Anda di halaman 1dari 13

I.

MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari pengujian ini adalah untuk mencari sifat serat berdasarkan sifat
kimia dengan melakukan uji pelarutan. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk
mengetahui sifat serat berdasarkan sifat kimia dengan melakukan uji pelarutan

II. TEORI DASAR


II.1 Pengertian Serat
Serat merupakan komponen utama dalam pembuatan bahan tekstil sebagai
bahan baku busana. Menurut Noerati (2013:1) "Serat adalah suatu jenis bahan
yang digunakan dalam membuat benang dan kain. Serat tekstil terbuat dari bahan
yang bersumber dari alam atau dari hasil manufaktur yang biasa disebut sintesis".
Menurut Sunarto (2008:6) "Serat tekstil merupakan benda yang memiliki
perbandingan antara panjang dan diameter sangat besar. Serat tekstil harus
memenuhi persyaratan diantaranya adalah panjang, fleksibelitas dan kekuatan".
Dengan demikian serat tekstil dapat disimpulkan sebagai suatu komponen
bahan utama dalam pembuatan benang dan kain yang membentuk jaringan
memanjang, memiliki perbandingan antara panjang dan diameter sangat besar,
memiliki syarat panjang, fleksibel dan kuat.
Serat terbagi menjadi 2 yaitu serat alam dan serat buatan. Adapula yang
dikatakan sebagai serat semi buatan. Serat alam umumnya terdiri dari selulosa,
protein dan mineral disebut serat alam karena seratnya sudah tersedia di alam.
Sedangkan serat buatan ada yang terdiri dari selulosa, polimer non selulosa,
protein, karet, metalik dan mineral. Dibedakan dengan serat alam karena bentuk
seratnya belum tersedia di alam namun harus diproses terlebih dahulu untuk
menjadi serat.

Serat-serat tekstil tersusun atas polimer-polimer ,kemudian polimer-polimer


tersebut saling terikat satu sama lain. Penyusun pengikat antar polimer
tersebut,antara lain :
a. Ikatan Hidrogen
Ikatan dimana atom hidrogen dihubungkan dengan dua atom lain. Ikatan ini
terdapat diantara dua gugus fungsional di dalam satu atau dua molekul.
b. Gugus Hidroksil
Gugus ini biasanya memudahkan kelarutan dalam air. Gugus ini mempunyai
kemampuan untuk menarik gugus hidroksil yang lain dari serat maupun dari
atomnya sendiri,sehingga serat akan mudah menyerap air.
c. Gugus Karboksil
Mempunyai sifat yang sama dengan gugus hidroksil,tetapi jika lebih bersifat
asam maka lebih mudah bereaksi dengan zat-zat lain.
d. Gugus Aromatik
Dalam polimer gugus ini menyebabkan molekul lebih kaku,dapat menaikan
kohesi antar molekul,sehingga membuat titik lelehnya lebih tinggi dari jenis
molekul yang lainnya

II.2 Sifat Kimia Serat


Berikut adalah beberapa sifat kimia dari serat yang digunakan dalam uji
pelarutan ini :
1. Kapas
Serat kapas dihasilkan dari rambut biji tanaman kapas. Berikut adalah sifat
kimia yang dimiliki oleh kapas :

 Pengaruh asam
Selulosa tahan terhadap asam lemah, sedangkan terhadap asam kuat akan
menyebabkan kerusakan. Asam kuat akan menghidrolisa selulosa yang
mengambil tempat pada jembatan oksigen penghubung sehingga terjadi
pemutusan rantai molekul selulosa (hidroselulosa). Rantai molekul
menjadi lebih pendek dan menyebabkan penurunan kekuatan tarik
selulosa.
 Pengaruh alkali
Alkali mempunyai pengaruh pada kapas. Alkali kuat pada suhu rendah
akan menggelembungkan serat kapas seperti yang terjadi pada proses
merserisasi, sedangkan pada suhu didih air dan dengan adanya oksigen
dalam udara akan menyebabkan terjadinya oksiselulosa.
 Pengaruh panas
Serat kapas tidak memperlihatkan perubahan kekuatan bila dipanaskan
pada suhu 120OC selama 5 jam, tapi pada suhu yang lebih tinggi dapat
menyebabkan penurunan kekuatan. Serat kapas kekuatannya hampir
hilang jika dipanaskan pada suhu 240OC.
 Pengaruh oksidator
Oksidator dapat mengoksidasi selulosa sehingga terjadi oksiselulosa,
rantai molekul selulosa terputus dan selanjutnya mengakibatkan terjadinya
oksiselulosa lanjutan yang mengubah gugus aldehid menjadi gugus
karboksilat. Pada oksidasi sederhana dalam suasana asam tidak terjadi
pemutusan rantai, hanya terjadi pembukaan cincin glukosa. Pengerjaan
lebih lanjut dengan alkali akan mengakibatkan pemutusan rantai molekul
sehingga kekuatan tarik akan turun. Oksiselulosa terjadi pada proses
pengelantangan yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab atau
pemanasan yang lama pada suhu diatas 140OC.

2. Rayon Viskosa
 Asam
Asam seperti H2SO4 dapat menyebabkan kerusakan serat selulosa karena
terjadi reaksi hidrolisa pada jembatan glukosida sehingga terjadi
pemutusan rantai molekul selulosa. Reaksi ini akan mengakibatkan
pendeknya rantai molekul sehingga terjadi penurunan kekuatan tarik.
Pengaruh asam pada konsentrasi dan suhu rendah tidak menimbulkan
kerusakan asalkan segera dilakukan proses penetralan setelah pengerjaan
selesai.

 Alkali
Pengerjaan dengan alkali lemah pada suhu tinggi akan mengakibatkan
pemutusan rantai molekul sehingga menurunkan kekuatan serat secara
perlahan-lahan.
 Oksidator
Reaksi oksiselulosa disebabkan adanya oksidasi oleh oksidator seperti
NaOCl. Oksidasi dalam suasana asam tidak mengakibatkan pemutusan
rantai, namun terjadi pembukaan rantai cincin glukosa sehingga
penurunan kekuatan tarik tidak terlalu besar.

3. Rami
 Pengaruh asam. Serat rami dapat turun kekuatannya atau rusak dalam
beberapa kondisi Asam kuat. Adanya asam akan menghidrolisa selulosa
menghasilkan Hidroselulosa.
 Pengaruh Alkali. Serat rami tahan terhadap Alkali, larutan alkali encer
tidak mempengaruhi serat meskipun pada suhu mendidih apabila tidak
ada udara. Oksigen dari udara dapat menyebabkan terjadinya
Oksiselulosa.
 Pengaruh Panas. Serat rami mempunyai ketahanan yang baik terhadap
panas. Warna serat akan berubah kekuning-kuningan bila dipanaskan
pada suhu 1200C selama ± 5 jam. Sedangkan dalam waktu beberapa menit
dengan suhu 2400C serat akan rusak.
 Serat rami sangat tahan terhadap bakteri dan jamur.

4. Sutera
 Pengaruh asam
Sutra tidak mudah rusak oleh larutan asam encer hangat, tetapi larut
dengan cepat di dalam asam kuat. Pemasakan dengan asam mineral
(asam khlorida) yang encer mengurangi kekuatan sedangkan dengan
asam lemah (asam cuka) justru membantu dalam pencelupan sutra.
 Pengaruh alkali Larutan kaustik soda pekat dan dingin dengan waktu
singkat yang diikuti pencucian hanya sedikit berpengaruh pada sutra.
Pemanjangan waktu merusak sutra. Larutan yang encer akan melarutkan
sutra dengan cepat pada suhu mendidih.
 Pengaruh oksidator Sutra mudah diserang oleh zat–zat oksidator tetapi
tahan terhadap serangga, jamur dan bakteri.
 Pengaruh air Pemanasan yang lama dalam air menyebabkan kilau dan
kekuatan berkurang. Perubahan ini menjadi lebih cepat apabila bila
suhunya lebih dari 100°C.
 Pengaruh sinar Penyinaran yang lama dengan sinar matahari atau
penyinaran yang pendek dengan sinar ultra violet menyebabkan kekuatan
berkurang.

5. Wool

 Menggelembung 10% dalam air dingin atau hangat;

 Dapat bereaksi dengan asam kuat atau asam lemah;

 Tidak larut oleh asam kuat atau asam lemah.

 Menggelembung kira–kira 3% dalam asam khlorida pada PH=0,6;

 Menggelembung kira–kira 18% dalam asam monokhlor asetat pada


PH=0,6;

 Menggelembung 50% dalam asam format 98%;

 Mudah rusak dalam alkali;


 Rusak oleh zat reduktor dan zat oksidator yaitu memutus ikatan sistina
atau ikatan disulfida;

 Tahan terhadap jamur dan bakteri;

 Dapat dicelup dengan zat warna asam, direk, dan krom.

6. Poliester
Poliester tahan terhadap asam lemah meskipun pada suhu mendidih dan tahan
terhadap asam kuat dan dingin. Poliester tahan terhadap basa lemah, tetapi
kurang tahan terhadap basa kuat. Poliester tahan terhadap zat oksidator,
alkohol, keton, sabun dan zat– zat untuk pencucian kering. Poliester larut
dalam meta kresol panas asam triflorofeno.

7. Poliakrilat
 Mekanik
Kekuatan kering serat 5 gram per denier dan kekuatan basahnya 4,8
gram per denier. Dari perbandingan yang tinggi antara kekuatan basah
dan kering terlihat bahwa serat bersifat tahan air, sama dengan vinyon dan
saran. Mulur saat putus keringh 17%, basah 16%.
 Ketahanan Terhadap Zat Kimia
Serat poliakrilat pada umumnya memiliki ketahanan yang sangat baik
terhadap asam-asam mineral dan pelarut, minyak, lemak dan garam
netral. Serat poliakrilat tahan terhadap alkali lemah tetapi dalam larutan
alkali kuat panas akan rusak dengan cepat
 Ketahan Terhadap Panas
Serat poliakrilat memiliki sifat tahan panas yang baik. Serat poliakrilat
tahan pada pemanasan 150oC selama dua hari tanpa menunjukkan
penurunan kekuatan tarik. Serat dapat mengalami perubahan warna
menjadi kuning, coklat, dan hitam apabila pemanasan diteruskan. Setelah
pemanasan 60 jam pada suhu 200oC, meskipun serat berwarna hitam,
kekuatan tarik lebih dari setengah kekuatan awal. Selain itu serat menjadi
sangat stabil terhadap pemanasan lebih lanjut meskipun dibakar dalam
Bunsen.

Serat poliakrilat yang dipanaskan dalam keadaan kering tidak akan


membuat membuat rantai-rantai molekul putus, namun pada kondisi
tersebut dapat menyebabkan penyusunan kembali molekul-molekul
menjadi senyawa lingkar, warna berubah, ikatan hydrogen lepas, dan
timbul gugus-gugus basa. Dari pembentukan molekul baru juga membuat
serat tidak larut dalam pelarut-pelarut yang biasa digunakan untuk
melarutkan serat poliakrilat. Reaksi pembentukan senyawa lingkar
digambarkan dalam berikut:

8. Poliamida (Nylon)
Nilon tahan terhadap pelarut-pelarut dalam pencucian kering. Nilon tahan
terhadap asam encer, tetapi akan terurai menjadi asam adipat dan
heksametilena diamonium hidroksida jika dilarutkan dalam asam khlorida
pekat mendidih selama beberapa jam.
Nilon sangat tahan terhadap basa. Pengerjaan dengan larutan natrium
hidroksida 10% pada suhu 85°C selama 10 jam hanya mengurangi kekuatan
nilon sebanyak 5%. Pelarut–pelarut yang biasa digunakan untuk melarutkan
nilon adalah asam formiat, kresol, dan fenol.

II.3 Uji Pelarutan


Uji pelarutan berhubungan dengan sifat kimia dari masing-masing serat. Uji
ini sangat penting terutama untuk serat-serat buatan yang mempunyai morfologi
hampir sama. Dengan melihat kelarutan serat pada berbgai pelarut dapat
disimpulkan jenis seratnya. Prinsip pengujiannya adalah melarutkan serat pada
beberapa pelarut kemudian diamati sifat kelarutannya. Pelarut yang umum
digunakan:
 Kalium Hidroksida (KOH) 10% : Pada suhu kamar dan mendidih akan
melarutkan serat protein
 Natrium Hidroksida (NaOH) 10% : Pada suhu kamar dan mendidih akan
melarutkan serat protein
 Natrium Hidroksida (NaOH) 45% : Pada suhu mendidih akan melarutkan
serat poliester
 Asam Klorida 1 : 1 : Larutan ini dibuat dari asam klorida dengan berat jenis
1,19 (37,5%) diencerkan dengan air dalam jumlah yang sama. Larutan ini
melarutkan poliamida pada suhu kamar pada waktu 10 menit, tetapi tidak
melarutkan serat lain.
 Asam Sulfat (H2SO4) 59,5% : Asam sulfat 59,5% biasa dipergunakan untuk
melarutkan serat rayon viskosa pada suhu kamar selama 20 menit. Selain itu
dapat melarutkan serat nylon, sutera dan melarutkan sebagian serat kapas
(tidak seluruh bagian kapas larut).
 Asam Sulfat (H2SO4) 70% : Asam sulfat dengan konsentrasi 70% pada suhu
38 OC selama 20 menit akan melarutkan serat kapas denga sempurna.
 Asam Nitrat (HNO3) : Pada suhu kamar selama 5 menit akan melarutkan serat
wol, poliakrilat dan nylon.
 Asam Formiat (HCOOH) : Asam formiat akan melarutkan serat nylon dengan
sempurna pada suhu kamar selama 5 menit.
 Aseton : Pelarut ini dipergunakan untuk membedakan serat rayon viskosa dan
serat rayon asetat, sebab hanya akan melarutkan serat rayon asetat.
 Natrium hipoklorit (NaOCl) : Serat Protein akan larut sempurna dalam pelarut
ini pada suhu kamar dalam waktu 20 menit.
 Metil salisilat : Pada suhu mendidih akan melarutkan serat poliester.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat-alat :
1) Tabung reaksi
2) Rak tabung reaksi
3) Batang pengaduk kaca
4) Penjepit kayu
5) Alat pelindung diri
6) Piala gelas 300 mL
7) Pembakar bunsen gas

Bahan :
Bermacam-macam zat kimia/pelarut:

1) KOH 10% 7) HNO3


2) NaOH 10% 8) HCOOH
3) NaOH 45% 9) Aseton
4) HCl 1:1 10) NaOCl
5) H2SO4 59,5% 11) Metil salisilat
6) H2SO4 70%

Bermacam-macam serat :

1) Serat kapas 7) Serat Poliakrilat


2) Serat rayon viskosa 8) Serat poliamida (nylon)
3) Serat rami 9) Serat poliester-kapas
4) Serat sutera 10) Serat poliester-rayon
5) Serat wool 11) Serat poliester wool
6) Serat poliester
IV. PROSEDUR KERJA
1) 5 mL pelarut yang digunakan, dimasukkan ke dalam tabung reaksi degan
hati-hati.
2) Beberapa helai serat yang akan diuji digulung-gulung membentuk gumpalan
(jangan terlau banyak), dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi
pelarut.
3) Serat yang berada di dalam pelarut diaduk-aduk dan diamati kelarutanna
selama 10 menit.
4) Pada pelarut KOH 10%, NaOH 10%, NaOH 45%, jika setelah 10 menit
ternyata serat tidak larut, maka pelarut yang berisi serat dapat dipanaskan
dan amati kelarutannya selama 10 menit dalam keadaan panas
5) Catat semua sifat kelarutan serat pada masing-masing jenis pelarut pada
lembar hasil pemeriksaan
6) Khusus utuk pelarut metil salisilat, praktikum langsung melakukan
pelarutan serat pada suhu pelarut yang mendidih.

V. HASIL PRAKTIKUM
(Terlampir pada Lampiran 1)

VI. PEMBAHASAN
a. Pelarut H2SO4 59,5%

Pada pelarutan dengan H2SO4 59,5% , hanya dapat melarutkan serat


tertentu Seperti pada rayon viskosa, sutera dan wool. Hal itu disebabkan oleh
serat rayon viskosa, sutera dan wool tidak tahan terhadap asam mineral
sehingga terjadi pemutusan rantai molekul pada serat tersebut. Rantai
molekul serat tersebut akan menjadi pendek dan kekuatannya menurun. Dan
jika pada polyester rayon dan polyester wool hanya larut sebagian saja
karena yang terlarut pada H2SO4 59,5% hanya serat rayon itu sendiri dan
juga serat wool sedangkan sebagian yang tidak larut adalah serat polyester.
Untuk polyamida atau nylon sendiri bisa larut karena seratnya tidak tahan
terhadap asam mineral kuat.
b. Pelarut H2SO4 70%
Sama seperti pada pelarutan H2SO4 59,5% , hanya saja pada pelarutan
H2SO4 70% ini serat kapas dapat larut secara sempurna sama seperti serat
selulosa lainnya. Hal ini dikarenakan serat selulosa tidak tahan terhadap
asam mineral pekat maka terjadilah reaksi hidrolisis antara serat selulosa
dengan H2SO4 70%.
c. HCl 1:1
Pada pelarutan dengan asam klorida, hanya serat poliamida yang dapat
terlarut. Hal itu dikarenakana serat poliamida rusak oleh asam kuat, tetapi
serat poliamida tahan terhadap basa.

d. HNO3
Pada pelarutan HNO3, serat wool, poliakrilat dan poliamida akan larut hal
ini disebabkan karena serat serat tersebut tidak tahan dengan asam kuat.
e. Asam Formiat
Pada pelarutan dengan Asam Formiat, poliamida akan larut dengan
sempurna. Hal ini dikarenakan poliamida terbuat dari diamina dan
dikarboksilat maka dapat larut dalam asam formiat dengan melarutkan gugus
karboksilnya.
f. Aseton
Pada larutan aseton semua jenis serat yang diujikan tidak larut. Karena
pada dasarnya aseton hanya mampu melarutkan rayon asetat dimana pada
praktikum kali ini serat rayon asetat tidak digunakan sebagai sampel.
g. KOH 10%
Pada pelarutan menggunakan KOH 10% serat protein seperti pada serat
wool dan serat sutera akan larut. Hal ini disebabkan dari sifat kimia serat
protein yang tidak tahan terhadap logam alkali.
h. NaOH 10%
Sama halnya dengan NaOH 10% dan NaOH 45% yang mempuyai
komponen seperti logam alkali dan membuat serat protein akan larut
didalam larutan NaOH 10% dan NaOH 45%
i. Metil Salisilat
Menurut literatur larutan metil salisilat dapat melarutkan polyester, da
pada hasil praktukum metil salisilat dapat melarutkan serat polyester,
selulosa dan serat campuran. Mengapaserat selulosa juga dapat di larutkan
oleh metil salisilat. Karena serat selolasa tidak tahan terhadap larutan asam.

Pada uji pelarutan, serat yang larut akan hancur atau menyatu dengan
pelarut. Tetapi ada beberapa serat yang harus diaduk berulang kali dengan
pengaduk dan menunggu beberapa menit agar serat tersebut laruta dalam
larutan. Sedangkan serat yang tidak larut bentuknya akan tetap dan tidak
akan hancur walaupun didiamkan beberapa menit maupun diaduk berulang
kali. Ada juga beberapa serat yang larut dalam pelarut yang suasananya
panas, contohnya adalah poliester yang larut dalam NaOH 45% dalam
suasana panas. Serat yang larut artinya serat tersebut tidak tahan terhadap
sifat kimia dari pelarut. Sedangkan serat yang tidak larut artinya serat
tersebut tahan terhadap sifat kimia dari pelarut.
Ada beberapa data pengamatan yang tidak sesuai dengan literatur, hal itu
disebabkan oleh praktikumyang kurang teliti dan kurang fokus, besar serat
yang diuji tidak sebanding dengan banyaknya larutan dan lamanya
pengadukan tidak dilakukan sesuai dengan instruksi dari literatur sehingga
beberapa serat yang seharusnya larut menjadi tidak larut.

VII. KESIMPULAN

Pada percobaan uji kelarutan ini, dapat diidentifikasikan sifat kimia serat ,
baik itu serat alam maupun serat buatan. Beberapa helai serat yang akan diuji
dimasukan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi berbagai pereaksi untuk
diketahui sifat kimianya. Setelah direaksikan diperoleh terdapat serat yang larut
sebagian atau tidak larut. Apabila serat tidak larut maka tidak akan berubah,
apabila serat larut maka serat akan bersatu dengan larutan tesebut, apabila serat
larut sebagian maka serat akan hancur sebagian dan masih terdapat sisa.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Suhendri, Jajang. (2019). INDUTRI TEKSTIL SERAT RAMI.


http://industritekstil.blogspot.com/2014/01/serat-rami.html diakses pada 06
Februari 2020 pukul 21.31
Komalasari, Maya., & Khairul, U. (2013). BAHAN AJAR PRAKTIKUM SERAT
TEKSTIL. Bandung: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL.
Modul PLPG Tekstil 2013
Istinharoh. (2013). PENGANTAR ILMU TEKSTIL 1 UNTUK SMK. Jakarta:
BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE)

Anda mungkin juga menyukai