1.2 TUJUAN
Untuk melakukan proses penyempurnaan anti bakteri pada kain kapas
menggunakan resin Silvadur 930 dengan variasi metode pad-batch dan pad-dry-
cure.
- Badan
Merupakan bagian utama dari serat, kira-kira 3/4 sampai 15/16
panjang serat. Bagian ini mempunyai diameter yang sama, dinding yang
tebal, dan lumen yang sempit.
- Ujung
Merupakan bagian yang lurus dan mulai mengecil dan pada
umumnya kurang dari 1/4 bagian panjang serat. Diameter bagian ini lebih
kecil dari diameter badan dan berakhir dengan ujung yang runcing.
C. Struktur Molekul
Komposisi selulosa murni diketahui sebagai suatu zat yang terdiri dari
unit-unit anhidro-β-glukosa dengan rumus empiris (C6H10O5)n , dimana n
merupakan derajat polimerisasi yang tergantung dari besarnya molekul.
Hubungan antara selulosa dan glukosa telah lama dikenal yaitu pada
peristiwa hidrolisa selulosa oleh asam sulfat dan asam klorida encer, yang
menghasilkan suatu hasil akhir yang memiliki bentuk glukosa.
Hal ini membuktikan bahwa selulosa terbentuk dari susunan cincin
glukosa. Glukosa diketahui sebagai turunan (derivate) pyranosa yang berarti
memilki enam segi (sudut), dan struktur kimia dari glukosa sendiri memiliki
dua bentuk tautomeri yaitu α-glukosa dan β-glukosa.
CH 2 OH
CH 2 OH
O O
H H H OH
H H
H
OH H HO OH
HO OH H
H OH H OH
α- Glukosa β- Glukosa
Sumber : Trotman, Dyeing and Chemical Technology of Textile Fibres, 4th edition,
A Wiley Interscience Publication, New York, 1984, halaman 46
Selubiosa adalah disakarida yang terdiri dari dua unit β-glukosa yang
dihubungkan oleh jembatan oksigen (ikatan oksigen). Susunan dari
selubiosa ini berhasil ditemukan oleh W.N. Haworth dan K. Freudenberg
dengan tata nama sebagai 1-4 anhidro-β-glukosa seperti gambar pada
berikut ini :
CH 2 OH H OH
H O H
H O OH H
OH H H
HO H H OH
O
H OH CH 2 OH
Sumber :Trotman, E.R., Dyeing and Chemical Technology of Textile Fibres, 4th edition,
A Wiley Interscience Publication, New York, 1984, halaman 46
H OH CH 2 OH H OH CH 2 OH
HO H H O H O
OH H O OH H OH
H H H
H H H O H
O OH H OH
H H H
O O
CH 2 OH H OH CH 2 OH H OH
Sumber :Trotman, E.R., Dyeing and Chemical Technology of Textile Fibres, fourth
edition,
A Wiley Interscience Publication, New York, 1984,halaman 36.
Sifat Kimia
1. Pengaruh asam
Selulosa tahan terhadap asam lemah, sedangkan terhadap
asam kuat akan menyebabkan kerusakan. Asam kuat akan
menghidrolisa selulosa yang mengambil tempat pada jembatan
oksigen penghubung sehingga terjadi pemutusan rantai molekul
selulosa (hidroselulosa). Rantai molekul menjadi lebih pendek dan
menyebabkan penurunan kekuatan tarik selulosa.
2. Pengaruh Alkali
Alkali mempunyai pengaruh pada kapas. Alkali kuat pada suhu
rendah akan menggelembungkan serat kapas seperti yang terjadi
pada proses merserisasi, sedangkan pada suhu didih air dan dengan
adanya oksigen dalam udara akan menyebabkan terjadinya
oksiselulosa.
3. Pengaruh Panas
Serat kapas tidak memperlihatkan perubahan kekuatan bila
dipanaskan pada suhu 120OC selama 5 jam, tapi pada suhu yang
lebih tinggi dapat menyebabkan penurunan kekuatan. Serat kapas
kekuatannya hampir hilang jika dipanaskan pada suhu 240OC.
4. Pengaruh oksidator
Oksidator dapat mengoksidasi selulosa sehingga terjadi
oksiselulosa, rantai molekul selulosa terputus dan selanjutnya
mengakibatkan terjadinya oksiselulosa lanjutan yang mengubah
gugus aldehid menjadi gugus karboksilat. Pada oksidasi sederhana
dalam suasana asam tidak terjadi pemutusan rantai, hanya terjadi
pembukaan cincin glukosa. Pengerjaan lebih lanjut dengan alkali
akan mengakibatkan pemutusan rantai molekul sehingga kekuatan
tarik akan turun. Oksiselulosa terjadi pada proses pengelantangan
yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab atau
pemanasan yang lama pada suhu diatas 140OC.
5. Hidroselulosa
Asam kuat akan menghidrolisa selulosa yang mengambil
tempat pada jembatan oksigen penghubung sehingga terjadi
pemutusan rantai molekul selulosa (hidroselulosa). Rantai molekul
menjadi lebih pendek dan menyebabkan penurunan kekuatan tarik
selulosa.
Hidrolisa
CH2OH H OH
H O
H H OH H
C OH H
O OH H O H O
H
O
H OH CH2OH
Sumber : Arifin Lubis, dkk, Teknologi Persiapan Penyempurnaan,
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung, 1994, halaman 85.
6. Oksiselulosa
Pengerjaan selulosa dangan oksidator menyebabkan
terjadinya oksiselulosaReaksi Oksiselulosa dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
CH2OH H OH
O
H O H
H OH H
O OH H H O
H H O
H OH CH2OH
Oksidasi
CH2OH CH2OH
O OH OH
H O H
H H O
O H O
C C C C H
O H O H O H O H
CH2OH
O CH2OH
H O OH OH
H H
H O
O H
C C O H
C C
O OH O OH
O OH O OH
2.2 PENYEMPURNAAN
Sumber : RasyidANTI BAKTERI
Djufri, dkk, Teknologi Pengelantangan. Pencelupan dan Pencapan,
serangan bakteri, mencegah timbulnya bau pada kain yang disebabkan oleh
mikroorganisma dan bahkan dapat memberikan efek penyembuhan pada luka.
Aplikasinya ditemukanterutama pada bidang medis karena bidang ini
membutuhkan bahan tekstil yang mempunyai kemampuan mematikan bakteri
untuk membantu membuat lingkungan yang steril. Penerapan pada bidang lain,
seperti pakaian seragam, perhotelan, atau kain-kain untuk restoran, hanya
membutuhkan efek bakteriostatis untuk mengontrol bau. Demikian pula pada
tekstil interior dan aparel, seperti pakaian olahraga (active wear), sprei, pakaian
dalam, karpet, dan sebagainya menggunakan anti bakteri untuk mengontrol bau.
Pada prinsipnya, penyempurnaan anti mikroba pada kain bekerja
dengan menghambat pertumbuhan mikroorganisma. Istilah bakteriostatik
mempunyai arti menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan bakterisida
mempunyai arti dapat mematikan bakteri. Efek bakteriostatik bertujuan untuk:
mencegah penularan dan perkembangbiakan (propagation) mikroorganisma
patogen (faktor higienis).
mengurangi bau yang kurang sedap akibat degenesari bakteri.
mencegah hilangnya nilai pakai akibat rusaknya serat oleh bakteri.
Manusia telah menggunakan zat anti bakteri sejak jaman dahulu, hal ini
terbukti pada mumi dari Mesir dan pada kebudayaan lain yang mengaplikasikan
efek anti bakteri ini. Tentunya kebutuhan sifat bakteriosatatik, bakterisida,
fungistatik, dan fungisida pada tekstil sampai saat ini masih sangat penting. Zat
anti mikroba, pada prinsipnya mengandung fenol aktif, garam amonium
kuartener, dan senyawa logam-organik (Hg). Berbagai cara, baik kimia maupun
fisika, dapat dikerjakan untuk mendapatkan kain yang bersifat anti bakteri. Pada
prakteknya, efek anti mikroba diperoleh dengan menambahkan produk kimia
tertentu pada tahap proses penyempurnaan, atau bahkan melalui pencampuran
zat kimia tertentu kedalam serat pada proses pemintalan.
Tabel Golongan Zat Kimia yang Dapat Digunakan Sebagai Zat Anti
Bakteri
Anti mikroba Zat Kimia
Anilin 3,4,4-triklorokarbanilin
Fenol Biozol, thymol, garam natrium alkilenabisfenol
Guanidin 1,1-exametilena sampai 5-(4-klorofenil) diguanida
diglukonat; diguanida poliexametilena hidroklorida
Imidazol 2(4-tiasolil)benzimidazol, benzotiazol
Senyawa perak zeolit, titanium oksida, perak silikat, perak
anorganik sulfonat, fero ftalosianat, tembaga sulfat
Produk alami Glukosan, propolis, hinokikiol
ZAP/Surfactant kloruro di poliossilalkiltrialkilamonio - organik silikon
dengan garam amonium tersier, okta-desilidimetil(3-
trimetoksipropil, ammonium klorida). Garam
amonium tersier: didesilmetilamonium, exadesil
peridium, setil dimetilbenilamonium,
polioksilalkiltrialkilamonium
Secara umum mekanisme anti bakteri oleh zat anti bakteri adalah
sebagai berikut:
Menghalangi pembentukan dinding sel
Menghalangi pembentukan membran sel (phosphatide)
Menghalangi reproduksi DNA
Menghalangi metabolisme energi dari enzim
Menghalangi pembelahan sel, dan sebagainya.
Aplikasi penggunaan :
a. Cara Padding
Padding (1 dip 1 nip) Nipping (WPU 70%) Dry (120⁰C
x 2’) Curing
b. Cara Exhaust
Konsentrasi 3-4% Exhaust (40-50⁰C x 15-20’) Peras
Dry
Daftar Pustaka