Anda di halaman 1dari 21

BAB I

MAKSUD DAN TUJUAN

1.1Maksud

Melaksanakan praktikum proses pencelupan kapas dengan zat warna belerang.

1.2 Tujuan
- Untuk mengetahui proses pencelupan dengan zat warna belerang.
- Untuk mengetahui pengaruh Na2S pada proses pencelupan kapas dengan zat warna
belerang dengan metode exhaust.
- Untuk mengevaluasi kerataan warna dan ketuaan warna pada kain hasil celup
BAB II

TEORI DASAR

2.1 Serat Kapas

Serat kapas merupakan serat alam yang termasuk kelompok selulosa.Selulosa


adalah molekul yang terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen, dan ditemukan dalam
struktur selular hampir semua materi tanaman. Selulosa adalah polimer alam yang
berupa rantai panjang molekul gula yang dihubungkan satu sama lain dengan cara
yang persis sama. Rantai molekul polimer selulosa dapat dilihat pada Gambar 1.

H OH CH 2 OH H OH CH 2 OH
HO H H O H O
OH H O OH H OH
H H H

H H H O H
O OH H OH
H H H
O O
CH 2 OH H OH CH 2 OH H OH

Gambar 1 Rantai Molekul Polimer Selulosa

2.1.1 Sifat kapas Serat:


1. Menurut struktur fisik:
a) Kehalusan serat kapas
Kehalusan berhubungan dengan tingkat kematangan (kedewasaan)
serat. Semakin panjang serat, maka semakin halus serat dalam kasus serat
kapas, yang dinyatakan dalam nilai desiteks dan bervariasi dari 1,1 sampai 2.3
desiteks.

b) Kekuatan
Kekuatan serat kapas terutama dipengaruh oleh kadar selulosa dalam
serat, panjang rantai dan orientasinya. Kekuatan serat kapas per bundel rata-rata
adalah 96.700 pound per inci2 dengan minimum 70.000 dan maksimum 116.000
pound per inci2. Kekuatan serat bukan kapas pada umumnya menurut pada
keadaan basah, tetapi sebaliknya kekuatan serat kapas dalam keadaan basah
makin tinggi.

c) Kekuatan mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantaranya serat-serat
selulosa alam, kira-kira dua kali mulur rami.Mulur serat kapas berkisar antara 4
– 13 % bergantung pada jenisnya dengan mulur rata-rata 7 %.

d) Keliatan (toughnese)
Keliatan adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda
untuk menerima kerja, dan merupakan sifat yang penitng untuk serat-serat
selulosa alam, keliatan serat kapas relatif tinggi tetapi dibanding dengan serat-
serat selulosa yang diregenerasi, sutera dan wol keliatannya rendah tinggi.  
e) Kekakuan (stiffness)
Kekakuan dapat didefinisikan sebagai daya tahan terdapat perubahan
bentuk, dan untuk tekstil biasanya dinyatakan sebagai perbandingan antara
kekuataan saat putus dengan mulur seat putus. Kekuatan dipengaruhi oleh berat
molekul, kekuatan rantai selulosa, derajat kristalinitas dan terutama derajat
orientasi rantai selulosa.

f) Dimensi Serat
Dimensi serat kapas yang terpenting adalah panjangnya, perbandingan
panjang dengan lebar serat kapas pada umuknya bervariasi pada 5000 : 1 sampai
1000 : 1.Kapas yang lebih panjang cenderung mempunyai diameter lebih halus,
lebih lembut dan mempunyai konvolusi yang lebih banyak.

g) Kedewasaan Serat
Kedewasaan serat kapas dapat dilihat dari tebal tipisnya dinding sel.
Sel makin dewasa, dinding sel makin tebal.Untuk menyatakan kedewasaan
serat dapat dipergunakan perbandingan antara tebal dinding dengan diameter
serat. Serat dianggap dewasa apabila tebal dinding lebih besar dari lumenya.

h) Moisture regain
Serat kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air, dan air
mempunyai pengaruh yang nyata pada sifat-sifat serat. Serat kapas yang
sangat kering bersifat kasar, rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain
serat bervariasi dengan perubahan kelembaban relatif atmosfir sekelilingnya.
Moisture  regain serat kapas pada kondisi standar berkisar antara 7 – 8,5 %.
i) Berat jenis dan indeks bias
Berat jenis serat kapas 1,50 sampai 1,56. Indeks bias serat kapas sejajar
sumbu serat 1,58 indeks bias melintang sumbu serat 1,53

2. Sifat-sifat Kimia :
a) Selulosa terhidrolisis dalam asam kuat.
b) Oksiselulosa dapat disebabkan oleh oksidator, reduktor, dan alkali.
c) Alkali kuat
Suhu rendah akan menggelembungkan serat kapas, sedangkan pada suhu
didih air dan dengan adanya oksigen dalam udara akan menyebabkan
terjadinya oksiselulosa.

2.2 Pencelupan

Pencelupan adalah pemberian warna pada bahan secara merata dan permanen.
Metode pemberian warna dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari jenis zat
warna dan serat yang akan diwarnai. Proses pewarnaan secara pencelupan dianggap
sempurna apabila sudah tercapai kondisi kesetimbangan, yaitu zat warna yang
terserap ke dalam bahan mencapai titik maksimum.
2.2.1 Tahap-tahap pencelupan
1. Migrasi
Pada tahap ini, zat warna dilarutkan dan diusahakan agar larutan zat warna
bergerak menempel pada bahan. Zat warna dalam larutan mempunyai muatan
listrik sehingga dapat bergerak kian kemari. Gerakan tersebut menimbulkan
tekanan osmosis yang berusaha untuk mencapai keseimbangan konsentrasi,
sehingga terjadi difusi dari bagian larutan dengan konsentrasi tinggi menujukan
sentrasi rendah. Bagian dengan konsentrasi rendah terletak di permukaan serat,
yaitu pada kapiler serat. Jadi zat warna akan bergerak mendekati permukaan serat.
2. Adsorpsi
Peristiwa difusi yang dijelaskan di atas menyebabkan zat warna berkumpul
pada permukaan serat. Daya adsorpsi akan terpusat pada permukaan serat,
sehingga zat warna akan terserap menempel pada bahan.
3. Difusi
Peristiwa ini terjadi karana adanya perbedaan konsentrasi zat warna
dipermukaan serat dengan konsentrasi zat warna di dalam serat. Karena konsentrasi
dipermukaan lebih tinggi, maka zat warna akan terserap masuk kedalam serat.
4. Fiksasi
Fiksasi terjadi karena adanya ikatan antara molekul zat warna dengan
serat, yaitu ikatan antara gugus auksokrom dengan serat.
2.2.2 Gaya-gaya pengikatan pada pencelupan
1. Ikatan hydrogen
Ikatan hydrogen merupakan ikatan sekunder yang terjadi karena atom
hydrogen pada gugus hidroksi/amino mengadakan ikatan lemah dengan atom-atom
lainnya.

2. Ikatan elektrovalen
Ikatan elektrovalen adalah ikatan antara zat warna dengan serat yang timbul
karena adanya gaya tarik-menarik antara muatan yang berlawanan. Misalnya ikatan
antara serat dengan gugus anion pada molekul zat warna.
3. Ikatan Van der Waals
Ikatan Van der Waals terjadi apabila antara zat warna dengan serat mempunyai
gugus hidrokarbon yang sesuai sehingga saat pencelupan zat warna cenderung
lepas dari air dan bergabung dengan serat.
4. Ikatan kovalen
Ikatan kovalen terjadi pada pencelupan serat dengan zat warna reaktif, sifatnya
paling kuat disbanding ikatan yang lain.

2.3 Zat Warna Belerang


Zat warna belerang adalah zat warna yang mengandung unsur belerang
sebagai kromofor dan gugusan samping yang berguna dalam proses pencelupan.
Struktur molekul zat warna belerang merupakan molekul yang kompleks dan tidak
larut dalam air, sehingga dalam pencelupannya perlu reduktor Natrium Sulfida dan
alkali untuk melarutkannya.
Senyawa Natrium Tiolat yang terjadi larut dalam air dan subtantif terhadap
serat selulosa, untuk membentuk zat warna ke bentuk semula, maka perlu proses
oksidasi yang dapat dilakukan dengan oksidasi udaraatau dengan oksidator –oksidator
lainnya.
Proses yang berlangsung dapat dituliskan sebagai berikut :
Proses pelarutan zat warna
Zw-S-S-Zw + 2H 2 Zw-Sna

(Tidak larut) (Larut dalam air)

Proses pencelupan

Selulosa + 2 Zw-Sna (selulosa 2 Zw-Sna)

Proses oksidasi

Selulosa 2 Zw-Sna Selulosa 2 Zw-SH

(Mudah larut) (Sukar larut)

Selulosa 2 Zw-SH Selulosa Zw-S-S-Zw

(Tidak larut)

2.3.1 Struktur Molekul Zat Warna Belerang


Struktrur molekul zat warna belerang sukar sekali ditentukan sacar teliti karena
bentuknya yang kompleks. Senyawa tersebut dibuat dari senyawa Fenol, Amina,
Nitro atau Kinonimin dengan proses pemanggangan atau pemanasan dalam bentuk
larutan dengan reaksi unsure belerang atau senyawa alkalinaya dalam suasana alkali.
Apabila zat warna belerang direduksi dengan reduktor kuat dalam suasana
asam, akan melepaskan gas asam sulfida. Gas tersebut dengan senyawa Timbal Asetat
memberikan Timbal Sulfida yang berwarna coklat kehitam-hitaman.

2.3.2 Sifat-sifat Zat Warna Belerang


Zat warna belerang harganya murah dan mudah pemakaiannya, tahan cucinya
baik, tahan sinarnya cukup, tetapi warnanya agak suram dan tidak tahan terhadap klor.
Reduktor kuat akan menguraikan ikatan sulfida, sedangkan oksidator akan merubah
sebagian ikatan menjadi asam sulfat.
S + O2 SO2 H2SO4
Reduktor yang sering dipergunakan dalam proses pencelupan zat warna
belerang adalah Natrium Sulfida atau Natrium Hidrosulfit. Dalam bentuk tereduksi
senyawa tersebut mempunyai sifat-sifat seperti zat warna direk misalnya penambahan
elektrolit akan memperbesar penyerapan zat warna. Zat warna belerang dan senyawa-
senyawa alkali Sulfida akan mudah sekali mengurai menjadi senyawa Hidrogen
Sulfida. Oleh karena itu, mesin-mesin untuk proses pencelupan dengan zat warna
belerang hendaknya tahan terhadap senyawa Hidrogen Sulfida. Afinitas zat warna
belerang terhadap selulosa sangat kecil, sehingga larutan celupanya dapat
dipergunakan berulang-ulang kali dengan penambahan zat warna dan zat kimia yang
sedikit.
Pada proses pencelupan terhadap selulosa, mula-mula zat warna direduksi
dengan pereduksi lemah (Natrium Sulfida) dalm suasana lemah (Natrium Karbonat).
Setelah itu bentuk zat warna yang tereduksi dioksidasikan kembali ke bentuk semula.

2.3.3 Faktor-faktor yang Berpengaruh


Faktor yang mempengaruhi dalam pencelupan dengan zat warna belerang adalah :
1. Suhu
 Mempercepat pencelupan
 Mempercepat migrasi, yakni perataan zat warna dari bagaian yang
tercelup tua ke bagian yang tercelup muda, sehingga terjadi
kesetimbangan.
 Mendorong terjadinya reaksi antara serat dengan zat warna belerang
2. Bentuk dan ukuran zat warna
Besar kecilnya and penambahan sesuatu pada zat warna akan
mempengaruhi kecepatan celupnya. Pada zat warna belerang bentuk
molekul zat warna akan diubah terlebih dahulu menjadi dalam ukuran
kecil dan pada saat proses oksidasi zat warna yng telah terserap pada kain
akan berubah kembali ke bentuk semula

Zat warna belerang merupakan suatu zat warna yang mengandung unsur
belerang di dalam molekulnya baik sebagai chromofornya maupun gugusan lain yang
berguna dalam pencelupannya. Zat warna ini tidak larut dalam air dan dapat dipakai
untuk mencelup serat-serat selulosa. Selain itu juga dipakai untuk mencelup serat wol.
Beberapa diantaranya dapat larut dalam air dan ada juga dalam pemakaiannya seperti
cara pencelupan dengan zat warna bejana.

Nama dagang zat warna belerang adalah :


 Sulphur (RRC)
 Hydrosol (Hoechst– Casella)
 Thional (I.C.I)
 Immedial (Hoechst –Casella)
 Solanen (Francolor)
 Hydron (Casella)
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

 Gelas piala 100 ml  Neraca digital


 Gelas ukur100 ml  Bunsen
 Pipet ukur 10 ml  Pipet ukur 1 ml
 Kaki tiga  Kasa
 Batang pengaduk  Gunting
 Termometer

 Zat warna belerang  Na2CO3


 Pembasah  Na2S
 NaCl  H2O2
 Sabun
 Kain kapas

3.2 Resep
Resep Pencelupan

Bahan Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3 Variasi 4 Variasi 5


Garam leuco (% owf) 1
Na2S (g/L) 0 1 2 3 4
NaCl (g/L) 30
Pembasah (cc/L) 1

Na2CO3 (g/L) 4

Vlot 1:50

Waktu (menit) 30

Suhu (℃) 90
Resep Oksidasi
Bahan Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3 Variasi 4 Variasi 5
H2O2 (mL) 3
Vlot 1 : 50
Suhu (℃) 60
Waktu (menit) 15

Resep Pencucian
Bahan Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3 Variasi 4 Variasi 5

Sabun (ml/L) 1

Na2CO3 (g/L) 2

Vlot 1 : 20

Suhu (oC) 80

Waktu (menit) 15

3.3 Skema Proses


Skema Proses Pencelupan

100
90
80
70
60
Suhu (°C)

50 40 40
40 30
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Waktu (Menit)

Gambar 3 skema proses pencelupan kain kapas dengan zat warna belerang

3.4 Diagram Alir

Persiapan alat dan bahan

Pembuatan leuco zat


warna atau
Pembangkitan warna
pendispersian zat warna Proses pencucian
(oksidasi)
Evaluasi akhir :

Persiapan larutan  Kerataan warna


celup Proses pencelupan  Ketuaan warna
3.5 Fungsi Zat

- Zat warna belerang : memberikan warna terhadap kain kapas yang akan
dicelup.
- Na2S : sebagai reduktor yang berfungsi untuk mereduksi
jembatan belerang sehingga menjadi komponen yang
larut dalam air dan mempunyai daya tarik terhadap
serat pada proses pelarutan zat warna dan mencegah
premature oksidasi pada saat proses berlangsung.
- Na2CO3 : Untuk mengubah garam leuco yang tidak larut menjadi
larut
- Pembasah : menurunkan tegangan antar muka sehingga zat warna
dapat larut secara merata dan mempercepat proses
pelarutan.

- TRO : mendispersikan zat warna belerang yang belum


berubah menjadi leuco.
- NaCl : Mendorong penyerapan zat warna.
- Sabun : Untuk proses pencucian setelah proses pencelupan
guna menghilangkan zat warna bejana yang
menempel dipermukaan serat pada kain hasil
celupan.
- H2O2 : Mengoksidasi garam leuco zat warna bejana agar
kembali kebentuk semula yang tidak larut (untuk
pembangkitan warna).
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pencelupan

Kain 1 2 3 4 5

Ketuaan warna Rangking 1 Rangking 3 Rangking 4 Rangking 5 Rangking 2


Kerataan warna Rangking 5 Rangking 2 Rangking 1 Rangking 3 Rangking 4

4.2 Perhitungan
Garam leuco :
1 gram zat warna belerang + 1tetes pendipersi + 10 ml air panas + 6 gram
Na2S + 4 ml Na2CO3

Berat awal :
- Kain 1 = 4,55 gram
- Kain 2 = 4,37 gram
- Kain 3 = 4,52 gram
- Kain 4 = 4,78 gram
- Kain 5 = 4,50 gram

Larutan pencelupan :

Variasi Na2S (g/L) :0; 1; 2; 3; 4;

1. Variasi I
Berat bahan : 4,55 gram
Vlot : 50 x 4,55 = 227,5ml
1
Zat warna : x 4,55 x 100 = 4,55 ml
100
1
Pembasah : x 227,5 = 0,2275 ml
1000
4
Na2CO3 : x 227,5 = 0,91ml
1000
30
NaCl : x 227,5 = 6,825 gram
1000
0
Na2S : x 227,5 = 0,gram
1000

2. Variasi II
Berat bahan : 4,37 gram
Vlot : 50 x 4,37 = 218,5 ml
1
Zat warna : x 4,37 x 100 = 4,37 ml
100
1
Pembasah : x218,5 = 0,2185 ml
1000
1
Na2S : x218,5 = 0,2185 gram
1000
4
Na2CO3 : x218,5 = 0,874 ml
1000
30
NaCl : x218,5 = 6,555 gram
1000

3. Variasi III
Berat bahan : 4,52 gram
Vlot : 50 x 4,52 = 237 ml
1
Zat warna : x 4,52 x 100 = 4,52 ml
100
1
Pembasah : x 237 = 0,237 ml
1000
2
Na2S : x 237 = 0,474 gram
1000
4
Na2CO3 : x 237 = 0,948 ml
1000
30
NaCl : x 237 = 7,11 gram
1000

4. Variasi IV
Berat bahan : 4,78 gram
Vlot : 50 x 4,78 = 239 ml
1
Zat warna : x 4,78 x 100 = 4,78 ml
100
1
Pembasah : x 239 = 0,239 ml
1000
3
Na2S : x 239 = 0,717 gram
1000
4
Na2CO3 : x 239 = 0,956 ml
1000
30
NaCl : x 239 = 7,17gram
1000
5. Variasi V
Berat bahan : 4,50 gram
Vlot : 50 x 4,50 = 225 ml
1
Zat warna : x 4,50 x 100 = 4,5 ml
100
1
Pembasah : x225 = 0,225 ml
1000
4
Na2S : x225 = 0,9 gram
1000
4
Na2CO3 : x225 = 0,9 ml
1000
30
NaCl : x 225 = 6,75 gram
1000

Larutan Oksidasi :

1. Variasi I
Berat bahan : 4,55 gram
Vlot : 50 x 4,55 = 227,5ml
3
H2O2 : x 227,5 = 0,6825 ml
1000
2. Variasi II
Berat bahan : 4,37 gram
Vlot : 50 x 4,37 = 218,5 ml
3
H2O2 : x 218,5 = 0,6555 ml
1000
3. Variasi III
Berat bahan : 4,52 gram
Vlot : 50 x 4,52 = 237 ml
3
H2O2 : x 237 = 0,711 ml
1000

4. Variasi IV
Berat bahan : 4,78 gram
Vlot : 50 x 4,78 = 239 ml
3
H2O2 : x 239 = 0,717 ml
1000

5. Variasi V
Berat bahan : 4,50 gram
Vlot : 50 x 4,50 = 225 ml
3
H2O2 : x 225 = 0,675 ml
1000

4.3 Diskusi
Pada pencelupan dengan zat warna belerang, sering kali unsur belerang bebas
nampak dipermukaan larutan, belerang bebas ini nantinya akan menempel pada bahan
dan memberikan bintik-bintik kusam. Hal tersebut dapat diatasi dengan penambahan
natrium sulfida (Na2S) yang akan memutus rantai belerang membentuk senyawa yang
lebih sederhana, larut dalam air, dan substantif terhadap serat selulosa. Selain itu,
bentuk tereduksi zat warna belerang mudah teroksidasi dengan udara. Maka pada
proses pencelupan, kain harus seluruhnya terendam agar tidak terjadi premature
oxidation.
Pada pembuatan garam leuco zat warna belerang, digunakan Na 2S sebagai
pereduksi. Namun, tidak semua zat warna belerang tereduksi saat pembuatan garam
leuco. Maka, pada proses pencelupan, pereduksi Na2S digunakan kembali untuk
mereduksi zat warna belerang yang masih belum sederhana (kompleks). Pada
percobaan pencelupan kapas dengan zat warna belerang, dilakukan variasi Na2S 0; 1;
2; 3; 4 (g/L) dengan metode exhaust. Evaluasi akhir yang dilakukan yaitu
perbandingan kerataan dan ketuaan warna terhadap masing-masing kain.
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, pengaruh varisi Na2S terhadap
ketuaan warna, didapatkan kain tanpa penambahan natrium sulfida adalah kain
dengan warna yang paling tua. Sedangkan kain dengan warna yang paling muda
adalah kain dengan kadar Na2S 3 g/L.Pengaruhpenambahan Na2S pada proses
pencelupan terhadap ketuaan warna yaitu, semakin tinggi konsentrasi pereduksi
natrium sulfida, maka semakin muda warna hasil pencelupan tergantung dari
banyaknya zat warna belerang yang belum tereduksi. Warna yang lebih kusam tanpa
penambahan Na2S terjadi karena zat warna belerang yang belum tereduksi memiliki
ukuran molekul yang relatif besar dengan senyawa yang kompleks. Semakin besar
ukuran molekul zat warna, maka semakin kusam hasil pewarnaannya. Sedangkan
penambahan pereduksi Na2S akan memutus rantai belerang dan membentuk senyawa
yang lebih sederhana dengan ukuran molekul yang relatif lebih kecil. Sehingga hasil
pewarnaan dengan penambahan Na2S akan lebih muda seiring bertambahnya kadar
pereduksi.
Pada pengaruh variasi penambahan Na2S terhadap kerataan hasil celup
didapatkan nilai kerataan pada kain tanpa penambahan Na2S adalah yang paling
rendah. Sedangkan nilai kerataan tertinggi didapat pada kain 3 dengan penambahan
Na2S 2 g/L. Pengaruh penambahan Na2S terhadap kerataan warna celup yaitu, dengan
penambahan Na2S akan meningkatkan kerataan warna meskipun tidak terlalu
signifikan. Hal ini disebabkan karena dengan adanya penambahan pereduksi, maka
substantifitas zat warna akan meningkat dan penyerapan zat warna terhadap kain akan
lebih merata. Peningkatan kerataan warna juga dapat disebabkan karena dengan
penambahan Na2S dapat mengurangi terjadinya oksidasi prematur pada proses
pencelupan. Karena dengan masih adanya zat pereduksi dalam larutan celup, garam
leuco zat warna yang teroksidasi prematur dapat direduksi kembali.
Namun pada kain 5 dengan penambahan Na 2S terbanyak (4 g/L) justru
mendapat hasil ketuaan warna yang tinggi dan kerataan warna yang rendah. Hal ini
dapat terjadi apabila bentuk garam leuco zat warna belerang mengalami oksidasi
prematur. Oksidasi prematur pada kain 5 terjadi ketika migrasi kain dari larutan celup
ke larutan oksidasi berlangsung terlalu lama. Ketika kain berada di udara terlalu lama,
maka zat warna akan semakin banyak yang teroksidasi menyebabkan ketuaan warna
meningkat dan kerataan warnanya menurun.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Sifat zat warna belerang yang tidak larut dalam air itu direduksi dengan
menambahkan Na2S, setelah direduksi zat warna belerang memiliki substantifitas
yang kecil sehingga dibutuhkan NaCl yang banyak. Zat Warna belerang
menghasilkan warna yang suram, tetapi tahan lunturnya tinggi karena zat warna ini
tidak larut dalam air karena adanya ikatan Van Der Walls.
2. Penambahan Na2S yang berfun gsi sebagai reduktor akan mengurangi terjadinya
prematur oksidasi sehingga mencegah terjadinya belang pada hasil pencelupan.
3. Penambahan Na2CO3 akan merubah asam leuco yang tidak larut menjadi garam leuco
yang larut dan tak berwarna.
4. Penambahan NaCl yang berfungsi untuk meningkatkan penyerapan zat warna pada
kain sehingga hasil celupan lebih tua, tetapi penambahan NaCl tyang berlebihan akan
menyebabkan kain tidak rata karena penyerapnnya terlalu cepat.
5. Kain yang mempunyai kerataan yang baik yaitu kain variasi 3
6. Kain yang mempunyai ketuaan warna yang paling baik yaitu kain variasi 1
.
LAMPIRAN

Kain 1 Kain II Kain III

Variasi Na2S (g/L) 0 Variasi Na2S (g/L) 1 Variasi Na2S (g/L) 2

Kain IV Kain V

Variasi Na2S (g/L) 3 Variasi Na2S (g/L) 4


LAPORAN PRAKTIKUM

PENCELUPAN I

Pencelupan Kain Kapas dengan Zat Warna Belerang

Disusun Oleh

Kelompok 5 (2k4)

Rofiqoh Adillah (18020076)

Roihan Muhammad Iqbal (18020077)

Siska Nopita Putri (18020081)

Sulaiman M. Habibullah (18020085)

Timothy Nathaniel (18020090)

Dosen : Wulan S., S.ST,M.T.

Asiten Dosen : - Eka O., S,ST., MT.

- David Christian., S.ST.

KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2020

DAFTAR PUSTAKA

Karyana, Dede dan Elly K. 2005. Bahan Ajar Praktikum Pencelupan


I(Pencelupan Serat Kapas, Wol, dan Sutra). Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil

Rahayu, Hariyanti. 1993. Penuntun Praktikum Evaluasi Tekstil Kimia. Bandung:


Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

Kemal, Noerati. 2012. SERAT-SERAT TEKSTIL I .Bandung : Sekolah Tinggi


Teknologi Tekstil.

Ir. Rasjid Djufri M.Sc.,Dkk., Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan


Pencapan, Institute Teknologi Tekstil Bandung, 1976

Anda mungkin juga menyukai