Pengaruh asam
Selulosa tahan terhadap asam lemah, sedangkan terhadap asam kuat akan
menyebabkan kerusakan. Asam kuat akan menghidrolisa selulosa yang
mengambil tempat pada jembatan oksigen penghubung sehingga terjadi
pemutusan rantai molekul selulosa (hidroselulosa). Rantai molekul
menjadi lebih pendek dan menyebabkan penurunan kekuatan tarik
selulosa.
Pengaruh alkali
Alkali mempunyai pengaruh pada kapas. Alkali kuat pada suhu rendah
akan menggelembungkan serat kapas seperti yang terjadi pada proses
merserisasi, sedangkan pada suhu didih air dan dengan adanya oksigen
dalam udara akan menyebabkan terjadinya oksiselulosa.
Pengaruh panas
Serat kapas tidak memperlihatkan perubahan kekuatan bila dipanaskan
pada suhu 120OC selama 5 jam, tapi pada suhu yang lebih tinggi dapat
menyebabkan penurunan kekuatan. Serat kapas kekuatannya hampir
hilang jika dipanaskan pada suhu 240OC.
Pengaruh oksidator
Oksidator dapat mengoksidasi selulosa sehingga terjadi oksiselulosa,
rantai molekul selulosa terputus dan selanjutnya mengakibatkan terjadinya
oksiselulosa lanjutan yang mengubah gugus aldehid menjadi gugus
karboksilat. Pada oksidasi sederhana dalam suasana asam tidak terjadi
pemutusan rantai, hanya terjadi pembukaan cincin glukosa. Pengerjaan
lebih lanjut dengan alkali akan mengakibatkan pemutusan rantai molekul
sehingga kekuatan tarik akan turun. Oksiselulosa terjadi pada proses
pengelantangan yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab atau
pemanasan yang lama pada suhu diatas 140OC.
2. Rayon Viskosa
Asam
Asam seperti H2SO4 dapat menyebabkan kerusakan serat selulosa karena
terjadi reaksi hidrolisa pada jembatan glukosida sehingga terjadi
pemutusan rantai molekul selulosa. Reaksi ini akan mengakibatkan
pendeknya rantai molekul sehingga terjadi penurunan kekuatan tarik.
Pengaruh asam pada konsentrasi dan suhu rendah tidak menimbulkan
kerusakan asalkan segera dilakukan proses penetralan setelah pengerjaan
selesai.
Alkali
Pengerjaan dengan alkali lemah pada suhu tinggi akan mengakibatkan
pemutusan rantai molekul sehingga menurunkan kekuatan serat secara
perlahan-lahan.
Oksidator
Reaksi oksiselulosa disebabkan adanya oksidasi oleh oksidator seperti
NaOCl. Oksidasi dalam suasana asam tidak mengakibatkan pemutusan
rantai, namun terjadi pembukaan rantai cincin glukosa sehingga
penurunan kekuatan tarik tidak terlalu besar.
3. Rami
Pengaruh asam. Serat rami dapat turun kekuatannya atau rusak dalam
beberapa kondisi Asam kuat. Adanya asam akan menghidrolisa selulosa
menghasilkan Hidroselulosa.
Pengaruh Alkali. Serat rami tahan terhadap Alkali, larutan alkali encer
tidak mempengaruhi serat meskipun pada suhu mendidih apabila tidak
ada udara. Oksigen dari udara dapat menyebabkan terjadinya
Oksiselulosa.
Pengaruh Panas. Serat rami mempunyai ketahanan yang baik terhadap
panas. Warna serat akan berubah kekuning-kuningan bila dipanaskan
pada suhu 1200C selama ± 5 jam. Sedangkan dalam waktu beberapa menit
dengan suhu 2400C serat akan rusak.
Serat rami sangat tahan terhadap bakteri dan jamur.
4. Sutera
Pengaruh asam
Sutra tidak mudah rusak oleh larutan asam encer hangat, tetapi larut
dengan cepat di dalam asam kuat. Pemasakan dengan asam mineral
(asam khlorida) yang encer mengurangi kekuatan sedangkan dengan
asam lemah (asam cuka) justru membantu dalam pencelupan sutra.
Pengaruh alkali Larutan kaustik soda pekat dan dingin dengan waktu
singkat yang diikuti pencucian hanya sedikit berpengaruh pada sutra.
Pemanjangan waktu merusak sutra. Larutan yang encer akan melarutkan
sutra dengan cepat pada suhu mendidih.
Pengaruh oksidator Sutra mudah diserang oleh zat–zat oksidator tetapi
tahan terhadap serangga, jamur dan bakteri.
Pengaruh air Pemanasan yang lama dalam air menyebabkan kilau dan
kekuatan berkurang. Perubahan ini menjadi lebih cepat apabila bila
suhunya lebih dari 100°C.
Pengaruh sinar Penyinaran yang lama dengan sinar matahari atau
penyinaran yang pendek dengan sinar ultra violet menyebabkan kekuatan
berkurang.
5. Wool
6. Poliester
Poliester tahan terhadap asam lemah meskipun pada suhu mendidih dan tahan
terhadap asam kuat dan dingin. Poliester tahan terhadap basa lemah, tetapi
kurang tahan terhadap basa kuat. Poliester tahan terhadap zat oksidator,
alkohol, keton, sabun dan zat– zat untuk pencucian kering. Poliester larut
dalam meta kresol panas asam triflorofeno.
7. Poliakrilat
Mekanik
Kekuatan kering serat 5 gram per denier dan kekuatan basahnya 4,8
gram per denier. Dari perbandingan yang tinggi antara kekuatan basah
dan kering terlihat bahwa serat bersifat tahan air, sama dengan vinyon dan
saran. Mulur saat putus keringh 17%, basah 16%.
Ketahanan Terhadap Zat Kimia
Serat poliakrilat pada umumnya memiliki ketahanan yang sangat baik
terhadap asam-asam mineral dan pelarut, minyak, lemak dan garam
netral. Serat poliakrilat tahan terhadap alkali lemah tetapi dalam larutan
alkali kuat panas akan rusak dengan cepat
Ketahan Terhadap Panas
Serat poliakrilat memiliki sifat tahan panas yang baik. Serat poliakrilat
tahan pada pemanasan 150oC selama dua hari tanpa menunjukkan
penurunan kekuatan tarik. Serat dapat mengalami perubahan warna
menjadi kuning, coklat, dan hitam apabila pemanasan diteruskan. Setelah
pemanasan 60 jam pada suhu 200oC, meskipun serat berwarna hitam,
kekuatan tarik lebih dari setengah kekuatan awal. Selain itu serat menjadi
sangat stabil terhadap pemanasan lebih lanjut meskipun dibakar dalam
Bunsen.
8. Poliamida (Nylon)
Nilon tahan terhadap pelarut-pelarut dalam pencucian kering. Nilon tahan
terhadap asam encer, tetapi akan terurai menjadi asam adipat dan
heksametilena diamonium hidroksida jika dilarutkan dalam asam khlorida
pekat mendidih selama beberapa jam.
Nilon sangat tahan terhadap basa. Pengerjaan dengan larutan natrium
hidroksida 10% pada suhu 85°C selama 10 jam hanya mengurangi kekuatan
nilon sebanyak 5%. Pelarut–pelarut yang biasa digunakan untuk melarutkan
nilon adalah asam formiat, kresol, dan fenol.
Bahan :
Bermacam-macam zat kimia/pelarut:
Bermacam-macam serat :
V. HASIL PRAKTIKUM
(Terlampir pada Lampiran 1)
VI. PEMBAHASAN
a. Pelarut H2SO4 59,5%
d. HNO3
Pada pelarutan HNO3, serat wool, poliakrilat dan poliamida akan larut hal
ini disebabkan karena serat serat tersebut tidak tahan dengan asam kuat.
e. Asam Formiat
Pada pelarutan dengan Asam Formiat, poliamida akan larut dengan
sempurna. Hal ini dikarenakan poliamida terbuat dari diamina dan
dikarboksilat maka dapat larut dalam asam formiat dengan melarutkan gugus
karboksilnya.
f. Aseton
Pada larutan aseton semua jenis serat yang diujikan tidak larut. Karena
pada dasarnya aseton hanya mampu melarutkan rayon asetat dimana pada
praktikum kali ini serat rayon asetat tidak digunakan sebagai sampel.
g. KOH 10%
Pada pelarutan menggunakan KOH 10% serat protein seperti pada serat
wool dan serat sutera akan larut. Hal ini disebabkan dari sifat kimia serat
protein yang tidak tahan terhadap logam alkali.
h. NaOH 10%
Sama halnya dengan NaOH 10% dan NaOH 45% yang mempuyai
komponen seperti logam alkali dan membuat serat protein akan larut
didalam larutan NaOH 10% dan NaOH 45%
i. Metil Salisilat
Menurut literatur larutan metil salisilat dapat melarutkan polyester, da
pada hasil praktukum metil salisilat dapat melarutkan serat polyester,
selulosa dan serat campuran. Mengapaserat selulosa juga dapat di larutkan
oleh metil salisilat. Karena serat selolasa tidak tahan terhadap larutan asam.
Pada uji pelarutan, serat yang larut akan hancur atau menyatu dengan
pelarut. Tetapi ada beberapa serat yang harus diaduk berulang kali dengan
pengaduk dan menunggu beberapa menit agar serat tersebut laruta dalam
larutan. Sedangkan serat yang tidak larut bentuknya akan tetap dan tidak
akan hancur walaupun didiamkan beberapa menit maupun diaduk berulang
kali. Ada juga beberapa serat yang larut dalam pelarut yang suasananya
panas, contohnya adalah poliester yang larut dalam NaOH 45% dalam
suasana panas. Serat yang larut artinya serat tersebut tidak tahan terhadap
sifat kimia dari pelarut. Sedangkan serat yang tidak larut artinya serat
tersebut tahan terhadap sifat kimia dari pelarut.
Ada beberapa data pengamatan yang tidak sesuai dengan literatur, hal itu
disebabkan oleh praktikumyang kurang teliti dan kurang fokus, besar serat
yang diuji tidak sebanding dengan banyaknya larutan dan lamanya
pengadukan tidak dilakukan sesuai dengan instruksi dari literatur sehingga
beberapa serat yang seharusnya larut menjadi tidak larut.
VII. KESIMPULAN
Pada percobaan uji kelarutan ini, dapat diidentifikasikan sifat kimia serat ,
baik itu serat alam maupun serat buatan. Beberapa helai serat yang akan diuji
dimasukan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi berbagai pereaksi untuk
diketahui sifat kimianya. Setelah direaksikan diperoleh terdapat serat yang larut
sebagian atau tidak larut. Apabila serat tidak larut maka tidak akan berubah,
apabila serat larut maka serat akan bersatu dengan larutan tesebut, apabila serat
larut sebagian maka serat akan hancur sebagian dan masih terdapat sisa.