Anda di halaman 1dari 29

Tanggal Praktek Tanggal Penyerahan Laporan

21 Februari 2018 28 Februari 2018

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN 1
PENYEMPURNAAN PENGANJIAN VARIASI KONSENTRASI TAPIOKA

Kelompok 1
Disusun oleh : Fatma Mulyardi (15020010)
Fasha Yakarima (16020107)
Anastasia Novia Eka (16020112)
Yogi Aditya Pratama (16020115)
Tyas Aditya Dewi (16020122)
Devina Aulia (16020124)
Grup : 2K4
Nama Dosen : Wulan S., S.ST.,M.T.
Asisten Dosen : Desti M., S.ST.
Desi Riana

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL


POLITEKNIK SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL
BANDUNG
2018
PENYEMPURNAAN PENGANJIAN VARIASI KONSENTRASI TAPIOKA

I. MAKSUD DAN TUJUAN


1.1 Maksud
Mempelajari bagaimana mekanisme proses penganjian pada kapas
dengan variasi konsentrasi tapioka.

1.2 TUJUAN
1. Memvariasikan konsentrasi tapioka pada proses penyempurnaan penganjian
2. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses penganjian pada
kain kapas.
3. Menganalisa dan mengevaluasi serta membandingkan hasil proses
penganjian pada kain kapas.

II. DASAR TEORI


2.1 Serat Kapas
Serat kapas merupakan serat alam yang berasal dari serat tumbuh-
tumbuhan yang tergolong kedalam serat selulosa alam yang diambil dari
buahnya. Serat kapas dihasilkan dari rambut biji tanaman yang termasuk dalam
jenis Gossypium. Species yang berkembang menjadi tanaman industri kapas
ialah Gossypium hirstum, yang kemudian dikenal sebagai kapas Upland atau
kapas Amerika. Serat kapas merupakan sumber bahan baku utama pembuat
kain katun termasuk kain rajut bahan pembuat kaos murah.
Serat kapas mempunyai bentuk penampang melintang yang sangat
bervariasi dari elips sampai bulat. Tetapi pada umumnya berbentuk seperti
ginjal. Bentuk membujur serat kapas adalah pipih seperti pita yang terpuntir. .
Bentuk membujur serat, dibagi menjadi tiga bagian, antara lain: dasar, badan
dan ujung.
- Dasar
Berbentuk kerucut pendek yang selama pertumbuhan serat
pertumbuhan serat tetap tertanam di antara sel-sel epidermis. Dalam
proses pemisahan serat dari bijinya, pada umumnya dasar serat ini putus
sehingga jarang ditemukan pada saat kapas diperdagangkan.
- Badan
Merupakan bagian utama dari serat, kira-kira 3/4 sampai 15/16
panjang serat. Bagian ini mempunyai diameter yang sama, dinding yang
tebal, dan lumen yang sempit.
- Ujung
Merupakan bagian yang lurus dan mulai mengecil dan pada
umumnya kurang dari 1/4 bagian panjang serat. Diameter bagian ini lebih
kecil dari diameter badan dan berakhir dengan ujung yang runcing.

Serat kapas dewasa, penampang lintangnya terdiri dari 6 bagian.


- Kutikula
Merupakan lapisan terluar yang mengandung lilin, pektin dan
protein. Adanya lilin menyebabkan lapisan ini halus, sukar tembus air dan
zat pewarna. Berfungsi melindungi bagian dalam serat.
- Dinding primer
Merupakan dinding tipis sel yang asli, terutama terdiri dari selulose
tetapi juga mengandung pektin, protein, dan zat-zat yang mengandung lilin.
Selulose dalam dinding primer berbentuk benang yang sangat halus yang
tidak tersusun sejajar sepanjang serat tetapi membentuk spiral mengelilingi
sumbu serat.
- Lapisan antara
Merupakan lapisan pertama dari dinding sekunder dan strukturnya
sedikit berbeda dengan dinding primer.
- Dinding sekunder
Merupakan lapisan-lapisan selulose, yang merupakan bagian utama
serat kapas. Dinding ini juga merupakan lapisan benang yang halus yang
membentuk spiral mengelilingi sumbu serat. Arah putarannya berubah-
ubah.
- Dinding lumen
Dinding lumen lebih tahan terhadap zat kimia tertentu dibanding
dinding sekunder.
- Lumen
Merupakan ruang kosong di dalam serat. Bentuk dan ukurannya
bervariasi dari serat ke serat lain maupun sepanjang satu serat.
Adapun komposisi serat kapas dapat dilihat pada tabel berikut :
% Pada Dinding
Komposisi % Pada Serat
Primer
Selulosa 88 – 96 52
Pektin 0,7 - 1,2 12
Lilin 0,4 – 0,1 7
Protein 1,1 – 1,9 12
Abu 0,7 – 1,6 3
Senyawa Organik 0.5 – 1,0 14
*Sumber : Serat-serat Tekstil, Institut Teknologi Tekstil Bandung

A. Morfologi Serat Kapas

 Penampang membujur : seperti pipa terpilin


 Penampang melintang : seperti ginjal
 Dimensi serat : Pada umumnya bervariasi dari (p:d) 1000 : 1 sampai
5000 : 1

B. Struktur Fisik Kapas


Bentuk dan ukuran penampang melintang serat kapas dipengaruhi
oleh tingkat kedewasaan serat yang dapat dilihat dari tebal tipisnya dinding
sel. Serat makin dewasa dinding selnya makin tebal. Untuk menyatakan
kedewasaan serat dapat dipergunakan perbandingan antara tebal dinding
dengan diameter serat. Serat dianggap dewasa apabila tebal dinding lebih
dari lumennya.
Pada satu biji kapas banyak sekali serat, yang saat tumbuhnya tidak
bersamaan sehingga menghasilkan tebal dinding yang tidak sama.
Seperlima dari jumlah serat kapas normal adalah serat yang belum dewasa.
Serat yang belum dewasa adalah serat yang pertumbuhannya terhenti
karena suatu sebab,misalnya kondisi pertumbuhan yang jelek, letak buah
pada tanaman kapas dimana bnuah yang paling atas tumbuh paling akhir,
kerusakan karena serangga dan udara dingin, buah yang tidak dapat
membuka dan lain-lain. Serat yang belum dewasa kekuatannya rendah dan
apabila jumlahnya terlalu banyak, dalam pengolahan akan menimbulkan
limbah yang besar.

C. Struktur Molekul
Komposisi selulosa murni diketahui sebagai suatu zat yang terdiri dari
unit-unit anhidro-β-glukosa dengan rumus empiris (C6H10O5)n , dimana n
merupakan derajat polimerisasi yang tergantung dari besarnya molekul.
Hubungan antara selulosa dan glukosa telah lama dikenal yaitu pada
peristiwa hidrolisa selulosa oleh asam sulfat dan asam klorida encer, yang
menghasilkan suatu hasil akhir yang memiliki bentuk glukosa.
Hal ini membuktikan bahwa selulosa terbentuk dari susunan cincin
glukosa. Glukosa diketahui sebagai turunan (derivate) pyranosa yang berarti
memilki enam segi (sudut), dan struktur kimia dari glukosa sendiri memiliki
dua bentuk tautomeri yaitu α-glukosa dan β-glukosa.

CH 2 OH
CH 2 OH
O O
H H H OH
H H

H
OH H HO OH
HO OH H

H OH H OH

α- Glukosa β- Glukosa

Sumber : Trotman, Dyeing and Chemical Technology of Textile Fibres, 4th edition,
A Wiley Interscience Publication, New York, 1984, halaman 46

Selubiosa adalah disakarida yang terdiri dari dua unit β-glukosa yang
dihubungkan oleh jembatan oksigen (ikatan oksigen). Susunan dari
selubiosa ini berhasil ditemukan oleh W.N. Haworth dan K. Freudenberg
dengan tata nama sebagai 1-4 anhidro-β-glukosa seperti gambar pada
berikut ini :

CH 2 OH H OH

H O H
H O OH H

OH H H
HO H H OH
O
H OH CH 2 OH

Sumber :Trotman, E.R., Dyeing and Chemical Technology of Textile Fibres, 4th edition,
A Wiley Interscience Publication, New York, 1984, halaman 46

Setelah melalui berbagai diskusi dan penyelidikan, maka ditetapkan


bahwa struktur kimia dari selulosa.

H OH CH 2 OH H OH CH 2 OH
HO H H O H O
OH H O OH H OH
H H H

H H H O H
O OH H OH
H H H
O O
CH 2 OH H OH CH 2 OH H OH

Sumber :Trotman, E.R., Dyeing and Chemical Technology of Textile Fibres, fourth
edition,
A Wiley Interscience Publication, New York, 1984,halaman 36.

D. Sifat Serat Kapas


 Sifat Fisika
1. Warna Kapas
Warna kapas pada umumnya sedikit krem. Beberapa kapas yang
seratnya panjang, warnanya lebih krem dari pada jenis kapas yang
serat-seratnya lebih pendek. Warna krem ini disebabkan oleh
pengaruh cuaca yang lama, debu atau kotoran. Tumbuhnya jamur
pada kapas sebelum pemetikan menyebabkan warna putih kebiru-
biruan yang tidak bisa dihilangkan dalam pengelantangan.
2. Kekuatan
Kekuatan serat kapas sangat dipengaruhi oleh kadar selulosa yang
dikandungnya. Dalam keadaan basah serat kapas akan memiliki
kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan serat ketika dalam
keadaan kering. Hal ini disebabkan karena dalam keadaan basah,
serat akan menggelembung sehingga berbentuk silinder yang akan
menyebabkan berkurangnya bagian-bagian serat yang terpuntir,
dalam kondisi seperti ini distribusi tegangan akan diterima di
sepanjang serat secara lebih merata. Kekuatan serat kapas dalam
keadaan kering berkisar 3,2-5,2 g/denier dan dalam keadaan basah
lebih tinggi lagi.
3. Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi di antara serat-serat
selulosa alam yang lainnya. Mulur serat kapas berkisar antara 4 –
13% tergantung dari jenis serat kapasnya dan rata-rata mulurnya
adalah 7%.
4. Moisture Regain (MR)
Serat kapas memiliki afinitas yang besar terhadap air, dan air
memiliki pengaruh yang nyata pada sifat-sifat serat. Serat kapas
yang sangat kering bersifat kasar, rapuh dan kekuatannya rendah.
Moisture Regain (MR) serat kapas bervariasi sesuai dengan
perubahan kelembaban relatif tertentu. MR kapas pada kondisi
standar berkisar antara 7 – 8,5%.
5. Berat Jenis
Berat jenis serat kapas adalah 1,50 sampai 1,56.
6. Indeks Bias
Indeks bias serat kapas sejak sumbu serat 1,58, indeks bias
melintang sumbu serat 1,53.

 Sifat Kimia
1. Pengaruh asam
Selulosa tahan terhadap asam lemah, sedangkan terhadap
asam kuat akan menyebabkan kerusakan. Asam kuat akan
menghidrolisa selulosa yang mengambil tempat pada jembatan
oksigen penghubung sehingga terjadi pemutusan rantai molekul
selulosa (hidroselulosa). Rantai molekul menjadi lebih pendek dan
menyebabkan penurunan kekuatan tarik selulosa.
2. Pengaruh Alkali
Alkali mempunyai pengaruh pada kapas. Alkali kuat pada suhu
rendah akan menggelembungkan serat kapas seperti yang terjadi
pada proses merserisasi, sedangkan pada suhu didih air dan dengan
adanya oksigen dalam udara akan menyebabkan terjadinya
oksiselulosa.
3. Pengaruh Panas
Serat kapas tidak memperlihatkan perubahan kekuatan bila
dipanaskan pada suhu 120OC selama 5 jam, tapi pada suhu yang
lebih tinggi dapat menyebabkan penurunan kekuatan. Serat kapas
kekuatannya hampir hilang jika dipanaskan pada suhu 240OC.
4. Pengaruh oksidator
Oksidator dapat mengoksidasi selulosa sehingga terjadi
oksiselulosa, rantai molekul selulosa terputus dan selanjutnya
mengakibatkan terjadinya oksiselulosa lanjutan yang mengubah
gugus aldehid menjadi gugus karboksilat. Pada oksidasi sederhana
dalam suasana asam tidak terjadi pemutusan rantai, hanya terjadi
pembukaan cincin glukosa. Pengerjaan lebih lanjut dengan alkali
akan mengakibatkan pemutusan rantai molekul sehingga kekuatan
tarik akan turun. Oksiselulosa terjadi pada proses pengelantangan
yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab atau
pemanasan yang lama pada suhu diatas 140OC.
5. Hidroselulosa
Asam kuat akan menghidrolisa selulosa yang mengambil
tempat pada jembatan oksigen penghubung sehingga terjadi
pemutusan rantai molekul selulosa (hidroselulosa). Rantai molekul
menjadi lebih pendek dan menyebabkan penurunan kekuatan tarik
selulosa.
Reaksi hidroselulosa dapat dilihat pada gambar berikut ini
CH2OH H OH
H O H
H O OH H
O OH H H H O
H
O
H OH CH2OH

Hidrolisa

CH2OH H OH
H O
H H OH H
C OH H
O OH H O H O
H
O
H OH CH2OH

CH2OH H OH
H O
OH OH H
H OH H
C
O OH H O H O
H
O
H OH CH2OH

Sumber : Arifin Lubis, dkk, Teknologi Persiapan Penyempurnaan,


Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung, 1994, halaman 85.

Hidrolisa sederhana dengan larutan asam encer panas, rantai


molekul akan terpecah menjadi dua atau lebih dan dapat
membentuk molekul glukosa individu bergantung pada dasarnya
pengaruh asam yang diberikan dan dihasilkan bentuk B. hidrolisa
jenis B mempunyai daya reduksi lebih besar tetapi daya serap
terhadap alkali dan zat warna basa kecil. Pada hidrolisa yang lebih
kompleks gugus aldehida akan teroksidasi menjadi gugus karboksilat
dan menghasilkan bentuk C. Hidrolisa jenis C mempunyai daya
reduksi yang kecil dan mudah larut dalam alkali serta daya serap
terhadap zat warna basa besar.

6. Oksiselulosa
Pengerjaan selulosa dangan oksidator menyebabkan
terjadinya oksiselulosaReaksi Oksiselulosa dapat dilihat pada
gambar dibawah ini
CH2OH H OH
O
H O H
H OH H
O OH H H O
H H O
H OH CH2OH

Oksidasi
CH2OH CH2OH
O OH OH
H O H
H H O
O H O
C C C C H
O H O H O H O H

CH2OH
O CH2OH
H O OH OH
H H
H O
O H
C C O H
C C
O OH O OH
O OH O OH

Sumber : Rasyid Djufri, dkk, Teknologi Pengelantangan. Pencelupan dan Pencapan,

Institut Teknologi Tekstil, Bandung, 1976, halaman 76.

2.2 Penyempurnaan penganjian


Proses penganjian dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan kain
kaku dan mempunyai pegangan penuh, selain itu penganjian akan memberikan
lapisan film yang rata pada kain dan akan menambah kenampakan misalnya
mengkilat. Proses penganjian dapat meratakan permukaan kain dan
menstabilkan dimensi, selain itu dengan penambahan zat-zat lain dapat
menambah berat kain.
Melekatnya kanji pada serat, terjadi karena sifat alamnya yang mengikuti
hukum Van Der walls, dan juga terjadi karena adanya ikatan hidrogen walaupun
kecil.
Penyempurnaan penganjian hanya bisa bersifat sementara atau
setengah permanen. Penyempurnaan kanji bersifat sementara jika zat yang
digunakan berasal dari alam seperti tapioka, kanji jagung, kanji gandum, kanji
kentang, kanji beras, dekstrin, gelatin, gom atau lainnya. Sedangkan jika zat
yang digunakan berupa resin sintetik seperti piolivinil alkohol, poliakrilat atau
derivat dari selulosa seperti etil selulosa, karboksimetil selulosa atau lainnya,
maka hasil penyempurnaan bersifat setengah permanen.
Selain zat-zat perekat di atas, pada larutan penyempurnaan biasanya
ditambahkan juga zat-zat lain misalnya zat antiseptik, zat pelemas dan zat
pengisi. Hasil penyempurnaan tergantung dari jenis zat perekat yang digunakan,
viscositas larutan dan penetrasinya ke dalam serat.
Penyempurnaan kanji biasanya diikuti oleh penyetrikaan ( pengerjaan
dengan kalander ), hal ini dimaksudkan untuk menambah kilau dari kain.
2.2.1 Kanji
Zat kanji / pati (starch) atau bahasa latinnya amylum, yang berarti
tepung halus, adalah suatu substansi glukosida. Zat kanji tersebut terdiri
dari butiran-butiran sferik yang kecil sekali dengan ukuran dan bentuk
beragam.
Konstitusi kimia zat kanji sangat beragam. Bila diberi air panas
kemudian didinginkan maka zat-zat kanji tersebut akan membentuk
pasta atau gel, yang terjadi oleh adanya hidrasi, penggembungan dan
akhirnya perekahan butir zat kanji tersebut. Zat kanji merupakan
campuran dua polisakarida, yaitu amilosa dan amilopektin yang berasal
dari penambahan molekul-molekul glukosa. Air panas dapat
menyebabkan zat kanji terpisah menjadi dua bagian, yaitu yang bersifat
tidak larut (amilopektin) dan yang larut dalam air (amilosa). Rantai
molekul amilosa berbentuk linier dengan ikatan pada 1,4 (1,4 – linkage),
sedangkan amilopektin juga linier tapi dengan ikatan pada posisi 1,6.
Kesesuaian suatu zat kanji untuk penganjian (juga dalam
penghilangan kanji) sangat bergantung pada jenis kanji tersebut berasal
dan kandungan amilosa dan amilopektinnya. Zat kanji dengan
amilopektin tinggi dapat menimbulkan masalah pada proses
penghilangan kanjinya, bahkan dengan enzim amylase sekalipun.
Berdasarkan komposisi kimianya maka kanji dapat digolongkan
sebagai berikut :
1. Kanji/Pati
2. Kanji yang dimodifikasi
3. Turunan-turunan selulosa, CMC
4. Kanji dengan bahan dasar PVA
5. Poliakrilat (PAC)
6. Galaktomanan (GM)
7. Kanji-kanji Poliester (PES)
8. Homopolimer dan Kopolimer dari vinil, akrilat dan stirena.
9. Lilin dan lemak
10. Pareafin, silicon, pelembut, fungisida dan lainnya.
Komposisi dasar kimia zat-zat kanji tersebut di atas adalah :

Tabel 1.2. Komposisi Dasar Kimia Berbagai Jenis Kanji

Suatu suspensi kanji akan menggembung pada suhu 65-70oC dan


menjadi suatu larutan kanji yang kental. Baik amilosa maupun
amilopektin dapat diidentifikasi dengan iodium. Zat kanji dapat
mengandung kelembaban hingga 20 %. Pada medium asam kedua
substansi akan terhidrolisa sebagian menjadi glukosa dan dekstrin.
Kanji Tapioka
Tepung ini sering digunakan untuk membuat makanan dan bahan
perekat.Tapioka juga digunakan untuk membuat kaku pakaian. Istilah
"dikanji" berarti (pakaian yang) dibubuhi cairan kanji agar menjadi keras
atau kaku tatkala diseterika, dan lipatannya dapat membentuk garis lurus
yang sempurna.
Larutan tapioka berbentuk gel yang transparan dan memberikan
hasil finish yang tipis, halus dan fleksibel. Dalam penggunaannya sering
dicampur kanji-kanji yang lain untuk mendapatkan modifikasi sifat-sifat
yang diinginkan.

Kanji Karboksimetilselulosa (CMC)


Molekul CMC merupakan turunan glukosida. Rantai glukosidanya
mengandung 3 gugus alcohol, dimana fungsi alcohol primernya
tersubstitusi. Derajat substitusinya bervariasi dari 0,68 hingga 0,85 yang
akan membedakan kelarutan dan viskositasnya. CMC dibuat dari reaksi
alkali selulosa dengan asam monokloroasetat.
CMC banyak digunakan dalam industri tekstil karena mudah
dihilangkan dari bahan dengan proses penghilangan kanji. Keunggulan
sifat CMC terutama terletak pada pembentukan film dan daya
penganjiannya lapisan film yang terbentuk tidak seperti “kulit” dan tidak
terpengaruh oleh kelembaban udara yang rendah. Pada penggunannya
kekurangannya bersifat korosif bila tercampur dengan garam.
Larutannya mudah menimbulkan endapan, pada kelembaban udara
yang tinggi dapat “mencair” dan menjadi lengket, dan menggembung
kembali dalam larutan penghilang kanji.
Kanji Polivinilalkohol (PVA)
Polivinil alcohol atau PVA tidak dibuat dari monomer tetapi dari
polimerisasi monomer vinil asetat. Bila Reaksi hidrolisanya dikendalikan
maka akan diperoleh PVA yang terhidrolisa penuh. PVA yang terhidrolisa
sebagian misalnya PVA 88% lebih mudah larut dalam air. Makin panjang
rantai makro molekulnya, makin tinggi viskositasnya.
PVA banyak digunakan dalam industri tekstil karena sifat
fleksibilitas dan ketahanan terhadap abrasinya berkat gugus-gugus OH-
nya yang membentuk dwikutub. PVA tidak dapat di-biodegradasi tetapi
dapat di daur ulang dengan ultrafiltrasi. Sifat lain yang kurang
menguntungkan adalah sangat peka terhadap elektrolit dan pH alkali.
Oleh karena itu sangat riskan bila melakukan pengelantangan dan
pemasakan bahan yang dikanji dengan PVA.

 Zat-zat pembantu
Larutan finish kanji selain mengadung kanji juga mengandung zat-zat
lainnya yang berfungsi untuk memperbaiki sifat-sifat atau untuk
mendapatkan hasil finis dengan sifatsifat tertentu. Zat- zat tersebut
dapat berupa zat anti septic, zat pelemas dan zat pengikat atau
pemberat..
 Zat anti septic
Kain yang difinis kanji mudah diserang oleh jamur apabila disimpan
di tempat yang lembab. Demikian juga larutan kanji yang disimpan,
mudah rusak karena pengaruh jamur. Untuk menghalangi tumbuhnya
jamur perlu penambahan - penambahan zat anti septic ke dalam
larutan kanji. Zat- zat anti septic yang umum digunakan dalam
industri tekstil adalah magnesium klorida, seng klorida, seng sulfat,
barium klorida, fenol,asam kresilat, asam salisilat, formaldehida dan
salisil anilida.
 Zat pelemas
Pelemas perlu ditambahkan untuk mendapatkan hasil finis yang
mempunyai pegangan halus. Zat- zat pelemas yang digunakan
antaralain gliserin, TRO, minyak- minyak, gajih, Textile Finishing Oil.
 Zat pengisi
Dalam beberapa hal, zat pengisi ditambahkan untuk mendapatkan
hasil finis yang cukup berat. Kaolin adalah zat pengisi yang banyak
digunakan dalam industri tekstil.

 Fiksasi zat kanji


Penyempurnaan menggunakan campuran zat kanji merupakan
pelapisan serat dengan lapisan film pelindung yang pada akhirnya
lapisan tersebut harus mudah dihilangkan pada saat proses
penghilangan kanji. Oleh sebab itu suatu ikatan yang terlalu kuat
antara serat dan zat kanji bukan merupakan suatu hal yang utama.
Lebih disukai ikatan tersebut berupa ikatan hidrogen atau van der
walls atau jenis ikatan elektrostatik yang relative lemah dan sifatnya
fisik. Fiksasi tersebut dapat berbentuk gaya-gaya dwi kutub atau
elektrolit. Suatu dwi kutub listrik terdiri dari dua pusat dengan muatan
sama tetapi berlawanan.

2.2.2 Fiksasi Zat Kanji


Penyempurnaan menggunakan campuran zat kanji merupakan
pelapisan serat dengan lapisan film pelindung yang pada akhirnya
lapisan tersebut harus mudah dihilangkan pada saat proses
penghilangan kanji. Oleh sebab itu, suatu ikatan yang terlalu kuat antara
serat dan zat kanji bukan merupakan hal yang utama. Lebih disukai
ikatan tersebut berupa ikatan hydrogen atau van der waals atau jenis
ikatan elektrostatik yang relatif lemah, dan sifatnya fisik. Fiksasi
tersebut dapat berbentuk gaya-gaya dwikutub atau elektrolit. Suatu
dwikutub listrik terdiri dari dua pusat dengan muatan sama tapi
berlawanan. δ+ dan δ -, terpisahkan dengan jarak yang kecil sekali.
Banyak molekul-molekul yang memperlihatkan sifat-sifat
dwikutub karena bentuk geometri dan distribusi dari muatan dalam ikatan
intra-atomnya. Hal ini terlihat jelas pada molekul air yang
memperlihatkan karakter dwikutub yang kuat sekali :
Pada penganjian H δ+

R – O – H ………………. O

δ- δ+ Hδ–

Pada penghilangan kanji

Substansi kimia yang dikenal dengan elektrolit merupakan


komposit ionic (asam, basa, garam) dan disebut kation bila ionnya positif
dan anion bila ionnya negatif. Zat-zat tersebut bersama dalam bentuk
terlarut dan mampu berlaku sebagai medium konduktif. Hal penting pada
elaktrolit adalah kelarutannya yang cepat berkat afinitasnya yang tinggi
terhadap air, sehingga mudah dihilangkan dalam pencucian.

Untuk kopolimer-kopolimer tertentu, pertambahan sifat kelarutannya


diperoleh dengan konjugasi dua gugusan, yaitu gugus dwikutub dan
elektrolit yang berada pada molekul yang sama.

Fiksasi zat kanji pada serat adalah murni ikatan fisik dan contohnya
adalah :

Dwikutub

δ- δ+ H δ-

O – H O – H δ+
δ-

Contoh : kanji dan PVA

Elektrolitik

COO O H

H
Contoh : PAC (poliakrilat), CMC (karboksimetilselulosa) dan CMA
(karboksimetilakrilat)

Dwikutub + elektrolitik

COO O H

O δ-– H δ O – H δ+

H δ-

Contoh : kopolimer

2.2.3 Syarat Penganjian


Untuk mendapatkan mutu benang hasil kanjian yang lebih baik
ssesuai dengan yang diharapkan, maka bahan kanji harus memiliki
syarat-syarat yang antara lain :
a. Pembentukan lapisan film
Kanji yang digunakan haruslah dapat membentuk lapisan yang
memanjang disekeliling benang dengan rata, sehingga merupakan
pelindung dan tidak rusak selama proses pertenunan berjalan.
Lapisan ini haruslah dapat menutupi ujung-ujung serat yang
menonjol keluar sehingga benang tidak berbulu.
b. Pelemas
Kanji haruslah mengandung pelemas, sehingga film kanji
cukup kenyal menahan tarikan dan hentakan dan filam kanji haruslah
dapat bersama-sama dengan benang yang bergerak akibat mesin
tenun berjalan dengan demikian kerusakan film kanji dapat dikurangi
c. Tahan jamur dan bakteri
Larutan kanji haruslah mengandung zat-zat anti hama,
sehingga pada sat disimpan, film kanji harus tahan terhadap jamur
dan bakteri.
d. Kestabilan viskositas
Untuk memperoleh kanji yang seragam. Viskositas dari larutan
kanji perlu di stabilkaan. Untuk ini sebaiknya dipilih bahan kanji yang
larutannya mempunyai viskositas yang tidak banyak dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti : lamanya pemasakan, kecepatan
pengadukan dan adnya bahan kanji lain yang dicampurkan dan
sebagainya.
e. Daya penetrasi
Daya penetrasi yang rendah memungkinkan kanji hanya
beberapa waktu saja melapisi permukaan benang dan selama proses
pertenunan akan terlempar keluar karena berbagai gerakan mesin
tenun.
f. Tarik menarik
Lapisan kanji haruslaah dapat menempel pada benang dan
tidak lepas, ini terjadi karena adanya adhesi yang baik, disebabkan
terbetuknya ikatan hidrogen antara film kanji dengan serat. Adhesi
antara kanji dan benang tergantung pada gaya tarik menarik antara
lapisan knji dengan benang itu sendiri.
g. Anti elektrostatik
Pada penganjian benang sitetik perlu ditambah zat anti statik
elektri, karena jika elektrostatis kemungkinan menimbulkan daya
adhesi antara serat dengan serat, serat dengan logam atau serat
dengan permukaan-permukan lain.
h. Cukup memiliki daya absorbsi air
Untuk mempertahankan lusi tetap lemas pada pertenunan, lusi
perlu memiliki sejumlah kandungan air didalamnya, kalau tidak
demikian baik kanjinya maupun serat-seratnya sendiri akan menjadi
getas dan lusi akan mudaah putus. Sebagaimana pada benang-
benang sintetis, kandungan air juga dibutuhkan untuk mengurangi
statik elektrik yang menyebabkan terjadinya beberapa kesukaran,
baik pada saat penganjian maupun pertenunannya. Kelebihan
terserapnya air dilain pihak menyebabkan lusi saling merekat dan
juga kekuatan film kanji akan menurun dan akhirnya daya tenun lusi
akan rendah.
i. Mudah dihilangkan
Bahan kanji haruslah dengan mudah dapat dihilangkan dari
lusi, sebab bila tidak demikian proses finishing tidak dapat dilakukan
pada ongkos yang yang wajar, juga dalam penghilangan kanji
benang lusi tidak boleh rusak.
j. Harga yang wajar
Biasanya ongkos penganjian merupakan 10 – 15 % dari
semua ongkos langsung dipertenunan, sehingga dengan demikian
kita tidak dapat menganggap remeh aspek ekonomi dari bahan kanji,
walaupun pada suatu sat kita kadang-kadang perlu menggunakan
bahan kanji yang sedikit mahal apabila bahan tersebut memiliki sifat-
sifat yang baik, dan semua ongkos pada pertenunan secara
komprehensif dapat ditekan karena tingginya daya tenun lusi.

2.2.4 Faktor-Faktor Penting Pada Penganjian


Faktor yang terpenting dalam proses penganjian adalah
meningkatkan penetrasi larutan kanji kedalam benang dan mendapatkan
persentase kanji yang ideal secara konstan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persentase kanji yaitu :
a. Penyuapan larutan kanji kedalam mesin kanji
Larutan kanji haruslah disuapkan dari bak pemasak kanji
reserve kedalam bak cavity, karena bila langsung diisikan pada bak
kanji, kondisi larutan kanji yang ada didalamnya tidak dapat
distabilkan karena bercampur langsung antara kanji baru yang
diperoleh dari bak reserve.
Larutan kanji juga perlu disuapkan terus menerus, dan tidak
terputus-putus, dengan cara membuka selalu kran secukupnya
sesuai dengan konsumsi larutan kanji di bak kanji atau bila
menggunakan kontrol level otomatis seperti sistem bola apung.
Diatrana bak cavity dengan bak kanji, haruslah selalu ada kanji yang
mengalir berpura dengan menggunakan pompa dan chanel-chanel
agar dapat dijaga larutan selalu homogen.
b. Pemanasan larutan didalam bak kanji dan bak cavity
Suhu larutan kanji haruslah dijaga agar selalu konstan dengan
jalan memanaskan larutan didalam bak kanji dan bak cavity secara
teratur. Untuk menjaga stabilitas viscositas dari larutan kanji dan
untuk menghilangkan lilin kapas dipermukaan serat-serat kapas,
perlu dijaga agar panas larutan berkisar antara 940C – 950C.
Hubungan antara viskositas dengan larutan kanji dapat dilihat pada
gambar dibawah :

Suhu pemasakan (0C)

Gambar 5.1 Hubungan antara suhu pemasakan dengan viscositas

c. Perbuhana kepekatan larutan kanji oleh uap air.


Dalam resep kanji sama, persentase kanji adalah sebanding
dengan kepekatan larutan kanji sampaai viskositasnya mencapai titik
tertentu. Kepekatan larutan kanji akan berkurang apabila uap air
mengalir kedalam bak kanji bila pemanasanya adalah pemanasan
uap air langsung.
d. Letak rol imersi (perendam)
Bila benang dimasukan lebih dalam, persentase kanji akan
meningkat daan juga penetrasi larutan kanji kedalam benang lebih
baik.
e. Pengaruh rol pemeras
Besarnya pemerasan pada benang langsung berhubungan
dengan persentase kanji pada benang.Bila tekanan pemerasan
bertambah, persentase kanji akan menurun, tetapi akibat penurunan
ini lebih terlihat pada benang-benang kasar dari pada benang halus.
Dalam hal ini, benang lebih kasar dan jumlah lusinya lebih banyak
total tekanannya pemerasan rol haruslah ditambah. Juga rol penekan
ini menekan larutan kanji dipermukaan benang dan memasukkannya

kedalam benang. Seperti terlihat dibawah ini :


Gambar 5.2 Keadaan lusi dan larutan kanji pada saat diperas oleh rol pemeras

Biasanya sebelum benang mencapai titik meninggalkan rol


pemeras, larutan kanji hanya tertinggal dipermukaan benang dan
pada saat benang ditekan oleh rol, udara didalam benang terganti
oleh larutan kanji dan tetap diam didalamnya.

f. Rol pemisah basah


Tanpa dilakukan alat ini, bulu-bulu akan banyak timbul pada
benang terkanji ketika melewati rol pemisah kering.

2.2.5 Ikatan Serat Selulosa Dengan Kanji


Benang terdiri dari kumpulan serat-serat yang disatukan dengan
jalan memberikan puntiran dan penarikan sehingga terbentuk suatu
untaian benang yang panjang. Diantara serat-serat tersebut, akan
terdapat suatu rongga-rongga yang halus sehingga pada benang
tersebut dimasukkan ke dalam larutan kanji, maka rongga-rongga
kosong yang halus tersebut akan terisi oleh larutan kanji. Oleh karena
kanji mempunyai daya rekat, maka serat satu dengan yang lainnya akan
terikat, sehingga benang akan tampak lebih padat. Larutan kanji selain
masuk kedalam rongga-rongga serat, juga melapisi bagian luar dari
benang/bahan dan mengikat serat-serat yang tersembul keluar.
Ikatan yang terjadi antara serat selulosa dengan kanji adalah
ikatan hidrogen dan gaya-gaya van der walls. Ikatan hidrogen terjadi
karena pada molekul kanji terdapat gugus-gugus R-OH, begitu juga
dengan serat selulosa. Disamping itu, atom hidrogen mempunyai
kecenderungan untuk menggabungkan diri dengan atom oksigen dari
gugus-gugus R-OH yang lain.
Oleh karena itu terjadilah ikatan molekul kanji dengan molekul
serat:

Sumber : Ricolavedri, Penelitian Tentang Penggunaan Enzim Raktase Pada


Proses Penghilangan Kain Tenun Kapas, Laporan Kerja Praktek, STTT,
Bandung, 1994, hal.107

Keterangan:
R1-OH : Molekul Serat
R2-OH : Molekul kanji

III. PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
 Beker glass
 Mesin stenter
 Pengaduk
 Timbangan digital
 Gelas ukur
 Mesin Padder
 kasa
3.1.2 Bahan
 3 Kain Kapas
 Tapioka

3.2 Diagram Alir

Persiapan alat dan bahan

Pelarutan kanji dengan suhu 60-70 ℃

Proses Padding

Pengeringan

Penambahan
Berat
Evaluasi Kain
Kekakuan Kain

3.3 Resep
Tapioka : 2%, 4% dan 6%
Suhu pelarutan tapioca : 60-70 ℃
WPU : 70%

3.4 Fungsi Zat


 Tapioka : Untuk memperbaiki kenampakan kain,memperbaiki kekakuan dan
untuk menambah kekuatan tarik pada bahan

3.5 Skema Proses

Pengeringan dan
penyetrikaan
Rendam-peras larutan
kanji
3.6 Prosedur
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Buat pasta yang terdiri dari tapioka dan air hangat (60-70℃), pastikan larut
dengan sempurna
3. Kain direndam dengan larutan kanji
4. Kain dilakukan proses padding dengan WPU 70%
5. Kemudian dikeringkan dengan menggunakan mesin stenter
6. Dilakukan evaluasi terhadap kain

3.7 Data Pengamatan


 Berat Kain Awal
Kain 1 (Konsentrasi tapioka 2%) = 7,14 gram
Kain 2 (Konsentrasi tapioka 4%) = 9,96 gram
Kain 3 (Konsentrasi tapioka 4%) = 5,96 gram

 Berat Kain Akhir


Kain 1 (Konsentrasi tapioka 2%) = 7,27 gram
Kain 2 (Konsentrasi tapioka 4%) = 10,22 gram
Kain 3 (Konsentrasi tapioka 4%) = 6,55 gram

 Berat Kain 10×10 cm


Kain Kapas Balnko = 1,07 gram
Kain 1 (Konsentrasi tapioka 2%) = 7,27 gram
Kain 2 (Konsentrasi tapioka 4%) = 10,22 gram
Kain 3 (Konsentrasi tapioka 4%) = 6,55 gram

 Panjang Lengkung
 Kain Kapas Blanko
Potongan 1 Potongan 2 Potongan 3
2,60 cms 2,50 cms 2,10 cms
2,30 cms 2,75 cms 2,55 cms
2,40 cms 2,60 cms 2,20 cms
2,55 cms 2,45 cms 2,60 cms

X = 2,4625 cms X = 2,575 cms X = 2,3625 cms


Kain 1 (Konsentarsi tapioka 2%)
Potongan 1 Potongan 2 Potongan 3
3,25 cms 3,60 cms 3,15 cms
3,20 cms 3,35 cms 3,55 cms
3,25 cms 3,25 cms 3,50 cms
3,20 cms 3,00 cms 3,40 cms

X = 3,225 cms X = 3,3 cms X = 3,35 cms

Kain 2 (Konsentrasi tapioka 4%)


Potongan 1 Potongan 2 Potongan 3
3,45 cms 3,70 cms 3,80 cms
3,30 cms 3,75 cms 3,55 cms
3,45 cms 3,65 cms 3,75 cms
3,30 cms 3,70 cms 3,70 cms

X = 3,3625 cms X = 3,7 cms X = 3,7 cms

Kain 3 (Konsentrasi tapioka 6%)


Potongan 1 Potongan 2 Potongan 3
3,65 cms 3,75 cms 4,0 cms
4,0 cms 3,90 cms 3,90 cms
3,75 cms 3,75 cms 3,90 cms
4,0 cms 3,75 cms 3,90 cms

X = 3,85 cms X = 3,7875 cms X = 3,925 cms

3.8 Perhitungan
 Berat Tapioka dalam Pembuatan Pasta
2
Konsentrasi 2% = 100 × 200 = 4 𝑔𝑟𝑎𝑚
4
Konsentrasi 4% = 100 × 200 = 8 𝑔𝑟𝑎𝑚
6
Konsentrasi 6% = 100 × 200 = 12 𝑔𝑟𝑎𝑚
 Evaluasi Penambahan Berat
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙
Kain 1 (Konsentrasi 2%) = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙
× 100%
7,27−7,14
= 7,14
× 100%

= 1,82 %
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙
Kain 2 (Konsentrasi 4%) = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙
× 100%
10,22−9,96
= 9,96
× 100%

= 2,61 %
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙
Kain 2 (Konsentrasi 6%) = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙
6,55−5,96
= 5,96
× 100%

= 9,96 %

 Evaluasi Kekakuan
Kain Kapas Blanko
100 × 100 𝑔
Gramasi Kain 10×10 cm = × 1,07 = 107 ⁄ 2
10 ×10 𝑚
Kekakuan Lusi 1 = 0,1 × gramasi × (𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎)3
= 0,1 × 107 × (2,4625)3
= 10,7 × 14,932369141
= 159,77634981
Kekakuan Lusi 2 = 0,1 × gramasi × (𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎)3
= 0,1 × 107 × (2,5750)3
= 10,7 × 17,073859375
= 182,69029531
Kekakuan Lusi 3 = 0,1 × gramasi × (𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎)3
= 0,1 × 107 × (2,3625)3
= 10,7 × 13,186072266
= 141,09073255

159,77634981 + 182,69029531 + 141,09073255


Rata-rata kekakuan lusi =
3

= 161,1859
Kain 1 (Konsentrasi 2%)
100 × 100 𝑔
Gramasi Kain 10×10 cm = × 1,18 = 118 ⁄ 2
10 ×10 𝑚
Kekakuan Lusi 1 = 0,1 × gramasi × (𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎)3
= 0,1 × 118 × (3,225)3
= 11,8 × 33,54201563
= 395,7957844
Kekakuan Lusi 2 = 0,1 × gramasi × (𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎)3
= 0,1 × 118 × (3,3)3
= 11,8 × 35,937
= 424,0566
Kekakuan Lusi 3 = 0,1 × gramasi × (𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎)3
= 0,1 × 118 × (3,35)3
= 11,8 × 37,595375
= 443,625425

Kain 2 (Konsentrasi 4%)


100 × 100 𝑔
Gramasi Kain 10×10 cm = × 1,18 = 118 ⁄ 2
10 ×10 𝑚
Kekakuan Lusi 1 = 0,1 × gramasi × (𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎)3
= 0,1 × 118 × (3,6225)3
= 11,8 × 38,01779102
= 448,609934
Kekakuan Lusi 2 = 0,1 × gramasi × (𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎)3
= 0,1 × 118 × (3,7)3
= 11,8 × 50,653
= 597,7054
Kekakuan Lusi 3 = 0,1 × gramasi × (𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎)3
= 0,1 × 118 × (3,7)3
= 11,8 × 50,653
= 597,7054

448,609934 + 597,7054 + 597,7054


Rata-rata kekakuan lusi =
3

= 548,0069113
Kain 3 (Konsentrasi 6%)
100 × 100 𝑔
Gramasi Kain 10×10 cm = × 1,19 = 119 ⁄ 2
10 ×10 𝑚
Kekakuan Lusi 1 = 0,1 × gramasi × (𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎)3
= 0,1 × 119 × (3,85)3
= 11,8 × 57,066625
= 679,0928375
Kekakuan Lusi 2 = 0,1 × gramasi × (𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎)3
= 0,1 × 119 × (3,7875)3
= 11,8 × 54,3322793
= 646,5541236
Kekakuan Lusi 1 = 0,1 × gramasi × (𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎)3
= 0,1 × 119 × (3,925)3
= 11,8 × 60,46707813
= 719,5582297

679,0928375 + 646,5541236 + 719,5582297


Rata-rata kekakuan lusi = 3

= 681,7350636

IV. DISKUSI
Pada praktikum kali ini melaksanakan proses penganjian pada kain kapas.
Tujuan dilakukannya penganjian ini memberikan efek kaku yang rata pada kain,
menyempurnakan kenampakan, menstabilkan dimensi, menambah berat kain.Ikatan
yang terjadi antara serat selulosa dengan kanji adalah ikatan hidrogen dan gaya-gaya
van der walls.Ikatan hidrogen terjadi karena pada molekul kanji terdapat gugus-gugus
R-OH, begitu juga dengan serat selulosa.Pada praktikum kali ini menggunakan kanji
berupa tapioka dengan variasi 2%, 4% dan 6%.
Proses penganjian ini memberikan efek peningkatan kekakuan kain. Kain yang
dilapisi kanji dengan konsentrasi 6% memiliki kekakuan yang paling besar dari
konsentrasi lainnya. Hal ini disebabkan oleh sifat larutan kanji yang paling kental.
Larutan kanji tersebut masuk ke dalam celah-celah serat dan membentuk film tipis
pada kain, dimana terbentuknya ikatan silang pada permukaan dan bagian amorf serat
ini sehingga memberikan ikatan yang melapisi permukaan serat dan menaikkan sifat
kekakuan bahan pada saat dilakukan pengujian, sehingga saat kainnya kering tekstur
kain menjadi kaku. Selain itu juga dengan bertambahnya konsentrasi akan
berpengaruh terhadap kekuatan tarik. Hal ini disebabkan kain menyerap lebih banyak
tapioka dan lapisan kanji yang terbentuk lebih tebal sehingga serat lebih terikat atau
terlapisi lapisan kanji yang membuat kain sulit putus atau kekuatan tarik bertambah.
Selain memberikan efek kaku pada kain, proses penganjian pada kain kapas ini
terjadi penambahan berat bahan. Dari variasi konsentrasi yang digunakan, konsentrasi
kanji 6% memiliki hasil penambahan yang paling besar daripada konsentrasi lainnya.
Hal tersebut disebabkan oleh semakin banyak konsentrasi yang digunakan maka
semakin banyak pula kanji yang menempel pada kain. Karena pada serat kapas
terdapat rongga – rongga yang halus, pada saat pengujian kain tersebut dimasukan
kedalam larutan kanji, maka rongga – rongga kosong yang halus tersebut akan terisi
oleh larutan kanji, pada saat kain dipad maka terjadi penetrasi kanji kedalam kain
sehingga kanji yang telah berada didalam kain sukar untuk keluar lagi , sehingga kain
akan menjadi semakin berat.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum dan evaluasi yang dilakukan, didapatkan hasil
1. Semakin besar konsentrasi tapioka yang digunakan, maka semakin besar juga %
penambahan beratnya. Pada saat praktikum urutan penambahan berat dari yang
terkecil hingga yang terbesar adalah tapioka konsentrasi 2%, tapioka konsentrasi
4% dan tapioka konsentrasi 6%.
Konsentrasi 2% = 1,82 %
Konsentrasi 4% = 2,61%
Konsentrasi 6% = 9,96 %

2. Semakin besar konsentrasi tapioka yang digunakan, maka semakin besar juga
kekakuannya. Pada saat praktikum urutan kekakuan berat dari yang terkecil hingga
yang terbesar adalah tapioka konesntrasi 2%, tapioka konsentrasi 4% dan tapioka
konsentrasi 6%.
Konsentrasi 2% = 395,7957844
Konsentrasi 4% = 548,0069113
Konsentrasi 6% = 681,7350636

.
Daftar Pustaka

 S. Hendroyantopo, Dkk . Teknologi Penyempurnaan Sekolah Tinggi Teknologi


Tekstil, Bandung, 1998.
 Hitariyat N.M. Susyami, dkk. 2005. Bahan Ajar Praktek TEKNOLOGI
PENYEMPURNAAN KIMIA. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
 Soeparman, dkk, “Teknologi Penyempurnaan Tekstil”. Institut Teknologi Tekstil,
Bandung, 1997.
 http://fabrictechnologist.blogspot.co.id/2016/02/pengaruh-jumlah-dan-komposisi-campuran.html
 https://www.academia.edu/9804462/PRAKTIKUM_PENGANJIAN

Anda mungkin juga menyukai