Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN
 Untuk membedakan kerusakan serat kapas karena zat kimia dan
mekanika.
 Pengujian dilakukan untuk menunjukkan adanya gugus pereduksi
pada serat selulosa yang rusak karena zat kimia.
 Pengujian dilakukan untuk menunjukkan adanya gugus karboksilat
pada serat selulosa yang rusak karena kimia.

1.2 DASAR TEORI

Serat kapas adalah serat alam dengan kandungan gugus –OH nya
sangat banyak, kapas bersifat tidak tahan asam kuat/pekat, kekuatan
saat basahnya lebih besar dari pada saat kering, dengan MR antara 7-8,5
% membuat kapas sangat mudah menyerap keringat. Sedangakan kapas
sendiri memiliki kilau yang kurang baik, ini dikarenakan struktur serat
sendiri seperti pita terpuntir. Puntiran ini disebut konvolusi, selain itu
penampang melintang yang seperti ginjal membuat cahaya yang datang
kurang begitu baik dipantulkan kembali. Berikut adalah struktur kimia
molekul serat kapas.

CH CH2OH H OH CH2OH
OH
O H O O
H H O H
OH H OH H H
OH H (S) (S)
H (S) OH H
(S)
H
(S) OH H
O H O O H
H O H
CH2OH H OH CH2OH H OH

Struktur Kimia Rantai selulosa

Morfologi serat kapas :

Memanjang : Bentuk memanjang serat kapas pipih seperti pita


yang terpuntir. Bentuk membujur serat kapas dibagi menjadi tiga bagian
yaitu bagian dasar, badan, dan ujung.

1
Melintang : Bentuk penampang melintang serat kapas sangat
bervariasi dari pipih sampai bulat tetapi umumnya berbentuk seperti
ginjal. Penampang melintang serat kapas dewasa terdiri dari 6 bagian
yaitu kutikula, dinding primer, lapisan antara, dinding sekunder, dinding
lumen, dan lumen.

Sifat fisika serat kapas :


1. Warna serat kapas tidak betul-betul putih, biasanya sedikit
kekuning-kuningan. Karena pengaruh cuaca yang lama, debu, dan
kotoran akan menyebabkan warna yang keabu-abuan.
2. Kekuatan serat kapas dalam keadaan basah lebih tinggi
dibandingkan dengan kekuatan serat kapas pada keadaan kering
3. Mulur serat kapas berkisar antara 4 – 13% tergantung pada
jenisnya
4. Moisture regain 7 – 8.5%
5. Berat jenis serat kapas 1.5 – 1.56
6. Indeks bias serat kapas sejak sumbu serat 1.58, indeks bias
melintang sumbu serat 1.53

Sifat Kimia serat kapas :


1. Tahan terhadap kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian
yang normal.
2. Rusak karena oksidasi dengan terbentuknya oksi selulosa yang
biasanya terjadi karena pemutihan yang terlalu berlebih-lebihan ,
penyinaran dalam keadaan lembab, atau pemanasan yang terlalu lama
dengan suhu tinggi
3. Asam-asam menyebabkan hirolisa ikatan-ikatan glukosa dalam rantai
selulosa membentuk hidroselulosa
4. Larut dalam kuproamonium hidroksida dan kuprietilen diamina

Mudah terserang oleh jamur dan bakteri terutama pada keadaan


lembab dan pada suhu yang hangat.Analisa kerusakan serat selulosa ini
memiliki tujuan untuk mengetahui jenis kerusakan yang terjadi dan
mengetahui akibat kerusakan tersebut. Kerusakan bahan tekstil dapat

2
terjadi pada setiap proses pengolahan bahan tekstil, dari bahan baku
(serat) sampai menjadi bahan jadi (kain), sedangkan jenis kerusakan
serat tergantung pada jenis pengolahannya. Kerusakan serat kapas dapat
terjadi karena kerusakan mekanik karena pada waktu proses pertenunan,
proses pemintalan ataupun proses lainnya yang berhubungan dengan
teknik tekstil dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan mekanik.
Kerusakan yang lainnya dapat disebabkan oleh zat kimia seperti yang
bisa terjadi pada waktu proses penyempurnaan, pencelupan dan
penyempurnaan yang selalu menggunakan zat kimia yang cukup banyak
dan hal ini sering menyebabkan kerusakan pada serat yang dikenai zat
kimia tersebut. Seperti pada proses penghilangan kanji, suasana larutan
untuk menghilangkan kanji dapat dilakukan pada suasana asam maupun
alkali, jika penggunaan asamnya berlebih maka selulosa akan mengalami
hidroselulosa (aldehid) dan hidroselulosa bila kontak dengan udara dapat
menghasilkan gugus karboksilat dan pada selulosa itu tidak kuat pada
suasana asam yang berlebihan. Pada proses pemasakan, larutan
pemasakan biasanya dalam suasana alkali. Penggunaan alkali yang
berlebih atau oksidator akan menghasilkan gugus pereduksi pada serat
kapas, dimana gugus pereduksi ini akan teroksidasi menjadi gugus
karboksilat dan kemudian terjadi oksiselulosa.
Selain dari itu, kerusakan-kerusakan penyebab dari kerusakan
kimia adalah serangan jasad renik, pengolahan kimia, cahaya, dan panas.
Sedangkan untuk jenis kerusakan mekanika pada bahan tekstil dapat
disebabkan karena serangan serangga, gesekan, potongan, tusukan, dan
putus karena tarikan.
Kerusakan serat yang terjadi pada bahan tekstil mungkin lebih dari
satu jenis. Untuk menganalisa jenis kerusakan serat tersebut akan
mengalami kesukaran terutama untuk memilih cara analisa yang tepat.
Hal-hal yang perlu dilakukan sebelum menganalisa kerusakan
serat,yaitu :
 Pada contoh uji harus terdapat semua jenis kerusakan yang akan di
periksa.
 Sebaiknya jenis serat tersebut diketahui dengan cara identifikasi.
 Mengetahui proses perlakuan yang diberikan pada serat.

3
 Sebelum dilakukan analisa, pada contoh uji perlu dilakukan
pengamatan dengan bantuan sinar biasa, dengan cara penerusan
atau pemantulan sinar tersebut, yaitu untuk mengetahui jenis
kerusakan dan pola kerusakannya. Untuk pengamatan ini dapat
juga digunakan sinar ultraviolet.
 Amati serat yang rusak dengan mikroskop dengn perbesaran 400
kali, yaitu untuk mencari kemungkinan adanya serat yang terpotong,
tergesek atau meleleh. Pengamatan ini akan mudah dilakukan jika
dibantu dengan cara pewarnaan.
 Berdasarkan identifikasi ini dapat dilakukan analisa kerusakan serat

Kerusakan Mekanika
 Serangan serangga
Kerusakan yang disebabkan karena serangan serangga biasanya
terjadi pada serat yang berasal dari polimer alam baik selulosa maupun
protein tetapi ada juga pada polimer sintetik. Kerusakan karena serangga
ini dapat ditunjukkan dengan pengamatan secara visual pada pola-pola
kerusakannya. Serangan serangga dapat ditentukan dengan adanya
bekas gigitan pada bagian serat yang rusak atau adanya kotoran dan
jaring. Bekas gigitan telah hilang ketika serat dibuat benang atau ketika
benang dan kain mengalami pengolahan basah atau dibersihkan. Tetapi
pada polimer sintetik itu kebanyakan tidak rusak karena hanya
menghalangi sumber makanan mereka. Polimer protein lebih gampang
rusak karena larva serangga tersebut lebih senang yang berprotein di
banding selulosa, seperti layaknya manusia yang lebih menyenangi lauk
nya di banding nasi makanan pokonya.
 Gesekan
Kerusakan karena gesekan biasanya terbatas pada serat dalam
benang atau kain. .Kerusakan dapat terjadi pada setiap tingkat
pengolahan dari pemintalan sampai hasil akhir, dan seringkali kerusakan
tersebut tidak diketahui sebelum hasil akhir diperiksa. Pengamatan pola
kerusakan ini sangat berguna. Benang yang tergesek permukaannya
lebih berbulu daripada yang biasa dan mengandung serat serat yang
tampak terpotong.,tersikat atau terkoyak-koyak apabila dilihat dengan

4
mikroskop. Kerusakan ini akan lebih terlihat apabila sudah dalam proses
celup atau perwarnaan lainnya.
 Putus
Serat yang putus karena tarikan biasanya ujungnya sobek atau
tersobek, atau tercabik cabik tidak rata permukaan putusnya, sedangkan
serat yang terpotong biasanya ujungnya rata. Tepi kain yang sobek dapat
disebabkan karena tegangan pada benang pakan yang berlebihan.
Cacad tersebut sering tidak tampak sebelum kain mendapat tarikan
kearah lusi dalam pengolahan basah. Dalam beberapa hal,
mengganggap tepi yang sobek itu disebabkan karena kerusakan kimia
adalah keliru. Kerusakan dapat dilihat di mikroskop, dan setelah proses
pewarnaan akan lebih terlihat.
 Tusukan
Sering terdapat adanya tusukan atau lubang kecil pada kain
dalam suatu pola yang berulang, cacat ini disebabkan oleh suatu titik
kasar pada rol logam atau sepotong logam kecil yang tertanam pada rol
lunak .Pengamatan dengan mikroskop akan menunjukkan adanya serat
yang terpotong atau hancur.Banyak pabrik penyempurnaan tekstil yang
memuat table mengenai rol-rol yang dilewati kain, sehingga sumber
kerusakan tersebut dengan mudah dapat dicari.
 Kerusakan Kimia
Kerusakan kimia dapat disebabkan oleh serangan jasad renik,
cahaya, panas dan pengerjaan zat kimia. Pada umumnya kerusakan
serat karena kimia dapat dibedakan dari kerusakan mekanika, dengan
cara mengukur fluiditas serat dalam pelarut yang sesuai. Uji kerusakan
yang dilakukan pada uji kerusakan karena zat kimia adalah uji kualitatif
dengan menggunakan Congo Red.

 Cahaya
Kerusakan karena penyinaran disebabkan oleh terjadinya
pemutusan ikatan primer pada selulosa, membentuk gugus-gugus yang
dapat ditunjukkan dengan pewarnaaan atau titrasi. Kerusakan ini sangat
susah dibedakan dari kerusakan kimia lainnya, tetapi karena kerusakan

5
oleh cahaya terjadi dalam pola tertentu, hal ini dapat membantu dalam
penentuan kerusakan tersebut. Misalnya warna permukaan kain akan
berbeda dari warna belakangnya, bagian tepi mungkin terlindung dan
sebagainya.serat yang disuramkan lebih mudah rusak di banding serat
yang berkilau.
 Serangan jasad renik.
Serangan jasad renik digolongkan kedalam kerusakan kimia
Karena jasad renik itu menggeluarkan enzim yang dapat menyebabkan
kerusakan kimia. Kerusakan oleh jasad renik ini biasanya terjadi pada
serat serat alam.
Jasad renik akan tumbuh pada permukaan bahan tekstil apabila
suhu, kelembaban, pH sekelilingnya sesuai dan terdapat sumber
makanan bagi jasad reniknya. Jasad renik tumuh dalam kelompok-
kelompok dengan kenampakan tertentu menimbulkan noda-noda pada
serat yang dapat dilihat denagn cahaya biasa atau ultraviolet. Dalam
cahaya biasa dapat dilihat noda pada serat selulosanya berwarna kuning,
coklat, hitam.
 Panas
Kerusakan serat kapas karena panas kadang-kadang dapat
ditunjukan dengan uji congored, yang menimbulkan penodaan pada
dinding primernya yang berbentuk spiral .Panas menyebakan wol
berwarna kuning atau coklat sedangkan panas yang tinggi menyebabkan
serat wol berbentuk blister-blister. Serat buatan akan meleleh karena
panas, sehingga pada ujung serat terjadi bulatan seperti bola, dan pada
bagian yang meleleh sebagian akan terjadi perubahan bentuk.
 Pengerjaan dengan zat kimia
Kerusakan Karena pengerjaan dengan zat kimia lebih banyak
terjadi pada serat alam atau serat dengan dasar polimer alam, karena
serat buatan pada umumnya lebih tahan zat kimia.
Kerusakan serat kapas yang disebabkan oleh zat kimia dapat
dilakukan dengan cara pewarnaan dengan zat warna Congo Red
(C.I..Direct Red 28). Dasar pengujian ini adalah congo Red dapat
mewarnai selulosa pada dinding sekundernya. Supaya congo red dapat
mewarnai serat maka serat digelembungkan, setelah itu conga red akan

6
dapat mewarnai. Apabila dinding luarnya serat rusak sedikit maka dinding
sekunder yang menggelembung akan menonjol keluar menjadi bentuk
dumbel. Kerusakan kimia akan melemahkan dinding sedemikian rupa
sehingga tidak dapat menahan tekanan yang ditimbulkan oleh dinding
sekunder yang menggelembung, sehingga seluruh bagian serat
menggelembung.
Serat selulosa dapat rusak karena asam maupun zat oksidator.
Kerusakan karena asam menimbulkan hidroselulosa yang mempunyai
gugus pereduksi. Proses oksidasi baik didalam suasana asam maupun
suasana basa menimbulkan oksiselulosa yang mempunyai gugus
pereduksi dan juga gugus karboksil .
Gugus pereduksi bisa ditunjukan dengan beberapa cara. Tetapi
karena oksiselulosa mempunyai gugus karboksil dan gugus pereduksi
sehingga agak sukar untuk menentukan apakah serat selulosa rusak oleh
asam atau zat oksidator. Untuk membedakan kedua kerusakan tersebut
telah disusun beberapa cara pengujian. Cara pengujian untuk
menunjukkan kerusakan kimia pada serat kapas, termasuk cara untuk
menunjukan adanya gugus pereduksi, gugus karboksil dan untuk
membedakan antara hidroselulosa dan oksiselulosa. Pengujian untuk
gugus pereduksi antara lain dengan menggunakan larutan fehling, perak
nitrat amoniakal dan uji horizon. Dari pengujian-pengujian tersebut, uji
horizon dapat menunjukkan gugus pereduksi sampai dalam jumlah
terkecil pada contoh yang rusak.
Untuk pengujian gugus karboksil antara lain digunakan uji trunbull
dan pencelupan tolak (resist Dyeing ). Uji trunbull ini memberikan hasil
yang terbaik untuk perbedaan kadar karboksil. Untuk membedakan
antara oksiselulosa dan hidroselulosa.

Uji penggelembungan dengan natrium hidroksida


Cara ini dimaksudkan untuk membedakan kerusakan serat kapas karena
kimia dari kerusakan mekanika. Serat kapas yang tidak rusak, dinding
sekundernya akan mengelembung dan menonjol keluar dari ujung
potongan serat dan membentuk kepala jamur atau dumbel. Apabila
dinding primer telah rusak karena zat kimia, maka dinding primernya

7
lemah dan tidak tahan terhadap tekanan yang timbul oleh dinding
sekunder yang menggelembung, sehingga seluruih serat
menggelembung. Besar kecilnya kepala jamur pada ujung potongan serat
menentukan derajat kerusakan kimia dari serat.

Pengujian pewarnaan dengan Congo Red


Cara ini dimaksudkan untuk membedakan antara kerusakan kimia dan
kerusakan mekanika pada serat kapas. Pada kapas yang rusak karena
meknika akan terlihat adanya serat serat yang sobek atau putus.
Sedangkan pada kapas yang rusak karena kimia akan terlihat adanya
retakan memanjang, celah atau adanya bagian-bagian serat berwarna
merah.

Uji Horizon
Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya gugus pereduksi pada
serat selulosa yang rusak karena zat kimia. Cara ini digunakan untuk
identifikasi oksiselulosa oleh asam atau hidroselulosa karena adanya
gugus aldehida. Prinsipnya adalah gugus aldehida akan mereduksi ion
perak menjadi perak yang mengendap dan menodai kapas rusak dengan
noda abu-abu sampai hitam.

Dalam cara ini digunakan dua pelarut yaitu larutan A yang dibuat
dengan melarutkan perak nitrat dan larutan B yang dibuat dengan
melarutkan natrium tiosulfat dan natrium hidroksida dengan perbandingan
yang sama dalam air.

Bagian yang rusak akan ternodai dengan warna abu-abu tua sampai
hitam

AgNO3 + Na2S2O3 NaOH Na3[Ag(S2O3)2]

AgNO3 + Na2S2O3 Ag2S2O3 + NaNO3

8
Ag2S H2SO4

Ag2S2O3 NaOH Na3[Ag(S2O3)] garam kompleks yang larut

Na2S2O3

Ag+ + Hn Ag + H+

O O

Ag+ + R-C R-C + Ag+

H OH- H

Uji perak nitrat amoniakal


Larutan perak amoniakal adalah berbahaya dan dapat meledak, maka
perlu hati-hati dalam menggunakannya. Larutan tersebut dibuat dengan
menambahkan ammonia dengan hati-hati kedalam larutan yang dibuat
dari perak nitrat 10 gram didalam 100 ml air suling. Pada serat yang tidak
rusak maka warna kuning yang terjadi akan hilang, sedangkan pada
bagian serat yang rusak akan tampak adanya warna kuning atau coklat
dan tergantung pada derajat kerusakan seratnya.

Uji Fehling
Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya gugus pereduksi pada
serat selulosa yang rusak karena zat kimia. Larutan fehling terdiri dari dua
larutan yaitu larutan A, yang dibuat dengan melarutkan 34,63 g CUSO 4
kristal dalm 500 ml air. Larutan fehling B, yang 70 g NaOH + 173 g
KNaC4H4O6.4H2O dalam 500 ml air
Adanya endapan kuprooksida yang berwarna pink atau merah
menunjukkan adanya gugus pereduksi. Pengamatan adanya endapan
tersebut akan lebih jelas apabila dilihat dengan mikroskop. Reaksi yang
terjadi adalah :
CuSO4 + 2 NaOH 6 Cu (OH) 4 + Na2SO4
C4H4O lar biru

9
Cu (OH)2 CuO + H2O

2CuO Cu2O + H2O

Uji pencelupan tolak


Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan gugus karboksil pada serat
selulosa yang rusak karena zat kimia. Contoh uji direndam dalam larutan
yang mengandung zat warna Chlorazol Sky Blue FF (C.I. Direct Blue 1) 5
g/l air, pada suhu didih selama 5 menit. Kemudian contoh uji dicuci
dengan air pada suhu 70oC.

Uji Biru Trunbull


Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan gugus karboksil, pada serat
selulosa yang rusak karena zat kimia. Contoh uji direndam dengan
menggunakan larutan yang didalamnya mengandung ferrosulfat 10 gram
perliter air pada suhu kamar, dan dicuci dengan air pada suhu 70 0C.
Kemudian contoh uji direndam didalam larutan yang mengandung kalium
ferisianida 10 gram per liter air pada suhu kamar selama 5 menit.
Akhirnya dicuci dengan air pada suhu 70 0C. Warna biru tua menunjukkan
adanya gugus karboksil pada serat.

Uji Na-Kromat
Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan gugus karboksil, pada serat
selulosa yang rusak karena zat kimia. Contoh uji direndam dengan
menggunakan larutan yang didalamnya mengandung Pb asetat pada
suhu kamar selama 5 menit, dan dicuci dengan air dingin. Kemudian
contoh uji direndam didalam larutan yang mengandung Na Kromat pada
suhu kamar selama 5 menit. Akhirnya dicuci dengan air dingin dan
keringkan. Warna kuning tua menunjukkan adanya gugus karboksil pada
serat.

Uji Metilen Blue

10
Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan gugus karboksil, pada serat
selulosa yang rusak karena zat kimia. Contoh uji direndam dengan
menggunakan larutan yang didalamnya mengandung Metilen biru pada
suhu kamar selama 5 – 10 menit, dan dicuci dengan air yang mengalir
dan keringkan. Warna biru tua menunjukkan adanya gugus karboksil
pada serat.

BAB II
PERCOBAAN
2.1 ALAT DAN BAHAN
2.1.1 Penggelembungan Dengan NaOH
 Alat Dan Bahan
1. Mikroskop
2. Kaca Objek Dan Kaca Penutup
3. Kertas Hisap
4. Contoh uji serat
 Pereaksi
Larutan NaOH 10%

2.1.2 Pewarnaan dengan Congo red


 Alat Dan Bahan
1. Mikroskop
2. Kaca Objek dan kaa penutup
3. Kertas hisap
4. Contoh uji serat
 Pereaksi
Larutan Zat Warna Congo Red 1%

2.1.3 Pewarnaan dengan cara Uji Horizon


 Alat Dan Bahan
1. Tabung Pereaksi
2. Pembakar Bunsen
3. Contoh uji serat
 Pereaksi

11
1. Pelarut A (AgNO3 80 gr/l )
2. Pelarut B ( 200 gr Na2S2O3 dan 200 gr NaOH ) dalam 1 L air.

2.1.4 Pewarnaan dengan Perak Nitrat Amoniakal


 Alat Dan Bahan
1. Tabung Reaksi
2. Pembakar Bunsen
3. Contoh uji serat
 Pereaksi
1. AgNO3 Amoniakal.
2. NH4OH 10%

2.1.5 Pewarnaan Dengan Pereaksi Fehling


 Alat Dan Bahan
1. Tabung reaksi
2. Pembakar Bunsen
3. Contoh uji serat
 Pereaksi
1. Larutan fehling A ( 60 gr/l CuSO4)
2. Larutan fehling B (346 gr Kalium Natrium Tantrat dan 100 gr
NaOH/ L air)
2.1.6 Pewarnaan Pencelupan Tolak
 Alat Dan Bahan
1. Tabung reaksi
2. Pembakar binsen
3. COntoh uji serat
 Pereaksi
Larutan Chlorazol Sky Blue FF (Cl Direct Blue 1 ) 5 gr/l

2.1.7 Pewarnaan Dengan Cara Biru Trunbull


 Alat dan Bahan
1. Tabng Reaksi
2. Pembakar Bunsen
3. Contoh uji serat

12
 Pereaksi
1. Ferro Sulfat 10 gr/l
2. Kallium Ferrisianida 10gr/l

2.1.8 Pewarnaan Dengan Na-Kromat


 Alat dan Bahan
1. Tabung reaksi
2. Contoh uji serat
 Pereaksi
1. Natrium Kromat 10 gr/l
2. Pb Asetat 10 gr/l

2.1.9 Pewarnaan Dengan Metilen Blue


 Alat dan Bahan
1. Tabbung reaksi
2. Contoh uji serat
 Pereaksi
Larutan Methilen biru 10 gr/l yang telah diasamkan dengan H 2SO4 4N
(10 ml/l)

2.2 CARA KERJA


2.2.1 Penggelembungan Dengan NaOH
1. Dipotong serat kapas pendek-pendek sekitar 0,5 mm.
2. Diletakkan diatas kaca objek kemudian ditetesi dengan NaOH
sebagai medium. Ditutup dengan kaca penutup.
3. Dibiarkan selama beberapa menit.
4. Diamati dibawah mikroskop.

2.2.2 Pewarnaan Dengan Congo Red


1. Direndam contoh uji dalam larutan NaOH 2% selama 5 menit.
2. Dicuci sampai bebas NaOH (uji dengan kerts lakmus)
3. Dikeringkan dengan kertas penghisap.
4. Direndam contoh uji dalam larutan congo red selama 5 menit.
5. Dicuci bersih dengan air.

13
6. Direndam dalam larutan NaOH 18% selama 3 sampai 5 menit.
7. Diamati dibawah mikroskop.

2.2.3 Pewarnaan Dengan Cara Uji Horizon


1. Dicampurkan 1 ml larutan A dalam 20 ml air dengan 2 ml larutan B
dalam 20 ml.
2. Dididihkan contoh uji dalam 2-5 ml campuran tersebut dalam 5 menit.
3. Cuci dalam larutan B ( 1 ml dalam 10 ml air)
4. Dicuci dengan air panas suhu 70‫ﹾ‬C
5. Diamati perubahan warna yang terjadi.

2.2.4 Pewarnaan Dengan Perak Amoniakal


1. Dipanaskan contoh uji dalam larutan AgNO3 amoniakal pada suhu 80
‫ﹾ‬C selama 3-5 menit.
2. Dicuci dengan air dingin.
3. Dicuci dengan larutan amoniakal 10%
4. Diamati warna yang terjadi.

2.2.5 Pewarnaan Dengan Peraksi Fehling


1. Dicampurkan 3 ml larutan fehling A dan 5 ml larutan fehling B
( larutan dpat diencerkan dengan 10 ml larutan air suling)
2. Didihkan contoh uji dalam 2-5 ml campuran tersebut selama 5 menit.
3. Cuci dengan air panas 70‫ﹾ‬C
4. Diamati perubahan warna yang terjadi.

2.2.6 Pewarnaan Pencelupan Tolak


1. Direndam contoh uji dalam larutan chlorazol sky blue FF pada suhu
mendidih selama 5 menit.
2. Dicuci dengan air panas pada suhu 70‫ﹾ‬C
3. Diamati perubahan warna yang terjadi.

2.2.7 Pewarnaan Dengan Cara Biru Trunbull

14
1. Direndam contoh uji dalam larutan Ferro Sulfat selama 5 menti dalam
suhu kamar.
2. Dicuci dengan air suhu 70‫ﹾ‬C.
3. Direndam contoh uji dalam kelarutan kalium Ferri Sianida selama 5
menit pada suuhu kamar.
4. Dicuci pada sir suhu 70‫ﹾ‬C, lalu dikeringkan.
5. Amati perubahan warna yang terjadi.

2.2.8 Pewarnaan Dengan Na-Kromat


1. Rendam contoh uji pada larutan Pb Asetat selama 5 menit pada suhu
kamar.
2. Bilas dengan air dingin
3. Pindahkan contoh uji dalam larutan Na-Kromat kemudian rendam
dalam larutan tersebut selama 5 menit pada suhu kamar.
4. Cuci dan keringkan
5. Amati perubahan warna yang terjadi.

2.2.9 Pewarnaan Dengan Metilen Blue


1. Rendam contoh uji dalam larutan pereaksi methyl blue, Selma 5
sampai 10 menit pada suhu kamar.
2. Dicuci dengan air mengalir.
3. Diamati perubahan warna yang terjadi.

2.3 EVALUASI
2.3.1 Penggelembungan Dengan NaOH
Adanya kepala jamur (dumble) pada ujung serat menunjukan serat
baik atau serat yang mengalami kerusakan mekanik, sedangkan tidak
ada kepala jamur pada ujung serat menunjukan kerusakan kimia yang
hebat. Besar kecilnya kepala jamur menentukan derajat kerusakan kimia
dari serat.

2.3.2 Pewarnaan Dengan Congo Red


 Pada kapas yang rusak karena mekanika akan terlihat adanya serat
yang sobek dan putus, terbentuk dumbel dan serat berwarna merah,

15
 Pada kapas yang rusak karena kimia akan terlihat retakan memanjang,
tidak terjadi dumbel dan adanya bagian – bagian serat berwarna merah,
 Pada kapas yang rusak karena jasad renik permukaannya aus atau
tampak filamen – filamen jasad renik,
 Kerusakan karena panas akan menghasilkan noda spiral pada serat,
tapi pola ini biasa tampak pula pada kerusakan oleh zat kimia.

2.3.3 Pewarnaan Dengan Cara Uji Horizon


Adanya endapan abu – abu atau hitam menunjukan adanya gugus
aldehida.

2.3.4 Pewarnaan dengan perak Amoniakal


Serat yang rusak akan berwarna kuning atau coklat
bergantung tingkat kerusakannya, sedangkan serat yang baik
warna akan hilang setelah dilakukan pencucian.

2.3.5 Pewarnaan dengan Pereaksi Fehling


Adanya endapan berwarna pink atau merah menunjukan adanya
gugus pereduksi.

2.3.6 Pewarnaan Pencelupan Tolak


Adanya gugus karboksil ditunjukan dengan tidak terjadinya
pewarnaan atau adanya titik warna muda pada daerah yang rusak.

2.3.7 Dengan Cara Biru Trunbull


Warna biru tua menunjukan adanya gugus karboksilat pada bahan.

2.3.8 Pewarnaan Dengan Na-Kromat


Adanya gugus karboksilat ditunjukkan oleh warna kuning tua
sedangkan adanya gugus pereduksi memberikan warna cream.

2.3.9 Pewarnaan Dengan Metilen Blue


Warna biru tua menunjukkan adanya gugus karboksilat pada bahan

16
BAB III
DATA PERCOBAAN
3.1 KERUSAKAN SELULOSA 1
Kerusakan selulosa 1 (data terlampir). Dapat dilihat dari lampiran halaman 23
3.2 KERUSAKAN SELULOSA 2
Kerusakan selulosa 2 (data terlampir). Dapat dilihat dari lampiran halaman
27
3.3 KERUSAKAN SELULOSA 3
Kerusakan selulosa 3 (data terlampir). Dapat dilihat dari lampiran halaman
31

BAB IV
DISKUSI
4.1 SELULOSA 1
4.1.1 Penggelembungan Dengan NaOH
Pada serat kapas yang tidak rusak, maka dinding sekundernya
akan menggelembung mengembang (membesar) dan ujung potongan
serat dan membentuk dumbel atau membentuk seperti kepala jamur.
Besar kecilnya kepala jamur pada ujung potongan serat tersebut
menentukan besar atau sedikitnya kerusakan kimia dari serat. Apabila
terjadi kerusakan kimia tersebut maka akan melemahkan dinding primer
sehingga tidak dapat menahan tekanan yang ditimbulkan oleh dinding
sekunder yang menggelembung, sehingga keseluruhan dari bagian serat
akan menggelembung.

4.1.2 Pewarnaan Dengan Congo Red


Pada kapas yang rusak karena kimia akan terlihat adanya retakan
memanjang atau adanya bagian-bagian serat berwarna merah dengan
merah terang/pudar, sedangkan pada kapas yang rusak karena
mekanika akan terlihat adanya serat-serat yang putus (tidak rata). Dalam
beberapa pengujian serat yang rusak karena jamur (jasad renik) akan
timbul bintik-bintik hitam dan akan tampak pada serat di bawah
mikroskop. Kerusakan karena panas terlihat dengan adanya noda spiral
pada serat. Dan terlihat pada kerusakan dengan pukulan, terjadi dumble

17
dan terlihat dengan jelas serat itu putus (tidak rata) dan menyambung ke
serat putusannya tersebut.

4.2 SELULOSA 2

4.2.1 Pewarnaan Dengan Cara Uji Horizon


Pada pengujian pewarnaan dengan cara uji horizon terdapat
endapan abu – abu atau hitam pada jenis kerusakan asam,alkali,H 2O2,
Hipoklorit,KMnO4, kaporit, panas, dan jamur. Hal ini menunjukan adanya
gugus aldehid pada jenis kerusakan tersebut.

4.2.2 Pewarnaan Dengan Perk Amoniakal


Pada pengujian pewarnaan dengan cara uji perak nitrat amoniakal
terjadi kerusakan pada semua jenis serat. Hal ini ditunjukan dengan
adanya warna kuning hingga coklat. Warna coklat menunjukkan tingkat
kerusakan yang paling tinggi terdapat pada serat kapas baik, jamur dan
KMnO4 .

4.2.3 Pewarnaan Dengan Pereaksi Fehling


Pada pengujian pewarnaan dengan cara uji fehling tidak adanya
gugus pereduksi, karena tidak ada endapan berwarna pink atau merah
pada semua jenis kerusakan serat melainkan hanya terdapat warna putih
kebiruan dalam serat.

4.3 SELULOSA 3
4.3.1 Pewarnaan Pencelupan Tolak
Pada uji pencelupan tolak, menunjukkan sedikit terjadinya
pewarnaan muda pada daerah yang rusak, tetapi pada kapas yang tidak
terjadi kerusakan akan terjadi pewarnaan. Warna tersebut untuk
menunjukan adanya gugus karboksil pada serat tersebut dan terjadinya
kerusakan. Tetapi pada hasil pengamatan yang sudah dilakukan ternyata
hanya sedikit serat yang terwarnai, kemungkinan kesalahan terjadi saaat
proses pencucian setelah pengamatan pada serat tersebut.

4.3.2 Pewarnaan Dengan Cara Biru Trunbull

18
Pada uji biru turnbull, warna biru tua menunjukkan adanya gugus
karboksil pada serat. Banyaknya gugus karboksil yang terdapat pada
serat ditunjukkan dengan semakin tua warna yang dihasilkan dari
pengujian ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar
kerusakan yang dialami oleh serat. Pada pengujian ini warna biru tua
ditunjukkan oleh serat yang rusak oleh Hipoklorit.

4.3.3 Pewarnaan Dengan Na-Kromat


Pada uji Na-Kromat, adanya pereduksi menyebabkan Pb asetat
terserap sedikit sehingga warna yang dihasilkan cream, sedangkan
warna kunig tua menunjukkan adanya gugus karboksil (yang menandai
bahwa serat rusak) pada serat. Pada percobaan ini ditunjukkan oleh
serat kapas yang rusak oleh pukulan dan H2O2.

4.3.4 Pewarnaan Dengan Metilen Blue


Pada uji metilen blue, warna biru tua menunjukkan adanya gugus
karboksil pada serat. Semakin tua warna yang dihasilkan semakin
banyak gugus karboksilnya, ini berarti semakin besar kerusakan yang
dialami oleh serat. Pada percobaan ini warna biru tua ditunjukkan oleh
serat kapas yang rusak oleh kaporit, hipoklorit, jamur, panas dan pukulan

BAB IV

KESIMPULAN

5.1 SELULOSA 1
Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan sebagai berikut
bahwa kerusakan secara kimia, terlihat pada pengujian
penggelembungan dengan NaOH sedangkan kerusakan secara fisika
terlihat pada pengujian pewarnaan dengan Congo Red.

5.2 SELULOSA 2

19
5.2.1 Pewarnaan Dengan Cara Uji Horizon
Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan sebagai
berikut bahwa jenis kerusakan serat yang paling banyak
mengandung gugus aldehid pada pengujian pewarnaan dengan
cara uji horizon adalah Kapas rusak oleh alkali karena berwarna
sangat hitam.

5.2.3 Pewarnaan Degan Perak Amoniakal \


Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan sebagai
berikut bahwa enis kerusakan serat yang paling rusak atau
berwarna coklat pada pengujian dengan perak nitrat amoniakal
adalah kapas rusak oleh jamur.

5.2.4 Pewarnaan Dengan Pereaksi Fehling


Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan sebagai
berikut bahwa pada pengujian dengan cara uji fehling tidak ada
satupun jenis serat yang mengandung gugus pereduksi.

5.3 SELULOSA 3
5.3.1 Pewarnaan Pencelupan Tolak
Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan sebagai berikut
bahwa pada pengujian pewarnaan dengan cara pencelupan tolak yang
mengandung gugus karboksilat terdapat pada kapas yang rusak oleh
alkali, hipoklorit, jamur, panas, pukulan, H2O2, dan KMnO4.

5.3.2 Pewarnaan Dengan Cara Biru Trunbull


Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan sebagai berikut
bahwa pada pemangamatan dengan uji biru trunbull ini yang
mengandung gugus karboksilat hanya terdapat pada Kapas rusak oleh
Hipoklorit.

5.3.3 Pewarnaan Dengan Na-Kromat


Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan sebagai berikut
bahwa pada pemangamatan dengan uji pewarnaan dengan Na-Kromat

20
ini yang mengandung gugus karboksilat terdapat pada kapas yang rusak
oleh asam, baik, alkali, kaporit, hipoklorit, jamur. Sedangkan gugus
karboksil terdapat pada kapas yang rusak oleh pukulan dan H2O2.

5.3.4 Pewarnaan Dengan Metilen Blue


Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan sebagai berikut
bahwa pada pengamatan dengan uji metilen blue ini yang mengandung
gugus karboksilat terdapat pada kapas yang rusak oleh kaporit,
hipoklorit, jamur, panas, dan pukulan.

DAFTAR PUSTAKA
- Widayat, S.Teks. dkk, evaluasi tekstil bagian kimia, Institut
Teknologi Tekstil Bandung,1975.
- Soeprijono,P S.Teks, dkk, Serat-Serat Tekstil, STTT, Bandung,
1973
- Buku Panduan Praktek Evaluasi Tekstil 1, STTT, Bandung.

21
LAMPIRAN

22

Anda mungkin juga menyukai