GRUP : 2K3
KELOMPOK 3
Agar dapat melakukan proses penyempurnaan tahan kusut pada kapas, nilon dan
T/C. Untuk dapat mengevaluasi hasil penyempurnaan tahan kusut dengan cara evaluasi
CRA, kekakuan dan kekuatan tarik.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 SeratKapas
Kapas (dari bahasa Hindikapas, sendirinya dari bahasa Sanskertakarpasa) adalah serat
halus yang menyelubungi biji beberapa jenis Gossypium (biasa disebut "pohon"/tanaman kapas),
tumbuhan 'semak' yang berasal dari daerah tropika dan subtropika. Serat kapas menjadi bahan
penting dalam industri tekstil.Serat itu dapat dipintal menjadi benang dan ditenun menjadi
kain.Produk tekstil dari serat kapas biasa disebut sebagai katun (benang maupun kainnya).Kapas
itu sendiri salah satu contoh serat selulosa dimana serat selulosa banyak mengandung gugus
hidroksil.Gugus ini dapat mengadakan ikatan hydrogen dengan gugusan – gugusan hidroksil,
aminada azo dalam molekul zat warna.
Serat kapas merupakan serat alam yang banyak dipakai dalam pembuatan pakaian.Karena
sifatnya yang nyaman dipakai maka serat kapas menjadi komoditi yang bernilai ekonomis untuk
industri pertekstilan. Morfologi tanaman kapas antara lain :
Struktur serat kapas adalah :
Warna
Warna serat kapas secara umum adalah putih cream, tetapi sesungguhnya terdapat
bermacam-macam warna putih.Pengaruh mikroorganisme menyebabkan warna kapas
menjadi suram. Dalam kondisi cuaca yang jelek , warna kap[as menjadi sangat gelap
abu-abu kebiruan. Kapas yang pertumbuhannya terhenti akan berwarna kekuningan.
Warna kapas merupakan salah satu factor penentu grade.
Kekuatan
Kekuatan serat kapas terutama dipengaruh oleh kadar selulosa dalam serat,
panjang rantai dan orientasinya. Kekutan serat kapas perbundel rata- rata adalah 96.700
pound per inci2 dengan minimum 70.000 dan maksimum 116.000 pound per inci2.
Kekuatan serat bukan kapas pada umumnya menurundalam keadaan basah, tetapi
sebaliknya kekuatan serat kapas dalam keadaan basah makin tinggi.
Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantara serat-serat selulosa alam,
kira-kira dua kali mulur rami. Diantara serat alam hanya sutera dan wol yang mempunyai
mulur lebih tinggi dari kapas. Mulur serat kapas berkisar 4 – 13 % bergantung pada
jenisnya dengan mulur rata-rata 7 %.
Moisture Regain
Serat kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air, dan air mempunyai
pengaruh yang nyata pada sifat-sifat serat.Serat kapas yang sangat kering bersifat kasar,
rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain serat kapas bervariasi dengan perubahan
kelembaban relatif atmosfir sekelilingnya. Moiture regain serat kapas pada kondisi
standar berkisar antara 7 - 8,5 %
Poliamida pertama kali dibuat oleh W. Carothers pada tahun 1928 dengan nama dagang
Nylon. Poliamida dibuat dari hasil reaksi senyawa diamina dan dikarboksilat. Poliamida yang
pertama dibuat dari heksametilendiamina dan asam adipat. Serat yang dihasilkannya disebut
”Nylon 66” angka dibelakang nama Nylon menunjukkan jumlah atom karbon penyusun dari
senyawa amina dan senyawa karboksilatnya.
Serat Nylon lain yang dibuat adalah dari asam sebasat dan heksametilendiamina yang
hasil reaksinya dinamakan ”Nylon 6.10” dengan struktur seperti yang disajikan pada Gambar
1.10.
1. Sifat poliamida tergantung senyawa penyusunnya. Secara umum serat poliamida
mempunyai penampang memanjang berbentuk silinder dan penampang melintang bulat.
Serat Nylon dibuat dengan berbagai tujuan penggunaan. Untuk keperluan industri dibuat
serat dengan kekuatan tinggi dan mulur yang kecil, sedangkan tekstil untuk pakaian
dibuat dengan kekuatan yang tidak terlalu tinggi, dan mulur yang agak tinggi.
Karakteristik serat poliamida disajikan pada Tabel 1.13
2. Morfologi serat poliamida Serat poliamida dipintal dengan pemintalan leleh, seperti
halnya dengan serat buatan yang lain poliamida mempunyai penampang melintang
bermacam- macam, tetapi yang paling umum adalah bentuk trilobal dan bulat.
3. Penggunaan serat poliamida Serat poliamida memiliki kekuatan yang cukup tinggi dan
ketahanan kimia yang cukup baik, oleh karena itu penggunaannya cukup luas. Dapat
digunakan untuk tekstil pakaian misalnya kaos kaki, pakaian dalam, baju oleh raga,
sampai pada penggunaan teknik seperti benang penguat ban, terpal, belt penarik dan lain
sebagainya.
2.3 Penyempurnaan Anti Kusut
Penyempurnaan anti kusut merupakan suatu proses pemberian resin anti kusut yang
bersifat permanen pada kain tertentu untuk keperluan tertentu. Proses penyempurnaan anti
kusut merupakan salah satu proses penyempurnaan tekstil menggunakan resin yang juga
memberikan sifat tahan kusut, kestabilan dimensi, dan lain sebagainya.
Pada umumnya resin merupakan kondensasi aminoplast yang terjadi dari reaktan-
reaktan nukleofil, senyawa NH dan senyawa karbonil. Ditinjau dari segi molekulnya, resin
terdiri dari molekul-molekul komplek yang pada kondisi tertentu akan bergabung satu sama
lain membentuk molekul yang sama berbentuk linier atau siklik.
Dengan adanya kemampuan membentuk molekul besar diantara rantai molekul, maka
rantai molekul serat seakan-akan diikat satu sama lain pada posisi tertentu sehingga
kedudukannya tidak mudah berubah lagi.
Proses penyempurnaan resin secara umum meliputi proses persiapan kain, persiapan
larutan resin, rendam peras, pengeringan, pemanas awetan, dan pencucian.
Katalis
Katalisator adalah suatu senyawa yang mempercepat suatu reaksi tanpa ikut serta
dalam reaksi tersebut. Dalam penyempurnaan kapas dengan resin, reaksi polikondensasi
dilakukan pada temperatur tinggi yaitu dengan proses pemanas awetan dalam suasana
asam. Dan biasanya digunakan asam-asam atau senyawa yang mengeluarkan asam pada
suhu tinggi, yang biasa disebut katalisator yang ditambahkan pada larutan kondensat.
Katalisator ini dapat digolongkan dalam 3 jenis yaitu : asam-asam organik, garam-garam
alumunium, dan garam-garam logam.
Anti Kusut
Terdapat dua istilah yang biasa digunakan dalam pengujian ini, ketahanan terhadap
kekusutan (crease resistance) dan kemampuan kembali dari kusut (crease recovery). Bila
suatu bahan tekstil jelek crease resistancenya, maka jelek pula crease recovery-nya atau
dengan kata lain kain tersebut mudah kusut.
Masalah ini penting karena menyangkut masalah kenampakan atau keindahan kain.
Terdapat berbagai alat yang dapat dipakai untuk menentukan ketahanan suatu kain
terhadap kekusutan ini, antara lain :
- Pengujian total
- Pengujian dengan alat “ Shirley “ crease recovery tester
Pada pengujian ini digunakan alat Shirley crease recovery tester, yang terdiri dari
sebuah piringan busur derajat yang dapat diputar pada prosesnya..
Ketentuan dari sudut kusut :
Sudut kusut : x > 135 0 Baik sekali
125 – 1350 Baik
115 – 1250 Cukup
x < 1150 Kurang
Tahan kusut kain dipengaruhi oleh konstruksi kain, jenis serat penyusun kain dan
stabilitas dimensi kain. Untuk kain-kain yang stabilitas dimensinya baik maka sifatnya
akan lebih tahan kusut dibandingkan dengan serat yang stabilitasnya jelek. Kemampuan
kembali kain dari kekusutanadalah sifat dari kain yang memungkinkannya untuk kembali
dari lipatan.
Pengujian tahan kusut biasanya dilakukan untuk bahan pakaian selain uji kekakuan,
kenampakkan, kilau, kehalusan, kekasaran dan mutu drapernya juga.Sifat-sifat yang
disebutkan tadi merupakan sifat yang cukup penting untuk suatu pakaian ditinjau dari segi
kenyamanan tujuan akhir pemakai.
Pemilihan bahan tekstil (kain) pada perdagangan secara umum dilakukan dengan
memegang dan mencoba memakai kainnya, dan dengan memegang kain tersebut
sebenarnya sedang menilai beberapa sifat sekaligus secara subjektif berdasarkan kepekaan
tangan si pemegang. Karena kerelatifannya tersebut maka diciptakan suatu standar
pengukuran termasuk dalam hal kekakuan kain dan tahan kusut kain.
Terdapat dua cara pengukuran ketahanan kusut yaitu pengujian total dan pengujian
dengan alat Shirley Crease Recovery Tester. Prinsip kedua cara uji itu sama yaitu dengan
menindih contoh uji dengan suatu beban tertentu selama waktu tertentu pula sehingga
dihasilakan lipatan (dianggap sebagai kusut) kemudian beban dilepaskan sehingga contoh
uji membentuk huruf “V” dan diukur berapa besar pemulihannya. Untuk cara total yang
diukur adalah jarak antara kedua ujung “V”, sedangkan dengan alat Shirley yang diukur
adalah besarnya sudut yang dibentuk oleh pita “V”. Yang dipakai dalam praktikum ini
adalah dengan alat Shirley Crease Recovery.
Gambar 2.5.1
(Shirley Crease Recovery Tester dan Pemberat)
Kelemahan proses anti kusut yaitu kain menjadi lebih kaku. Sedangkan
kelebihannya, yaitu :
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat :
Gelas kimia 500ml
Gelas ukur 100ml
Pengaduk
Neraca digital
Baki
Mesin Padder
Mesin Stenter
Alat pengujian CRA
3.1.2 Bahan :
Kain kapas 100%
Kain T/C
Kain Nilon
Resin
Katalis
Evaluasi kain
3.6 Perhitungan
6
Resin : x 200=6 gram
100
Katalis : 0,6 mL
Fungsi Zat :
Citric Acid dan Tartat Acid Sebagai zat anti kusut yang akan memberikan
efek tahan kusut terhadap kain Kapas 100%.
Zw reaktif Memberikan warna pada bahan
NaHCO3
NaCl
Teepol Menurunkan tegangan permukaan kain,
sehingga kain dapat dengan mudah terbasahi
dan menghilangkan resin yang tidak
terfiksasi.
Na2CO3 Untuk proses penyabunan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Data Pengamatan
Data Blanko Kekakuan
Keterangan Kain Kapas Kain Nilon Kain T/C
4.2 DISKUSI
1. Tahan Kusut
Dari hasil praktikum yang didapatkan oleh kelompok kita terlihat bahwa efek
kekakuan didapatkan pada kain T/C dikarenakan dari data CRA (Crease Recovery Angel)
lebih besar dari kain kapas dan rayon seiring dengan semakin besarnya konsentrasi resin
tahan kusut yang dipergunakan. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena semakin
banyaknya ikatan silang yang terbentuk antar serat, dimana terbentuknya ikatan silang
pada permukaan dan bagian amorf serat ini memberikan ikatan yang melapisi permukaan
serat dan menaikkan sifat kekakuan bahan pada saat dilakukan pengujian.
Disamping teori tersebut, ada kemungkinan bahan telah mengalami kerusakan oleh asam
yang berasal dari katalis mengingat sifat bahan dari kapas yang tidak begitu tahan pada
asam apalagi dalam suhu yang tinggi. Bahan yang telah rusak tersebut ketika dilipat,
untuk kembali ke posisi semula akan sulit atau bahkan tidak dapat kembali lagi yang
memberikan nilai sudut yang kecil. Jumlah asam yang dihasilkan disini cukup banyak
akibat dari meningkatnya konsentrasi resin yang digunakan maka asam yang akan
terbentuk dari katalis pun akan lebih banyak, dan hal ini mempengaruhi bahan dalam hal
ketahanannya terhadap asam.
KESIMPULAN
Dari hasil praktikuj]m yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa kain yang
mempunyai paling tinggi adalah kain T/C.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN