Anda di halaman 1dari 6

4.

4 Zat Warna Belerang


Model dasar zat warna belerang, secara prinsip merupakan rantai panjang yang
memiliki jembatan disulfida dan polisulfida diantara sistem cincim aromatik, disimbolkan
sebagai berikut : -D-S-S-D-S-S-D-, dan seterusnya, dengan D adalah kromogen zat warna
belerang, contoh.
S
O S CH 3

S N
N S

H 3C S O
S

C.I. Sulphur Red 5

Gambar 4.32. Kromogen (D) dari CI Sulfur Red 5


Zat warna belerang memiliki struktur kimia yang besar sehingga warnanya tampak
suram dan tidak larut di dalam air, oleh karena itu zat warna ini memiliki sifat tahan luntur
warna terhadap pencucian dan terhadap cahaya yang tinggi. namun dilain pihak ketahan
luntur warna terhadap zat pengelantangnya kurang baik. Keunggulan lain zat warna
belerang adalah harganya murah dan mempunyai warna yang lengkap mulai kuning hingga
hitam meskipun warnanya suram
Pada struktur zat warnanya, unsur S (belerang) terdapat pada beberapa bagian,
yaitu
- pada kromogen
- sebagai gugus fungsi disulfida
- sebagai belerang bebas (pengotor).
Zat warna belerang selalu mengandung pengotor berupa belerang bebas, hal ini
timbul karena pada proses pembuatannya terdapat proses sulfurisasi.
Kandungan belerang bebas ini merupakan kelemahan zat warna belerang karena dalam
pemakaiannya dapat menimbulkan efek bronzing.
Pada pemakaiannya zat warna ini memerlukan proses reduksi dengan reduktor
lemah dalam suasana alkali agar menjadi garam leuco yang larut, kemudian setelah
dixcelyupkan dilakukan pembangkitan warna dengan cara dioksidasi.
Karena strukturnya yang besar, zat warna belerang tidak diklasifikasikan
berdasarkan ukuran molekulnya, tetapi berdasarkan bahan dasarnya. Beberapa bahan
dasar zat warna belerang tersebut antara lain fenotiazon, fenazin dan indopfenol.

Cl
N Cl sulfurisasi
C.I. Sulphur Red 5
H3C S O
Cl

Fenotiazon

N CH 3
sulfurisasi
C.I. Sulphur Red 6
HO S CH 3
Fenazin

N
sulfurisasi
C.I. Sulphur Blue 14
O
HO
Indofenol

Gambar 4.33. Beberapa bahan dasar zat warna belerang

Pembuatan zat warna belerang dapat dikerjakan dengan proses sulfurisasi yang
dapat dilakukan dengan 2 (dua) metoda sebagai berikut :
1. Bahan dasar dipanaskan, baik hanya dengan sulfur, ataupun dengan sulfur dan natrium
sulfida, pada suhu antara 180 dan 350 0C, atau
2. Bahan dasar dipanaskan di bawah reflux dalam larutan sodium polisulfida dengan
pelarut air atau alkohol. Proses ini mungkin juga dikerjakan di bawah tekanan pada suhu
hingga sekitar 130 0C.
Pada proses berikutnya, zat warna diendapkan, dengan cara oksidasi udara,
oksidasi dengan zat kimia, pengasaman, atau oksidasi dan pengasaman.
Secara komersial, zat warna belerang dipasarkan dalam tiga bentuk, yaitu :
1. Berupa zat warna yang tidak larut dalam bentuk terdispersi (Ci. Sulphur Dyes).
2. Berupa zat warna yang larut dalam bentuk garam leuko (C.I. Sulphur Leuco Dyes), yang
berisi zat warna belerang ditambah Na2S dan Na2CO3.
3. Berupa zat warna yang larut dalam bentuk tiosulfat - D-S-SO3Na (C.I. Solubilized
Sulphur Dyes)

Zat warna belerang termasuk zat warna yang tidak larut dalam air, warnanya terbatas
dan suram, tetapi ketahanan lunturnya tinggi kecuali terhadap khlor (kaporit). Harganya
relatf murah, dan warna yang paling banyak digunakan adalah warna hitam. Zat warna
belerang banyak digunakan untuk pencelupan serat kapas kualitas menengah kebawah.
Struktur molekul zat warna belerang terdiri dari kromogen yang mengandung belerang
yang dihubungkan dengan kromogen lainnya melalui jembatan disulfida ( -S-S-), sehingga
strukturnya menjadi relatif besar, contoh :
-D- S - S – D – S – S – D –S – S – D –
` S
S
D= O S

S S
S S

S O
S
S
Gambar 29. Struktur molekul zat warna belerang, CI Sulphur Red 5
Jembatan disulfida pada zat warna belerang merupakan gugus fungsi penting untuk
proses pelarutan zat warna belerang ketika proses pencelupan, Zat warna belerang dapat
dilarutkan dengan penambahan reduktor lemah natrium sulfida (Na2S) dan alkali lemah
natrium karbonat (Na2CO3), Na2S akan mereduksi jembatan disulfida membentuk asam
leuco sedang Na2CO3 akan merubah asam leuco menjadi garam leuco yang larut.
Jumlah Na2S dan Na2CO3 yang dibutuhkan sangat tergantung pada sifat alami masing-
masing zat warna, konsentrasi zat warna dan vlot atau perbandingan larutan yang
digunakan. Kekurangan pemakaian Na2S akan menyebabkan tidak sempurnanya pelarutan
zat warna dan dalam pencelupan dapat menimbulkan terjadinya prematur oksidasi,
sehingga hasil celup jadi belang, sedang bila kelebihan Na 2S kerataannya baik tetapi hasil
celup jadi lebih muda.

3.1.2. Mekanisme Proses Pencelupan dengan Zat Warna Belerang


1. Pelarutan zat warna belerang
Na2S + 4 H2O Na2SO4 + 8 Hn
n D-S-S-D + 2n Hn 2n D-S-H + Na2CO3 2n D-S-Na
Zw. Belerang asam leuco garam leuco
(tidak larut) (sedikit larut) ( larut)
2. Pencelupan
Dengan dibantu NaCl sebagai pendorong penyerapan zat warna, garam leuco akan
masuk ke pori-pori serat kapas.
Selulosa + 2n D-S-Na Selulosa. 2n D-S-Na
3. Oksidasi (pembangkitan warna).
Garam leuco zat warna belerang dalam serat dirubah menjadi zat warna belerang yang
tidak larut dan berikatan secara fisika dengan serat.
Selulosa. 2n D-S-Na On Selulosa. n( D-S-S-D)
4. Pencucian dan proses tambahan (bila diperlukan)
Selain unsur belerang yang terdapat pada kromofor dan jembatan disulfida, unsur
belerang lain adalah belerang bebas sebagai zat pengotor. Zat Pengotor ini terutama ketika
pencelupan warna tua sering menimbulkan efek bronzing, yaitu pegangan kain hasil celupan
jadi kasar dan warnanya jadi lebih suram.
Bila kain hasil celup dengan efek bronzing disimpan dalam keadaan lembab maka kain
akan rusak karena belerang bebas tersebut dengan air dan oksidasi udara akan membentuk
H2SO4 pada kain kapas sehingga kain hasil celupan jadi rusak bolong-blong. Oleh karena itu
dalam dan setelah proses pencelupan dengan zat warna belerang perlu dilakukan usaha
untuk menghilangkan belerang bebas, antara lain dengan pengerjaan Na2S, H2O2 dan lain-
lain.
Masalah lain pada pencelupan dengan zat warna belerang adalah garam leuco zat
warna belerang affnitasnya kecil, sehingga meskipun sudah menggunakan vlot yang kecil
dan telah ditambah NaCl untuk mendorong penyerapan zat warna, namun ternyata garam
leuco yang dapat terserap oleh bahan masih kurang dari 60 %, oleh karena itu larutan bekas
pencelupan zat warna belerang masih dapat digunakan kembali untuk proses pencelupan
selanjutnya yaitu dengan menggunakan metoda celup standing bath.

Diagram Alir Proses, Skema dan Resep Pencelupan


1. Diagram Alir Proses Pencelupan Zat Warna
Belerang :

Pelarutan Zat Warna Belerang Pembangkitan Warna Proses Pencucian


(Pembuatan Leuco Zat Warna) (Oksidasi)

` Persiapan Larutan Celup Proses Pencelupan

Gambar 30. Diagram alir proses pencelupan zat warna belerang

2. Pelarutan Zat Warna Belerang


1 gram zat warna belerang dipastakan dengan ditambah 1 tetes TRO, 10 mL air panas
(80 0C), 3 gram Na2S dan 2 gram Na2CO3. Kemudian sambil diaduk-aduk ditambahkan
air panas lagi sampai menjadi 100 mL, pemanasan dilanjutkan pada bunsen hingga zat
warna belerang seluruhnya menjadi garam leuco yang larut (warna berubah dan larutan
leuco zat warna tampak jernih). Selanjutnya garam leeuco didinginkan dan disaring
dengan kain untuk mengurangi kotoran belerang bebas.
Catatan :
1. Natrium sulfida (Na2S) sangat mudah rusak teroksidasi udara,
sehingga harus disimpan pada wadah yang tertutup. Bila pada pelarutan zat warna
belerang (pembuatan garam leuco) digunakan Na2S yang sudah rusak maka
hasilnya akan jelek, warna tidak normal dan belang.
2. Perbandingan banyaknya zat warna belerang, Na2S dan
Na2CO3 untuk pembuatan garam leuco tiap zat warna belerang sesungguhnya
berbeda-beda (lihat brosur zat warna belerang). tetapi secara umum
perbandingannya tidak jauh dari 1 : 3 : 2.
4. Skema Proses Pencelupan
Skema proses pencelupan menggambarkan program pengontrolan suhu dan
pemasukkan bahan dan zat-zat selama proses pencelupan, sebagai berikut :
Leuco zw belerang.
Pembasah
Na2S 70 – 90 0C
Na2CO3 NaCl

300C 40 0C
T(0C)
10 40 70 90
t (menit)

Gambar 31. Skema proses pencelupan zat warna belerang

5. Resep Pencelupan
Zat warna belerang 1–3%
Pembasah 1 mL/L
Na2S 2 g/L
Na2CO3 4 g/L
NaCl 30 – 60 g/L
Vlot 1 : 10

6. Pembangkitan Warna (Oksidasi)


H2O2 35% : 3 mL/L
Vlot : 1 : 20
Suhu : 80 0C
Waktu : 15 Menit

6. Resep Pencucian
Sabun : 0,5 – 1 g/L
Na2CO3 : 1-2 g/L
Vlot : 1: 20
Suhu : 80 0C
Waktu : 15 menit

Anda mungkin juga menyukai