Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUJIAN DAN EVALUASI TEKSTIL 1


UJI KERUSAKAN SELULOSA 1
(PENGGELEMBUNGAN NaOH, PEWARNAAN CONGO RED)
UJI KERUSAKAN SELULOSA 2
(UJI HORRIZON, PERAK NITRAT AMONIAKAL, PEREAKSI FEHLING)
UJI KERUSAKAN SELULOSA 3
(PENCELUPAN TOLAK, BIRU TRUNBULL, PEWARNAAN Na-KROMAT,
METILEN BIRU)

NAMA : RESKI ALYA PRADIFTA


NPM : 16020106
GROUP : K4
DOSEN : MAYA K, S.Teks, M.Si
ASISTEN : KURNIAWAN,S.T.MT
WITRI A, S.,S.ST

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2017
I. MAKSUD DAN TUJUAN
1.1 Maksud
Untuk mengetahui jenis kerusakan serat kapas dan penyebab kerusakannya secara
kualitatif.
1.2 Tujuan
- Untuk membedakan kerusakan serat kapas karena zat kimia dan mekanika
menurut penggelembungan dengan NaOH, dan pewarnaan congo red.
- Untuk menunjukkan adanya gugus pereduksi pada serat selulosa yang rusak
karena zat kimia menurut cara uji harrizon, perak nitrat amoniakal, pereaksi
fehling, dan untuk menunjukan adanya gugus karboksilat pada serat selulosayang
rusak karena kimia dengan cara pencelupan tolak, biru trunbull, Na-Kromat, dan
metilen biru.

II. TEORI DASAR


A. Serat Kapas
Serat kapas merupakan serat alam yang dihasilkan dari tanaman Gossypium. Tanaman
ini tumbuh dengan baik di daerah lembab dan banyajk terkena sinar matahari. Sifat
dan kualitas serat kapas tergantung pada tempat kaps tersebut tumbuh dan
berkembang.

Komposisi serat kapas, dapat dilihat pada tabel berikut :

Komposisi % pada serat % pada dinding primer


Selulousa 88-96 52
Pektin 0,7-1,2 12
Lilin 0,4-1 7,0
Protein 1,1-1,9 12
Abu 0,7-1,6 3
Senyawa organik 0,5-1,0 14

1. Sifat fisika serat kapas :


a. Warna serat kapas tidak betul-betul putih, biasanya sedikit cream atau
menjadi keabu-abuan karena pengaruh cuaca yang lama, debu dan kotoran.
b. Kekuatan serat kapas dalam keadaan basah makin tinggi dan dalam keadaan
kering makin rendah.
c. Mulur serat kapas 4-13% dengan rata-rata adalah 7%.
d. Kekakuan (stiffness) adalah daya tahan terhadap perubahan bentuk atau
perbandingan kekuatan saat putus dengan mulur saat putus
e. Keliatan (toughness) adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu
benda untuk menerima kerja.
f. Moisture Regain pada kondisi standar 7-8,5%.
g. Berat jenis serat kapas 1,50 –1,56.
h. Indeks bias serat kapas sumbu serat 1,58 dan indeks bias melintang sumbu
serat 1,53.
i. Bentuk penampang melintang serat kapas pada umumnya seperti ginjal.
Penampang lintangnya terdiri dari 6 bagian yaitu kutikula, dinding primer,
lapisan antara dinding primer dan sekunder, dinding sekunder, dinding lumen
dan lumen.
j. Bentuk penampang membujur serat kapas adalah pipih seperti pita terpilin.
Penampang membujurnya terdiri dari 3 bagian yaitu dasar, badan dan ujung.
2. Sifat kimia serat kapas sebagai berikut :
a. Beberapa zat pengoksidasi menyebabkan terjadinya oksi selulosa dan
penghidrolisa kuat menyebabkan kerusakan dengan akibat penurunan
kekuatan.
b. Asam kuat menyebabkan hidro selulosa yang akan menyebabkan penurunan
kekuatan dan tidak tahan alkali kuat.Asam kuat dalam larutan menyebabkan
degradasi yang cepat sedangkan larutan yang encer apabila dibiarkan
mengering pada serat akan menyebabkan penurunan kekuatan.
c. Alkali kuat dengan konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan
penggelembungan pada serat seperti pada proses merserisasi.

Struktur kimia selulosa adalah sebagai berikut.


H OH CH 2OH

o OH H H o
H
O OH H

CH 2OH H OH

Struktur kimianya merupakan senyawa benzena yang mengandung gugus hidroksil


yang mudah menyerap air yang sebagian besar terdiri dari selulosa (komponen utama),
lemak, malam, pectin dan sebagainya.
Gugus pereduksi dan karboksilat dapat mengakibatkan struktur serat berubah dan
memburuk ketahanannya. Gugus-gugus tersebut dspat menyerang ikatan rantai ataupun
ikatan pada cincin sehingga kekuatan dan ketahanannya berkurang.
Serat kapas pada umumnya tahan terhadap kondisi penyimpanan, pengolahan, dan
pemakaian yang normal, tetapi beberapa zat pengoksidasi atau penghidrolisa
menyebabkan kerusakan dengan akibat penurunan kekuatan. Kerusakan karena oksidasi
dengan terbentuknya oksi selulosa biasanya terjadi dalam proses pemutihan yang
berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab, atau pemanasan yang lama dalam suhu
diatas 1400C. Asam-asam menyebabkan hidrolisa ikatan-ikatan glukosa, dalam rantai
selulosa membentuk hidroselulosa. Asam kuat dalam larutan menyebabkan degradasi
yang cepat, sedangkan larutan yang encer apabila dibiarkan mengering pada serat akan
menyebabkan penurunan kekuatan. Alkali mempunyai sedikit pengaruh pada kapas,
kecuali larutan alkali kuat dengan konsentrasi yang tinggi menyebabkan
penggelembungan yang besar pada serat, seperti dalam proses memperserisasi. Kapas
mudah diserang oleh jamur dan bakteri, terutama pada keadaan lembab dan pada suhu
yang hangat.
B. Identifikasi Kerusakan Serat
Kerusakan bahan tekstil dapat terjadi pada setiap tingkat proses pengolahan bahan
tekstil, dari bahan baku (serat) sampai menjadi bahan jadi (kain), sehingga kerusakan
serat mungkin terjadi pada setiap tingkat pengolahan, sedangkan jenis kerusakannya
tergantung pada jenis pengolahannya.
Kerusakan yang terjadi pada kapas/selulosa daoat disebabkan secara mekanik dan
kimia dan yang mengakibatkan kerusakan itu pun dapat bermacam-macam seperti
yang diuraikan berikut ini:
Kerusakan mekanika.
a. Serangan seraangga.
Serangan serangga dapat ditentukan dengan adanya bekas gigitan dan jaring sarang
serangga pada bagian serat yang rusak.
b. Gesekan.
Gesekan benang dapat terjadi selama proses pengerjaan benang sampai menjadi kain.
Pengamatan dibawah mikroskop menunjukkan benang yang tergesek permukaannya
lebih berbulu, serat tampak terpotong-potong, tersikat atau terkoyak-koyak.
c. Tusukan.
Kerusakan dapat dilihat dengan adanya tusukan atau lubang kecil pada kain. Dibawah
mikroskop terlihat adanya serat yang terpotong-potong atau hancur.
d. Putus karena tarikan dan potongan
Kerusakan ini dapat dibedakan dengan melihat ujung serat dibawah mikroskop.
Kerusakan karena tarikan ujung serat biasanya tercabik-cabik dan terdiri dari
campuran seratputus dan tidak putus. Sedangkan serat terpotong biasanya ujungnya
rata.

Kerusakan kimia
a. Serangan jasad renik.
Kerusakan disebabkan karena jasad renik tersebut mengeluarkan enzim yang
menyebabkan kerusakan kimia. Degradasi selulosa oleh enzim sama dengan degradasi
oleh asam, hanya enzim terregenerasi secara tetap. Adanya zimasa dapat mengubah
selulosa menjadi glukosa. Selulosa yang terregenerasi (misal rayon viskosa atau rayon
kupro) lebih mudah terkena jasad renik daripada selulosa alam (makin rendah polimer
makin mudah diserang).

b. Pengolahan kimia.
Serat selulosa dapat rusak karena asam maupun zat oksidator. Asam menyebabkan
terjadinya hidroselulosa yang mempunyai gugus pereduksi. Proses oksidasi baik
dalam suasana asam maupun basa menimbulkan oksiselulosa yang mempunyai gugus
pereduksi maupun karboksilat.
c. Cahaya.
Kerusakan disebabkan oleh terjadinya pemutusan ikatan primer pada selulosa.
d. Panas.
Kerusakan karena panas dapat dilihat dengan terjadinya perubahan pada dinding
primer selulosa.
Untuk dapat menganalisa berbagai kerusakan tersebut telah disusun beberapa cara
pengujian yang masing-masing cara mempunyai derajat ketelitian hasil pengujian yang
berbeda. Contoh uji harus bebas dari zat lain seperti zat penyempurnaan, kanji, lemak,
lilin, dsb, karena zat tersebut kadang-kadang mempengaruhi hasil pengujian atau memberi
hasil sama dengan oksiselulosa dan hidroselulosa. Dalam beberapa hal, pencelupan juga
berpengaruh terhadap pengujian ini, karena pengujian kebanyakan dilakukan dengan cara
penodaan, sedangkan zat warna yang ada pada selulosa, pada umumnya tidak dapat
dihilangkan tanpa merusak selulosa.
Analisis awal meliputi:
- Jenis serat / bahan sudah diketahui.
- Perlakuan yang diberikan pada serat ada data / rekamannya.
- Jenis kerusakan dan pola-pola kerusakan sudah diketahui.
Analisa awal akan memudahkan analisis selanjutnya sehingga kesalahan analisis dapat
dihindari.
Analisis selanjutnya adalah sebagai berikut:
- Penggelembungan dalam natrium hidroksida
Cara ini dimaksudkan untuk membedakan kerusakan serat kapas karena kimia
dari kerusakan mekanika .serat kapas yang tidak rusak, dinding sekundernya akan
mengelembung dan menonjol keluar dari ujung potongan serat dan membentuk kepala
jamur atau dumbel. Apabila dinding primer telah rusak karena zat kimia, maka
dinding primernya lemah dan tidak tahan terhadap tekanan yang timbul oleh dinding
sekunder yang menggelembung, sehingga seluruih serat menggelembung. Besar
kecilnya kepala jamur pada ujung potongan serat menentukan derajat kerusakan kimia
dari serat.

- Pewarnaan Congo Red


Cara ini dimaksudkan untuk membedakan antara kerusakan kimia dan
kerusakan mekanika pada serat kapas. Pada kapas yang rusak karena meknika akan
terlihat adanya serat serat yang sobek atau putus. Sedangkan pada kapas yang rusak
karena kimia akan terlihat adanya retakan memanjang, celah atau adanya bagian-
bagian serat berwarna merah.

- Uji Harrizon
Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya gugus pereduksi pada serat
selulosa yang rusak karena zat kimia. Cara ini digunakan untuk identifikasi
oksiselulosa oleh asam atau hidroselulosa karena adanya gugus aldehida. Prinsipnya
adalah gugus aldehida akan mereduksi ion perak menjadi perak yang mengendap dan
menodai kapas rusak dengan noda abu-abu sampai hitam.
Dalam cara ini digunakan dua pelarut yaitu larutan A yang dibuat dengan
melarutkan perak nitrat dan larutan B yang dibuat dengan melarutkan natrium tiosulfat
dan natrium hidroksida dengan perbandingan yang sama dalam air.
Bagian yang rusak akan ternodai dengan warna abu-abu tua sampai hitam

AgNO3 + Na2S2O3 NaOH Na3[Ag(S2O3)2]

AgNO3 + Na2S2O3 Ag2S2O3 + NaNO3

Ag 2S H2SO4

Ag2S2O3 NaOH Na3[Ag(S2O3)] garam kompleks yang larut

Ag+ + Hn Na2S2O3 Ag + H+

Ag+ + R-C R-C + Ag +

- Uji Fehling
Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya gugus pereduksi pada serat
selulosa yang rusak karena zat kimia. Larutan fehling terdiri dari dua larutan yaitu
larutan A, yang dibuat dengan melarutkan 34,63 g CUSO4 kristal dalm 500 ml air.
Larutan fehling B, yang 70 g NaOH + 173 g KNaC4H4O6.4H2O dalam 500 ml air

Adanya endapan kuprooksida yang berwarna pink atau merah menunjukkan


adanya gugus pereduksi. Pengamatan adanya endapan tersebut akan lebih jelas apabila
dilihat dengan mikroskop. Reaksi yang terjadi adalah :

CuSO4 + 2 NaOH 6 Cu (OH) 4 + Na2SO4


C4H4O
larutan biru

Cu (OH)2 CuO + H2O

2CuO Cu2O + H2O

- Uji perak nitrat amoniakal


Larutan perak amoniakal adalah berbahaya dan dapat meledak, maka perlu
hati-hati dalam menggunakannya. Larutan tersebut dibuat dengan menambahkan
ammonia dengan hati-hati kedalam larutan yang dibuat dari perak nitrat 10 gram
didalam 100 ml air suling. Pada serat yang tidak rusak maka warna kuning yang
terjadi akan hilang, sedangkan pada bagian serat yang rusak akan tampak adanya
warna kuning atau coklat dan tergantung pada derajat kerusakan seratnya.
- Uji Biru Trunbull
Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan gugus karboksil, pada serat selulosa
yang rusak karena zat kimia. Contoh uji direndam dengan menggunakan larutan yang
didalamnya mengandung ferrosulfat 10 gram perliter air pada suhu kamar, dan dicuci
dengan air pada suhu 700C. Kemudian contoh uji direndam didalam larutan yang
mengandung kalium ferisianida 10 gram per liter air pada suhu kamar selama 5 menit.
Akhirnya dicuci dengan air pada suhu 700C. Warna biru tua menunjukkan adanya
gugus karboksil pada serat.

III.BAHAN, ALAT, DAN PEREAKSI


Bahan :
- Kapas baik
- Kapas rusak oleh asam
- Kapas rusak oleh alkali
- Kapas rusak oleh KMnO4
- Kapas rusak oleh kaporit
- Kapas rusak oleh hipoklorit
- Kapas rusak oleh H2O2
- Kapas rusak oleh jamur
- Kapas rusak oleh panas
- Kapas rusak oleh pukulan
3.1 Penggelembungen dengan NaOH
Alat : Pereaksi :
- Mikroskop - Larutan NaOH 18 %
- Kaca objek dan kaca penutup
- Pipet tetes
- Kertas hisap
3.2 Pewarnaan dengan Congo Red
Alat : Pereaksi :
- Mikroskop - Zat warna Congo Red 1 %
- Kaca objek dan kaca penutup - Larutan NaOH 2 %
- Pipet tetes - Larutan NaOH 18 %
- Kertas hisap
3.3 Uji Harrizon
Alat : Pereaksi :
- Tabung reaksi - Pelarut A ( AgNO3 80 g/L)
- Pengaduk kaca - Pelarut B ( 200 g Na2S2O3 dan
- Rak tabung 200 g NaOH ) dalam 1 liter air
- Penjepit tabung
- Gelas kimia
- Bunsen, kaki tiga, kasa asbes
- Gelas ukur
- Pipet tetes
3.4 Perak Nitrat Amoniakal
Alat : - Bunsen, kaki tiga, kasa asbes
- Tabung reaksi - Gelas ukur
- Pengaduk kaca - Pipet tetes
- Rak tabung Pereaksi :
- Penjepit tabung - AgNO3 amoniakal
- Gelas kimia - NH4OH 10 %
3.5 Pereaksi Fehling
Alat : Pereaksi :
- Tabung reaksi - Larutan Fehling A
- Rak tabung ( 60 g/L CuSO4 ).
- Penjepit tabung - Larutan Fehling B
- Gelas kimia ( 346 g kalium natrium tartrat
- Pengaduk kaca dan 100 g NaOH/L air ).
- Bunsen, kaki tiga, kasa asbes
- Gelas ukur
- Pipet tetes
III.6 Pencelupan Tolak
Alat : - Bunsen, kaki tiga, kasa asbes
- Tabung reaksi - Pipet tetes
- Pengaduk kaca Pereaksi :
- Rak tabung - Larutan Chlorazol Sky Blue FF
- Penjepit tabung ( CI Direct Blue 1 ) 5 g/L
- Gelas kimia
III.7 Biru Trunbull
Alat : Pereaksi :
- Tabung reaksi - Fereo sulfat 10 g/L
- Pengaduk kaca - Kalium ferri sianida 10 g/L
- Rak tabung
- Penjepit tabung
- Gelas kimia
- Bunsen, kaki tiga, kasa asbes
- Pipet tetes
III.8 Na-Kromat
Alat :
- Tabung reaksi - Pengaduk kaca
- Rak tabung - Pipet tetes
Pereaksi :
- Natrium kromat 10 g/L
- Pb asetat 10 g/L
III.9 Metilen Biru
Alat : Pereaksi :
- Tabung reaksi - Larutan metilen biru 10 g/L
- Pengaduk kaca yang telah diasamkan dengan
- Rak tabung H2SO4 2 N ( 10 mL/L )
- Pipet tetes

IV. CARA KERJA


4.1 Penggelembungen dengan NaOH
- Potong serat kapas pendek-pendek kira-kira 0,5 mm
- Letakkan diatas kaca objek, tetesi dengan NaOH sebagai medium, tutup dengan
kaca penutup.
- Biarkan beberapa menit.
- Amati dibawah mikroskop.
4.2 Pewarnaan dengan Congo Red
- Rendam contoh uji dengan NaOH 2% selama 5 menit.
- Cuci sampai bebas NaOH (uji dengan lakmus).
- Keringkan dengan kertas penghisap.
- Rendam dalam larutan Congo Red selama 5 menit.
- Cuci bersih dengan air.
- Rendam didalam NaOH 18% selama 3-5 menit.
- Amati dibawah mikroskop.
4.3 Uji Harrizon
- Campurkan 1 mL larutan A dalam 20 mL air dengan 2 mL larutan B dalam 20 mL.
- Didihkan contoh uji didalam 2 - 5 mL campuran tersebut selama 5 menit.
- Cuci didalam larutan B (1 mL dalam 10 mL)
- Cuci dengan air panas suhu 700C.
- Amati warna yang terjadi.

4.4 Perak Nitrat Amoniakal


- Panaskan contoh uji dalam larutan AgNO3 amoniakal pada suhu 800C selama 3-5
menit.
- Cuci dengan air dingin.
- Cuci dengan larutan ammoniak 10%.
- Amati warna yang terjadi.
4.5 Pereaksi Fehling
- Campurkan 5 mL Fehling A dan 5 mL Fehling B ( larutan dapat
diencerkan dengan 10 mL Air suling ).
- Didihkan contoh uji dalam 2 – 5 mL campuran tersebut selama 10
menit.
- Cuci dengan air panas 700C.
- Amati warna yang terjadi.
IV.6 Pencelupan Tolak
- Rendam contoh uji dalam larutan Chlorazol Sky Blue FF pada suhu mendidih
selama 5 menit.
- Cuci dengan air panas pada suhu 70oC.
- Amati warna yang terjadi.
IV.7 Biru Trunbull
- Rendam contoh uji dalam larutan ferro sulfat selama 5 menit pada suhu kamar.
- Cuci dengan air pada suhu 70oC.
- Rendam contoh uji dalam larutan kalium ferri sianida selama 5 menit pada suhu
kamar.
- Cuci pada suhu 70oC, keringkan.
- Amati warna yang terjadi.
IV.8 Na-Kromat
- Rendam Contoh uji di dalam larutan Pb Asetat selama 5 menit pada suhu kamar.
- Bilas dengan air dingin
- Pindahkan contoh uji dalam larutan Na Khromat kemudian rendam dalam larutan
tersebut selama 5 menit pada suhu kamar.
- Cuci dan keringkan.
- Amati warna yang terjadi.
IV.9 Metilen Biru
- Rendam Contoh Uji di dalam larutan pereaksi Metilen Blue selama 5-10 menit
pada suhu kamar.
- Cuci denganair mengalir.
- Amati warna yang terjadi.

V. DATA PENGAMATAN
Terlampir.

Anda mungkin juga menyukai