Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN

PRAKTIKUM EVALUASI SERAT TEKSTIL 1

Nama : Noval Ardianto Baedowi

NIM : 17020064

Grup : 1K3

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2017/2018
I. JUDUL
1. Penggelembungan dengan NaOH 0,1 N
2. Penggelembungan dalam KOH Amoniakal ( Pereaksi Krais Viertel )
3. Pengujian Pewarnaan dengan Uji Perak Amoniakal
4. Pengujian Pewarnaan dengan Uji Indigo Carmine (CI Acid Blue 74)
5. Pengujian Pewarnaan dengan Uji Metilen Biru (CI Basic Blue 9)
6. Pengujian Pewarnaan dengan Uji Acid Red 1

II. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Penggelembungan dengan NaOH 0,1 N
Maksud : Mengenal dan mengetahui jenis kerusakan wool dengan cara penggelembungan
NaOH 0,1 N
Tujuan : Untuk membedakan kerusakan serat wool karena zat kimia.
2. Penggelembungan dalam KOH Amoniakal ( Pereaksi Krais Viertel )
Maksud : Mengenal dan mengetahui jenis kerusakan wool dengan cara
penggelembungan KOH Amoniakal
Tujuan : membedakan kerusakan serat wool karena zat kimia.
3. Pengujian Pewarnaan dengan Uji Perak Amoniakal
Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat wool cara pewarnaan dengan uji
perak amoniakal.
Tujuan : Pengujian dilakukan untuk menunjukkan derajat kerusakan serat wool karena
zat kimia.
4. Pengujian Pewarnaan dengan Uji Indigo Carmine (CI Acid Blue 74)
Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat wool cara pewarnaan dengan uji
indigo carmine.
Tujuan : Pengujian dilakukan untuk menunjukkan derajat kerusakan serat wool karena
zat kimia.
5. Pengujian Pewarnaan dengan Uji Metilen Biru (CI Basic Blue 9)
Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat selulosa cara pewarnaan dengan
uji metilen biru.
Tujuan : Pengujian dilakukan untuk menunjukkan derajat kerusakan serat wool karena
zat kimia.
6. Pengujian Pewarnaan dengan Uji Acid Red 1
Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat selulosa cara pewarnaan dengan
uji acid red 1.
Tujuan : Pengujian dilakukan untuk menunjukkan derajat kerusakan serat wool karena
zat kimia.

III. DASAR TEORI


Wool merupakan serat protein yang terdiri dari lebih dari 20 asam amino. Asam amino
inilah yang kemudian membentuk polimer protein. Serat wol merupakan serat bulu yang berasal
dari biri-biri, sehingga sering disebut serat protein. Jenis biri-biri yang diternakkan akan
mempengaruhi sifat seratnya seperti diameter ,panjang serat, kekuatan, kilau, keriting, warna dan
banyaknya kotoran pada serat.

Memiliki panjang mulai 2,5 cm sampai 35 cm dengan diameter 10 sampai 70 mikron. 1


mikron sama dengan 0,001 mm. Penggolongan. Bukan hanya mengandung asam amino saja
serat wool ini pada dasarnya juga mengandung sejumlah kecil lemak, kalsium dan sodium. Serat
wool umumnya memiliki sifat bergelombang seperti pegas oleh karena itu apabila serat
diregangkan maka akan lurus, namun apabila dilepaskan akan kembali bergelombang.

Sifat-sifat Serat
Sifa Fisika
1. Konduksi Panas,
Wol adalah suatu bahan konduktor panas yang jelek. Faktor utama yang menyebabkan
wol terasa hangat karena adanya udara disela-sela serat pada benang atau kain. Adanya udara
diakibatkan dari seratnya yang keriting. Karena bersifat keriting atau rua, benang atau kainnya
tidak dapat mempat padat.
2. Penterapan lembab,
Wol bersifat higroskopis, tetapi serat tersebut juga melepaskan uap air secara perlahan-
lahan. Sewaktu wol menyerap uap air akan timbul panas. Penyerapan uap berhubungan erat
dengan sifat hangatnya. Serat wol tidak menyerap air dengan cepat bahkan sering menolaknya,
tetapi serat wol akan menyerap uap air dari badan atau udara sekitarnya tanpa terasa basah,
meskipun penyerapannya mencapai 30% dari berat serat.
3. Kelentingan
Serat wol memiliki Sifat lenting yang baik terutama dalam keadaan kering. Sifat lenting
yang baik in dapat membentu wol dalam perawatan yang artinya meringankan dalam
penyetrikaan.
4. Kekuatan dan mulur
Serat wol lemah, tetapi kain wol sangat awet. Kekuatannya berkisar antara 1,2-1,27 gram
per denier. Hal ini dikarenakan bagian amorfnya sangat besar. Kain wol bersifat awet karena
daya mulurnya yang besar, daya tekukknya baik dan tahan terhadap gesekan. Apabila serat
diregangkan,maka serat akan melurus dari kekeritingan, peregangan lebih lanjut menyebabkan
serat akan mulur hingga 30% dari panjang semula. Serat wol sangat lentur, dapat dibengkok-
bengkokkan sebanyak 20.000 kali dan tidak patah.
5. Menggumpal
Menggumpal atau felting adalah istilah yang digunakan untuk pemengkeretan dan penaikkan
kerapatan. Wol merupakan serat alam yang dapat mengumpal. Hal tersebut terjadi waktu serat
wol diberi uap air dan gesekan. Agar serat dapat menggumpal harus mempunyai permukaan
bersisik, mudah direganngkan dan mempunyai daya kembali dari perubahan bentuk. Sifat
menguntungkan dari felting adalah serat dapat dimanfaatkan untuk membuat kain secara
langsung dari serat tanpa harus memintalnya terlebih dahulu menjadi benang.
6. Tahan api
Kain yang terbuat dari serat wol cenderung tahan terhadap api dibanding dengan serat-serat alam
lainnya, sehingga banyak diaplikasikan dengan penggunaan yang berkaitan dengan resiko panas
tinggi.s

Sifat Kimia
1. Pengaruh Air dan uap
Didalam air serat wol akan menggelembung dan derajad penggelembungan tergantung
pada suhu air dan regangan. Dalam air dingin atau hangat, serat wol menggelembung 10% 9wol
yang rusak karena zat-zat kimia dapat menggelembung sampai 20% atau lebih, tetapi setelah
akan kembali kediameter semula. Ini berarti wol akan mengkeret kalau kena air. Pada air diatas
120 derajat celcius, dan dengan tekanan maka wol akan rusak. Uap air dalam waktu singkat tidak
merusakknya namun dalam keadaan lama akan merusak.
2. Asam dan basa
Wol bersifat amfoten, yaitu dapat bereaksi dengan asam dan basa. Wol tahan asam,
kecuali asam pekat yang panas akan meyebabkan kerusakan. Wol mudah dirusak dengan alkali.
Didalam larutan NaOH 5% yang mendidih, wol akan segera larut.
3. Garam
Garam-garam yang bersifat asam atau alkali akan berpengaruh terhadap wol seperti asam
atau akali. Garam organik netral juga berpengaruh pada wol . Garam-garam seperti Magnesium
dan kalsium pada air sadah dalam pendidihan lama akan menimbulkan warna kuning pada wol.
4. Zat oksidator
Wol akan rusak oleh oksidator seperti kaporit yang diakibatkan terputusnya ikatan lintang
sistina.
5. Pengaruh Bakteri, jamur dan serangga
Wol relatif tahan terhadap serangan jamur bahkan bakteri, namun wol mudah diserang serangga
ngengat pemakan serat.

IV. ALAT DAN BAHAN/PEREAKSI


Alat : 1. Mikroskop
2. Kaca objek dan kover glass
3. Kertas hisap
4. Tabung reaksi
Bahan : 1. Larutan NaOH 0,1 N
2. KOH Amoniakal (20 g KOH dilarutkan dalam 500 mL NH 4 OH
pekat)
3. Larutan Perak Nitrat Amoniakal
4. Larutan Indigo Carmine jenuh yang diasamkan dengan Asam
Sulfat 1 N
5. Larutan Metilen Biru 10 g/L yang diasamkan dengan Asam
Sulfat 2 N
6. Larutan CI Acid Red 1 1g/L (0,1%)
CARA KERJA
1. Pengujian Penggelembungan dengan NaOH 0,1 N
Cara Kerja : - Contoh uji dipotong-potong sepanjang 1-2 mm.
- Letakan pada kaca objek dengan menggunakan medium air.
- Tutup kaca penutup dan dipanaskan pada oven dengan suhu 40-60℃.
- Tambahkan pereaksi dari sisi kaca penutup.
- Amati dibawah mikroskop.
2. Pengujian Penggelembungan dalam KOH Amoniakal (Pereaksi Krais Viertel)
Cara Kerja : - Contoh uji yang rusak dan tidak rusak diletakan pada kaca objek.
- Tutup dengan kaca penutup.
- Tetesi dengan KOH Amoniakal sebagai medium.
- Panaskan pada oven dengan menggunakan suhu 40 o C selama 2-3 menit.
- Amati dibawah mikroskop.
3. Pengujian Pewarnaan dengan Uji Perak Amoniakal
Cara Kerja : - Contoh uji direndam dalam larutan perak nitrat amoniakal selama 5-10 menit.
- Kemudian amati warna yang terjadi.
4. Pengujian Pewarnaan dengan Uji Indigo Carmine (CI Acid Blue 74)
Cara Kerja : - Contoh uji direndam dalam larutan pereaksi selama 10 menit pada suhu kamar.
- Contoh uji di cuci dengan menggunakan air dingin.
- Kemudian amati dibawah mikroskop.
5. Pengujian Pewarnaan dengan Uji Metilen Biru (CI Basic Blue 9)
Cara Kerja :
- Contoh uji direndam dalam larutan Metilen Biru selama 5-10 menit pada suhu
kamar.
- Contoh uji di cuci dengan menggunakan air dingin.
- Kemudian amati dibawah mikroskop.
6. Pengujian Pewarnaan dengan Uji Acid Red 1
Cara Kerja : - Contoh uji direndam dalam larutan pereaksi selama 10 menit pada suhu kamar.
- Contoh uji di cuci dengan menggunakan air dingin.
- Kemudian amati dibawah mikroskop.
V. DATA HASIL PENGAMATAN
Terlampir
VI. DISKUSI
1. Pengujian penggelembungan dengan NaOH 0,1 N
Pada pengujjian ini, wol yang rusak karena zat kimia maupun mekanik volume
penggelembungan menjadi lebih besar. Dan pada wol yang baik tiap sisik jelas kelihatan
sempurna, tampak menggelembung dan tampak garis-garis memanjang dari lapisan fibril. Pada
wol yang rusak oleh asam penggelembungan terjadi secara cepat dan besar serta timbul
sepanjang serat wol, timbul retakan-retakan, timbul blister yaitu sisik yang terurai atau terputus-
putus. Pada wol yang rusak oleh alkali terjadi penggelembungan, serat, sisik terlihat seperti
transparan dan terlihat lebih jelas. Wol yang rusak oleh hipoklorit basa akan menggelembung
besar dan terjadi blister. Kerusakan terparah terjadi pada wool rusak oleh alkali dan hipoklorit
basa karena serat wool lemah terhadap zat kimia alkali.
2. Pengujian Penggelembungan dalam KOH Amoniakal (Pereaksi Krais Viertel)
Pada uji ini, wol yang rusak karena kimia maupun mekanik volume penggelembungan
menjadi lebih besar. Pada wol yang rusak oleh asam penggelembungan terjadi secara cepat dan
besar serta timbul sepanjang serat wol, timbul retakan-retakan, timbul blister yaitu sisik yang
terurai atau terputus- putus. Pada serat wool yang rusak karena alkali timbulnya retakan dan
garis- garis memanjang. Kerusakan wool terparah terjadi pada wool yang rusak oleh alkali,
hipoklorit basa dan rusak oleh asam.
3. Pengujian Pewarnaan dengan Uji Perak Amoniakal
Uji ini menunjukan kerusakan wol oleh alkali ditandai dengan warna coklat, tetapi
penggunaan uji ini banyak digunakan untuk kerusakan wol oleh cuaca atau cahaya yang akan
merusak jembatan disulfida dan didalamnya terjadi campuran oksidasi dan reduksi. Pada uji
pewarnaan dengan Uji Perak Amoniakal wool rusak karena alkali dan NaOCl berwarna coklat
dikarenakan karena wool tidak tahan alkali.
4. Pengujian Pewarnaan dengan Uji Indigo Carmine (CI Acid Blue 74)
Pada pengujian Pewarnaan dengan Uji Indigo Carmine hampir semua wool yang rusak
berwarna biru hanya wool rusak karena kaporit sama wool rusak karena panas yang tidak
berwarna biru tua. Serat yang berwarna biru tua menandakan serat tersebut mengalammi
kerusakan kimia yang hebat.
5. Pengujian Pewarnaan dengan Uji Metilen Biru (CI Basic Blue 9)
Pada pengujian ini serat yang berwarna biru tua adalah wool rusak karena alkali, hipoklorit,
dan peroksida karena serat wool tersebut memiliki derajat kerusakan paling tinggi. Pada
Pengujian Pewarnaan dengan Uji Metilen Biru (CI Basic Blue 9) bertujuan untuk menguji
kerusakan wool karena zazt kimia.
6. Pengujian Pewarnaan dengan Uji Acid Red 1
Pada penguji ini terhadap wol yang diklorinasi akan membentuk warna yang merah, dari
hasil pegujian menunjukan bahwa serat wool yang berwarna paling merah adalah wool yang
rusak karena asam dan hipoklorit basa yang menandakan bahwa wool tersebut memiliki derajat
kerusakan paling tinggi.

VII. KESIMPULAN
1. Pengujian Penggelembungan dengan NaOH 0,1 N
Terjadi kerusakan parah pada wool rusak oleh alkali dan hipoklorit asam.

2. Pengujian Penggelembungan dalam KOH Amoniakal (Pereaksi Krais


Viertel)
Terjadi kerusakan parah pada wool rusak oleh H2O2

3. Pengujian Pewarnaan dengan Uji Perak Amoniakal


Terjadi kerusakan parah pada wool rusak oleh alkali, asam, dan hipoklorit

4. Pengujian Pewarnaan dengan Uji Indigo Carmine (CI Acid Blue 74)
Terjadi kerusakan parah pada wool yang rusak oleh hipoklorit asam, H2O2, dan alkali.

5. Pengujian Pewarnaan dengan Uji Metilen Biru (CI Basic Blue 9)


Terjadi kerusakan parah pada wool rusak oleh H2O2 dan hipoklorit

6. Pengujian Pewarnaan dengan Uji Acid Red 1


Terjadi kerusakan parah pada wool yang rusak oleh asam, dan hipoklorit basa.
DAFTAR PUSTAKA
https://fitinline.com/article/read/sifat-fisika-dan-kimia-dari-serat-wool/
http://weavingandsilk.blogspot.co.id/2015/08/wol-fiber.html
Widayat, S.Teks. dkk. evaluasi tekstil bagian kimia. Institut Teknologi Tekstil Bandung:
1975.
Buku Panduan Praktek Evaluasi Tekstil 1. STTT Bandung
Arifin Lubis, dkk, Teknologi Persiapan Penyempurnaan, Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil, Bandung, 1994, halaman 85.

Anda mungkin juga menyukai