupakan gugus fungsi yang berperan untuk
mengadakan ikatan dengan zat warna direk berupa ikatan hidrogen. Serat selulosa
umumnya lebih tahan alkali tapi kurang tahan suasana asam, sehingga pengerjaan proses
persiapan penyempurnaan dan pencelupannya lazim dilakukan dalam suasana netral atau
alkali.
1. Membujur
Berdasarkan uji mikroskop, penampang membujur serat kapas akan tampak seperti pita
pipih yang terpuntir ke arah panjang. Tidak hanya itu, terdapat pula garis putus-putus
tak beraturan di tengahnya serta ukuran serat tidak sama (beragam). Serat dibagi
menjadi tiga bagian, yakni:
- Dasar
Dasar serat kapas berbentuk kerucut pendek yang selama pertumbuhan serat tetap
tertanam di antara sel-sel epidermis. Pada umunya, dalam proses pemisahan serat
dari bijinya (ginning), dasar serat ini putus sehingga jarang sekali ditemukan pada
serat kapas yang diperdagangkan.
- Badan
Badan serat kapas merupakan bagian utama dari serat, kira- kira sampai
panjang serat. Bagian ini mempunyai diameter yang sama, dinding yang tebal dan
lumen yang sempit.
- Ujung
Ujung serat merupakan bagian yang lurus dan mulai mengecil dan pada umumnya
kurang dari 1/4 bagian panjang serat. Bagian ini mempunyai sedikit konvolusi dan
tidak mempunyai lumen. Diameter bagian ini lebih kecil dari diameter badan dan
berakhir dengan ujung yang runcing.
2. Melintang
Berdasarkan uji mikroskop, bentuk penampang melintang serat kapas sangat bervariasi
dari pipih sampai bulat. Akan tetapi, pada umumnya berbentuk seperti ginjal. Untuk
serat kapas dewasa, penampang melintangnya terdiri dari 6 bagian, yaitu:
Kutikula
Kutikula merupakan lapisan terluar yang mengandung lilin, pektin, dan protein. Lapisan
ini merupakan penutup halus yang tahan air, dan melindungi bagian dalam serat.
- Dinding Primer
Dinding primer merupakan dinding sel tipis yang asli. Terdiri dari selulosa dan juga
mengandung pektin, protein dan zat-zat yang mengandung lilin. Dinding ini tertutup
oleh zat-zat yang menyusun kutikula. Tebal dinding primer kurang dari 0,5 m. Selulosa
dalam dinding primer berbentuk benang- benang yang sangat halus atau fibril. Fibril
tersebut tidak terusun sejajar panjang serat tetapi membentuk spiral dengan sudut 650 –
700 mengelilingi sumbu serat. Spiral tersebut mengelilingi serat dengan arah S maupun
Z dan ada juga yang tersusun hampir tegak lurus pada sumbu serat.
- Dinding Sekunder
Dinding sekunder merupakan lapisan-lapisan selulosa dan merupakan bagian utama dari
serat kapas. Dinding sekunder juga merupakan lapisan fibril-fibril yang membentuk
spiral dengan sudut 200 sampai 300 mengelilingi sumbu serat. Tidak seperti spiral fibril
pada dinding primer, spiral fibril pada dinding sekunder arah putarannya berubah-ubah
pada interval yang random sepanjang serat.
- Lapisan Antara
Lapisan antara merupakan lapisan pertama dari dinding sekunder dan strukturnya
sedikit berbeda dengan dinding sekunder maupun dinding primer.
- Dinding Lumen
Dinding lumen lebih tahan terhadap pereaksi-pereaksi tertentu dibandingkan dengan
dinding sekunder.
- Lumen
Lumen merupakan ruangan kosong di dalam serat. Bentuk dan ukurannya bervariasi
dari serat yang satu ke serat yang lain maupun sepanjang satu serat itu sendiri. Lumen
berisi zat-zat padat yang merupakan sisa-sisa protoplasma yang sudah kering, yang
komposisinya sebagian besar terdiri dari nitrogen.
Kesesuaian suatu zat kanji untuk penganjian (juga dalam penghilangan kanji) sangat
bergantung pada jenis kanji tersebut berasal dan kandungan amilosa dan
amilopektinnya. Zat kanji dengan amilopektin tinggi dapat menimbulkan masalah pada
proses penghilangan kanjinya, bahkan dengan enzim amylase sekalipun.
2.5 PVA
PVA atau kepanjangan dari Polyvinyl Alchol adalah suatu macro molecule atau yang
biasa disebut POLYMER , yaitu molecule dengan rantai sangat panjang yang
terbentuk dari bergabungnya banyak molecule yang sederhana. Molekul- molekul
dasar yang tergabung membentuk polymer disebut MONOMER. Sedangkan reaksi
pembentukan polymer dari monomer disebut POLYMERISASI.
Monomer pembentuk PVA adalah VINYL ACETAT (VA) yang merupakan hasil
reaksi campuran asam cuka + okisgen + Ethylene :
Fiksasi tersebut dapat berbentuk gaya-gaya dwikutub atau elektrolit. Suatu dwikutub
listrik terdiri dari dua pusat dengan muatan sama tapi berlawanan. δ+ dan δ-,
terpisahkan dengan jarak yang kecil sekali. Banyak molekul-molekul yang
memperlihatkan sifat-sifat dwikutub karena bentuk geometri dan distribusi dari
muatan dalam ikatan intra-atomnya.
Hal ini terlihat jelas pada molekul air yang memperlihatkan karakter dwikutub yang
kuat sekali :
Substansi kimia yang dikenal dengan elektrolit merupakan komposit ionic (asam, basa,
garam) dan disebut kation bila ionnya positif dan anion bila ionnya negatif. Zat-zat
tersebut bersama dalam bentuk terlarut dan mampu berlaku sebagai medium
konduktif. Hal penting pada elaktrolit adalah kelarutannya yang cepat berkat
afinitasnya yang tinggi terhadap air, sehingga mudah dihilangkan dalam pencucian.
Untuk kopolimer-kopolimer tertentu, pertambahan sifat kelarutannya diperoleh dengan
konjugasi dua gugusan, yaitu gugus dwikutub dan elektrolit yang berada pada molekul
yang sama.
Fiksasi zat kanji pada serat adalah murni ikatan fisik dan contohnya adalah :
Dwi kutub
Contoh : kanji dan PVA
Elektrolitik
Contoh : kopolimer
Bahan :
- Kain kapas
- PVA
- Tapioka
- Formalin
- Softener
3.2 Resep
Tapioka : 1- 5 %
PVA : 1- 5 %
Formalin / CuSO4 1 % : 1 ml /liter
Softener : 0,5 ml/l.
Temperatur : 60-70 C
Wpu : 60- 80 %
Padding Kain
Drying
Evaluasi
3.5 Fungsi Zat
- Tapioka dan PVA : Sebagai zat utama proses penyempurnaan penganjian yang akan
memberikan lapisan film pada bahan
- Softener : sebagai pelembut dan dapat memberikan pegangan yang lembut pada kain ,
sehingga dapat mengurangi kekakuan kain dari penggunaan kanji yang terlalu banyak
- Formalin : sebagai pengawet yang akan mencegah timbulnya jamur dan bakteri pada
larutan kanji dan pada hasil penganjian yang dapat merusak serat
4.1 Diskusi
Serat kapas merupakanSserat alam selulosa yang dihasilkan dari rambut biji tanaman
jenis Gossypium berdasarkan strukturnya selulosa memiliki bentuk yang bercabang-
cabang, monomernya tersusun secara linear serta diantara polimer-polimernya terdapat
ikatan hydrogen yang menghubungkan antar polimer yang satu dengan yang lain.
Pada proses penganjian ini kanji akan masuk kedalam celah-celah kain sehingga berat
kain akan bertambah. Penggunaan konsentrasi kanji yang berbeda-beda akan
menghasilkan kain dengan kekuatan yang berbeda pula hal ini disebabkan oleh larutan
kanji, larutan kanji mempengaruhi penyempurnaan jika larutan kanji semakin kental
maka jumlah kanji yang terserap pada bahan akan semakin banyak, akibatnya
penambahan berat semakin besar dan kekuatan pun semakin besar. Pada saaat kain
dipadder akan ada tekanan pada kain sehingga kanji yang sudah berada didalam kain
akan sukar untuk keluar lagi.
Pada proses penganjian akan memberikan efek mengkilap pada bahan dikarenakan
adanya lapisan film yang terbentuk dari kanji yang digunakan pada proses
penyempurnaan penganjian. Lapisan tersebut terbentuk pada saat pengeringan dengan
menggunakan setrika yang dilakukan setelah pengeringan awal setelah kain di padd
dengan larutan kanji. Pengeringan akhir akan berpengaruh terhadap proses akhir yaitu
efek mengkilap terutama pada penambahan berat kain.
4.2 Kesimpulan
Berdasarakan data yang diperoleh dari proses penganjian kain kapas yang
menggunakan kanji tapioka ,PVA dan CMC didapatkan hasil sebagai berikut ini :
1. Penambahan persen berat kain kapas paling besar adalah pada kanji CMC
(2,56%) ,lalu pada kanji PVA (1,88%) dan terakhir persen berat paling rendah
kain kapas yang dilakukan penganjian adalah pada kanji tapioka ( 0,64%).
2. Data kekakuan paling besar pada kanji CMC ( 237,58 mg.cm), lalu pada kanji
tapioka (225,488 mg.cm), dan terakhir data kekakuan yang palning rendah ada
pada kanji PVA (204,941 mg.cm).
DAFTAR PUSTAKA
Susyami, dkk. 2005. Bahan Ajar Praktikum Evaluasi Tekstil III (Evaluasi Kain). Bandung :
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.