Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN I

PENYEMPURNAAN TAHAN KUSUT PADA KAIN KAPAS, RAYON DAN T/C

GRUP : 2K3
KELOMPOK 3

MAYLAWATI WANDARI (17020051)


M. ABSHAR SHIDDIEQ (17020056)
M. HAZBILLAH (17020060)
NOVAL ARDIANTO B (17020064)

DOSEN : Wulan S., S.ST,M.T.


ASISTEN DOSEN : Mia K., S.ST.
: Desiriana

TANGGAL PENGUMPULAN : 1 MARET 2019

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2019
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
IDENTIFIKASI MASALAH
I. MAKSUD DAN TUJUAN
1.1 Maksud :
Melakukan penyempurnaan anti kusut pada kain kapas, rayon dan T/C.
2.1 Tujuan :

Agar dapat melakukan proses penyempurnaan tahan kusut pada kapas, nilon dan
T/C. Untuk dapat mengevaluasi hasil penyempurnaan tahan kusut dengan cara evaluasi
CRA, kekakuan dan kekuatan tarik.

BAB II

DASAR TEORI
2.1 SeratKapas

Kapas (dari bahasa Hindikapas, sendirinya dari bahasa Sanskertakarpasa) adalah serat
halus yang menyelubungi biji beberapa jenis Gossypium (biasa disebut "pohon"/tanaman kapas),
tumbuhan 'semak' yang berasal dari daerah tropika dan subtropika. Serat kapas menjadi bahan
penting dalam industri tekstil.Serat itu dapat dipintal menjadi benang dan ditenun menjadi
kain.Produk tekstil dari serat kapas biasa disebut sebagai katun (benang maupun kainnya).Kapas
itu sendiri salah satu contoh serat selulosa dimana serat selulosa banyak mengandung gugus
hidroksil.Gugus ini dapat mengadakan ikatan hydrogen dengan gugusan – gugusan hidroksil,
aminada azo dalam molekul zat warna.

Serat kapas merupakan serat alam yang banyak dipakai dalam pembuatan pakaian.Karena
sifatnya yang nyaman dipakai maka serat kapas menjadi komoditi yang bernilai ekonomis untuk
industri pertekstilan. Morfologi tanaman kapas antara lain :
Struktur serat kapas adalah :

Sifat kimia serat kapas antara lain :

 Terhidrolisis dalam asam kuat sehingga kekuatan turun.


 Oksidator berlebih menghasilkan oksiselulosa.
 Mengembung dalam larutan alkali (dimanfaatkan pada proses merserisasi).

Sifat Fisika Serat Kapas antara lain :

 Warna
Warna serat kapas secara umum adalah putih cream, tetapi sesungguhnya terdapat
bermacam-macam warna putih.Pengaruh mikroorganisme menyebabkan warna kapas
menjadi suram. Dalam kondisi cuaca yang jelek , warna kap[as menjadi sangat gelap
abu-abu kebiruan. Kapas yang pertumbuhannya terhenti akan berwarna kekuningan.
Warna kapas merupakan salah satu factor penentu grade.
 Kekuatan
Kekuatan serat kapas terutama dipengaruh oleh kadar selulosa dalam serat,
panjang rantai dan orientasinya. Kekutan serat kapas perbundel rata- rata adalah 96.700
pound per inci2 dengan minimum 70.000 dan maksimum 116.000 pound per inci2.
Kekuatan serat bukan kapas pada umumnya menurundalam keadaan basah, tetapi
sebaliknya kekuatan serat kapas dalam keadaan basah makin tinggi.
 Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantara serat-serat selulosa alam,
kira-kira dua kali mulur rami. Diantara serat alam hanya sutera dan wol yang mempunyai
mulur lebih tinggi dari kapas. Mulur serat kapas berkisar 4 – 13 % bergantung pada
jenisnya dengan mulur rata-rata 7 %.
 Moisture Regain
Serat kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air, dan air mempunyai
pengaruh yang nyata pada sifat-sifat serat.Serat kapas yang sangat kering bersifat kasar,
rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain serat kapas bervariasi dengan perubahan
kelembaban relatif atmosfir sekelilingnya. Moiture regain serat kapas pada kondisi
standar berkisar antara 7 - 8,5 %

2.2 Serat Nylon

Poliamida pertama kali dibuat oleh W. Carothers pada tahun 1928 dengan nama dagang
Nylon. Poliamida dibuat dari hasil reaksi senyawa diamina dan dikarboksilat. Poliamida yang
pertama dibuat dari heksametilendiamina dan asam adipat. Serat yang dihasilkannya disebut
”Nylon 66” angka dibelakang nama Nylon menunjukkan jumlah atom karbon penyusun dari
senyawa amina dan senyawa karboksilatnya.

Serat Nylon lain yang dibuat adalah dari asam sebasat dan heksametilendiamina yang
hasil reaksinya dinamakan ”Nylon 6.10” dengan struktur seperti yang disajikan pada Gambar
1.10.
1. Sifat poliamida tergantung senyawa penyusunnya. Secara umum serat poliamida
mempunyai penampang memanjang berbentuk silinder dan penampang melintang bulat.
Serat Nylon dibuat dengan berbagai tujuan penggunaan. Untuk keperluan industri dibuat
serat dengan kekuatan tinggi dan mulur yang kecil, sedangkan tekstil untuk pakaian
dibuat dengan kekuatan yang tidak terlalu tinggi, dan mulur yang agak tinggi.
Karakteristik serat poliamida disajikan pada Tabel 1.13
2. Morfologi serat poliamida Serat poliamida dipintal dengan pemintalan leleh, seperti
halnya dengan serat buatan yang lain poliamida mempunyai penampang melintang
bermacam- macam, tetapi yang paling umum adalah bentuk trilobal dan bulat.

3. Penggunaan serat poliamida Serat poliamida memiliki kekuatan yang cukup tinggi dan
ketahanan kimia yang cukup baik, oleh karena itu penggunaannya cukup luas. Dapat
digunakan untuk tekstil pakaian misalnya kaos kaki, pakaian dalam, baju oleh raga,
sampai pada penggunaan teknik seperti benang penguat ban, terpal, belt penarik dan lain
sebagainya.
2.3 Penyempurnaan Anti Kusut

Penyempurnaan anti kusut merupakan suatu proses pemberian resin anti kusut yang
bersifat permanen pada kain tertentu untuk keperluan tertentu. Proses penyempurnaan anti
kusut merupakan salah satu proses penyempurnaan tekstil menggunakan resin yang juga
memberikan sifat tahan kusut, kestabilan dimensi, dan lain sebagainya.
Pada umumnya resin merupakan kondensasi aminoplast yang terjadi dari reaktan-
reaktan nukleofil, senyawa NH dan senyawa karbonil. Ditinjau dari segi molekulnya, resin
terdiri dari molekul-molekul komplek yang pada kondisi tertentu akan bergabung satu sama
lain membentuk molekul yang sama berbentuk linier atau siklik.
Dengan adanya kemampuan membentuk molekul besar diantara rantai molekul, maka
rantai molekul serat seakan-akan diikat satu sama lain pada posisi tertentu sehingga
kedudukannya tidak mudah berubah lagi.
Proses penyempurnaan resin secara umum meliputi proses persiapan kain, persiapan
larutan resin, rendam peras, pengeringan, pemanas awetan, dan pencucian.

RENDAM-PADDING PENGERINGAN CURING


a. Persiapan Kain
Hasil penyempurnaan resin tergantung pada distribusi resin yang merata. Untuk itu
diperlukan daya serap yang sama pada seluruh bagian kain, sehingga pengerjaan berikut
sebelum penyempurnaan resin mempunyai arti yang penting :
- Pembakaran bulu
- Penghilangan kanji
- Pemasakan
- Pengelantangan
- Kostisasi atau merserisasi
- Pencucian
- Pengeringan
Kain yang sudah mengalami proses pengelantangan , baik daya serapnya tetapi
biasanya tertutup oleh lapisan tipis sabun alkali dan dapat menghalangi penyerapan resin.
Disamping itu, alkali dapat mengurangi efisiensi katalis yang ditambahkan pada proses
penyempurnaan dan akan memberikan hasil yang tidak merata. Pencucian dengan calgon
dapat menghilangkan lapisan tipis itu atau pembilasan dengan larutan asam encer.Khusus
untuk selulosa sebaiknya diperlakukan dalam keadaan menggelembung, untuk itu kain
dilewatkan dalam alkali encer (6-7 % soda kostik) dan kemudian dibilas dengan air dan
asam encer.Akhirnya untuk semua kain harus diatur kelembabannya tetap dan seragam,
bila didinginkan hasil yang seragam pula.

b. Larutan penyempurnaan resin


Larutan penyempurnaan resin pada umumnya terdiri atas tiga komponen sebagai
berikut :
1. Prakondensat
2. Katalis
3. Zat – zat aditif seperti pelemas, pelembut atau senyawa-senyawa tertentu untuk
memperoleh efek tertentu.
Saat ini banyak prakondensat yang telah diproduksi oleh pabrik–pabrik kimia dengan
nama dagang misalnya turunan dari urea, etilena urea, triazon dan hidroksietilena urea.
c. Rendam-Padding
Campuran perendam ini terdiri dari dua komponen yaitu resin antikusutdan katalis.
Pereaksi untuk kondensat dapat dipakai menurut dua cara, yaitu sebagai pereaksi yang
belum terkondensasi atau sebagai kondesat awal. Penggunaan pereaksi yang belum
terkondensasi memiliki kekurangan-kekurangan, formaldehid adalah sangat reaktif dan
sangat mudah menguap,sehingga pengguanaan dalam jumlah yang banyak akan
memperbesar berat molekul dan sebagian menguap secara kontinyu.Oleh karena itu
pemakaian sebagai kondensasi awal akan lebih menguntungkan.Pengontrolan dari hasil
kondensasi adalah penting dan sebaiknya digunakan kondensat dengan berat molekul
rendah, karean kondensat dengan berat molekul tinggi tidak akan masuk kedalam serat.
d. Pengeringan
Pengeringan dari kain yang diimpregnasi harus sedemikian rupa sehingga tidak
terbentuk resin diantara rongga dan hanya pada permukaan saja.
Selanjutnya pengeringan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga distribusi
pereaksi dalam serat tidak terganggu ini berarti, bahwa air yang menguap dari dalam, bila
tidak maka materi yang larut dalam air akan terkondensasi pada permukaan.
Jadi proses pengeringan lambat harus dihindari, karena proses ini membawa resin ke
permukaan. Demikian pula penarikan berlebih selama penarikan akan mempermudah
cairan berpindah ke permukaan.
Silinder pengering lebih efisien dari pada penggunaan uap, hanya saja lebar dan
pegangan kain tak dapat dikontrol.Kontaminasi permukaan silinder oleh zat warna atau
hasil-hasil amino-aldehid dari kain dapat menganggu.
Bila efek khusus diinginkan, misalnya pengelasuran (glazing) atau pahatan
(embossing), maka tahap ini harus dilaksanakan setelah pengeringan , tetapi sebelum
pemanggangan atau pemanas awetan (curing). Temperatur pengeringan biasanya adalah
antara 90 sampai 100 oC
e. Pemanas awetan/curring
Kondensasi akhir dari produk amino aldehida merupakan tahap merupakan tahap
penting penyempurnaan resin.Untuk mendapatkan hasil yang baik maka tahap
pemanasan/curing harus dikontrol dengan baik.Pada umumnya digunakan temperatur
pemanasan ditentukan oleh macam katalis yang digunakan, asam organik seperti asam
tatrat memerlukan sampai 3 menit pada suhu 150 oC sesuai menurut tebal kainnya.Tujuan
pokok dari perlakukan panas adalah untuk mengawetkan sifat yang diiginkan, sehingga
bersifat lebih permanen.
Pemanas awetan secara kering sering menghasilkan produk yang getas, lebih-lebih
untuk rayon. Oleh karena diperlukan proses pemanas awetan dengan uap. Dengan
demikian ketahanan terhadap gosokan dapat diperbesar juga.

Katalis

Katalisator adalah suatu senyawa yang mempercepat suatu reaksi tanpa ikut serta
dalam reaksi tersebut. Dalam penyempurnaan kapas dengan resin, reaksi polikondensasi
dilakukan pada temperatur tinggi yaitu dengan proses pemanas awetan dalam suasana
asam. Dan biasanya digunakan asam-asam atau senyawa yang mengeluarkan asam pada
suhu tinggi, yang biasa disebut katalisator yang ditambahkan pada larutan kondensat.
Katalisator ini dapat digolongkan dalam 3 jenis yaitu : asam-asam organik, garam-garam
alumunium, dan garam-garam logam.

Anti Kusut
Terdapat dua istilah yang biasa digunakan dalam pengujian ini, ketahanan terhadap
kekusutan (crease resistance) dan kemampuan kembali dari kusut (crease recovery). Bila
suatu bahan tekstil jelek crease resistancenya, maka jelek pula crease recovery-nya atau
dengan kata lain kain tersebut mudah kusut.
Masalah ini penting karena menyangkut masalah kenampakan atau keindahan kain.
Terdapat berbagai alat yang dapat dipakai untuk menentukan ketahanan suatu kain
terhadap kekusutan ini, antara lain :
- Pengujian total
- Pengujian dengan alat “ Shirley “ crease recovery tester
Pada pengujian ini digunakan alat Shirley crease recovery tester, yang terdiri dari
sebuah piringan busur derajat yang dapat diputar pada prosesnya..
Ketentuan dari sudut kusut :
Sudut kusut : x > 135 0 Baik sekali
125 – 1350 Baik
115 – 1250 Cukup
x < 1150 Kurang
Tahan kusut kain dipengaruhi oleh konstruksi kain, jenis serat penyusun kain dan
stabilitas dimensi kain. Untuk kain-kain yang stabilitas dimensinya baik maka sifatnya
akan lebih tahan kusut dibandingkan dengan serat yang stabilitasnya jelek. Kemampuan
kembali kain dari kekusutanadalah sifat dari kain yang memungkinkannya untuk kembali
dari lipatan.
Pengujian tahan kusut biasanya dilakukan untuk bahan pakaian selain uji kekakuan,
kenampakkan, kilau, kehalusan, kekasaran dan mutu drapernya juga.Sifat-sifat yang
disebutkan tadi merupakan sifat yang cukup penting untuk suatu pakaian ditinjau dari segi
kenyamanan tujuan akhir pemakai.
Pemilihan bahan tekstil (kain) pada perdagangan secara umum dilakukan dengan
memegang dan mencoba memakai kainnya, dan dengan memegang kain tersebut
sebenarnya sedang menilai beberapa sifat sekaligus secara subjektif berdasarkan kepekaan
tangan si pemegang. Karena kerelatifannya tersebut maka diciptakan suatu standar
pengukuran termasuk dalam hal kekakuan kain dan tahan kusut kain.
Terdapat dua cara pengukuran ketahanan kusut yaitu pengujian total dan pengujian
dengan alat Shirley Crease Recovery Tester. Prinsip kedua cara uji itu sama yaitu dengan
menindih contoh uji dengan suatu beban tertentu selama waktu tertentu pula sehingga
dihasilakan lipatan (dianggap sebagai kusut) kemudian beban dilepaskan sehingga contoh
uji membentuk huruf “V” dan diukur berapa besar pemulihannya. Untuk cara total yang
diukur adalah jarak antara kedua ujung “V”, sedangkan dengan alat Shirley yang diukur
adalah besarnya sudut yang dibentuk oleh pita “V”. Yang dipakai dalam praktikum ini
adalah dengan alat Shirley Crease Recovery.
Gambar 2.5.1
(Shirley Crease Recovery Tester dan Pemberat)

Kelemahan proses anti kusut yaitu kain menjadi lebih kaku. Sedangkan
kelebihannya, yaitu :

 Sifat kering halus setelah pencucian


 Dapat diperoleh efek awet dengan perlakuan meknik sebagai tahap antara.
 Mengurangi pengerutan akibat pencucian
 Menambah kekuatan tarik kering dan kekuatan tarik basah.
 Menambah daya tahan luntur terhadap cucian dan gosokan dari kebanyakan
zat warna.
 Mengurangi imbibisi air dan mempercepat pengeringan
 Memperbaiki pegangan (handle) dan drapi (drape) dari kain
 Menambah berat
 Menambah daya tahan terhadap degradasi akibat cahaya dan udara

BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat :
 Gelas kimia 500ml
 Gelas ukur 100ml
 Pengaduk
 Neraca digital
 Baki
 Mesin Padder
 Mesin Stenter
 Alat pengujian CRA
3.1.2 Bahan :
 Kain kapas 100%
 Kain T/C
 Kain Nilon
 Resin
 Katalis

3.2 Diagram Alir

Timbang bahan dan zat yang dibutuhkan sesuai


resep

Buat larutan penyempurnaan anti kusut

Rendam kain dalam larutan anti kusut

Proses padding kain dengan WPU 70%

Drying suhu 100 0C

Proses curing suhu 150oC, 170oC, 190oC

Evaluasi kain

3.3 Skemas Proses

3.4 Langkah kerja


 Menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam proses
penyempurnaan anti kusut.
 Menghitung dan menimbang kebutuhan zat-zat kimia berdasarkan resep yang telah
ditentukan untuk larutan penyempurnaan anti kusut.
 Membuat larutan anti kusut dengan resep yang sudah ditentukan.
 lalu rendam kain di dalamnya hingga seluruh bagiannya terbasahi, dan kemudian di
padding dengan WPU 70%
 Keringkan kain (pre drying) dengan mesin stenter suhu 100 0C dan dilanjutkan dengan
pemanasawetan (curing) variasi suhu 150oC, 170oC, 190oC.
 Bahan dibagi 2, satu potong lakukan evaluasi langsung dan satu potong lagi dilakukan
pencucian berualang lalu lakukan evaluasi.
 Evaluasi kain yaitu : CRA, kekakuan dan kekuatan tarik

3.5 Resep dan Fungsi Zat


 Resep penyempurnaan resin :
 Resin : 60 g/l
 Katalis :10%
 Dry : 100oC
 Suhu : 150oC, 170oC, 190oC
 WPU : 70%

3.6 Perhitungan
6
 Resin : x 200=6 gram
100
 Katalis : 0,6 mL
Fungsi Zat :

Citric Acid dan Tartat Acid Sebagai zat anti kusut yang akan memberikan
efek tahan kusut terhadap kain Kapas 100%.
Zw reaktif Memberikan warna pada bahan
NaHCO3
NaCl
Teepol Menurunkan tegangan permukaan kain,
sehingga kain dapat dengan mudah terbasahi
dan menghilangkan resin yang tidak
terfiksasi.
Na2CO3 Untuk proses penyabunan

BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Data Pengamatan
 Data Blanko Kekakuan
Keterangan Kain Kapas Kain Nilon Kain T/C

Depan atas (cm) 2,5 2 1,6


Depan bawah (cm) 2,3 2,1 3,5
Belakang atas (cm) 2,5 1,5 1,9
Belakang bawah (cm) 2,4 1,5 1,9
Rata-rata 2,425 1,775 2,225

 Data Percobaan Kekakuan


Keterangan Kain Kapas Kain Nilon Kain T/C

Depan atas (cm) 2,6 1,7 3,2


Depan bawah (cm) 2,5 1,7 3,6
Belakang atas (cm) 2,0 1,7 3,2
Belakang bawah (cm) 2,7 1,6 3,6
Rata-rata 2,45 1,675 3,4

 Data CRA (Crease Recovery Angel)

Kain Kapas Kain T/C Kain Nylon


Blanko
Data Percobaan 94o 140 o 70 o

- Berat kain (5 x 5) cm kain percobaan

Kain Berat (gr)


Kain rayon 0,32
Kain kapas 0,24
Kain T/C 0,28
- Berat kain (5 x 5) cm kain blanko

Kain Berat (gr)


Kain rayon 0,26
Kain kapas
Kain T/C 0,33

- Kekakuan (k) kain percobaan


k =0,1 x β x p 3 , dimana : k = kekakuan (mg/cm)

β= gramasi kain setelah proses 5x5cm (mg)

P = panjang lengkung (cm)

1. Kain Rayon k =0,1 x β x p 3


3
k =0,1 x 0,32 x ( 2,45 ) cm
k =0,1 x 0,32 x 14,706 cm
k =0,4705
2. Kain Kapas k =0,1 x β x p 3
3
k =0,1 x 0,2 4 x ( 1,675 ) cm
k =0,1 x 0,24 x 4,699 cm
k =¿0,1127
3. Kain T/C k =0,1 x β x p 3
3
k =0,1 x 0,28 x ( 3,4 ) cm
k =0,1 x 0,28 x 39,304 cm
k =1,1005

PANJANG (Cm S) KEKAKUAN (mg Cm) (X – X )2


RAYON 2,45 0,4705 1,4827
KAPAS 1,675 0,1127 2,4822
T/C 3,4 1,1005 0,3453
x = 1,6882  = 4,3102
Σ ( x-x)2
* StandarDeviasi (SD) = √ n-1
4,3102
= 2 √
= 1,03805

4.2 DISKUSI
1. Tahan Kusut
Dari hasil praktikum yang didapatkan oleh kelompok kita terlihat bahwa efek
kekakuan didapatkan pada kain T/C dikarenakan dari data CRA (Crease Recovery Angel)
lebih besar dari kain kapas dan rayon seiring dengan semakin besarnya konsentrasi resin
tahan kusut yang dipergunakan. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena semakin
banyaknya ikatan silang yang terbentuk antar serat, dimana terbentuknya ikatan silang
pada permukaan dan bagian amorf serat ini memberikan ikatan yang melapisi permukaan
serat dan menaikkan sifat kekakuan bahan pada saat dilakukan pengujian.

2. Sudut Kembali Dari Lipatan


Tingginya nilai sudut kembali dari bahan hasil pengujian diperoleh hasil bahwa
semakin banyak resin tahan kusut yang digunakan. Maka kain semakin kaku dan mudah
patah akibat dari semakin banyaknya ikatan silang yang terbentuk dipermukaan serat,
sehingga ketika dilakukan pengujian sudut kembali dari lipatan bahan setelah dilipat
tidak kembali lagi ke posisi awal tetapi tetap pada posisi yang baru jadi ketika diukur
besarnya sudut kembali menunjukkan nilai yang sangat kecil.

Disamping teori tersebut, ada kemungkinan bahan telah mengalami kerusakan oleh asam
yang berasal dari katalis mengingat sifat bahan dari kapas yang tidak begitu tahan pada
asam apalagi dalam suhu yang tinggi. Bahan yang telah rusak tersebut ketika dilipat,
untuk kembali ke posisi semula akan sulit atau bahkan tidak dapat kembali lagi yang
memberikan nilai sudut yang kecil. Jumlah asam yang dihasilkan disini cukup banyak
akibat dari meningkatnya konsentrasi resin yang digunakan maka asam yang akan
terbentuk dari katalis pun akan lebih banyak, dan hal ini mempengaruhi bahan dalam hal
ketahanannya terhadap asam.
KESIMPULAN
Dari hasil praktikuj]m yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa kain yang
mempunyai paling tinggi adalah kain T/C.

SARAN
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai