Anda di halaman 1dari 14

I.

MAKSUD DAN TUJUAN


1.1 Maksud
Mampu mempelajari bagaimana mekanisme proses penyempurnaan anti bakteri
pada kapas menggunakan resin Silvadur 930 dengan variasi metode pad-batch
dan pad-dry-cure.

1.2 TUJUAN
Untuk melakukan proses penyempurnaan anti bakteri pada kain kapas
menggunakan resin Silvadur 930 dengan variasi metode pad-batch dan pad-dry-
cure.

II. DASAR TEORI


2.1 Serat Kapas
Serat kapas merupakan serat alam yang berasal dari serat tumbuh-
tumbuhan yang tergolong kedalam serat selulosa alam yang diambil dari
buahnya. Serat kapas dihasilkan dari rambut biji tanaman yang termasuk dalam
jenis Gossypium. Species yang berkembang menjadi tanaman industri kapas
ialah Gossypium hirstum, yang kemudian dikenal sebagai kapas Upland atau
kapas Amerika. Serat kapas merupakan sumber bahan baku utama pembuat
kain katun termasuk kain rajut bahan pembuat kaos murah.
Serat kapas mempunyai bentuk penampang melintang yang sangat
bervariasi dari elips sampai bulat. Tetapi pada umumnya berbentuk seperti
ginjal. Bentuk membujur serat kapas adalah pipih seperti pita yang terpuntir. .
Bentuk membujur serat, dibagi menjadi tiga bagian, antara lain: dasar, badan
dan ujung.
- Dasar
Berbentuk kerucut pendek yang selama pertumbuhan serat
pertumbuhan serat tetap tertanam di antara sel-sel epidermis. Dalam
proses pemisahan serat dari bijinya, pada umumnya dasar serat ini putus
sehingga jarang ditemukan pada saat kapas diperdagangkan.

- Badan
Merupakan bagian utama dari serat, kira-kira 3/4 sampai 15/16
panjang serat. Bagian ini mempunyai diameter yang sama, dinding yang
tebal, dan lumen yang sempit.
- Ujung
Merupakan bagian yang lurus dan mulai mengecil dan pada
umumnya kurang dari 1/4 bagian panjang serat. Diameter bagian ini lebih
kecil dari diameter badan dan berakhir dengan ujung yang runcing.

Serat kapas dewasa, penampang lintangnya terdiri dari 6 bagian.


- Kutikula
Merupakan lapisan terluar yang mengandung lilin, pektin dan
protein. Adanya lilin menyebabkan lapisan ini halus, sukar tembus air dan
zat pewarna. Berfungsi melindungi bagian dalam serat.
- Dinding primer
Merupakan dinding tipis sel yang asli, terutama terdiri dari selulose
tetapi juga mengandung pektin, protein, dan zat-zat yang mengandung lilin.
Selulose dalam dinding primer berbentuk benang yang sangat halus yang
tidak tersusun sejajar sepanjang serat tetapi membentuk spiral mengelilingi
sumbu serat.
- Lapisan antara
Merupakan lapisan pertama dari dinding sekunder dan strukturnya
sedikit berbeda dengan dinding primer.
- Dinding sekunder
Merupakan lapisan-lapisan selulose, yang merupakan bagian utama
serat kapas. Dinding ini juga merupakan lapisan benang yang halus yang
membentuk spiral mengelilingi sumbu serat. Arah putarannya berubah-
ubah.
- Dinding lumen
Dinding lumen lebih tahan terhadap zat kimia tertentu dibanding
dinding sekunder.
- Lumen
Merupakan ruang kosong di dalam serat. Bentuk dan ukurannya
bervariasi dari serat ke serat lain maupun sepanjang satu serat.

Adapun komposisi serat kapas dapat dilihat pada tabel berikut :


% Pada Dinding
Komposisi % Pada Serat
Primer
Selulosa 88 – 96 52
Pektin 0,7 - 1,2 12
Lilin 0,4 – 0,1 7
Protein 1,1 – 1,9 12
Abu 0,7 – 1,6 3
Senyawa Organik 0.5 – 1,0 14
*Sumber : Serat-serat Tekstil, Institut Teknologi Tekstil Bandung

A. Morfologi Serat Kapas

 Penampang membujur : seperti pipa terpilin


 Penampang melintang : seperti ginjal
 Dimensi serat : Pada umumnya bervariasi dari (p:d) 1000 : 1 sampai
5000 : 1

B. Struktur Fisik Kapas


Bentuk dan ukuran penampang melintang serat kapas dipengaruhi
oleh tingkat kedewasaan serat yang dapat dilihat dari tebal tipisnya dinding
sel. Serat makin dewasa dinding selnya makin tebal. Untuk menyatakan
kedewasaan serat dapat dipergunakan perbandingan antara tebal dinding
dengan diameter serat. Serat dianggap dewasa apabila tebal dinding lebih
dari lumennya.
Pada satu biji kapas banyak sekali serat, yang saat tumbuhnya tidak
bersamaan sehingga menghasilkan tebal dinding yang tidak sama.
Seperlima dari jumlah serat kapas normal adalah serat yang belum dewasa.
Serat yang belum dewasa adalah serat yang pertumbuhannya terhenti
karena suatu sebab,misalnya kondisi pertumbuhan yang jelek, letak buah
pada tanaman kapas dimana bnuah yang paling atas tumbuh paling akhir,
kerusakan karena serangga dan udara dingin, buah yang tidak dapat
membuka dan lain-lain. Serat yang belum dewasa kekuatannya rendah dan
apabila jumlahnya terlalu banyak, dalam pengolahan akan menimbulkan
limbah yang besar.

C. Struktur Molekul
Komposisi selulosa murni diketahui sebagai suatu zat yang terdiri dari
unit-unit anhidro-β-glukosa dengan rumus empiris (C6H10O5)n , dimana n
merupakan derajat polimerisasi yang tergantung dari besarnya molekul.
Hubungan antara selulosa dan glukosa telah lama dikenal yaitu pada
peristiwa hidrolisa selulosa oleh asam sulfat dan asam klorida encer, yang
menghasilkan suatu hasil akhir yang memiliki bentuk glukosa.
Hal ini membuktikan bahwa selulosa terbentuk dari susunan cincin
glukosa. Glukosa diketahui sebagai turunan (derivate) pyranosa yang berarti
memilki enam segi (sudut), dan struktur kimia dari glukosa sendiri memiliki
dua bentuk tautomeri yaitu α-glukosa dan β-glukosa.

CH 2 OH
CH 2 OH
O O
H H H OH
H H

H
OH H HO OH
HO OH H

H OH H OH

α- Glukosa β- Glukosa

Sumber : Trotman, Dyeing and Chemical Technology of Textile Fibres, 4th edition,
A Wiley Interscience Publication, New York, 1984, halaman 46

Selubiosa adalah disakarida yang terdiri dari dua unit β-glukosa yang
dihubungkan oleh jembatan oksigen (ikatan oksigen). Susunan dari
selubiosa ini berhasil ditemukan oleh W.N. Haworth dan K. Freudenberg
dengan tata nama sebagai 1-4 anhidro-β-glukosa seperti gambar pada
berikut ini :
CH 2 OH H OH

H O H
H O OH H

OH H H
HO H H OH
O
H OH CH 2 OH

Sumber :Trotman, E.R., Dyeing and Chemical Technology of Textile Fibres, 4th edition,
A Wiley Interscience Publication, New York, 1984, halaman 46

Setelah melalui berbagai diskusi dan penyelidikan, maka ditetapkan


bahwa struktur kimia dari selulosa.

H OH CH 2 OH H OH CH 2 OH
HO H H O H O
OH H O OH H OH
H H H

H H H O H
O OH H OH
H H H
O O
CH 2 OH H OH CH 2 OH H OH

Sumber :Trotman, E.R., Dyeing and Chemical Technology of Textile Fibres, fourth
edition,
A Wiley Interscience Publication, New York, 1984,halaman 36.

D. Sifat Serat Kapas


 Sifat Fisika
1. Warna Kapas
Warna kapas pada umumnya sedikit krem. Beberapa kapas yang
seratnya panjang, warnanya lebih krem dari pada jenis kapas yang
serat-seratnya lebih pendek. Warna krem ini disebabkan oleh
pengaruh cuaca yang lama, debu atau kotoran. Tumbuhnya jamur
pada kapas sebelum pemetikan menyebabkan warna putih kebiru-
biruan yang tidak bisa dihilangkan dalam pengelantangan.
2. Kekuatan
Kekuatan serat kapas sangat dipengaruhi oleh kadar selulosa yang
dikandungnya. Dalam keadaan basah serat kapas akan memiliki
kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan serat ketika dalam
keadaan kering. Hal ini disebabkan karena dalam keadaan basah,
serat akan menggelembung sehingga berbentuk silinder yang akan
menyebabkan berkurangnya bagian-bagian serat yang terpuntir,
dalam kondisi seperti ini distribusi tegangan akan diterima di
sepanjang serat secara lebih merata. Kekuatan serat kapas dalam
keadaan kering berkisar 3,2-5,2 g/denier dan dalam keadaan basah
lebih tinggi lagi.
3. Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi di antara serat-serat
selulosa alam yang lainnya. Mulur serat kapas berkisar antara 4 –
13% tergantung dari jenis serat kapasnya dan rata-rata mulurnya
adalah 7%.
4. Moisture Regain (MR)
Serat kapas memiliki afinitas yang besar terhadap air, dan air
memiliki pengaruh yang nyata pada sifat-sifat serat. Serat kapas
yang sangat kering bersifat kasar, rapuh dan kekuatannya rendah.
Moisture Regain (MR) serat kapas bervariasi sesuai dengan
perubahan kelembaban relatif tertentu. MR kapas pada kondisi
standar berkisar antara 7 – 8,5%.
5. Berat Jenis
Berat jenis serat kapas adalah 1,50 sampai 1,56.
6. Indeks Bias
Indeks bias serat kapas sejak sumbu serat 1,58, indeks bias
melintang sumbu serat 1,53.

 Sifat Kimia
1. Pengaruh asam
Selulosa tahan terhadap asam lemah, sedangkan terhadap
asam kuat akan menyebabkan kerusakan. Asam kuat akan
menghidrolisa selulosa yang mengambil tempat pada jembatan
oksigen penghubung sehingga terjadi pemutusan rantai molekul
selulosa (hidroselulosa). Rantai molekul menjadi lebih pendek dan
menyebabkan penurunan kekuatan tarik selulosa.
2. Pengaruh Alkali
Alkali mempunyai pengaruh pada kapas. Alkali kuat pada suhu
rendah akan menggelembungkan serat kapas seperti yang terjadi
pada proses merserisasi, sedangkan pada suhu didih air dan dengan
adanya oksigen dalam udara akan menyebabkan terjadinya
oksiselulosa.
3. Pengaruh Panas
Serat kapas tidak memperlihatkan perubahan kekuatan bila
dipanaskan pada suhu 120OC selama 5 jam, tapi pada suhu yang
lebih tinggi dapat menyebabkan penurunan kekuatan. Serat kapas
kekuatannya hampir hilang jika dipanaskan pada suhu 240OC.
4. Pengaruh oksidator
Oksidator dapat mengoksidasi selulosa sehingga terjadi
oksiselulosa, rantai molekul selulosa terputus dan selanjutnya
mengakibatkan terjadinya oksiselulosa lanjutan yang mengubah
gugus aldehid menjadi gugus karboksilat. Pada oksidasi sederhana
dalam suasana asam tidak terjadi pemutusan rantai, hanya terjadi
pembukaan cincin glukosa. Pengerjaan lebih lanjut dengan alkali
akan mengakibatkan pemutusan rantai molekul sehingga kekuatan
tarik akan turun. Oksiselulosa terjadi pada proses pengelantangan
yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab atau
pemanasan yang lama pada suhu diatas 140OC.
5. Hidroselulosa
Asam kuat akan menghidrolisa selulosa yang mengambil
tempat pada jembatan oksigen penghubung sehingga terjadi
pemutusan rantai molekul selulosa (hidroselulosa). Rantai molekul
menjadi lebih pendek dan menyebabkan penurunan kekuatan tarik
selulosa.

Reaksi hidroselulosa dapat dilihat pada gambar berikut ini


CH2OH H OH
H O H
H O OH H
O OH H H H O
H
O
H OH CH2OH

Hidrolisa

CH2OH H OH
H O
H H OH H
C OH H
O OH H O H O
H
O
H OH CH2OH
Sumber : Arifin Lubis, dkk, Teknologi Persiapan Penyempurnaan,
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung, 1994, halaman 85.

Hidrolisa sederhana dengan larutan asam encer panas, rantai


molekul akan terpecah menjadi dua atau lebih dan dapat
membentuk molekul glukosa individu bergantung pada dasarnya
pengaruh asam yang diberikan dan dihasilkan bentuk B. hidrolisa
jenis B mempunyai daya reduksi lebih besar tetapi daya serap
terhadap alkali dan zat warna basa kecil. Pada hidrolisa yang lebih
kompleks gugus aldehida akan teroksidasi menjadi gugus karboksilat
dan menghasilkan bentuk C. Hidrolisa jenis C mempunyai daya
reduksi yang kecil dan mudah larut dalam alkali serta daya serap
terhadap zat warna basa besar.

6. Oksiselulosa
Pengerjaan selulosa dangan oksidator menyebabkan
terjadinya oksiselulosaReaksi Oksiselulosa dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.

CH2OH H OH
O
H O H
H OH H
O OH H H O
H H O
H OH CH2OH

Oksidasi
CH2OH CH2OH
O OH OH
H O H
H H O
O H O
C C C C H
O H O H O H O H

CH2OH
O CH2OH
H O OH OH
H H
H O
O H
C C O H
C C
O OH O OH
O OH O OH

2.2 PENYEMPURNAAN
Sumber : RasyidANTI BAKTERI
Djufri, dkk, Teknologi Pengelantangan. Pencelupan dan Pencapan,

Penyempurnaan anti baketi


Institut Teknologi bertujuan
Tekstil, Bandung, untuk76.menjaga bahan tekstil dari
1976, halaman

serangan bakteri, mencegah timbulnya bau pada kain yang disebabkan oleh
mikroorganisma dan bahkan dapat memberikan efek penyembuhan pada luka.
Aplikasinya ditemukanterutama pada bidang medis karena bidang ini
membutuhkan bahan tekstil yang mempunyai kemampuan mematikan bakteri
untuk membantu membuat lingkungan yang steril. Penerapan pada bidang lain,
seperti pakaian seragam, perhotelan, atau kain-kain untuk restoran, hanya
membutuhkan efek bakteriostatis untuk mengontrol bau. Demikian pula pada
tekstil interior dan aparel, seperti pakaian olahraga (active wear), sprei, pakaian
dalam, karpet, dan sebagainya menggunakan anti bakteri untuk mengontrol bau.
Pada prinsipnya, penyempurnaan anti mikroba pada kain bekerja
dengan menghambat pertumbuhan mikroorganisma. Istilah bakteriostatik
mempunyai arti menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan bakterisida
mempunyai arti dapat mematikan bakteri. Efek bakteriostatik bertujuan untuk:
 mencegah penularan dan perkembangbiakan (propagation) mikroorganisma
patogen (faktor higienis).
 mengurangi bau yang kurang sedap akibat degenesari bakteri.
 mencegah hilangnya nilai pakai akibat rusaknya serat oleh bakteri.

Manusia telah menggunakan zat anti bakteri sejak jaman dahulu, hal ini
terbukti pada mumi dari Mesir dan pada kebudayaan lain yang mengaplikasikan
efek anti bakteri ini. Tentunya kebutuhan sifat bakteriosatatik, bakterisida,
fungistatik, dan fungisida pada tekstil sampai saat ini masih sangat penting. Zat
anti mikroba, pada prinsipnya mengandung fenol aktif, garam amonium
kuartener, dan senyawa logam-organik (Hg). Berbagai cara, baik kimia maupun
fisika, dapat dikerjakan untuk mendapatkan kain yang bersifat anti bakteri. Pada
prakteknya, efek anti mikroba diperoleh dengan menambahkan produk kimia
tertentu pada tahap proses penyempurnaan, atau bahkan melalui pencampuran
zat kimia tertentu kedalam serat pada proses pemintalan.

2.2.1 Cara Pengerjaan Anti Bakteri


Ada beberapa cara pengerjaan anti bakteri, yaitu:
 Penambahan zat bakterisida kedalam larutan pemintalan pada tahap
ekstrusi seperti Triklosan (2,4,4-hidrofeniltrikloro(II)eter) yang
merupakan golongan anti septik dan desinfektan. Triklosan adalah
turunan fenol yang mengandung halogen, biasanya digunakan pada
kosmetik dan pasta gigi. Triklosan mempunyai bekerja secara luas
dalam melawan bakteri gram-negatif dan gram-positif. Senyawa ini
mengandung akarisida benzil benzoat yang juga berperan melawan
kuman-kuman dan digunakan dalam formula akarisida (dalam bentuk
spray atau bubuk) juga dalam larutan untuk perawatan scabies.
Senyawa ini tidan beracun. Benzil benzoat adalah akarisida yang
bekerja secara kimia langsung melawan kuman.
 Metoda lain untuk memprodukasi serat anti mikroba dan anti jamur
diadopsi dari perusahaan Inggris, yaitu serat Stay Fresh yang
memanfaatkan perak dan silika. Kedua zat ini bila kontak dengan air
atau kelembaban akan menahan pertumbuhan populasi bakteri pada
karpet, kain, furnitur, matras, dan kasur linen dengan memutus
sumber nutrisii juga aman, tidak beracun dan anorganik, karena
mereka mengklaim serat ini dapat mengontrol kuman dan jamur,
mencegah pertumbuhan bakteri seperti Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus.
 Modifikasi melalui pencangkokan (grafting) atau dengan reaksi kimia
lain. Institut Tekstil Perancis di Ecully telah mengembangkan
biotekstil. Dalam produk ini rantai molekulnya mengandung zat
antiseptik yang dicangkokan pada polimer dasar dari kain mentah.
Polimer dasar diaktifkan melalui sinar-sinar elektronik dan pada
prosesnya polimer-polimer diputar (refracted) ke posisi yang
diinginkan yang kedalamnya dimasukkan molekul cangkok pertama.
Rantai polimer yang tumbuh secara lateral dari molekul pertama
menyebabkan kain menjadi anti bakteri. Dalam keadaan kontak
langsung, kain ini beraksi dengan cepat melawan bakteri dan sifat
anti bakterinya tetap ada setelah pencucian.
 Pencampuran serat
 Memberikan zat penyempurnaan tekstil. Melalui pemanasan atau
kondensasi, zat ini digabungkan kedalam produk penyempurnaan
polimer dan resin yang akan menempel pada bahan tekstil.

Tabel Golongan Zat Kimia yang Dapat Digunakan Sebagai Zat Anti
Bakteri
Anti mikroba Zat Kimia
Anilin 3,4,4-triklorokarbanilin
Fenol Biozol, thymol, garam natrium alkilenabisfenol
Guanidin 1,1-exametilena sampai 5-(4-klorofenil) diguanida
diglukonat; diguanida poliexametilena hidroklorida
Imidazol 2(4-tiasolil)benzimidazol, benzotiazol
Senyawa perak zeolit, titanium oksida, perak silikat, perak
anorganik sulfonat, fero ftalosianat, tembaga sulfat
Produk alami Glukosan, propolis, hinokikiol
ZAP/Surfactant kloruro di poliossilalkiltrialkilamonio - organik silikon
dengan garam amonium tersier, okta-desilidimetil(3-
trimetoksipropil, ammonium klorida). Garam
amonium tersier: didesilmetilamonium, exadesil
peridium, setil dimetilbenilamonium,
polioksilalkiltrialkilamonium

Secara umum mekanisme anti bakteri oleh zat anti bakteri adalah
sebagai berikut:
 Menghalangi pembentukan dinding sel
 Menghalangi pembentukan membran sel (phosphatide)
 Menghalangi reproduksi DNA
 Menghalangi metabolisme energi dari enzim
 Menghalangi pembelahan sel, dan sebagainya.

Zat anti bakteri akan menghancurkan struktur membran dan


fungsi dari bakteri, menghambat pembelahan-diri suatu bakteri (inducing
self-dissolution), dan akhirnya menghalangi proses respirasi bakteri.

2.2.2 Zat Anti Bakteri yang Digunakan (Silvadur 930)


Zat anti bakteri ini memiliki kestabilan di larutan yang sangat baik.
Silvadur 930 memiliki sifat dan karakteristik :
 Baik sebagai antimikroba
 Ramah lingkungan
 Mengandung sedikit busa
 Surfaktan Anionik
 Dapat digunakan cara padding maupun exhaust
 Berwujud cairan transparan
 Kelarutan dalam air baik
 pH pengerjaan 6,5
 Memberikan ketahanan yang baik meskipun tanpa adanya ikatan
silang senyawa formaldehid
 Tidak menimbulkan kekuningan pada bahan

Aplikasi penggunaan :
a. Cara Padding
Padding (1 dip 1 nip) Nipping (WPU 70%) Dry (120⁰C
x 2’) Curing

b. Cara Exhaust
Konsentrasi 3-4% Exhaust (40-50⁰C x 15-20’) Peras
Dry
Daftar Pustaka

 S. Hendroyantopo, Dkk . Teknologi Penyempurnaan Sekolah Tinggi Teknologi


Tekstil, Bandung, 1998.
 Hitariyat N.M. Susyami, dkk. 2005. Bahan Ajar Praktek TEKNOLOGI
PENYEMPURNAAN KIMIA. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
 Soeparman, dkk, “Teknologi Penyempurnaan Tekstil”. Institut Teknologi Tekstil,
Bandung, 1997.
 http://khanifarifin.blogspot.co.id/2011/11/penyempurnaan-anti-bakteri-pada-kain.html
 https://www.academia.edu/7320116/LAPORAN_PENYEMPURNAAN_anti_bakteri_p
ada_mukena

Anda mungkin juga menyukai