Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENCAPAN 2

“PENCAPAN BURN OUT KAIN POLIESTER KAPAS DENGAN ZAT WARNA


DISPERSI”

Disusun Oleh:

Nabila Zalfa Fatihah 18020057


Nida Alya Nasywa 18020058
Nisa Ruffaidah 18020059
Nisrina Nursyifa Y 18020060

Grup : 3K3

Dosen : Sukirman
Asisten dosen : Brilyan M. R. R., SST.
Desiriana

POLITEKNIK STTT BANDUNG


KIMIA TEKSTIL
2020
I. MAKSUD DAN TUJUAN
1.1 Maksud
Untuk mengetahui proses pencapan rintang rusak pada kain T/C dengan zat
warna dispersi
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh pada pencapan T/C dengan zat warna dispersi

II. DASAR TEORI


2.1 Pencapan Burn Out
Pencapan bakar (Burn Out) adalah pencapan pada kain campuran dimana
salah satu dihilangkan atau dibakar karena tidak tahan dengan zat pembakar dan
serat lainnya tahan bakar. Contoh kain campuran, seperti polyester kapas (65-35),
polyester rayon (35-65), poliamida rayon (80-20), atau poliamida kapas (20-80).
Zat pembakar yang digunakan biasanya garam sulfat seperti NaHSO4 atau
Al2(SO4)3 yang menghasilkan asam sulfat pada pasta cap. Serat selulosa pada kain
campuran tidak tahan asam kuat, maka serat tersebut akan larut atau dengan kata
lain hilang sedangkan jenis serat lainnya masih bertahan.

Proses pencapan burn out terdiri dari dua macam, yaitu

a. Pencapan Bakar Keseluruhan (Burn Out Total)

Pada pencapan total, seluruh serat selulosa dihilankan sebelum atau


sesudah kain dicap dengan zat warna disperse (untuk mewarnai polyester).
Untuk bagian serat selulosanya yang dihilangkannya adalah bagian motif yang
dicap saja. Digunakan garam sulfat, jika digunakan asam sulfat langsung maka
akan merusak pengental menjadi pasta cap yang cair. Pada garam sulfat, asam
akan aktif menjadi sulfat saat fiksasi suhu tinggi dan membakar serat selulosa.
Prosesnya dengan cara padding, sehingga seluruh kain pada bagian selulosanya
akan terbakar,

b. Pencapan Bakar Sebagian (Burn Out Parsiall).

Pada pencapan bakar local biasa disebut juga bakar metal selasi,
dimana zat warna disperse yang digunakan merupakan zat warna disperse yang
mengandung logam transisi yang berbentuk asam seperti CuSO4. Saat proses
steaming, CuSO4 akan pecah menjadi logam Cu2+ yang mengadakan ikatan
koordinatif dengan zat warna dan tidak dapat berfiksasi ke dalam serat.
Sedangkan SO4 atau asam yang terbentuk akan membakar serat selulosa
sehingga kain menjadi transparan sebagian.

2.2 Serat Poliester


Serat poliester adalah suatu serat sintetik yang terdiri dari polimer-polimer
linier. Serat tersebut pada umumnya dikenal dengan nama dagang dacron,
teteron, terylene. Poliester dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol.

 Sifat - sifat poliester :

1. Kekuatan tarik dan mulur


Kekuatan tarik sekitar 4,5-7,5 gram/denier, sedangkan mulurnya berkisar
antara 25% sampai 75%.
2. Elastisitas
Poliester mempunyai elastisitas yang baik sehingga dalam keadaaan
normal kain poliester tahan terhadap kekusutan. Apabila benang poliester
ditarik dan kemudian dilepaskan, pemulihan terjadi dalam satu menit
adalah sebagai berikut:
3. Moisture Regain
Pada kondisi standar yaitu RH 65 ± 2% dan suhu 20°C ± 1% moisture
regain serat poliester hanya 0,4% sedangkan pada RH 100% moisture
regain mencapai 0,6-0,8%.
4. Titik leleh
Serat poliester meleleh pada suhu 250°C.
5. Ketahanan sinar
Poliester berkurang kekuatannya dalam penyinaran yang cukup lama,
tetapi ketahanan sinarnya masih lebih baik dibandingkan dengan serat
lain.
6. Mengkeret
Serat poliester jika direndam dalam air mendidih akan mengkeret sampai 7%.
Beberapa zat organik seperti aseton, kloroform, trikloretilen pada titik didihnya akan
mengakibatkan serat poliester mengkeret.
7. Pembakaran
Poliester meskipun dapat dibakar tetapi nyala api tidak dapat menjalar karena serat
yang terbakar akan meleleh sehingga tidak meneruskan pembakaran.
8. Morfologi
Penampang melintang serat poliester berbentuk bulat dan di dalamnya terdapat
bintik-bintik, sedangkan penampang membujurnya berbentuk silinder dinding kulit
yang tebal.
 Sifat – sifat Kimia poliester
- Larut dalam meta-kresol panas, asam trifluoro asetat-orto-klorofenol.
- Tahan terhadap zat-zat oksidator, alkohol, keton dan sabun dan zat – zat
pencucian kering.
- Tahan terhadap asam lemah, meskipun pada suhu didih dan tahan
terhadap asam kuat dalam keadaan dingin.
- Tahan terhadap alkali lemah, tetapi kurang tahan terhadap alkali kuat.
- Mempunyai kritalinitas yang tinggi, bersifat hidrofob dan tidak
mengandung gugus – gugus aktif sehingga sukar untuk dicelup.
- Ikatan antara polyester dengan zat warna disperse adalah ikatan
hidrofobik Dispersi London yang merupakan ikatan fisika. Semakin
besar ukuran molekul zat warna maka semakin kuat pula ikatan zat
warna dan serat yang terbentuk.

2.3 Serat Kapas


Serat yang digunakan pada penyempurnaan merserisasi ini adalah serat
kapas, yang merupakan serat selulosa. Serat selulosa bila dilihat dalam
struktur secara kimia memiliki kelarutan terhadap air karena memiliki
gugusan hidroksil.
1) Sifat Fisika
a. Warna
Warna serat kapas tidak betul-betul putih. Biasanya sedikit berwarna krem.
Pengaruh cuaca yang lama, debu, dan kotoran dapat menyebabkan
warna keabu-abuan. Sedangkan jamur dapt mengakibatkan warna puih
kebiru-biruan yang tidak hilang dalam pemutihan.
b. Kekuatan
Kekuatan serat oerbundelnya adalah 70.000-96.000 pon per inci persegi.
Dalam keadaan basah, kekuatannya akan bertambah.
c. Mulur
Mulurnya sekitar 4-13% dengan rata-rata 7%
d. Keliatan
Keliatan adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda untuk
menerima kerja.
e. Kekakuan
Kekakuan adalah daya tahan terhadap perubahan bentuk atau
perbandingan kekuatan saat putus dengan mulur saat putus.
f. Moisture Regain
MR serat kapas pada kondisi standar adalah 7-8,5%
g. Berat jenis
Berat jenis serat kapas berkisar 1,50-1,56
h. Indeks Bias
Indeks bias serat kapas yang sejajar sumbu serat 1,58. Sedangkan yang
tegak lurus adalah 1,53.
2) Sifat Kimia
Sifat-sifat kimia serat kapas merupakan sifat-sifat kimia selulosa, yaitu :
 Tahan kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian normal.
 Rusak oleh oksidator dan penghirolisa.
 Rusak cepat oleh asam kuat pekat dan rusak perlahan oleh asam encer.
 Sedikit terpengaruh oleh alkali, kecuali larutan alkali kuat yang
menyebabkan penggelembungan serat.
 Larut dalam kuproamonium hidroksida dan kuprietilen diamin.
 Mudah terserang jamur dan bakteri dalam keadaan lembab dan hangat.
Gugus-gugus hidroksil yang dimilki oleh serat selulosa mampu menarik
gugus hidroksil dari molekul lainnya, selain itu juga mampu menarik gugus
hidroksil dalam molekul air. Sehingga serat yang memiliki banyak gugus
hidroksil akan lebih mudah menyerap air. Maka akan dengan mudahnya
molekul-molekul air terserap kedalam serat dan hal tersebut akan
menyebabkan serat mudah dicelup. Serat kapas pada umumnya tahan terhadap
kondisi penyimpanan, pengolahan dan pemakaian yang normal, tetapi
beberapa zat oksidasi atau penghidrolisa menyebabkan kerusakan dengan
akibat penurunan kekuatan. Kerusakan dengan oksidasi karena terbentuknya
oksi selulosa biasanya terjadi dalam proses pemutihan yang berlebihan,
penyinaran dalam keadaan lembab, atau pemanasan yang lama dalam suhu
diatas 140C. Asam-asam menyebabkan hidrolisa ikatan-ikatan glukosa dalam
rantai selulosa membentuk hidroselulosa. Asam kuat menyebabkan degradasi
cepat. Alklai mempunyai sedikit pengaruh pada kapas kecuali alkali kuat akan
dengan konsentrasi tinggi menyebabkan penggelembungan yang besar pada
serat.

Penampang melintang dari serat berbahan kapas ini yang merupakan


salah satu serat alam yang paling banyak digunakan, memiliki bentuk yang
tidak beraturan yaitu seperti ginjal. Bentuk penampang melintang seperti itu
membuat hasil pencelupannya memiliki daya kilap yang kurang, akan tetapi
bentuk seperti itu memberikan daya penutup kain yang lebih besar.

Gambar skema dari struktur molekul serat selulosa

Struktur molekul diatas tersusun dari molekul selulosa yang


merupakan pengulangan dari -anhidroglukosa. Pada serat kapas diatas
memiliki gugus hidroksil (-OH) yang memberikan sifat kelarutan didalam air.
Meskipun demikian, selulosa yang banyak mengandung gugus hidroksil dapat
bersifat tidak larut didalam air. Hal tersebut dimungkinkan karena berat
molekul selulosa yang sangat besar, juga karena terjadinya ikatan hidrogen
antar molekul selulosa yang mempersukar kelarutan selulosa didalam air.

Gugus hidroksil tersebut selain dapat menarik gugus hidroksil dari


molekul lainnya, juga dapat menarik gugus hidroksil air. Hal tersebut
membuat serat yang mengandung banyak gugus hidroksil akan mudah
menyerap air sehingga serat tersebut memiliki moisture regain yang tinggi.
Dengan kemudahan molekul air terserap kedalam serat, menyebabkan serat
mudah dicelup. Pereaksi-pereaksi oksidasi, asam dan alkali kuat dengan
disertai oksigen dari udara pada umumnya akan menyerang bagian atom
oksigennya dan memutuskannya, sehingga panjang molekulnya lebih pendek,
yang berarti menurunkan kekuatan seratnya.
2.4 Zat Warna Dispersi
Zat warna dispersi adalah zaat warna yang kelarutannya dalam air
hanya sedikit, akan tetapi mudah didispersikan atau disuspensikan dalam air,
serta mempunyai daya substantivitas terhadap serat-serat yang bersifat
hidrofob.
Zat warna dispersi merupakan zat warna non iionik yang tidak atau
sedikit larut dalam air dan mempunyai molekul yang relatif kecil, sederhana
dan tidak mempunyai gugus pelarut. Oleh karena itu zat warna dispersi sedikit
larut dalam air dan sering digunakan untuk mencelup serat-serat hidrofob
seperti poliester.
Secara umum pencapan zat warna dispersi terdiri dari beberapa cara yaitu
sebagai berikut;
1. Pencapan dengan fiksasi steam tekanan normal
Pasta cap pada metoda ini mengandung zat warna, pengental dan zat
pembantu lainnya, kemudian dicapkan pada bahan. Setelah kering
kemudian dilakukan fiksasi pada uap jenuh dengan suhu 100-102OC
selama 20-30’. Jenis zat warna yang dapat digunakan adalah zat warna
tipe B, untuk mendapatkan kerataan warna digunakan zat warna dalam
bentuk pasta dan atau ditambahkan sedikit carrier.
2. Pencapan dengan fiksasi steam tekanan tinggi
Pasta cap pada metoda ini mengandung zat warna, pengental dan zat
pembantu lainnya, kemudian dicapkan pada bahan. Setelah kering
kemudian dilakukan fiksasi pada uap jenuh dengan suhu 128-130OC (2,5-
3atm) selama 20-30’. Jenis zat warna yang dapat digunakan adalah zat
warna tipe B dan C, untuk mendapatkan kerataan warna digunakan zat
warna dalam bentuk pasta dan atau ditambahkan sedikit carrier.
3. Pencapan dengan fiksasi suhu tinggi
Pasta cap pada metoda ini mengandung zat warna, pengental dan zat
pembantu lainnya, kemudian dicapkan pada bahan. Setelah kering
kemudian dilakukan fiksasi pada uap lewat jenuh (termik) dengan suhu
160-185OC selama 8-1’. Jenis zat warna yang dapat digunakan adalah zat
warna tipe C. Untuk mendapatkan kerataan warna dan ketuaan warna
yang baik digunakan zat higroskopik(urea) minimum 50 g/kg pasta cap
(10% pasta cap) dan digunakan pengental dengan kandungan high solid
conten <12%.
4. Pencapan dengan fiksasi udara panas
Pasta cap pada metoda ini mengandung zat warna, pengental dan zat
pembantu lainnya, kemudian dicapkan pada bahan. Setelah kering
kemudian dilakukan fiksasi pada uap lewat jenuh (termik) dengan suhu
180-210OC selama 8-1’. Jenis zat warna yang dapat digunakan adalah zat
warna tipe C. Untuk mendapatkan kerataan warna dan ketuaan warna
yang baik digunakan zat higroskopik (urea) minimum 50g/kg pasta dan
digunakan pengental emulsi/semi emulsi.
Jenis ikatan yang terjadi antara gugus fungsional zat warna dispersi dengan
serat poliester ada 2 macam yaitu :
1. Ikatan Van der Walls
Zat warna dispersi dan serat merupakan senyawa hidrofob dan bersifat
non polar. Ikatan yang terjadi pada senyawa hidrofob dan bersifat non
polar ini ikatan fisika, yang berperan dalam terbentuknya ikatan fisika
adalah ikatan van der walls, yang terjadi berdasarkan interaksi antara
kedua molekul yang berbeda. Ikatan yang besar terjadi pada ikatan van
der walls pada zat warna dispersi dan serat poliester adalah dispersi
London.

2. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan gaya dipol yang melibatkan atom hidrogen
dengan atom lain yang bersifat elektronegatif. Kebanyakan zat warna
dispersi tidak mengadakan ikatan hidrogen dengan serat poliester karena
zat warna dispersi dan serat poliester bersifat nonpolar, hanya sebagian
zat warna dispersi yang mengadakan ikatan hidrogen dengan serat
poliester yaitu zat warna dispersi yang mempunyai donor proton seperti –
OH atau NH2. Untuk zw disperse celupan rata menggunakan suhu
120oC, sedangkan zat warna disperse yang kurang dapat memberikan
celupan yang kurang rata dapat menggunakan suu 130oC.
III. ALAT DAN BAHAN

3.1. ALAT :

- Gelas plastic - Screen


- Batang pengaduk - Neraca analitik
- Pipet ukur - Mesin stenter
- Meja pencapan - Nampan plastic
- Rakel - Spatula
3.2. BAHAN :
- Tamarin 10% - Zw disperse
- Gliserin - Zat anti reduksi
- Al2(SO4)3 - Pendispersi
- Asam tartrat - Kain T/C

IV. DIAGRAM ALIR

Penimbangan kain (berat awal)

Pencapan zat warna

Drying 100oC, 1 menit

Baking 180oC, 2 menit

Proses pencucian dan pengeringan

Evaluasi pengurangan berat

V. RESEP
5.1. Resep Pengental Induk
Tamarin 10%

5.2. Resep Pencapan (Burn Out Warna)


Pengental : 600 g
Gliserin : 20 g
Al2(SO4)3 1:1 : 150-200-250-300 g
Zw disperse : 30 g
Asam tartrat : 10 g
Matexil : 20 g
Setamol : 20 g
1000 g
5.3. Resep Pencucian
Teepol : 2 ml/L
Natrium karnonat : 1 g/L
Suhu : 90oC
Waktu : 15 menit

VI. FUNGSI ZAT


Zw Dispersi : Untuk memberikan warna pada motif
Pengental : Sebagai penagtur viskositas dan sebagai media
proses pencapan
Asam tartrat : Untuk memberikan suasana asam pada pasta
pencapan
Alumunium Sulfat : Garam asam berfungsi untuk memberikan donor
asam pada suhu tinggi untuk merusak selulosa
Gliserin : Untuk menjaga kelembaban pasta cap
Zat anti reduksi : Untuk menjaga zat warna dan pengental agar tidak
tereduksi akibat over drying
Zat pendispersi : Untuk mendispersikan zat warna disperse
Air : Sebagai zat pengatur viskositas
VII. PERHITUNGAN ZAT
7.1. Perhitungan Pengental Induk
Kebutuhan air = 300 gr
10
Tamarin = x 300 = 30 gram
100
7.2. Perhitungan Resep Pencapan
VARIASI I II III IV
Kebutuhan 100 gram 100 gram 100 gram 100 gram
pasta cap

Zat warna 30
= x 100 = 3 gram
disperse 1000
Setamol 20
= x 100 = 2 gram
(pendispersi) 1000
Al2(SO4)3 150 200 250 300
= x 100 = x 100 = x 100 = x 100
1000 1000 1000 1000
= 15 gram = 20 gram = 25 gram = 30 gram
Matexil (Zat 20
= x 100 = 2 gram
anti reduksi) 1000
Asam tartrat 10
= x 100 = 1 gram
1000
Gliserin 20
= x 100 = 2 gram
1000
Pengental 600
= x 100 = 60 gram
tamarin 1000
Balance =100- =100-(70+20) =100 - (70+25) =100 - (70+30)
(3+2+15+2+1+2+60
= 100 – 90 = 100 - 95 =100-100
)
= 10 gr = 5 gram = 0 gram
= 100-85 = 15 gr

7.3. Resep Pencucian


Kebutuhan larutan = 300 ml
2
Teepol = x 300 = 0,6 ml
1000
1
Na2CO3 = x 300 = 0,3 gram
1000
Air = 300 - 0,6 = 299,4 ml
VIII. DATA PENGAMATAN
Berat Awal Berat Akhir %
No. Al2(SO4)3 (g/kg)
(g) (g) perubahan
1. 150 9,82 9,00 8.35
2. 200 10,00 9,02 9.8
3. 250 10,00 9,00 10
4. 300 15,00 13,49 10.067

IX. DISKUSI
Pada praktikum ini dilakukan pencapan burn out pada kain campuran
poliester kapas (T/C) dimana pada pencapan ini digunakan pasta cap yang bersifat
merusak salah satu jenis serat pada kain yang terdiri dari serat tersebut, yaitu
selulosa.

Zat warna yang digunakan pada pencapan ini yaitu zat wana dispersi sinarlene
blue, dimana digunakan zat warna dispersi agar dapat mewarnai serat poliester.
Prinsipnya pada pasta cap ditambahkan zat pembakar yaitu garam alumunium
sulfat (Al2(SO4)3) agar meminimalisir adanya kerusakan pasta cap. Jika digunakan
larutan asam sulfat langsung akan membuat pasta cap menjadi encer atau cair.
Pada fiksasi suhu tinggi, garam alumunium sulfat (Al2(SO4)3) akan terurai dan
menghasilkan asam H+ yang akan merusak dan menghilangkan serat selulosa.
Sedangkan serat polyester yang tahan terhadap asam tidak akan larut dan zat
warna disperse akan tertempel dan berikat pada serat tersebut.

Pada hasil yang dievaluasi adalah pengurangan berat dari kain sebelum dan
sesudah di cap. Dalam percobaan ini digunakan variasi penggunaan alumunium
sulfat (Al2(SO4)3) yaitu 150, 200, 250, dan 300 gram. Pada tabel hasil percobaan
dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi alumunium sulfat ( Al2(SO4)3) yang
diberikan, maka semakin banyak selulosa yang terhidrolisa (hidroselulosa) atau
rusak dan terbakar. Akibatnya berat kain yang berkurang semakin besar sebab
makin banyak selulosa yang dirusak. Ini dapat dilihat dari persentase perubahan
berat yang semakin besar seiring kenaikan variasi dari Al2(SO4)3. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dari grafik dibawah ini.

12

9.8 10 10.07
10
% pengurangan berat kain

8.35
8

0
150 200 250 300
konsentrasi Al2(SO4)3 (gram)

Grafik 9.1. Pengaruh Konsentrasi Al2(SO4)3 sebagai zat pembakar serat selulosa
terhadap persentase penurunan berat pada tiap kain

Dapat dilihat dari grafik diatas, mulai dari konsentrasi 150-300 gram terjadi
kenaikan persentase penurunan berat setiap kain ketika digunakan konsentrasi
alumunium sulfat yang semakin tinggi. Grafik semakin naik secara signifikan,
menunjukkan semakin banyaknya jumlah serat selulosa yang hilang ataupun
terlarut pada kain yang diberi motif cap. Pada bagian kain yang diberi motif,
hanya bagian serat polyester yang akan berikat dengan serat. Jika masih terdapat
serat selulosa pada bagian motif, kemungkinan serat tidak tertempel oleh zat
warna disperse dan mengakibatkan ketidakrataan dan ketuaan warna yang kurang
pada motif. Sehingga jika penurunan berat yang semakin besar kemungkinan
menghasilkan ketuaan dan kerataan yang semakin baik pada hasil pencapan.

X. KESIMPULAN
Semakin besar konsentasi Al2(SO4)3 yang digunakan, maka semakin banyak
serat selulosa/kapas yang rusak, akibatnya beratnya semakin menurun. Penurunan
berat yang tinggi ini akan menghasilkan ketuaan dan kerataan yang baik pada
hasil pencapan.
DAFTAR PUSTAKA

- Sukirman, Sasmaya.2013. Bahan Ajar Praktikum Teknologi Pencapan. Sekolah Tinggi


Teknologi Tekstil. Bandung
- Djufri, dkk. 1976. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan Pencapan. Institut
Teknologi Tekstil. Bandung
- P. Soeprijono S.Teks, Poerwanti S.Teks, Widayat S.Teks, Jumaeri S.Teks “ Serat- Serat
Tekstil “,Institut Teknologi Tekstil, 1973, Bandung

Anda mungkin juga menyukai