PRAKTIKUM PENCELUPAN
GRUP : 2 K-1
KELOMPOK :2
BANDUNG
2017
I. Maksud Dan Tujuan
I.1 Maksud
Melakukan pencelupan kain kapas dengan menggunakan zat warna naftol
disertai dengan konsentrasi NaCl, Garam Diazonium, dan jenis zat warna yang
berbeda.
I.2 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan terhadap hasil pencelupan
(kerataan warna, ketuaan warna) dengan menggunakan zat warna naftol dengan jenis
zat warna yang berbeda dan konsentrasi NaCl,Garam Diazonium yang berbeda.
C H 2O H H O H C H 2O H H O H
H O H H O H H
H H
H H H
O H H H O H
O H H H O H H
H H H
H O H C H 2O H H O H C H2O H
Gugus-gugus hidroksil yang dimilki oleh serat selulosa mampu menarik gugus hidroksil
dari molekul lainnya, selain itu juga mampu menarik gugus hidroksil dalam molekul air.
Sehingga serat yang memiliki banyak gugus hidroksil akan lebih mudah menyerap air. Maka
akan dengan mudahnya molekul-molekul air terserap kedalam serat dan hal tersebut akan
menyebabkan serat mudah dicelup. Namun hal tersebut hanya berlaku pada zat warna yang
larut dalam air, dan zat warna bejana larut.Zat warna yang digunakan kali ini sifatnya tidak larut
dalam air sehingga diperlukan zat pembantu yang dapat melarutkannya dengan air, zat
pembantu yang digunakan yaitu yang bersifat reduktor seperti hidrosulfit.
b Pektin
Pektin adalah karbohidrat dengan berat molekul tinggidan mempunyai struktur molekul
seperti selulosa.Terutama terdiri dari susunan linier asam d-galakturonat dalam garam-garam
kalsium dan besi yang tidak larut.Selulosa pecah menjadi glukosa, tetapi pektin terurai menjadi
galaktosa, pentosa, asam poligalakturonat, dan metil alkohol.
c Zat-zat yang mengandung protein
Diperkirakan bahwa zat-zat ini merupakan sisa-sisa protoplasma yang tertinggal di dalam
lumen setelah selnya mati ketika buah membuka.
d Lilin
Lilin merupakan lapisan pelindung yang tahan air pada serat-serat kapas mentah.Lilin
seluruhnya melelh pada dinding primer.
e Abu
Abu timbul kemungkinan karena adanya bagian-bagian daun, kulit buah, dan kotoran-
kotoran yang menempel pada serat.Abu tersebut mengandung magnesium, kalsium, atau
kalium karbonat, fosfat, atau klorida, dan garam-garam karbonat yang merupakan bagian
terbesar.
b Penampang melintang
Kutikula
Kutikula merupakan lapisan terluar yang mengandung lilin, pektin, dan protein,
yang tahan air, dan melindungi bagian dalam serat.
Dinding primer
Merupakan dinding sela yang asli yang mengandung selulosa, pektin, protein,
dan zat yang mengandung lilin.Selulosa ini berbentuk benang-benang yang sangat
halus ataau fibril yang susunannya membentuk spiral dengan sudut 65-70o
mengelilingi sumbu serat.
Lapisan antara
Merupakan lapisan pertama dari dinding sekunder dan strukturnya sedikit
berbeda dengan dinding primer maupun sekunder.
Zat warna naftol merupakan zat warna yang terbentuk dalam serat tekstil. Zat warna
naftol ini terdiri dari dua komponen yaitu naftol itu sendiri dan garam diazonium. Naftol
bersifat monogenetik dan ada pula poligenetik. Monogenetik berarti arah warna yang
dihasilkan dari reaksi kopling dengan garam diazonium memberikan arah warna yang
sama sesuai naftholnya, sedang poligenetik akan memberikan arah warna yang lebih
banyak sesuai garam diazoniumnya.
Zat warna naftol atau azoic adalah zat warna yang terbentuk didalam serat waktu
pencelupan dan merupakan hasil reaksi komponen senyawa naftol dengan senyawa
garam diazonium. Zat warna tersebut atau sering disebut ingrain colours karena terbentuk
dalam serat dan tak larut dalam air. Atau azoic colours karena senyawa yang terbentuk
mempunyai gugus azo. Para-red merupakan zat warna naftol yang pertama dikenal orang
dan merupakan hasil reaksi kopling senyawa beta-naftol yang telah dicelup pada bahan
tekstil kapas dengan base para-nitro anilin yang diazotasikan. Dalam reaksi diazotasi
kerapkali memerlukan es untuk memperoleh temperature yang rendah. Maka zat warna
golongan ini sering disebut zat warna es atau es colours. Proses pencelupan atau
pembentukan zat warna tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
Pelarutan senyawa naftol dengan dengan kostik soda untuk memperoleh larutan
yang jernih dari senyawa narium naftolat yang terionisasi. Dalam pelarutan ini sering
diperlukan pemanasan. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
OH NaCl
N=N
NO2
OH
R
OH
N =kecil
Karena zat warna naftol penyerapannya N Cl maka perlu penambahan garam dapur
untuk mendorong penyerapan. Setelah bahan tercelup perlu direaksikan dengan garam
diazonium ONa
karena penaftolan
O2N Garammempuyai daya serap atau subtantifitas yang kecil. Untuk
diazonium
reaksi diazotasi temperatur rendah agar garam diazonium yang terbentuk tidak mengurai.
R
Naftholat
Reaksi kopling tidak lain merupakan reaksi antara beta-naftol dengan garam
diazonium yang memberikan suatu pigmen naftol yang terbentuk didalam serat. Setelah
reaksi kopling selesai bahan tekstil yang telah tercelup perlu dikerjakan proses
penyabunan dengan larutan sabun pada tempertur 60o C.
III. Percobaan
3 Skema Proses
a Penaftolan
b Proses Kopling
3.4 Resep
A. Pencelupan zat warna naftol
Pembasah ( ml/L) 1 1 1 1
Na2CO3 (g/L) 2 2 2 2
NaCl (g/L) 20 30 30 30
CH3COOH (ml/L) 2 2 2 2
Waktu (menit) 15 15 15 15
C. Pencucian
Sabun (g/L) 1 1 1 1
Na2CO3 (g/L) 2 2 2 2
Suhu (oC) 80 80 80 80
Waktu (menit) 15 15 15 15
4 Perhitungan Resep
A. Pencelupan Zat Warna Naftol
Berat kain 4.58 gram 4.49 gram 4.54 gram 4.44 gram
Pembasah 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml
x 91.6 ml=0.0916 ml x 89.8 ml=0.0898 ml x 90.8 ml=0,0908ml x 88.8 ml=0,0888 ml
1000 ml 1000 ml 1000 ml 1000 ml
Na2CO3 2g 2g 2g 2g
x 91.6 ml=0.1832 g x 89.8 ml=0.1796 g x 90.8 ml=0.1816 g x 88.8 ml=0.1776 g
1000 ml 1000 ml 1000 ml 1000 ml
NaCl 20 g 30 g 30 g 30 g
x 91.6 ml=1.832 g x 89.8 ml=2.694 g x 90.8 ml=2.724 g x 88.8 ml=2.664 g
1000 ml 1000 ml 1000 ml 1000 ml
Garam diazonium 10 g 10 g 20 g 20 g
x 91.6 ml=0.916 g x 89.8 ml=0.898 g x 90.8 ml=1.816 g x 88.8 ml=1.776 g
1000 ml 1000 ml 1000 ml 1000 ml
CH3COOH 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml
x 91.6 ml=0.1832ml x 89.8 ml=0.1796 ml x 90.8 ml=0.1816 ml x 88.8 ml=0.1776
1000 ml 1000 ml 1000 ml 1000 ml
C. Pencucian
Sabun 1 ml 1g 1 ml 1 ml
x 91.6 ml=0.0916 ml x 89.8 ml=0.0898 ml x 90.8 ml=0,0908ml x 88.8 ml=0,0888 ml
1000 ml 1000 ml 1000 ml 1000 ml
Na2CO3 2g 2g 2g 2g
x 91.6 ml=0.1832ml x 89.8 ml=0.1796 ml x 90.8 ml=0.1816 ml x 88.8 ml=0.1776 ml
1000 ml 1000 ml 1000 ml 1000 ml
3.5 Data Pengamatan
ketuaa
Variasi Kerataan n
Variasi naftol AS NaCl 20 gr/L ; garam 9,6067
diazonium 10 gr/L 1,26055 46
Variasi naftol As NaCl 30 gr/L; garam 11,061
diazonium 10 gr/L 0,738126 29
Variasi naftol AS NaCl 30 gr/L; garam 13,241
diazonium 20 gr/L 0,343442 06
Variasi naftol ASG NaCl 30 gr/L; garam 17,516
diazonium 20 gr/L 0,449176 58
Grafik hubungan antara kerataan dan ketuaan warna dengan variasi konsentrasi NaCl dan garam diazonium
14
12
10
8
nilai ketuaan (K/S)
nilai kerataan (SD) 6
0
variasi naftol AS NaCl 20 gr/L ; garam diazonium 10 gr/L
Tabel antara zat warna naftol AS (polikromatik) dan AS-G (mono kromatik ) dengan nilai kerataan dan ketuaan warna
20
18
16
14
12
Nilai ketuaan (K/S) 10
Nilai kerataan (SD)
8
0
variasi naftol AS NaCl 30 gr/L; garam diazonium 20 gr/L
Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3 Variasi 4
IV. DISKUSI
Pada praktikum kali ini digunakan zat warna naftol untuk mencelup kain kapas. Zat
warna naftol merupakan zat warna yang terbentuk didalam serat dari komponen naftol dan
garam diazonium. Zat warna naftol tidak larut dalam air maka dilakukan pelarutan untuk
mengubah naftol menjadi naftolat (naftol yang larut). Proses pelarutan dapat dilakukan dengan
2 cara yaitu yang pertama menggunakan alkohol dengan proses pelarutan pada suhu
rendah/suhu kamar. dan yang kedua menggunakan NaOH dan pendispersi dengan suhu tinggi.
Pada praktikum kali ini naftol dilarutkan dengan menggunakan pendispersi TRO yang tahan
panas dan NaOH. Perbandingan antara naftol dan NaOH sebaiknya 1:1 agar proses pelarutan
sempurna. Dengan menggunakan cara pelarutan tersebut maka pendispersian akan berjalan
sempurna dan naftol larut monomolekuler.
Zat warna naftol yang dipakai dalam praktikum ini adalah zat warna naftol AS dan Naftol
AS-G. zat warna naftol AS adalah zat warna naftol polikromatik artinya dapat memberikan
bermacam-macam warna tergantung garam diazoniumnya dan zat warna naftol AS-G adalah
zat warna naftol monokromatik artinya dapat memberikan warna yang mengarah ke satu warna
saja.
Dalam pencelupan dilakukan variasi resep yaitu variasi konsentrasi NaCl, garam diazonium
dan jenis zat warna yang dipakai.
Pada variasi resep 1 dan 2 yang membedakan keduanya adalah konsentrasi NaCl. Resep
1 konsentrasi NaCl sebesar 20 g/L sedangkan resep 2 konsentrasi NaCl sebesar 30 g/L. dari
kedua resep tersebut hasil celup yang lebih tua pada resep 2 dengan nilai K/S 11.0 sedangkan
pada resep 1 nilai K/S sebesar 9.6. Hal ini didasarkan pada fungsi NaCl dimana untuk
membantu mendorong molekul zat warna agar masuk kedalam serat (proses difusi) sehingga
resep 2 memilki nilai k/s yang tinggi dibandingkan resep 1.
Pada variasi resep 2 dan 3 yang membedakan keduanya adalah konsentrasi garam
diazoniumnya. Resep 2 sebesar 10 g/l dan resep 3 sebesar 20 g/l. dari kedua resep tersebut
hasil celup yang lebih tua pada resep 3 dengan nilai K/S 13.2 sedangkan pada resep 2 sebesar
11.0. ini dikarenakan pada resep 3 penambahan garam diazonium nya lebih banyak sehingga
zat warna naftol yang dibangkitkan atau dikoplingkan akan banyak.
Pada variasi resep 3 dan 4 yang membedakan keduanya adalah jenis zat warna naftol
yang dipakai. Resep 3 menggunakan naftol AS sedangkan resep 4 menggunakan naftol AS-G.
hasil pencelupan didapatkan pada resep 3 warna yang yang dihasilkan merah mengikuti warna
garam diazoniumnya. Sedangkan pada resep 4 hasil celup berwarna kuning. Dari kedua resep
tersebut didapatkan hasil celupan yang lebih tua pada resep 4 dengan nilai K/S sebesar 17.5
sedangkan resep 3 nilai K/S sebesar 13.2. Ini dikarenakan naftol AS-G memiliki afinitas lebih
tinggi dibandingkan naftol AS. Sehingga banyak zat warna yang terserap kedalam bahan
menyebabkan hasil celupannya lebih tua.
Dan untuk kerataan dengan zat warna naftol AS didapatkan hasil dengan nilai (Standar
Deviasi) sebesar pada resep 1 (1,26055) resep 2 (0,738126) resep 3 (0,34344). Pada data
tersebut terlihat bahwa resep 1 memiliki nilai kerataan yang paling jelek. Dimana kerataan hasil
pencelupan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal sepeti afinitas zat warna, proses difusi zat
warna yang masuk kedalam serat, penambahan NaCl dan suhu. Afinitas zat warna kecil maka
proses difusi zat warna akan lambat sehingga kerataan warna akan baik, selain oleh afinitas zat
warna kerataan juga dipengaruhi oleh penambahan NaCl apabila NaCl ditambahkan sekaligus
maka difusi zat warna akan cepat sehingga kerataan warna akan berkurang sama halnya
dengan suhu apabila kenaikan suhu terlalu cepat maka proses difusi zat warna akan cepat
sehingga akan mempengaruhi kerataan zat warna dimana kerataan akan berkurang. Pada
praktikum ini proses pengeringan pencelupan ini menggunakan penyetrikaan adanya panas
yang ditimbulkan oleh setrika mengakibatkan terjadinya migrasi zat warna sehingga hasil
celupan menjadi tidak rata atau belang. Oleh karena itu resep 1 memiliki kerataan yang kurang
baik mungkin disebabkan oleh beberapa faktor diatas.
Dan untuk kerataan dengan zat warna naftol AS dan AS-G pada kondisi celup yang sama
didapatkan hasil dengan nilai (Standar Deviasi) sebesar pada resep 3 zat warna naftol AS
(0,34344) resep 4 zat warna naftol AS-G (0,449176) pada data terlihat bahwa naftol AS-G
kerataannya jelek hal ini karena naftol AS-G memilki afinitas yang lebih besar dibandingkan
naftol AS sehingga proses difusi berjalan lebih cepat tetapi kerataan menurun.
V. KESIMPULAN
Hasil praktikum dapat disimpulkan :
ketuaa
variasi Kerataan n
variasi naftol AS NaCl 20 gr/L ; garam 9,6067
diazonium 10 gr/L 1,26055 46
variasi naftol As NaCl 30 gr/L;garam 11,061
diazonium 10 gr/L 0,738126 29
variasi naftol AS NaCl 30 gr/L; garam 13,241
diazonium 20 gr/L 0,343442 06
variasi naftol ASG NaCl 30 gr/L; garam 17,516
diazonium 20 gr/L 0,449176 58