Kelompok 1
Disusun oleh : Ahmad Jauhari N. (15020092)
Chaerunisa Aulia R. (15020097)
Gugun Sumaryadi S. (15020103)
Selvina Septianti (15020132)
Grup : 2K4
Nama Dosen : Hj. Hanny H. K., S.Teks
Asisten Dosen : Eka O., S.ST., MT.
Yayu E. Y., S.ST
Tanggal Praktikum : 13 April 2017
I.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum :
1. Untuk membandingkan hasil pada ketuaan dan kerataan celupan dengan
menggunakan metoda standar dan dengan menggunakan metoda penahanan
suhu.
2. Mengevaluasi masing-masing kain terhadap masing-masing variasi dengan cara
uji penilaian ketuaan warna dan kerataan warna.
3. Untuk mengetahui factor yang berpengaruh pada pencelupan kain sutera
dengan zat warna basa dengan menggunakan metoda standard an metoda
penahanan suhu.
2.2 Pencelupan
Pencelupan adalah suatu proses pemberian warna pada bahan tekstil secara
merata dan baik, sesuai dengan warna yang diinginkan. Sebelum pencelupan
dilakukan maka harus dipilih zat warna yang sesuai dengan serat. Pencelupan
dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik dengan menggunakan alat – alat
tertentu pula.
Pencelupan pada umumnya terdiri dari melarutkan atau mendispersikan zat
warna dalam air atau medium lain, kemudian memasukkan bahan tekstil kedalam
larutan tersebut sehingga terjadi penyerapan zat warna kedalam serat. Penyerapan
zat warna kedalam serat merupakan suatu reaksi eksotermik dan reaksi
kesetimbangan. Beberapa zat pembantu misalnya garam, asam, alkali atau lainnya
ditambahkan kedalam larutan celup dan kemudian pencelupan diteruskan hingga
diperoleh warna yang dikehendaki. Pencelupan terjadi tiga tahap, yaitu :
1. Tahap pertama merupakan molekul zat warna dalam larutan yang selalu
bergerak, pada suhu tinggi gerakan molekul cepat. Kemudian bahan tekstil
dimasukkan kedalam larutan celup. Serat tekstil dalam larutan bersifat negatif
pada permukaannya sehingga dalam tahap ini terdapat dua kemungkinan yakni
molekul zat warna akan tertarik oleh serat atau tertolak menjauhi serat. Oleh
karena itu perlu penambahan zat – zat pembantu untuk mendorong zat warna
lebih mudah mendekati permukaan serat. Peristiwa tahap pertama tersebut
sering disebut difusi zat warna dalam larutan.
2. Dalam tahap kedua molekul zat warna yang mempunyai tenaga cukup besar
dapat mengatasi gaya – gaya tolak dari permukaan serat, sehingga molekul zat
warna tersebut dapat terserap menempel pada permukaan serat. Peristiwa ini
disebut adsorpsi.
3. Tahap ketiga yang merupakan bagian yang terpenting dalam pencelupan adalah
penetrasi atau difusi zat warna dari permukaan serat kepusat. Tahap ketiga
merupakan proses yang paling lambat sehingga dipergunakan sebagai ukuran
menentukan kecepatan celup.
a. Ikatan hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan ikatan sekunder yang terbentuk
karena atom hidrogen pada gugusan hidroksi atau amina mengadakan
ikatan yang lemah dengan atom lainnya, misalnya molekul-molekul air
yang mendidih pada suhu yang jauh lebih tinggi daripada molekul-molekul
senyawa alkana dengan berat yang sama.
b. Ikatan elektrovalen
Ikatan antara zat warna dan serat yang kedua merupakan ikatan
yang timbul karena gaya tarik-menarik antara muatan yang berlawanan.
Dalam air seratserat bermuatan negatif sedangkan pada umumnya zat
warna yang larut merupakan suatu anion sehingga penetrasi akan
terhalang. Oleh karena itu perlu penambahan zat-zat yang berfungsi
menghilangkan atau mengurangi sifat negatif dari serat atau zat warna,
sehingga zat warna dan serat dapat lebih saling mendekat dan gaya-gaya
non polar dapat bekerja lebih baik. Maka pada pencelupan serat-serat
selulosa perlu penambahan elektrolit, misalnya garam dapur atau garam
glauber dan pada pencelupan serat wol atau poliamida perlu
penambahan asam.
Gugusan amina dan karboksil pada serat wol di dalam larutan
akan terionisasi. Bila ke dalamnya ditambahkan suatu asam maka ion
hidrogen langsung diserap oleh wol dan menetralkan ion karboksilat
sehingga serat wol akan bermuatan positif yang kemudian langsung
menyerap anion asam. Pada tahap selanjutnya anion zat warna yang
berkerak lebih lambat karena molekul lebih besar akan masuk ke dalam
serat dan mengganti kedudukan anion asam. Hal tersebut mungkin sekali
terjadi karena selain penarikan oleh muatan yang berlawanan juga terjadi
gaya-gaya non-polar.
d. Ikatan kovalen
Zat warna reaktif terikat pada serat dengan ikatan kovalen yang
sifatnya lebih kuat dari pada ikatan-ikatan lainnya sehingga sukar
dilunturkan. Meskipun demikian dengan pengerjaan larutan asam atau
alkali yang kuat beberapa celupan zat warna reaktif akan meluntur.
C
+ -
N(CH3)2 Cl
b. Golongan 2
Yaitu merupakan devirat Thiasin, misalnya Methylen blue
N(CH3)2
N
Methylene Blue
(CH3)2N
c. Golongan 3 S+
-
Yaitu merupakan deviratClOxazin, misalnya meldola blue
N
CH3
(CH3)2N + NH2
N
Neutral Red
e. Golongan 5
Yaitu merupakan devirat Xanten, misalnya Rhodamine B
N
N+(C2H5)2 Cl-
(C2H5)2N
C
Rhodamine B
COOH
f. Golongan 6
Yaitu merupakan devirat azo, misalnya Bismarck browm.
NH2 N
H
2
H2N N N NH2
N N
H2N H2N
+ -
= NH2 Cl H NH2
C= C=
O
H2N H2N
Tetapi zat warna basa yang mempunyai ikatan azo proses reduksi tersebut
akan membongkar ikatan azonya sehingga tidak mungkin kembali kebentuk semula
dengan proses oksidasi.
Afinitas zat warna basa
Serat – serat selulosa tidak mempunyai afinitas terhadap zat warna basa.
Apabila beberapa zat warna basa dapat mencelup serat – serat tersebut maka
ketahanan cucinya akan rendah sekali. Tetapi serat – serat protein afinitas terhadap
zat warna basa adalah besar karena terbentuk ikatan garam yang dapat digambar
sebagai berikut :
Zat warna tersebut akan terserap pada tempat – tempat yang bermuatan
negative sehingga apabila tempat tersebut telah terisi maka penyerapan zat warna
akan terhenti.
3.2 Bahan
- Zat warna Basa
- CH3COOH
- Pendispersi non ionik
- Teepol
- Na2CO3
Evaluasi
- Ketuaan
- kerataan
IV.2 Skema Proses
- Metoda Standar
Sabun netral
Zw basa
CH3COOH
Pndispersi non ionic
Pembasah 60 – 70 oC
60 oC
5 15 45 65
- M
etoda Penahanan suhu
Zat warna basa
CH3COOH
Pendispersi non ionic
70 oC
Pembasah
50 oC
suhu (oC)
30 oC
0 5 20 30 40 70
Waktu (menit)
IV.4 Resep
a. Pencelupan
- zat warna basa :1%
- CH3COOH : 2 mL
- Pembasah : 1 ml
- Pendispersi : 0,5 %
- Suhu : 80oC
- Waktu : 30 menit
- Vlot : 1 : 20
b. Pencucian
- Sabun netral : 2 g/L
- Waktu : 15 menit
- Suhu : 60oC
- Vlot : 1 : 20
c. Variasi resep
Kain 1 Kain 2 Kain 3 Kain 4
Zat warna basa ( % ) 1 1 1 1
CH3COOH ( ml/L ) 2 2 2 2
Waktu ( menit ) 30 45 30 45
pembasah 1 1 1 1
Pendispersi (ml) 0,5 0,5 0,5 0,5
Vlot 1 : 20 1 : 20 1 : 20 1 : 20
Suhu ( oC ) 70 70 60 60
Penahanan Penahanan
Metoda Standar Standar
suhu suhu
kain.
- Sabun netral berfungsi untuk proses pencucian setalh proses pencelupan agar
dapat menghilangkan zat warna asam yang terhidrolisis atau tidak terfiksasi
dengan kain sutera yang menempel pada permukaan.
IV.6 Perhitungan
a. Pencelupan
1 50 1 50 1 50 1 50
Zat warna (mL) 2,87 × × 2,92 × ml ×
=2,87 3,06ml
=2,92 × × 3,15 ×ml ×
=3,06 =3,15 m
100 0,5 100 0,5 100 0,5 100 0,5
1 1 1 1
Pembasah (mL/L) ×57,4 : 0,05 ×58,4 : 0,05 ×61,2 :0,06 ×63 :0,06
1000 1000 1000 1000
2 2 2 2
CH3COOH (mL/l) ×57,4 : 0,11 ×58,4 : 0,11 ×61,2 : 0,12 ×63 :0,13
1000 1000 1000 1000
0,5 0,5 0,5 0,5
Pendispersi (mL) ×57,4 : 0,03 ×58,4 : 0,03 ×61,2 :0,03 ×63 :0,03
1000 1000 1000 1000
b. Pencucian
pencucian Kain 1 Kain 2 Kain 3 Kain 4
2 2 2 2
Sabun Netral (g/L) ×57,4 : 0,11 ×58,4 : 0,11 ×61,2 :0,12 ×63 :0,13
1000 1000 1000 1000
IV.7 Evaluasi
Kerataan Ketuaan
Kain 1 4 2
Kain 2 4 2
Kain 3 4 3
Kain 4 4 4
V. DISKUSI
Pada praktikum ini yaitu zat warna basa mencelup serat sutera. Zat Warna
basa adalah zat warna yang mempunyai muatan positif atau sebagai kation pada
bagian yang berwarna, maka zat warna tersebut disebut juga zat warna kation. Hal ini
dalam bentuk basa, zat warna basa termasuk zat warna yang tidak larut, tetapi dalam
larutan yang bersifat asam zat warna akan berubah menjadi bentuk garam yang
mudah larut. Hal ini pada pencelupan ini ditambahkan CH3COOH (asam) yang
berfungsi untuk memberikan suasana asam pada larutan merubah zat warna basa
menjadi garam dan akan larut. Oleh karena itu kelarutan zat warna asam tergantung
pada pH semakin tinggi pH maka kelarutan akan semakin tinggi.
Zat warna basa dapat berikatan dengan serat sutera karena pada serat sutera
memiliki gugus amina pada daya celup zat warna basa sangat tergantung pada
banyaknya gugus amin yang bermuatan positif yang terkandung dalam tiap molekul
zat warna. Mengingat terbatasnya tempat-tempat yang bermuatan negatif, (gugus
karboksil atau silfonat) dalam serat sutera maka untuk zat warna basa yang tiap
molekulnya mengandung gugus amin (muatan positif) lebih banyak akan lebih sedikit
jumlah maksimum zat warna basa basa yang dapat diikat serat wol/sutera dan
sebaliknya.
Pada percobaan pencelupan zat warna basa dengan kain sutera dilakukan
menggunakan metoda standar dan penahanan suhu dengan cara Exhaust. Hal ini
dilakukan dengan cara exhaust karena pada proses exhaust kain celupan akan lebih
banyak berikatan dengan zat warna ketimbang dengan menggunakan padd. Dalam
pengerjaan ini dilakukan dengan variasi waktu dan metoda.
Hasil yang didapatkan pada kain 1 dan 2 ketuaannya sangat rendah artinya
kain berwana cerah hal ini karena bisa diakbiatkan ukuran molekul zat warna basa
relatif kecil dan untuk zat warna yang lebih kecil ukuran molekulnya substantifitasnya
lebih kecil sehingga relative lebih muda rata. Pada kain 3 dan 4 pada ketuaan
dihasilkan sedikit tua hal ini dapat disebabkan dari beberapa faktor seperti waktu
pengerjaannya dan metoda yang digunakan.
Pada kain 4 didapatkan hasil celupan warna pada bahan baik yaitu sedikit tua
dan kerataan baik hal ini karena pada kain 4 dilakukan metoda arest temperature
system dengan waktu 45 menit, arrest temperature system yaitu dengan
memperlambat kenaikan suhu (penyerapan zat warna diperlambat) dan menggunakan
retarder anionik atau nonionik. Yang berfungsi sebagai rertader anionic pada
pencelupan disini yaitu pembasah dan berfungsi untuk menurunkan tegangan
permukaan sehingga mempercepat proses pembasahan pada kain. Pada metoda
arest temperature system didapatkan hasil yang lebih baik karena zat warna basa
berikatan dengan seratnya yaitu Long Term Interaction artinya antara zat warna sudah
berikatan dari jauh, namun proses ini harus diperlambat dengan menggunakan arrest
temperature system. Bila tidak diatur kenaikan suhu makan hasil celup yang dihasilkan
akan belang atau tidak rata.
factor yang mempengaruhi hasil pencelupan basa disini yaitu
1. pH
pH adalah salah satu hal yang berpengaruh pada proses ini, untuk
menjamin terbentuknya kation zat warna basa (seluruh zat warna basa larut
sempurna) maka pencelupan perlu dilakukan dalam suasana asam. pH larutan
celup yang optimal adalah 4,5 dan perlu dikontrol dengan baik, sebab untuk
kebanyakan zat warna konvensional yang muatan positifnya berpindah-pindah
melalui kromogen, bila pH lebih besar dari 4,5 maka kelarutan zat warna akan
berkurang (warna bisa berubah), hasil celup muda dan kurang rata. Bila pH
larutan celup lebih rendah dari 4,5 maka terbentuknya muatan negatif pada gugus
karboksilat pada serat akan lebih sulit, sehingga laju pencelupan akan lebih
lambat, dalam hal ini hasil celup akan lebih rata namun ketuaan warna akan lebih
muda dan ada kemungkinan terjadi penurunan kekuatan bahan yang dicelup.
2. Suhu
Suhu adalah faktor kedua yang mempengaruhi proses pencelupan dengan zat
warna basa yaitu ketika pencelupan dinaikkan dan mulai memasuki suhu titik gelas
serat maka serat mulai mengembang dan laju penyerapan zat warna akan lebih
cepat, sehingga bila kenaikan suhu terlalu cepat maka akan menimbulkan hasil
celup yang belang. Untuk pencelupan dengan zat warna basa yang sukar rata,
pada suhu tersebut sebaiknya dilakukan penahanan suhu selama 10 hingga 30
menit. (arrest temperature system) sebelum selanjutnya suhu dinaikan dengan laju
kenaikan suhu 1-1,5 oC. Pada pencelupan dengan sutera dengan zat warna basa
suhu pencelupan sebaiknya tidak melebihi suhu 80oC agar tidak terjadi kerusakan
bahan karena sifat dari serat sutera tidak tahan panas.
VI. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa waktu proses pencelupan
mempengaruhi hasil dari pencelupan itu sendiri. Dan pada percobaan ini didapatkan
hasil yang optimum pada resep yang ke empat yaitu :
Resep
ZW Basa (%) 1
Pembasah (mL/l) 1
CH3COOH (mL/L) 2
Isminingsih,Nn, S.Teks, M.SC, dkk, Pengantar Kimia Zat Warna, 1978, ITT, Bandung.