Disusun Oleh:
Grup : 3K3
Dosen : Sukirman
Asisten dosen : Brilyan M. R. R., SST.
Desiriana
Pada pencapan bakar local biasa disebut juga bakar metal selasi,
dimana zat warna disperse yang digunakan merupakan zat warna disperse yang
mengandung logam transisi yang berbentuk asam seperti CuSO4. Saat proses
steaming, CuSO4 akan pecah menjadi logam Cu2+ yang mengadakan ikatan
koordinatif dengan zat warna dan tidak dapat berfiksasi ke dalam serat.
Sedangkan SO4 atau asam yang terbentuk akan membakar serat selulosa
sehingga kain menjadi transparan sebagian.
2. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan gaya dipol yang melibatkan atom hidrogen
dengan atom lain yang bersifat elektronegatif. Kebanyakan zat warna
dispersi tidak mengadakan ikatan hidrogen dengan serat poliester karena
zat warna dispersi dan serat poliester bersifat nonpolar, hanya sebagian
zat warna dispersi yang mengadakan ikatan hidrogen dengan serat
poliester yaitu zat warna dispersi yang mempunyai donor proton seperti –
OH atau NH2. Untuk zw disperse celupan rata menggunakan suhu
120oC, sedangkan zat warna disperse yang kurang dapat memberikan
celupan yang kurang rata dapat menggunakan suu 130oC.
III. ALAT DAN BAHAN
3.1. ALAT :
V. RESEP
5.1. Resep Pengental Induk
Tamarin 10%
Zat warna 30
= x 100 = 3 gram
disperse 1000
Setamol 20
= x 100 = 2 gram
(pendispersi) 1000
Al2(SO4)3 150 200 250 300
= x 100 = x 100 = x 100 = x 100
1000 1000 1000 1000
= 15 gram = 20 gram = 25 gram = 30 gram
Matexil (Zat 20
= x 100 = 2 gram
anti reduksi) 1000
Asam tartrat 10
= x 100 = 1 gram
1000
Gliserin 20
= x 100 = 2 gram
1000
Pengental 600
= x 100 = 60 gram
tamarin 1000
Balance =100- =100-(70+20) =100 - (70+25) =100 - (70+30)
(3+2+15+2+1+2+60
= 100 – 90 = 100 - 95 =100-100
)
= 10 gr = 5 gram = 0 gram
= 100-85 = 15 gr
IX. DISKUSI
Pada praktikum ini dilakukan pencapan burn out pada kain campuran
poliester kapas (T/C) dimana pada pencapan ini digunakan pasta cap yang bersifat
merusak salah satu jenis serat pada kain yang terdiri dari serat tersebut, yaitu
selulosa.
Zat warna yang digunakan pada pencapan ini yaitu zat wana dispersi sinarlene
blue, dimana digunakan zat warna dispersi agar dapat mewarnai serat poliester.
Prinsipnya pada pasta cap ditambahkan zat pembakar yaitu garam alumunium
sulfat (Al2(SO4)3) agar meminimalisir adanya kerusakan pasta cap. Jika digunakan
larutan asam sulfat langsung akan membuat pasta cap menjadi encer atau cair.
Pada fiksasi suhu tinggi, garam alumunium sulfat (Al2(SO4)3) akan terurai dan
menghasilkan asam H+ yang akan merusak dan menghilangkan serat selulosa.
Sedangkan serat polyester yang tahan terhadap asam tidak akan larut dan zat
warna disperse akan tertempel dan berikat pada serat tersebut.
Pada hasil yang dievaluasi adalah pengurangan berat dari kain sebelum dan
sesudah di cap. Dalam percobaan ini digunakan variasi penggunaan alumunium
sulfat (Al2(SO4)3) yaitu 150, 200, 250, dan 300 gram. Pada tabel hasil percobaan
dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi alumunium sulfat ( Al2(SO4)3) yang
diberikan, maka semakin banyak selulosa yang terhidrolisa (hidroselulosa) atau
rusak dan terbakar. Akibatnya berat kain yang berkurang semakin besar sebab
makin banyak selulosa yang dirusak. Ini dapat dilihat dari persentase perubahan
berat yang semakin besar seiring kenaikan variasi dari Al2(SO4)3. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dari grafik dibawah ini.
12
9.8 10 10.07
10
% pengurangan berat kain
8.35
8
0
150 200 250 300
konsentrasi Al2(SO4)3 (gram)
Grafik 9.1. Pengaruh Konsentrasi Al2(SO4)3 sebagai zat pembakar serat selulosa
terhadap persentase penurunan berat pada tiap kain
Dapat dilihat dari grafik diatas, mulai dari konsentrasi 150-300 gram terjadi
kenaikan persentase penurunan berat setiap kain ketika digunakan konsentrasi
alumunium sulfat yang semakin tinggi. Grafik semakin naik secara signifikan,
menunjukkan semakin banyaknya jumlah serat selulosa yang hilang ataupun
terlarut pada kain yang diberi motif cap. Pada bagian kain yang diberi motif,
hanya bagian serat polyester yang akan berikat dengan serat. Jika masih terdapat
serat selulosa pada bagian motif, kemungkinan serat tidak tertempel oleh zat
warna disperse dan mengakibatkan ketidakrataan dan ketuaan warna yang kurang
pada motif. Sehingga jika penurunan berat yang semakin besar kemungkinan
menghasilkan ketuaan dan kerataan yang semakin baik pada hasil pencapan.
X. KESIMPULAN
Semakin besar konsentasi Al2(SO4)3 yang digunakan, maka semakin banyak
serat selulosa/kapas yang rusak, akibatnya beratnya semakin menurun. Penurunan
berat yang tinggi ini akan menghasilkan ketuaan dan kerataan yang baik pada
hasil pencapan.
DAFTAR PUSTAKA